Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KELUARGA “X” DENGAN

MASALAH UTAMA BERAT BAYI LAHIR RENDAH PADA BAYI A


DI RT 1 RW 28 KALURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :
DESY ILHAM CAHYA PUSPITA
NIM : P27220015094

D-IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2017

1
KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
peranannya masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi, 2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga (Duval dan logan,
1986 dalam Setiadi, 2008).
Keluarga adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008).

B. Struktur Keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam struktur keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga Kawinan

2
Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami atau istri.

C. Tipe atau Bentuk Keluarga


Gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat beraneka ragam,
tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Namun
secara umum pembagian tipe keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tradisional
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga Besar (Exstended Family)
Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara. Misalnya nenek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Berantai (Serial Family)
Keluarga yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang menikah lebih
dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Duda atau Janda (Single Family)
Keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Berkomposisi (Composite)
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama
f. Kabitas (Cahabitation)
Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan yang resmi tetapi membentuk
suatu keluarga
g. Keluarga Inses (Incest Family)
Anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah
dengan laki-laki dan selanjutnya.

h. Dyad
Rumah tangga yang terdiri dari suami isteri tanpa anak
i. Usila
Keluarga yang terdiri dari suami isteri yang berusia lanjut

3
2. Non Tradisional
a. Commune Family
Lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah
b. Homosexual/Lesbian
Dua individu yang sejenis hidup, bersama dalam keluarga

D. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :
1. Fungsi afektif (affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna
untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah
laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-
nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan
menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.
Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang
produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan
memanfaatkan sumber daya keluarga.

4
2. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda
disekitarnya.
3. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi
kehidupan dewasanya.
4. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan
terhadap penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.
6. Fungsi religius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama
dan mengamalkan ajaran agama.
7. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8. Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi
juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh,
diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi
anak-anak.
9. Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di
luar rumah.
Dari beberapa fungsi keluarga diatas, ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, antara lain asih, yaitu memberikan kasih sayang,
perhatin dan rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
kebutuhannya. Sedangkan asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan
perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan
mereka menjadi anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Dan asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap menadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.

E. Tugas Perkembangan Keluarga


Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan

5
1. Tahap I
Pasangan baru atau Keluarga a. Membina hubungan intim
baru yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman dan
kelompok social
c. Mendiskusikan rencana
memiliki anak
2. Tahap II
Keluarga kelahiran anak a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan
pertama
Keluarga yang menantikan anggota keluarga: peran,
kelahiran dimulai dari interaksi, hubungan seual dan
kehamilan sampai anak kegiatan
c. Mempertahankan hubungan
pertama berusia 30 bulan
intim yang memuasakan
3. Tahap III
Keluarga dengan anak pra a. Memenuhi kebutuhan
sekolah anggota keluarga seperti
Keluarga yang memiliki anak
kebutuhan tempat tinggal,
pertama usia 2,5 – 5 tahun
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk
bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak
yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan
yang sehat baik di dalam
maupun di luar keluarga
e. Pembagian waktu untuk
inividu, pasangan dan anak
f. Pembagian tanggungjawab
anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk

6
simulasi tumbuh dan
kembang anak
4. Tahap IV
Keluarga dengan anak
a. Membantu sosialisasi anak
sekolah
terhadap lingkungan luar
Dimulai anak pertama 6 – 12
rumah, sekolah dan
tahun
lingkungan lebih luas.
b. Mendorong anak untuk
mencapai pengembangan
daya intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk
anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas
komuniti dengan mengikut
sertakan anak.
e. Memenuhi kebutuhan yang
meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Tahap V
Keluarga dengan anak remaja
a. Pengembangan terhadap
Dimulai saat anak pertama
remaja (memberikan
berusia 13 tahun berakhir 6 –
kebebasan yang seimbang
7 tahun kemudian, yaitu pada
dan brertanggung jawab
saat anak meninggalkan
mengingat remaja adalah
orang tuanya
seorang yang dewasa muda
dan mulai memiliki
otonomi).
b. Memelihara komunikasi
terbuka (cegah gep
komunikasi).

