Anda di halaman 1dari 2

RESAH

Aku menunggu dengan sabar

Diatas sini, melayang-layang

Terbawa angin, menantikan

Tubuh itu....

Apakah aku sudah mencapai batasanku? Apakah ini adalah akhir dari
hidupku? Apakah sang takdir akhirnya memiliki kuasa atas diriku? Pertanyaan
demi pertanyaan terus berputar dalam kepalaku yang kini terasa sakit. Leherku
seperti kehilangan kemampuan untuk menopang kepalaku. Dalam gelap dan bisu,
samar-samar kudengar langkah kaki yang semakin lama semakin jelas. Seberkas
cahaya berlarian masuk menerangi ruangan yang aku tempati. Baru kusadari
bahwa ada pintu didepan sana. Pintu itu terhalang oleh badan seseorang yang
berdiri dengan angkuh. Aku menyipitkan mata mencoba mengenali sosok yang
berdiri membelakangi cahaya itu. Dapat kulihat seringaian samar terbentuk
dibibirnya. Ia mendekati tubuhku yang lemas dan kebas, ia berjongkok
dihadapanku.

“ sudah sekian lama ya, apa kabar?”

Aku membelalakkan mata saat kukenali siapa ia. Sial, mengapa harus dia? Dari
beberapa kemungkinan, mengapa harus dia yang datang? Aku mencoba berontak
dan berteriak. Namun malangnya aku kehilangan kuasa atas tubuhku. pandanganku
memburam saat mengirup bubuk yang ia tiupkan padaku. Tidak, jangan lagi.
Kumohon wahai tubuh, jangan biarkan gelap kembali menelanmu. Sial, semua
terlambat, tubuhku melemas dan aku kehilangan kesadaran.

Aku menatap sekumpulan bangunan megah dihadapanku dengan tatapan


tidak percaya. Bagaimana tidak? Berdiri didepan sini adalah hal yang mustahil
bagi orang sepertiku. Entah mengapa keberuntungan akhir-akhir ini berpihak
padaku. Sekolah ini adalah impian setiap remaja dikota ini, ah bukan-bukan lebih
tepatnya adalah impian seluruh remaja dinegeri ini. Sekolah yang hanya menerima
manusia berotak cerdas dan memiliki kemampuan diatas rata-rata. Aku sungguh
beruntung dapat menjadi salah satu bagian dari siswa disekolah ini. Puas
memandangi bangunan didepanku, aku pun akhirnya melangkah masuk menuju aula.
Ini adalah hari pertama sekolah, dan semoga saja hari ini berjalan dengan baik,
begitu doaku dalam hati.

Aula sudah dipenuhi orang saat aku tiba diruangan ini. Bergegas aku masuk
dan mengambil kursi dibagian belakang. Kuedarkan pandangan keseluruh ruangan,
wah.. ruangan ini benar-benar luas dan indah. Dari pada disebut sebagai aula, aku
lebih suka menyebut ini sebagai ruang dansa. Mengapa? Bagaimana bisa ruangan
ini disebut aula saat terdapat lampu gantung yang terbuat dari kristal diatas
sana? Lalu mengapa langit-langit aula dilukis dengan sangat indah? Dan lagi
apakah ini adalah sebuah galeri seni? Karena begitu banyak lukisan dan hiasan
dinding yang sangat indah. Kurasa pendiri sekolah ini adalah orang yang sangat
mencintai seni. Perhatianku teralihkan saat mendadak ruangan menjadi sepi.
Didepan sana, diatas podium berdiri seorang tua dengan suara menggelegar.

Anda mungkin juga menyukai