Oleh :
Vina Maulina (16504079)
Gratia Lintjewas ( 16504121 )
Ribka Gabriela Tairas (16504127)
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam proses belajar mengajar tercakup komponen,pendekatan,dan berbagai metode pengajaran yng
dikembangkan dlam proses tersebut.Tujuan utama diselenggarakaannya proses - proses keberhasilan
siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan
pada umumnya.
Jika guru terlibat didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkan maka yang berperan
sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar ,sedangkan siswa berperan
sebagai pelajar atau individu yang belajar. usaha-usah guru dalam proses tersebut utamanya ialah
membelajarkan siswa agar tujuan khusus maupun umum proses belajar itu tercapai.
Disamping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagia latihan belaka seperti yang
tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam ini biasanya mereka akan
merasa cukup puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah
tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Menurut Gagne dinyatakaan bahwa belajar merupakaan kecenderungan perubahan pada diri manusia
yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali oleh Gagne (dlam
Riyanto, 2002) bahwa belajar merupakaan suatu peristiwa yng terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu
yang dapat diamati, diubah, dan dikontrol.
Strategi pembelajaran dilakukan dengan beberapa cara pendekatan, antara lain pendekatan inquiry-
discovery atau model personal dan pendekatan ekspository. Masing-masing dari pendekatan
pembelajaran pun memiliki model mengajar yng berbeda-beda pula. Semua pendekatan tersebut
mendasari pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaran yng dinilai lebih sesuai bagi pembelajaran.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Pendekatan Pembelajaran?
2. Apa Pengertian Metode Pembelajaran?
3. Apa Pengertian Teknik Pembelajaran?
C. Tujuan masalah
1. Agar dapat mengerti mengenai pendekatan pembelajaran
2. Agar dapat mengetahui Metode Pembelajaran.
3. Agar dapat memahami Teknik pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Menurut Miftahul Huda (2014: 184) pendekatan
pembelajaran bisa dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh oleh pembelajaran untuk bisa belajar
dengan efektif. Menurut Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan pembelajaran adalah cara
mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar secara optimal”. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa,
“Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu”. Sedangkan menurut
Erman, suherman (2003:6) pendekatan pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh oleh
guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasikan oleh siswa.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendekatan dalam proses
pembelajaran merupakan aspek yang sangat penting dalam tercapainya suatu tujuan pembelajaran.
Seorang guru dituntut mampu memilih pendekatan agar sesuai dalam melaksanakan pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Ada dua jenis pendekatan dalam pembelajaran matematika, yaitu
pendekatan yang bersifat metodologi dan pendekatan yang bersifat materi. Pendekatan metodologik
berkenaan dengan cara siswa beradaptasi konsep yang disajikan kedalm struktur kognitifnya, yang
sejalan dengan cara guru menyajikan bahan tersebut. Pendekatan metodologik diantaranya adalah
pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif, deduktif, tematik, realistic, heuristic.
Sedangkan pendekatan material yaitu pendekatan pembelajaran matematika dimana dalam
menyajikan konsep matematika melalui konsep matematika lain yang telah dimiliki siswa.
Misalnya untuk menyajikan penjumlahan bilangan menggunakan pendekatan garis bilangan atau
himpunan, untuk menyajikan konsep titik pada bidng dengan menggunakan vector atau diagram
cartesius, untuk menyajikan konsep penjumlahan bilangan pecahan yang tidak sejenis digunakan
gambar atau model.
Tujuan pembelajaran dapat dicapai maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan
benar. Program pembelajaran merupakan macam kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar
dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu, indikator
pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata
pelajaran. Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan
pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya kebutuhan untuk belajar dan siswa belum
mengetahui apa yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru menetapkan hasil-hasil belajar atau
tujuan apa yang diharapkan akan dicapai.
Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof Ingris Prancis Bacon (1561) yang
menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta fakta yang kongkrit sebanyak
mungkin. Berpikir induktif ialah suatu proses berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke
umum. Orang mencari ciri ciri atau sifat sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan bahwa ciri ciri itu terdapat pada semua jenis fenomena.
Menurut Purwanto (dalam Sagala, 2003 : 77) tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir
yang diambil secara induktif bergantung pada representatif atau tidaknya sampel yang diambil
mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil berarti refresentatif dan
tingkat kepercayaan dari kesimpulan itu makin besar, dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel
yang diambil berarti refresentatif dan tingkat kepercayaan dari kesimpulan itu semakin kecil pula.