7
c. Memelihara hubungan intim
dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan
system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
6. Tahap VI
Keluarga dengan anak
a. Memperluas keluarga inti
dewasa (pelepasan)
menjadi keluarga besar.
Tahap ini dimulai pada saat
b. Mempertahankan keintiman.
anak terakhir meninggalkan
c. Menbantu anak untuk
rumah
mandiri sebagai keluarga
baru di masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
e. Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada pada
keluarga.
f. Berperan suami–istri kakek
dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan
rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak –anaknya.

8
7. Tahap VII
Keluarga usia pertengahan
a. Mempunyai lebih banyak
Tahap ini dimuali pada saat
waktu dan kebebasan dalam
anak terakhir meninggalkan
mengolah minat social dan
rumah dan berakhir saat
waktu santai.
pensiun atau salah satu
b. Memuluhkan hubungan
pasangan meninggal
antara generasi muda tua.
c. Keakrapan dengan pasangan.
d. Memelihara
hubungan/kontak dengan
anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/ pensiun

8. Tahap VIII
Keluarga usia lanjut
a. Penyesuaian tahap masa
Tahap terakhir ini dimulai
pension dengan cara merubah
pada saat salah satu pasangan
cara hidup.
meninggal sampai keduanya
b. Menerima kematian
meninggal
pasangan, kawan dan
mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakraban
pasangan dan saling
merawat.
d. Melakukan life review masa
lalu.

F. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Menurut FrieAsmaan (2010) sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan, keluarga mempunyai tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang
perlu dipahami dan dilakukan, yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

9
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak
mampu membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang
terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

II. Proses Asuhan Keperawatan Keluarga


A. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya
(Murwani, 2008). Hal-hal yang dikaji dalam keluarga yaitu:
1. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
a. Nama kepala keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
g. Tipe bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

10
h. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga
Status ekonomi sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
j. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-
sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas
rekreasi.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan yaitu:
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan
tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (imunisasi), sumber
pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan
dan kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan
dengan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya

11
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah didentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan
perabotan rumah tangga, jenis septictank, jarak septictank dengan sumber
air, sumber air minum yang digunakan, serta denah rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
c. Mobiltas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga
interaksinya dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau
dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga

12
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk merubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan denga kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga di
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan
keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga. Adapun tujuan
pengkajian menurut Suprajitno (2012) yang berkaitan dengan tugas
keluarga dibidang kesehatan, yaitu:
1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan.
Hal ini yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui
fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi serta persepsi

13
keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota
keluarga.
2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang:
a) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.
b) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?
c) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?
d) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah
kesehatan yang dialami anggota keluarga ?
e) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung
(negative) terhadap upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada
anggota keluarga?
f) Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas pelayanan kesehatan?
g) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga
keshatan?
h) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan
yang tepat untuk melakukan tindakan dalam rangka mengatasi
masalah kesehatan?
3) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota
keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi, kemungkinan
setelahtindakan, dan cara perawatannya).
b) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan
anggota keluarga.
c) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk
merawat anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
d) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga
(anggota keluarga yang mampu dan dapat bertanggung jawab,
sumber keuangan/finansial, fasilitas fisik, dukungan psikososial).
e) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit
atau membutuhkan bantuan kesehatan.
4) Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah sehat yang seha, perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga
disekitar lingkungan rumah.

14
b) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan.
c) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga
terhadap sanitasi lingkungan yang higenis sesuai syarat kesehatan
d) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang
dapat dilakukan keluarga
e) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan
memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan
keluarga.
5) Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyaraka, perlu dikaji tentang:
a) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan
keshatan yang dapat dijangkau keluarga.
b) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari
fasilitas kesehatan.
c) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas
keshatan melayani.
d) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan tentang fasilitas dan petugas kesehatan yang
melayani?
e) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila
tidak dapat apakah penyebabnya?
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji megenai fungsi reproduksi keluarga yaitu berapa
jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota
keluarga, dan metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga yaitu sejauh
mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan, sejauh
mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam
upaya peningkatan status kesehatan keluarga.

