Anda di halaman 1dari 22

Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 245

Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah


Daerah Dalam Pelaksanaan Program/Kegiatan Alokasi Dana Cukai Hasil
Tembakau

Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari


STKIP PGRI Bangkalan, insanameliya@yahoo.com

Abstract
Implementation of The allocation of Profit-Sharing Fund of Tobacco-Product Duty (DBH-
CHT) policy is a concurrent governmental affair. To some extent, it is mutually carried
out by central government and local government, However, there are some components
that exclusively become the authority of central government whereas the other ones are
under the authority of provincial/regency/town government. Governmental affairs under
the authority of provincial and regency/town governments are based on the principles of
externality, accountability, and efficiency. Such affairs consist of compulsory affairs and
optional ones.
Key words: Profit-Sharing Fund of Tobacco-Product Duty, concurrent governmental
affair, the authority of central government, the authority of provincial/regency/town
government.

Abstrak
Pelaksanaan kebijakan pengalokasian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau merupakan
urusan pemerintahan yang concurrent. Pada beberapa hal kebijakan itu dilaksanakan
bersama-sama oleh pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, tetapi ada beberapa
bagian yang murni menjadi kewenangan pemerintah pusat sementara ada beberapa hal
lain yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Urusan-urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, kabupaten/kota didasarkan
atas prinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi. Urusan tersebut terdiri atas urusan
wajib dan pilihan.
Kata kunci: Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT), urusan pemerintahan
concurrent, kewenangan pemerintah pusat, kewenangan pemerintahan provinsi/kabupaten/
kota.
Pendahuluan termasuk golongan pajak pusat yang
dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam
Cukai merupakan pungutan negara
pelaksanaannya dikelola oleh Direktorat
yang di APBN masuk dalam golongan
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
pendapatan pajak dalam negeri. Cukai
246 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

Lembaga administrasi pajak yang alokasi dana CHT untuk mendanai


tugasnya melaksanakan pengelolaan kegiatan: peningkatan kualitas bahan baku,
terhadap pajak pusat seperti bea masuk, pembinaan industri, pembinaan lingkungan
bea keluar, dan cukai. DJBC melaksanakan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai,
pemungutan pajak berdasarkan hukum dan/atau pemberantasan barang kena cukai
pajak formal yaitu UU.No.10/1995 tentang ilegal. Berikut ini akan dibahas mengenai
Kepabeanan yang kemudian diubah hubungan kewenangan antara pemerintah
dengan UU.No.17/2006 dan untuk Cukai pusat dengan pemerintah daerah dalam
berdasarkan UU.No.11/1995 sebagaimana pelaksanaan program/kegiatan alokasi
diubah dengan UU.No.39/2007 tentang dana cukai hasil tembakau.
Perubahan Atas UU.No.11/1995 Tentang
Penyelenggaraan Cukai Di Tinjau Dari
Cukai.1
Pembagian Urusan Pemerintahan
Kebijakan dalam mengoptimalkan
penerimaan negara dari sektor cukai Kebijakan pemerintah Tahun Anggaran
baik melalui kebijakan ekstensifikasi (TA) 2008 mengalokasikan 2% dari
dan intensifikasi cukai; merupakan upaya pendapatan CHT yang dibuat di Indonesia,
yang lebih menekankan pada pengaturan dialokasikan kedaerah provinsi, kabupaten/
pendapatan dan belanja pemerintah. Hal kota penghasil CHT, untuk melaksanakan
ini karena Cukai khususnya Cukai Hasil penugasan dari pemerintah antara lain:
Tembakau (CHT) merupakan salah satu mengurangi cukai palsu/cukai ilegal,
sumber pendapatan negara (pajak dalam sosialisasi peraturan di bidang cukai, dan
negeri), maka pemerintah melalui kebijakan pemetaan industri rokok melalui beberapa
ekstensifikasi dan intensifikasi cukai program dan kegiatan dari pasal 66A (Ayat
berupaya agar penerimaan negara dari cukai 1) UU No.39/2007.
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. DBH-CHT adalah dana yang bersumber
Pendapatan cukai negara mendanai belanja/ dari pendapatan APBN, tepatnya adalah
pengeluaran negara dalam pembangunan penerimaan negara dari CHT yang
nasional. dibuat di Indonesia; dibagikan kepada
Kebijakan pemerintah pusat atas provinsi penghasil CHT sebesar 2% (dua
alokasi dana CHT ke daerah disamping persen); (kemudian Th 2010 meliputi
meningkatkan penerimaan dari sektor juga provinsi penghasil tembakau);
CHT sekaligus mengatasi dampak rokok membantu daerah-daerah tersebut
terhadap kesehatan; seperti adanya beberapa melaksanakan kebijakan pemerintah
program dan kegiatan yang diagendakan pusat, guna meningkatkan penerimaan
dalam kebijakan tersebut. Menurut pasal negara dari sektor CHT serta mengatasi
66A (Ayat 1)UU No.39/2007; bahwa dampak rokok terhadap kesehatan.