Dalam konteks pembelajaran, pendekatan induktif berarti pengajaran yang bermula dengan
menyajikan sejumlah keadan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu konsep, prinsip
atau aturan.
2. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum menjadi ke hal
yang khusus. Dalam penalaran deduktf, tdak menerima generalisasi dari hasil observasi seperti yang
diperoleh dari penalaran induktif. Dasar penalaran deduktif adalah kebenaran suatu pernyataan
haruslah didasarkan pada pernyataan sebelumnya yang benar.
3. Pendekatan Spiral
Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan spiral, suatu konsep tidak
diajarkan dari awal sampai akhir secara sebagian-sebagian, berulang-ulang, atau dalam selang
waktu yang terpisah-pisah.Tetapi dalam pembelajaran, mula-mula konsep tersebut dikenalkan
dengan cara dan dalam bentuk sederhana yang makin lama makin kompleks dan dalam bentuk
abstrak. Pada akhirnya digunakan bentuk umum dalam matematika, di antara selang waktu yang
terpisah itu diberikan konsep-konsep lain.
4. Pendekatan Konstrukstivisme
Dalam kelas kontruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan meng’encourage’ (mendorong)
siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan. Ketika siswa
memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar atau tidak
benar. Namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan saling
tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat masuk akal siswa. Didalam
kelas kontruktivis, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka.
Mereka berbagi strategi dan penyelesaiannya, debat antara satu dengan lainnya, berpikir secara
kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah.
5. Pendekatan Realistik
Realistic mathematics Education (RME), merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan
matematika. Realistic mathematics Education (RME) pertama kali diperkenalkan dan
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini mengacu pada
pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus berkaitan dengan realita dan
matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan
relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari.Menurut Erman, (2003: 143) pada dasarnya Realistic
mathematics Education (RME) membentuk siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep
matematika yang pernah ditemukan oleh para ahli matematika atau bila memungkinkan siswa dapat
menemukan hal yang sama sekali belum pernah ditemukan.
1) Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan
sebagai terapan konsep matematika.
2) Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema dan symbol-simbol.
3) Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pembelajaran menjadi konstruktif
dan produktif, artinya siswa memproduksi sendiri dan mengkontruksi sendiri (yang mungkin
berupa algoritma, rule atau aturan), sehingga dapat membimbing para siswa dari level
matematika informal menuju matematika formal.
4) Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran matematika.
5) Intertwining (membuat jalinan) antar topik atau antar pokok bahasan atau antar strand
Problem atau masalah menurut Hayes (Halgimon SL, 1992:2) adalah suatu kesenjangan (gap)
antara di mana Anda berada sekarang dengan tujuan yang Anda inginkan, sedangkan Anda tidak
tahu proses apa yang akan dikerjakan. Menurut Hudoyo (1996:190), suatu pertanyaan merupakan
suatu permasalahan bila pertanyaan itu tidak bisa dijawab dengan prosedur rutin, sedangkan
pemecahan masalah adalah proses penerimaan tantangan dan kerja keras untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Selanjutnya Hudoyo (1996:189) mengemukakan bahwa penyelesaian masalah
dapat diartikan sebagai penggunaan matematika baik untuk matematika itu sendiri maupun aplikasi
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan ilmu pengetahuan yang lain secara kreatif untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang belum kita ketahui penyelesaiannya ataupun masalah-
masalah yang belum kita kenal.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa walaupun pemecahan masalah dapat
didefinisikan secara berbeda oleh orang yang berbeda dalam saat yang sama atau oleh orang yang
sama pada saat yang berbeda, akan tetapi pada hakekatnya semua sepakat bahwa pemecahan
masalah mengandung pengertian sebagai proses berpikir tingkat tinggi dan mempunyai peranan
yang penting dalam pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena
dalam proses pembelajaran maupunpenyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman
menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Jika suatu masalah diberikan kepada seseorang dan
seseorang tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut
tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Menurut Polya (1957), solusi soal pemecahan masalah
memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian,
menyelesaiakan masalah sesuai rencana dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua
langkah yang dikerjakan. Sedangkan menurut Dewey dalam wina Sanjaya (2011:217) langkah-
langkah utama dalam pemecahan masalah sebagai berikut:
a) Merumuskan masalah.