6. Stres dan koping keluarga

15
a. Stresor jangka pendek dan panjang
Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan. Stresor jangka panjang
yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi / stresor.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d. Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga (head to toe).
8. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

B. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai, keluarga, atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa
data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggungjawab untuk melaksanakannya (Mubarak, 2011).
Tipologi diagnose keperawatan dapat bersifat actual, risiko, potensial.
1. Diagnose keperawatan actual
Diagnose keperawatan actual (terjadi deficit atau gangguan kesehatan)
ditegakkan bila dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan
gejala gangguan kesehatan secara nyata.
2. Dignosa keperawatan risiko

16
Diagnose keperawatan risiko (ancaman kesehatan) ditegakkan bila dari hasil
pengkajian sudah ditemukan data penunjang namun belum terjadi gangguan
secara nyata.
3. Diagnose keperawatan potensial
Diagnose keperawatan potensial (keadaan sejahtera atau wellness)
ditegakkan bila suatu keadaan dimana keluarga berada dalam keadaan
sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.

Skala untuk menentukan prioritas


Asuhan Keperawatan Keluarga
(Bailon dan Maglaya, 1978 dalam Murwani, 2008)
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat Masalah 1
Skala :
- Actual 3
- Risiko 2
- Potensial 1
2 Kemungkinan Masalah dapat Dicegah 2
Skala :
- Mudah 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3 Potensi Masalah untuk Dicegah 1
Skala :
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1

17
4 Menonjolnya Masalah 1
Skala :
- Masalah berat dan harus segera 2
ditangani
- Ada masalah tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Penghitungan skor dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
Skor X bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skore untuk semua kriteria pada tiap diagnose
keperawatan.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas adalah
sebagai berikut:
1. Kriteria pertama didasarkan atas sifat masalah dimana bobot tertinggi
diberikan pada masalah yang actual, risiko dan masalah potensial.
2. Kriteria yang kedua didasarkan pada kemungkinan masalah dapat diubah.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masalah dapat diubah adalah :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
mengatasi masalah.
b. Sumberdaya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga.
c. Sumberdaya perawat dalam bnetuk pengetahuan, ketrampilan dan
waktu.
d. Sumber daya masyarakat yang berbentuk fasilitas organisasi dan
sokongan masyarakat.
3. Kriteria ketiga didasarkan atas potensi masalah untuk dicegah. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi:
a. Kepemilikan masalah yang berhungungan dengan penyakit atau
masalah.
b. Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah
tersebut ada.
c. Tindakan yang sedang dijalankan
d. Adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok rentan

18
4. Kriteria keempat didasarkan atas persepsi keluarga dalam melihat
masalah kesehatan yang sedang dialami.
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (Huda dan Hardi, 2015):
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru.
Definisi: Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang
adekuat.
Batasan karateristik: Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil
posisi tiga titik, bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan
inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispneu,
peningkatan diameter anterior-posterior, napas cuping hidung, ortopneu,
fase ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip, takipneu dan penggunaan
otot-otot bantu untuk bernapas.
2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
Definisi: Beresiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh
dalam kisaran normal
Faktor Resiko: Perubahan laju metabolisme, dehidrasi, pemejanan suhu
lingkungan, usia dan berat badan eksterm,penyakit yang mempengaruhi
regulasi suhu, pakaian yang tidak sesuai suhu lingkungan, obat yang
menyebabkan fasokontriksi dan vasodilatasi, sedasi, trauma yang
mempengaruhi pengatur suhu.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturisasi peristaltic
gastrointestinal.
Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Batasan karakteristik: Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk
makan, berat badan 20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare,
kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif suara usus, kekurangan
makanan, membran mukosa kering, dan merasa tidak mampu menelan
makanan.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunolgis tidak adekuat.
Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.

19
Faktor resiko: Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi, peningkatan
paparan lingkungan pathogen, ketidakadekuatan sistem imun, penyakit
kronik, tidak adekuat pertahanan tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan tubuh skunder
(penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).

C. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah di identifikasi dari masalah kesehatan
yang sering muncul. Langkah – langkah dalam rencana keperawatan keluarga
yaitu:
1. Menentukan sasaran atau tujuan
2. Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan
dicapai melalui segala upaya, dimana masalah digunakan untuk
merumuskan tujuan akhir (TUM)
3. Menentukan tujuan atau objek
4. Objek merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau terperinci tentang
hasil yang diharpkan oleh tindakan peraatan yang akan dilakukan, dimana
penyebab digunakan untuk merumuskan tujuan (TUK)
5. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
6. Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung pada sifat masalah
dan sumber sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah
7. Menentukan kriteria dan standart kriteria
8. Kriteria merupakan tanda atau indicator yang digunakan untuk mengukur
pencapaian tujuan, sedangkan standart menunjukkan tingkat performance
yang diinginkan untuk membandingkan bahwa perilaku yang menjadi
tujuan tindakan keperawatan telah tercapai.