1
  Sugianto, Pengantar Kepabeanan dan Cukai,
Grasindo Widiasarana, Jakarta, 2008, hal 4
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 247

DBH-CHTmerupakan bentuk kebijakan mempunyai tugas antara lain: a) Menyusun


pemerintah dalam mengelola anggaran rancangan APBN dan rancangan perubahan
belanja negara; dengan cara mengalokasikan APBN; b) Melaksanakan pemungutan
sebagian dari pendapatan negara dalam pendapatan negara yang telah ditetapkan
bentuk anggaran transfer ke daerah. Hal dengan undang-undang; c) Mengesahkan
ini dilakukan mengingat berfluktuasinya dokumen pelaksanaan anggaran.(Lihat
penerimaan negara dari sektor migas Pasal 8 UU No.17/2003 tentang Keuangan
maka diperlukan upaya peningkatan dana Negara)
yang berasal dari pajak dalam negeri, Dalam peraturan menteri keuangan
khususnya dalam hal ini penerimaan dari No.100/PMK.01/2008 departemen
cukai. Dengan uraian tersebut kebijakan keuangan mempunyai tugas membantu
dibidang cukai merupakan salah satu bentuk presiden dalam menyelenggarakan sebagian
kebijakan fiskal (kebijakan ekonomi); tugas pemerintahan dibidang keuangan dan
karena memenuhi instrumen kebijakan kekayaan negara meliputi:kegiatan dan
fiskal yaitu penerimaan dan pengeluaran usaha-usaha menghimpun, mengalokasikan,
pemerintah yang berhubungan erat dengan mengarahkan dan menggerakkan dana,
pajak mengarahkan kondisi perekonomian serta membina kekayaan negara dalam
menjadi lebih baik dengan jalan ”mengubah” rangka pelaksanaan kebijaksanaan umum
penerimaan dan pengeluaran pemerintah dibidang fiskal serta kebijaksanaan neraca
agar kondusif mendanai pembangunan. pembayaran. Departemen keuangan
Dengan demikian cukai masuk sebagai pengelola keuangan dan kekayaan
dalam lingkup fiskal; Pasal 10 (Ayat 3) negara membagi kebijakan fiskal dalam
UU. N0.32/2004; fiskal merupakan salah Lima bidang utama yaitu: pendapatan
satu urusan pemerintahan yang menjadi negara, belanja negara, pembiayaan negara,
kewenangan pemerintah pusat; maka kekayaan negara dan sistem pengelolaan
dalam menyelenggarakannya, pemerintah keuangan negara.
pusat dapat melimpahkan sebagian urusan Kewenangan pemerintah pusat dalam
pemerintahan kepada perangkat pemerintah pelaksanaan DBH-CHT melibatkan
atau wakil pemerintah di daerah. Dalam beberapa ditjen dari Depkeu antara lain
menyelenggarakan pemerintahan, presiden adalah Ditjen Bea dan Cukai (DJBC),
dibantu oleh menteri-menteri. Menteri Ditjen Perimbangan Keuangan (DJPK), dan
yang membidangi urusan fiskal adalah Ditjen Perbendaharaan (DJP), sebenarnya
menteri keuangan yang memimpin masih ada beberapa direktorat dari Depkeu
departemen keuangan, berada dibawah dan yang sedikit banyak juga berperan dalam
bertanggungjawab kepada presiden. merealisasikan kebijakan pemerintah
ini, tapi karena keterbatasan waktu maka
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan
atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan
248 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