b) Menganalisis masalah. Strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya definisi
masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesaian.
c) Mengembangkan beberapa hipotesis. Hipotesis adalah alternative penyelesaian dari
pemecahan masalah.
d) Mengumpulkan data: langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
e) Menguji beberapa hipotesis. Mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis.
f) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
Dalam mengerjakan pemecahan masalah dengan baik, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan Antara lain: waktu, perencanaan, sumber dan teknologi. Pemecahan
masalah juga mendorong untuk melakukan evaluasi cara memilih pembelajaran.
Penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta
mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam dalam menjawab permasalahan
yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban(hasil) akhir. Siswa dihadapkan pada open-
ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban. Pendekatan open-ended prinsipnya sama dengan
pembelajaran berbasis pemecahan masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam
prosesnya dimulai dengan memberikan suatu masalah kepada siswa. Bedanya problem yang
disajikan memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari
satu disebut problem tak lengkap atau problem open ended.
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (2000) ialah untuk membantu
mengembangkan kegiatan kreatif dan pola piker matematis siswa melalui problem solving secara
simultan. Kegiatan matematik dan kegiatan siswa disebut terbuka jika memenuhi
ketiga aspek yaitu : (a) kegiatan siswa harus terbuka, (b) kegiatan matematik dalam ragam berpikir,
(c) kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan.
Pendekatan open-ended menyajikan suatu kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi
berbagai strategi dan cara yang diyakini sesuai dengan mengelaborasi permasalahan. Tujuannya
agar kemampuan berpikir matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang
sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa dapat terkomunikasikan melalui proses belajar
mengajar.
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh.
Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerjauntuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metodeberarti sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajarsangat diperlukan oleh para
pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangatbergantung pada tepat atau tidaknya
metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Jadi metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas
yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan denganbaik dalam
arti tujuan pengajaran tercapai.Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara
metode-metode yanglain karena setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala
kelebihan dankelemahan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu,
pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi
yanglain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan
yangdisampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
Metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa di dalam Kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar
pelajaran itu dapat diserap,dipahami dan dimanfaatkan oleh oleh siswa dengan baik. Menurut
Erman, Suherman (2003:7), Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih
bersifat umum. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang guru harus
mengetahui berbagai metode. Dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka
seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dengan situasi dan kondisi.
Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Dari pengertian di atas bisa disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar muda dipahami oleh siswa. Dalam
menyampaikan materi pelajaran, seorang guru matematika mampu menggunakan metode yang baik
dan benar karena Ia menguasai tekniknya. Ia menguasai ilmu matematika dan trampil secara khusus
dalam bidangnya, dan kemampuan ini hanya akan dimiliki oleh guru bidang studi masing-masing.
Oleh karena itu kemampuan metode mengajar dari seorang guru selalui disertai dengan kemampuan
teknikteknik mengajar bidang studinya.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan metode pembelajaran
adalah sebagai berikut :
Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar
siswa.
Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.
Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan
hasil karya.
Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.
Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara
memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap
siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai
suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Salah satu usaha yang tidak pernah guru
tinggalkan adalah bagaimana memahami, kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang
ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dan analisis yang dilakukan,
lahirlah pemahaman tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi extrinsic, sebagai strategi
pengajaran dan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi metode pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa
jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media,
serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.
Metode ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi
sejumlah siswa yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan
berhasil baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab,
latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya
ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam
mengikuti pelajaran, bahkan bisa-bisa siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam
proses belajar mengajar. (Yatim Riyanto, Pengembangan Kurikulum, h. 27.) Berdasarkan
pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa metode ceramah merupakan metode yang sudah sejak
lama digunakan dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang
bersifat konvesional atau pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
Pemilihan metode ceramah pada umumnya digunakan karena sudah menjadi kebiasaan dalam
suatu kegiatan pembelajaran. Di samping itu juga, metode ceramah digunakan karena guru
biasanya belum puas kalau dalam kegiatan pembalajaran tidak melakukan ceramah. Demikian
juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran
melalui ceramah, sehingga kalau ada guru yang berceramah berarti ada kegiatan pembelajaran dan
jika tidak ada guru berarti tidak ada kegiatan pembelajaran.