Intervensi yang dilakukan pada bayi BBLR yaitu:


No DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Pantau tingkat 1. Membantu dalam
tindakan keperawatan, pernapasan, membedakan periode

20
diharapkan pasien mampu: kedalaman, dan perputaran pernapasan
1. Status Pernapasan: kemudahan bernafas. normal dari serangan
2. Perhatikan pola nafas
Kepatenan jalan napas. apnetik sejati, terutama
2. Status Pernapasan: klien.
sering terjadi pada
3. Tentukan apakah
Ventilasi.
gestasi minggu ke-30.
3. Status tanda-tanda klien dispneu
2. Mengetahui jika terdapat
vital. fisiologis atau
tanda-tanda yang
Dengan kriteria hasil : psikologis.
menyebabkan dispneu.
4. Berikan terapi
a. Menunjukkan pola 3. Studi menemukan bahwa
oksigenasi (atur
pernapasan yang ketika penyebabnya
peralatan oksigenasi,
mendukung hasil gas adalah fisiologis
monitor aliran
darah dalam parameter memiliki tanda gejala
oksigen, pertahankan
atau kisaran normal. kecemasan dan
b. Pasien melaporkan posisi pasien).
kesemutan pada
5. Monitor Tekanan
bernafas dengan
extremitas, sedangkan
darah, nadi, suhu,
nyaman.
bila dipsneu itu
c. Mendemonstrasikan dan respiration rate
psikologisl tanda
kemampuan untuk (pernafasan).
gejalanya mengi terkait,
melakukan pernapasan
batuk, dahak, dan
dengan pursed lip
palpitasi.
(mengerutkan bibir)
4. Perbaikan kadar oksigen
dan pernapasan dapat
dan karbondioksida
terkontrol.
dapat meningkatkan
d. Mengidentifikasi dan
funsi pernapasan.
menghindari faktor-
5. Memantau vital sign
faktor spesifik yang
klien.
dapat memperburuk
pola nafas.

Setelah dilakukan 1. Memantau apakah


1. Catat apakah ada
tindakan keperawatan adanya peningkatan atau
tanda-tanda
2
diharapkan pasien mampu: penurunan suhu tubuh.
hipertermi dan
1. Termoregulasi menjadi 2. Hipertermi dengan

21
efektif sesuai dengan hipotermi. peningkatan laju
2. Ukur suhu setiap 2
perkembangan. metabolisme kebutuhan
jam, gunakan
Dengan kriteria hasil: oksigen dan glukosa
termometer
a. Dapat serta kehilangan air
elektronik di ketiak
mempertahankan suhu dapat terjadi bila suhu
pada bayi di bawah
tubuh dalam kisaran lingkungan terlalu tinggi.
usia 4 minggu. 3. Mencegah terjadinya
normal.
3. Anjurkan tingkatkan
b. Menjelaskan langkah- dehidrasi.
intake cairan dan 4. Menurunkan suhu tubuh
langkah yang
nutrisi. bayi.
diperlukan untuk
4. Lakukan tepid 5. Menstabilkan suhu
mempertahankan suhu
sponge. pasien.
tubuh agar dalam batas 5. Kolaborasi dengan
normal. dokter dalam
c. Menjelaskan gejala
pemberian obat
hipotermia atau
1. Sebagai langkah awal
hipertermia.
pengkajian untuk
Setelah dilakukan tindakan
1. Perhatikan gejala
melaksanakan intervensi
keperawatan diharapkan
kekurangan gizi
selanjutnya.
pasien mampu:
termasuk perawakan 2. Mengidentifikasikan
3
1. Intake nutrien normal.
pendek, lengan kurus adanya resiko derajat
2. Intake makanan dan
dan kaki. dan resiko terhadap pola
cairan normal.
2. Perhatikan adanya
3. Berat badan normal. pertumbuhan. Bayi SGA
4. IMT tubuh normal. penurunan berat
(Baby small for
5. Pengukuran biokimia
badan.
gestational age) dengan
normal. 3. Kaji kulit apakah
kelebihan cairan
Dengan kriteria hasil: kering, monitor
ekstrasel yang
a. Berat badan bertambah. turgor kulit dan
b. Berat badan dalam kemungkinan kehilangan
perubahan
kisaran normal untuk 15% BB lahir. Bayi SGA
pigmentasi.
tinggi dan usia. 4. Berikan makanan (Baby small for
c. Mengenali faktor yang
yang terpilih (sudah gestational age) mungkin
berkontribusi terhadap
dikonsultasikan telah mengalami
berat badan dibawah