pembahasan hanya sebatas Tiga direktorat 3) UU.No.32/2004 (termasuk diantaranya


tersebut. adalah Fiskal); yang didekonsentrasikan,
DJBC kementerian keuangan dilaksanakan oleh instansi vertikal didaerah.
bertugas merumuskan serta melaksanakan Kemudian pasal 11 Peraturan pemerintah
kebijakan dan standardisasi teknis dibidang No.7/2008 yang diantara ketentuannya
kepabeanan dan cukai berdasarkan kebijakan membahas penyelenggaraan dekonsentrasi;
yang ditetapkan oleh menteri keuangan bahwa pelimpahan sebagian urusan
(berdasarkan peraturan perundangan). pemerintahan dapat dilakukan kepada
Dalam DJBC terdapat beberapa direktorat gubernur, selain dilimpahkan kepada
yang khusus membidangi masalah cukai2. gubernur sebagian urusan pemerintahan
dapat pula dilimpahkan kepada:a) instansi
Seperti dikemukakan diatas bahwa
vertikal; b) pejabat pemerintah di daerah.
departemen keuangan termasuk Tipe Holding
Company; untuk Tipe Departemen yang Sesuai Perpres No.22/2007 Instansi
demikian maka penyelenggara tugas dan Vertikal Ditjen Bea & Cukai terdiri dari:
fungsi departemen didaerah dilaksanakan (a)Kantor Wilayah DJBC; (b)Kantor
oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal. Pelayanan Utama Bea dan Cukai; (c)Kantor
Dalam Perpres No.22/2007 dan PMK pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.
No.68.PMK.01/2007 tentang organisasi Instansi Vertikal departemen keuangan
dan tata kerja instansi vertikal Ditjen Bea yang menyelenggarakan tugas pokok
& Cukai, disebutkan bahwa Kantor wilayah dan fungsi Ditjen Bea & Cukai di Jawa
DJBC merupakan salah satu instansi Timur adalah: 1)Kantor Wilayah XI DJBC
vertikal dari DJBC. Semakin memperjelas Jatim I yang berlokasi di Tanjung Perak
bahwa penyelenggaraan cukai di daerah Surabaya (Kepabeanan-ekspor impor; 2)
telah terjadi pelimpahan wewenang Kantor Wilayah XII DJBC Jatim II yang
pemerintahan dari pemerintah pusat berlokasi di Malang (urusan Cukai); 3)
(DJBC) kepada instansi vertikal di daerah; Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
Asas dekonsentrasi. Dekonsentrasi adalah dan Cukai/KPPBC (Tipe madya) yang
pelimpahan wewenang pemerintahan oleh berlokasi di Malang; 4)Kantor Pengawasan
pemerintah kepada gubernur sebagai wakil dan Pelayanan Bea dan Cukai/KPPBC yang
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal berlokasi di Juanda Km 3-4 sda Surabaya
diwilayah tertentu3. (Cukai).
Selanjutnya Pasal 228 (Ayat 1) bahwa Instansi vertikal departemen adalah
penyelenggaraan urusan pemerintahan perangkat departemen sebagai penyelenggara
yang menjadi wewenang pemerintah tugas pokok dan fungsi departemen di
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Ayat daerah/wilayah yang mengurus urusan
2
  Peraturan Menteri keuangan No. 100/PMK.01/2008 pemerintahan yang tidak diserahkan kepada
tentang organisasi dan tata kerja departemen keuangan.
3
Ketentuan Umum Pasal 1 no.8 UU.No.32/2004 daerah, dalam wilayah tertentu dalam rangka
tentang Pemerintahan daerah;
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 249