Ada beberapa alasan yang mengapa metode ceramah sering digunakan, alasan ini merupakan
sekaligus menjadi keunggulannya. Keunggulan-keunggulannya adalah:
Guru mudah menguasai kelas.
Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar.
Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya.
Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
Dapat digunakan untuk mengajar orang dewasa.
Dapat menghabiskan waktu dengan baik.
Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain,
Strategi Pembelajaran, h. 97.)
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu
masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas
dan dipecahkan bersama.(Ibid, h. 87.)
Metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran dengan memberikan siswa suatu permasalahan untuk diselesaikan
bersama-sama. Sehingga akan terjadi interaksi antara dua atau lebih siswa untuk saling bertukar
pendapat, informasi, maupun pengalaman masing-masing dalam memecahkan permasalahan yang
diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada siswa yang pasif. Metode
diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur
dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu
atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi
bukanlah debat, karena debat adalah perang mulut orang beradu argumentasi, beradu paham dan
kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Dalam diskusi tiap orang
diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang
dibina bersama.
Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan
Killen (1998) adalah tujuan utama metode ini adalah untuk memecahakan suatau permasalahan,
menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengatahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan. (Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 154.)
Metode diskusi sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
bekerjasama untuk memecahkan masalah serta melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat
secara lisan. Dalam pembelajaran matematika metode diskusi sangat tepat digunakan pada materi-
materi yang menantang untuk sama-sama dipecahkan, misalnya materi bangun-bangun geometri,
peluang dan konsep bilangan.
Setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan, begitu juga dengan
metode diskusi. Ada beberapa keunggulan dari metode diskusi, yaitu:
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
Pertanyaan menarik dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika siswa
sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan cara berpikir, termasuk daya ingatan.
Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan
pendapat. (Ibid, h. 95.)
Adapun kelemahan-kelemahan dari metode tanya jawab ini adalah:
Siswa merasa takut, apalagi bila kurang dapat mendorong siswa untuk berani, dengan
menciptakan suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami
siswa.
Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan
sampai dua atau tiga orang.
Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan
kepada setiap siswa. (Ibid, h. 95.)
4. Metode Demonstrasi
Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal
yang penting itu dapat diamati.
Dapat membimbing murid ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat
diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
Dapat mengurangi kesalaham-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau
mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas ari hasil pengamatannya.
Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan
yang banyak.
Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses ataukerja suatu benda.
Memudahkan berbagai jenis penjelasan .
Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan
contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya.
Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses
demonstrasi. ( Syaiful Sagala, Konsep dan Makan, h. 211. )
Kelemahan-kelemahan metode demontrasi adalah:
Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal
itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akandipertunjukkan.
Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai materi yang
didemonstrasikan.
Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan
waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
(Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 91.)
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas
tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.(Ibid, h. 85.)
Jadi, bisa disimpulkan bahwa metode tugas dan resitasi adalah metode pembelajaran yang
dilakukan dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi pelajaran dan
dapat pula mengevaluasi materi yang telah dipelajari. Sehingga siswa akan terangsang untuk
belajar aktif baik secara individual maupun kelompok.
Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas sebab dalam strategi ini siswa harus
mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
Memberikan kebiasaan siswa untuk giat belajar.
Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
Memberikan tugas siswa untuk sifat yang praktis. ( Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan
Agama Islam (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 98.)
6. Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajar.(Syaiful Bahri
Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 84.)
Pemahaman siswa akan lebih kuat dan mendalam jika siswa diberikan kesempatan untuk
mengalami secara langsung dalam suatu proses, analisis dan pengambilan kesimpulan terhadap
suatu masalah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan pada siswa bahwa yang dipelajari
merupakan suatu yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran matematika
dikatakan ilmu pasti, yang artinya bahwa setiap pernyataan dalam matematika dapat dibuktikan
secara analitis dan logis. Mengingst hal tersebut maka metode eksperimen sangat dibutuhkan
dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi-materi yang membutuhkan keterlibatan
siswa secara langsung, misalnya materi Peluang, Konsep bilangan, dan Bangun-bangun geometri.
Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran dan kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja.
Dapat mengembangkan sikap untuk studi eksploratis tentang sains dan teknologi, suatu sikap
dari seorang ilmuan.
Metode ini didukung oleh azas-azas didaktik modern. (Syaiful Sagala, Konsep dan Makna, h.