22
normal. dengan ahli gizi). penurunan berat badan
d. Mengidentifikasi 5. Kolaborasi dengan
dalam uterus atau
kebutuhan gizi. dokter dan teanga
mengalami penurunan
e. Bebas dari kekurangan
ahli lain dalam
simpanan lemak atau
gizi.
menentukan kalori
glikogen.
dan intake nutrisi. 3. Mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi.
4. Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual.
5. Mengawasi masukan
nutrisi dan kalori dalam
tubuh.
Setelah dilakukan
1. Suhu tubuh meningkat
tindakan keperawatan
dan nadi cepat
diharapkan pasien mampu:
1. Kaji adanya fluktuasi mmerupakn awal
Terhindar dari resiko
suhu tubuh, letargi, terjadinya infeksi.
infeksi. 2. Mengetahui adanya
apnea, malas minum,
Dengan kriteria hasil: riwayat infeksi selama
gelisah dan ikterus.
4
1.Pengetahuan: Kontrol 2. Kaji riwayat ibu, kehamilan.
3. Sampel pada
infeksi kondisi bayi selama
Indikator: pemeriksaan
kehamilan, dan
a. Menerangkan cara-
laboratorium seperti
epidemi infeksi
cara penyebaran.
eritrosit, leukosit,
b. Menerangkan faktor- diruang perawatan.
3. Ambil sampel darah. diferensiasi, dan
faktor yang
4. Upayakan pencegahan
immunoglobulin.
berkontribusi dengan
infeksi dari 4. Mencegah
penyebaran.
lingkungan. Misalnya: berpindahnya
c. Menjelaskan tanda-
cuci tangan sebelum mikroorganisme dari
tanda dan gejala.
d. Menjelaskan aktivitas dan sesudah jari tangan ke tubuh
yang dapat memegang bayi. bayi.
meningkatkan

23
resistensi terhadap
infeksi.
2.Status Nutrisi
Indikator:
a. Asupan nutrisi
b. Asupan makanan dan
cairan
c. Energi
d. Masa tubuh
e. Berat badan.

3.Penyembuhan luka
Indikator:
a. Kulit utuh
b. Berkurangnya
drainase purulen
c. Eritema disekitar
kulit berkurang
d. Edema disekitar kulit
berkurang
e. Suhu kulit tidak
meningkat
f. Luka tidak berbau.

D. Implementasi
Implemetasi adalah pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama
tahap implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Tindakan
tersebut dapat dilakukan secara mandiri dan kerja sama dengan tenaga
kesehatan lain.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Kegiatan

24
evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status kesehatan keluarga,
membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuan keperawatan. Bila hasil
evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang
baru. Perlu diperhatikan juga evaluasi yang dilakukan beberapa kali dengan
melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai
dengan kesediaan keluarga (Murwani, 2008). Menurut Murwani (2008)
evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional, yaitu :
S : hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
O : hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.
P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahapan evaluasi.

25
FOKUS MASALAH KESEHATAN KELUARGA

A. Pengertian
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir (Huda dan Hardhi, 2015).
Bayi BBLR merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi pertumbuhan
intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR
memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada
bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009). Bayi BBLR
adalah bayi yang beratbadannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan
usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37
minggu usia kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth
retriction) (Wong, 2008). Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.

B. Klasifikasi
1. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR menurut Mitayani (2009):
a. Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan
sesuai dengan masa kehamilan.
b. Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari
tiga jenis yaitu
1) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalamjangka waktu yang
lama.
2) Asimetris (intrauterus growth retardation)

26
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.

3) Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri, serta
merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
2. Pengelompokan BBLR menurut ukuran menurut Wong ((2008):
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
b. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1000 gram.
c. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 1500 gram.
d. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat
badannya 1501 sampai 2500 gram.
e. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
f. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang
berat badan lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
g. Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang
pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan
istilah pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia
gestasinya).
h. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan
lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.

C. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari BBLR menurut Proverawati dan Ismawati (2010):

27
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan.
d. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
e. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), dan ketuban
pecah dini.
f. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal didataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
menurut Mitayani (2009):
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
4. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
5. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.

28
6. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mendapatkan serangan apnea.
7. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.

E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi
berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah
dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil
umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan
BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).

29
F. Pathway

30
Sumber : Huda dan Hardhi (2015)
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah menurut
Mitayani (2009):

31
1. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru
lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru
sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada
bayi).
2. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR menurut Mitayani (2009):
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
a. pH : 7,35-7,45
b. TCO2 : 23-27 mmol/L
c. PCO2 : 35-45 mmHg
d. PO2 : 80-100 mmHg
e. Saturasi O2 : 95 % atau lebih
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.

32
Bilirubin normal:
bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.

I. Penatalaksanaan
Bayi BBLR yang dapat dipulangkan dari rumah sakit jika telah
memenuhi kriteria yaitu kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik
dan tidak ada apnea atau infeksi, bayi minum dengan baik, berat bayi selalu
bertambah (sekurang-kurangnya 15 g/kg/hari) untuk sekurang-kurangnya tiga
hari berturut-turut, ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur
untuk melakukan follow-up (Depkes RI, 2008). Penatalaksanaan bayi BBLR
perlu di dukung dengan pengetahuan yang baik, dari pengetahuan ini akan
menunjang terhadap pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan aman
terhadap bayi BBLR. Dalam hal ini, penatalaksanaan perawatan pada bayi
yang dilakukan oleh seorang ibu meliputi mempertahankan suhu dan
kehangatan bayi BBLR di rumah, memberikan ASI kepada bayi BBLR di
rumah dan mencegah terjadinya infeksi bayi BBLR (Girsang, 2009).
Menurut Rukiyah (2010) perawatan pada bayi (BBLR) yaitu:
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan ketat.
Salah satu cara dalam mempertahankan suhu tubuh ialah dengan metode
kangguru (menempelkan tubuh bayi ke tubuh ibu) dan cara lain dalam
mempertahankan suhu tubuh bisa juga dengan metode penyinaran dengan
lampu.
2. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,
memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi dan menjaga lingkungan sekitar bayi dari
terjadinya infeksi. Pengetahuan mengenai perawatan bayi BBLR pada aspek
mencegah terjadinya infeksi pada bayi BBLR mencakup 5 hal, diantaranya
adalah mengangkat bayi untuk menghindari injuri, mengenal tanda infeksi

33
bayi dan mencegah infeksi, perawatan tali pusat, mengganti pakaian dan
popok, pemakaian bedak dan minyak penghangat.
3. Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna, oleh
sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat, berikan minum
dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI. Menurut Proverawati &
Ismawati (2010), bayi BBLR sebaiknya diberikan ASI dengan porsi kecil
tetapi sering. Tujuannya agar bayi dapat memperoleh asupan yang cukup
dan aman yaitu 1-2 jam sekali. Dalam penyimpanan ASI, sebagian ibu
menjawab minimal 2 bulan penyimpanan ASI di kulkas.
4. Penimbangan ketat. Menurut Depkes (2008), penimbangan berat badan pada
bayi BBLR harus ditimbang secara rutin setiap hari, dan kenaikan berat
badan bayi BBLR minimal 15 gram/kg/hari.
5. Memandikan bayi BBLR harus dilakukan dengan cepat, segera dikeringkan,
lalu memakaikan pakaian dan topi, agar tidak terjadinya hipotermi pada bayi
BBLR Girsang (2009).

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. MediAction : Yogyakarta
Arita, Murwani. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Salemba Medika : Jakarta
FrieAsmaan, M. M. 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 5.
Jakarta: EGC
Girsang, M. 2009. Pola Perawatan bayi berat lahir rendah di rumah sakit dan di
rumah dan hal-hal yang mempengaruhinya. FIK UI. Thesis. Available
online at http://digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id= 124600&
lokasi=lokal (diakses 9 Desember 2017).
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahid Iqbal, dkk. 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan
Teori Buku 1. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nelson. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC

34
Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. 2010. BBLR : Berat Badan Lahir
Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media
Suprajitno. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. Hockenberry, M. Wilson, D. Weinkelstein, Marilyn L. and
Schwartz, P. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

35

Anda mungkin juga menyukai