dekonsentrasi. sumbangan CHT terhadap penerimaan cukai


Instansi Vertikal yang secara keseluruhan sebesar 98% lebih yakni
menyelenggarakan urusan pemerintahan di mencapai Rp 43.571.000.000.000,-. Begitu
provinsi dan kabupaten/kota wajib:4 pula di APBN TA2009 (UU.No.41/2008);
penerimaan negara dari pendapatan cukai
a. berkoordinasi dengan gubernur atau
naik dibandingkan Th 2008 menjadi
bupati/walikota dan instansi terkait
Rp49.494.700.000.000,- dan CHT
dalam perencanaan, pendanaan,
menyumbang Rp 48.240.100.000.000,-
pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan,
Kemudian APBN TA2010 (UU.
sesuai dengan norma, standar,
No.47/2009) pendapatan cukai mencapai
pedoman, arahan, dan kebijakan
Rp57.289.169.000.000,- dari jumlah
pemerintah yang diselaraskan dengan
tersebut Rp 55.926.553.000.000,- berasal
perencanaan tata ruang dan program
dari pendapatan Cukai hasil tembakau.
pembangunan daerah serta kebijakan
pemerintah daerah lainnya; Hasil memuaskan (peningkatan
signifikan dari tahun ke tahun) pendapatan
b. memberikan saran kepada menteri/
cukai ini berkat kerjasama/partisipasi dari
pimpinan lembaga dan gubernur
berbagai pihak, tentunya tidak lepas dari
atau bupati/walikota berkenaan
hasil kinerja Ditjen Bea & Cukai (DJBC),
dengan penyelenggaraan urusan
Instansi Vertikal DJBC serta UPT (Unit
pemerintahan yang dilimpahkan.
Pelaksana Teknis) di daerah (sebagai
Pembahasan Unit Pelaksana Tugas Teknis penunjang
Direktorat Jenderal/badan5. Dalam Ditjen
Pasal 66A UU.No.39/2007 bahwa
Bea & Cukai terdapat UPT yakni: 1)
penerimaan negara dari CHT yang
Pangkalan Sarana Operasi Bea & Cukai; 2)
dibuat di Indonesia dibagikan kepada
Balai Pengujian dan Identifikasi barang.
provinsi penghasil CHT sebesar 2% yang
kemudian disebut dengan DBH-CHT Dalam pelaksanaan DBH CHT Ditjen
yang pertama kali dialokasikan pada TA Bea dan Cukai mempunyai peran hanya
2008. Kebijakan pemerintah ini dilakukan sebagai pemberi data tentang kontribusi
karena penerimaan cukai dari tahun ke dari masing-masing daerah provinsi
tahun selalu mengalami peningkatan yang penghasil CHT terhadap penerimaan
signifikan, terutama CHT. Tahun anggaran negara dari sektor cukai, dan menjadi salah
2008 kontribusi cukai terhadap penerimaan satu dasar dalam penentuan jumlah DBH
perpajakan (Pajak Dalam Negeri) sebesar CHT yang akan dialokasikan ke masing-
Rp 44.426.530.000.000,- (empat puluh masing daerah penghasil CHT; kemudian
empat triliun empat ratus dua puluh enam dilanjutkan TA2010 yang pengalokasiannya
milliar lima ratus tiga puluh juta) dan lebih diperluas lagi, yaitu selain untuk
4
  Peraturan Pemerintah RI No.7/2008 tentang 5
  Peraturan Menteri Keuangan No.100/
dekonsentrasi dan tugas pembantuan PMK.01/2008, Pasal 2127
250 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