220-221.)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode pembelajaran yang
dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelasainnya dengan
dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulan. Seperti apa yang ungkapkan oleh Syaiful
Bahri Djamarah dan Aswan Zain bahwa,
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar,
tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
(Ibid, h. 91.) Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam penggunaan metode problem solving mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan tehnik yang cukup bagus untuk memahami
isi pelajaran.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
siswa kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa
setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir
kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. (Wina Sanjaya,
Strategi Pembelajaran, h. 220-221.)
Dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari .
Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi danmemecahkan
masalah secara terampil.
Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif.
Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
Dapat digunakan untuk mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah-masalahsecara
rasional.
Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa,
sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang
cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru
menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok,
yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi
siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 93.)
8. Metode kerja kelompok adalah siswa dalam satu kelas dipandang dalam satu kesatuan
(kelompok) sendiri atau pun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).
9. Metode sistem regu(team teaching), merupakan metode mengajar dua orang guru atau lebih
bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem
regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi
dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang kita
butuhkan.
Kelebihan dari metode ini adalah :
Ditinjau dari segi pendidikan, kegiatan kelompok murid-murid akan meningkatkan
kualitas kepribadian, seperti: kerjasama, toleransi, kritis, disiplin dan sebagainya.
Ditinjau dari segi ilmu jiwa akan timbul persaingan yang positif, karena anak-anak
lebih giat bekerja dalam kelompok masing-masing.
Ditinjau dari segi di daktik, bahwa anak-anak yang pandai dalam kelompoknya dapat
membantu teman-temannya yang kurang pandai, terutama dalam rangka memenangkan
“Kompetisi” antara kelompok.
Dari penjabaran di atas terlihat bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Oleh karena itu, agar apa yang disampaikan oleh guru bisa diterima oleh siswa.
Satu metode saja yang digunakan tidak bisa membuat proses pembelajaran berjalan dengan optimal.
Seorang guru harus menggabungkan beberapa metode, sehingga proses pembelajaran bisa terjadi
interaksi dua arah.
C. Pengertian Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah
siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik
yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.
Teknik pembelajaran merupakan pelaksanakan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan yang bersifat implementatif.Istilah lain dari teknik pembelajaran adalah
keterampilan pembelajaran Keterampilan merupakan perilaku pembelajaran yang paling spesifik.
Keterampilan meliputi keterampilan/teknik menjelaskan, demonstrasi, bertanya, dan masih banyak
lagi.
Ada beberapa pendapat menyatakan tentang teknik, yaitu:
1) Menurut Kamus Dewan (edisi ketiga), teknik adalah kaedah mencipta sesuatu hasil
seni seperti muzik, karang-mengarang dan sebagainya.
2) Menurut Edward M. Anthony mendefinisikan teknik adalah satu muslihat atau
strategi atau taktik yang digunakan oleh guru yang mencapai hasil segera yang
maksimum pada waktu mengajar sesuatu bahagian bahasa tertentu.
3) Menurut Kamaruddin Hj. Husin & Siti Hajar Hj. Abdul Aziz dalam bukunya
Pengajian Melayu III : Komunikasi Bahasa, teknik boleh didefinisikan sebagai
pengendalian suatu organisasi yang benar-benar berlaku di dalam bilik darjah di
mana ia digunakan untuk mencapai sesuatu objektif.
Teknik yang dipilih haruslah sejajar dengan kaedah yang digunakan dan seirama
dengan pendekatan yang dianuti. Sedangkan teknik pembelajaran itu sendiri adalah
cara – cara melaksanakan pembelajaran atau mengajar di kelas pada waktu tatap muka
dalam rangka menyajikan dan memantapkan bahan pelajaran agar tujuan pengajaran
yang telah ditentukan dapat tercapai.
Tujuan Teknik Pembelajaran
Menarik Minat murid
Mengekalkan perhatian
Membangkitkan rasa ingin tahu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendekatan belajar adalah sebuah srategi untuk memotivasi siswa. Beberapa pendekaan belajar
antara lain pendekatan pembelajaran individual, kelompok dan klasikal.
Metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara – cara untuk melakukan aktivitas yang
tersistem dari sebuah lingkaran yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi
dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik.