daerah penghasil CHT juga untuk daerah dan penghasil CHT)6. Selanjutnya gubernur
penghasil Tembakau; mengingat putusan berwenang mengatur pembagian DBH-
Mahkamah Konstitusi atas permohonan CHT tersebut kepada kabupaten/kota yang
pengujian/constitutional review Gubernur ada diwilayahnya.
NTB H.M Zainul Majdi terhadap Pasal 66A Berikut ini mekanisme hubungan
UU.No.39/2007. Mahkamah Konstitusi kewenangan dalam pelaksanaan kebijakan
memutuskan, alokasi DBH CHT tidak hanya DBH-CHT .
untuk daerah penghasil CHT saja tetapi
Peran Ditjen Bea & Cukai (DJBC)
juga untuk daerah penghasil tembakau;
dalam Pelaksanaan Program/kegiatan
pengalokasian DBH CHT untuk provinsi
DBH-CHT; misalnya: Dalam mekanisme
penghasil tembakau tersebut harus dipenuhi
penetapan alokasi DBH-CHT per daerah; (a)
paling lambat mulai TA 2010 dengan porsi
DJBC memberikan data perkiraan CHT per
pembagian tetap seperti semula sebesar
provinsi dan data perkiraan DBH CHT per
2% dari pendapatan CHT yang dibuat di
provinsi; (b)DJBC mengirim surat kepada
Indonesia.
Kantor Wilayah DJBC; menindaklanjuti
Provinsi Jawa Timur dijadikan surat dari Direktorat Jenderal Perimbangan
sebagai objek penelitian karena TA Keuangan (DJPK) tentang permohonan
2008, 2009, 2010, dan 2011 total alokasi agar DJBC mengizinkan Kantor Wilayah
dana CHT untuk provinsi ini merupakan DJBC memberikan data perkiraan CHT per
yang terbesar dibandingkan dana yang Kabupaten/kota; (c)Kantor wilayah DJBC
dilokasikan ke daerah penghasil CHT/ (Kw CJBC) mengirimkan surat mengenai
penghasil tembakau lainnya; yaitu TA`2008 data perkiraan CHT per kabupaten/kota
sejumlah Rp135.849.855.000,-, TA2009 kepada gubernur daerah penghasil CHT;
sebesar Rp599.357.180.000,00 (meningkat selanjutnya data perkiraan tersebut menjadi
signifikan dibandingkan Th 2008), TA dasar bagi gubernur untuk mengatur dan
2010 sebesar Rp 613.451.367.661,- dan menetapkan pembagian DBH-CHT per
TA2011 sebesar Rp 618.750.828.561,-dana provinsi/kabupaten/kota; namun jika
tersebut kemudian dialokasikan kepada sampai deadline Kw DJBC dalam hal ini
provinsi/kabupaten/kota di Jawa Timur. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Ada 5 daerah yang mendapat alokasi dana Cukai belum menyampaikan data perkiraan
CHT(Th.2008) dan DBH-CHT Th.2009 CHT per daerah maka menjadi kewenangan
yaitu Provinsi Sumatra Utara, Jabar, Jateng, gubernur untuk membagi DBH-CHT per
Jatim, dan D.I.Yogyakarta (sebagai daerah daerah.
penghasil CHT). Kemudian Th 2010
Gubernur mengelola dan menggunakan
menjadi 19 daerah dan Th 2011 menjadi
DBH-CHT dan mengatur pembagian DBH-
20 daerah yang mendapat alokasi DBH-
CHT (meliputi daerah penghasil tembakau 6
  Permenkeu No.66/PMK.07/2010 dan Permenkeu
No.33/PMK.07/2011 tentang Alokasi Sementara DBH-
CHT--
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 251