Strategi belajar itu sangat penting. Siswa dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan
tetapi, untuk hal-hal yang sulit strategi belajar amat penting. Pengajaran harus berpusat pada
bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Starategi belajar lebih di pentingkan
dibanding dengan hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
- Ahmad Sabri. 2015. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta : Quantum teaching.
- Hafni Ladjid. 2015.Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi,Jakarta:
Quantum Teaching.
- http://www.emakalah.com/ 2013/ 01/ makalah-model-model-pembelajaran.html #ixzz2vs
U0M500
- Ahmad Sabri. 2015. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta:Quantum teaching
- http://metodecampuranelecticmethods.blogspot.com/2011/01/metode-campuran-electic-
methods.html
- Depdiknas. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
- Ismail. 2013. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
- Rahmadi Widdiharto. 2016. Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru
pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
- Syarief, Ahmad. 2002. Ilmu Mendidik dan Metode Pengajaran, Bandung . PT. Grapindo.
- http://cupicupz.blogspot.com/2012/08/pengertian-metode-teknik-pembelajaran.html
- http://wordpress.com/2012/03/konsep-dasar-metode-dan-teknik-pembelajaran.html
menurut M. Lazim (2013: 1), Pendekatan saintifik didefinisikan sebagai berikut: Pendekatan saintifik
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
2. Tuliskan kelebihan dan kekurangan Scientific Learning !
-Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan saintifik secara
benar.
-Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau
penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
-Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
-Konsep pendekatan saintifik masih belum dipahami, apalagi tentang metode pembelajaran yang kurang
aplikatif disampaikan.
-Membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama untuk mewujudkan semua tahapan-tahapan yang
ada pada pendekatan saintifik.
4. Jelaskan pengertian pendekatan Kontruktivisme !
Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir dan
mengkonstruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama sehingga didapatkan
suatu penyelesaian yang akurat (Saefudin: 2008)
5. Bagaimana cara kerja pendekatan pembelajaran Kontruktivisme !
Dalam kelas kontruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan
persoalan, namun mempresentasikan masalah dan meng’encourage’ (mendorong) siswa untuk
menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan jawaban,
guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar atau tidak benar. Namun guru
mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide
sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat masuk akal siswa. Didalam kelas kontruktivis, para
siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan
penyelesaiannya, debat antara satu dengan lainnya, berpikir secara kritis tentang cara terbaik untuk
menyelesaikan setiap masalah.
6. Jelaskan pengertian pendekatan Open-Ended dalam pembelajaran !
Penerapan problem open-ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta
mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda dalam dalam menjawab permasalahan
yang diberikan dan bukan berorientasi pada jawaban(hasil) akhir. Siswa dihadapkan pada open-ended
tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana
sampai pada suatu jawaban. Pendekatan open-ended prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis
pemecahan masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan
memberikan suatu masalah kepada siswa. Bedanya problem yang disajikan memiliki jawaban benar
lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari satu disebut problem tak lengkap atau
problem open ended.
7. Tuliskan pengertian metode pembelajaran !
metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang
tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi
dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan denganbaik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.Tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode
yanglain karena setiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan
dankelemahan masing-masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan
maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yanglain. Demikian pula
suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yangdisampaikan oleh guru tertentu,
kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.
8. Sebutkan macam-macam metode pembelajaran
Metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, pemberian tugas dan resitasi, eksperimen, problem
solving, kerja kelompok, sistem regu, latihan (drill)
9. Tuliskan kelebihan dan kekurangan metode ceramah !
Keunggulan-keunggulannya adalah:
Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi
Pembelajaran, h. 97.)
Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yanglebih tanggap
auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat two way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru
bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya
hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.
11. Tuliskan kelebihan dan kekurangan metode Eksperimen !
Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran dan kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja.
Dapat mengembangkan sikap untuk studi eksploratis tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari
seorang ilmuan.
Metode ini didukung oleh azas-azas didaktik modern. (Syaiful Sagala, Konsep dan Makna, h. 220-221.)
Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan
mahal.
Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor
tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian. (Syaiful Bahri Djamarah &
Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 85.)
12. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik pembelajaran matematika !
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada
kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya
terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam
hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Menurut Romlah 2006: 93 teknik problem solving adalah suatu proses kreatif dimana individu-individu
menilai perubahan-perubahan yang ada pada diri dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru,
keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya
Nilai 4 semua