CHT kepada bupati/walikota didaerahnya PMK.01/2008 DJPK menjalankan fungsi


masing-masing berdasarkan besaran antara lain; 1)Perannya dalam merumuskan
kontribusi terhadap penerimaan CHT- kebijakan dibidang perimbangan keuangan
nya. Ayat selanjutnya menyatakan bahwa antara pemerintah pusat dan daerah;
Pembagian DBH-CHT tersebut dilakukan 2)Menjalankan tugas-tugas terkait
dengan persetujuan Menteri Keuangan dengan pelaksanaan kebijakan dibidang
RI; dengan komposisi 30% untuk provinsi perimbangan keuangan antara pemerintah
penghasil, 40% untuk kabupaten/kota pusat dan daerah; 3)Perumusan standar,
daerah penghasil, dan 30% untuk kabupaten/ norma, pedoman, kriteria, dan prosedur
kota lainnya. (Lihat Pasal 66A (Ayat 3 dan dibidang perimbangan keuangan antara
4 ) UU. No.39/2007 tentang Perubahan atas pemerintah pusat dan daerah; 4)Pemberian
UU.No.11/1995 tentang Cukai) bimbingan teknis dan evaluasi dibidang
Ditjen Perimbangan Keuangan perimbangan keuangan antara pemerintah
(DJPK) berdasarkan Peraturan Menteri pusat dan daerah. Peran Ditjen Perimbangan
Keuangan No.100/PMK.01/2008 Keuangan (DJPK) dalam pelaksanaan DBH
bertugas merumuskan serta melaksanakan CHT; antara lain:
kebijakan dan standarisasi teknis di bidang  Mekanisme Penetapan Alokasi DBH
CHT; a) DJPK menerima data CHT
perimbangan keuangan antara pemerintah & DBH CHT per provinsi dari DJBC;
pusat dan daerah sesuai dengan kebijakan b) Selanjutnya DJPK menindaklanjuti
dengan mengirim surat pemberitahuan
yang ditetapkan oleh menteri keuangan
mengenai DBH CHT kepada provinsi
dan berdasarkan peraturan perundang- penghasil CHT melalui gubernur;
undangan yang berlaku. Alokasi dana c) DJPK mengirimkan surat ke
DJBC yang isinya mengajukan surat
CHT TA 2008 dianggarkan dalam belanja permohonan agar DJBC mengizinkan
negara pada kelompok dana penyesuaian; kantor wilayah DJBC memberikan
sedangkan DBH-CHT mulai Th 2009, 2010, data perkiraan tentang CHT per
kabupaten/kota kepada gubernur yang
2011dianggarkan di APBN sebagai bagian ada diwilayahnya; d) Kanwil DJBC
dari dana perimbangan; masuk dalam mengirimkan surat perkiraan CHT
komponen dana bagi hasil. DBH-CHT di per kabupaten/kota kepada gubernur
daerah penghasil CHT; e) Gubernur
APBN TA 2009(UU.No.41/2008) sebesar mengeluarkan peraturan kebijakan
Rp964.802.000.000,-. DBH-CHT pada berupa peraturan gubernur tentang
pembagian DBH-CHT untuk provinsi/
APBN TA2010 (UU.No.47/2009)sebesar
kabupaten/kota yang ada diwilayahnya
Rp1.118.531.100.000,- kemudian DBH- kemudian dikirimkan kepada DJPK;
CHT di APBN TA2011(UU.No.10/2010) f)DJPK atas nama menteri keuangan
menerbitkan peraturan kebijaksanaan
sebesar Rp1.201.357.960.000,00. berupa permenkeu tentang alokasi dana
DBH-CHT masuk dalam kebijakan CHT TA dan dilampiri dengan penetapan
dan standardisasi yang perumusan dan menteri keuangan mengenai alokasi
dana CHT untuk provinsi/kabupaten/
pelaksanaannya terkait dengan tugas dan kota; representasi dari persetujuan
fungsi DJPK). Sesuai dengan PMK No.100/ menkeu atas pembagian DBH-CHT
252 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

kepada provinsi/kabupaten/kota yang menteri keuangan. Perubahan atau revisi


sebelumnya ditetapkan dalam peraturan DIPA yang telah mendapatkan pengesahan
gubernur.
tersebut merupakan dasar pelaksanaan
 DJPK menyampaikan standar, norma, Anggaran Transfer Kedaerah. Peran Ditjen
pedoman, kriteria, dan prosedur dalam
pelaksanaan DBH CHT; contohnya Perbendaharaan dalam pelaksanaan alokasi
yang diselenggarakan di Surabaya, dana CHT dapat dilihat di Pasal 6 Permenkeu
23 Desember 2008 dalam Rapat
No.60/PMK.07/2008.
Pembahasan Pembagian & Program
Kerja DBH-CHT.
Pelaksanaan Program & Kegiatan Dana
Selanjutnya peran Direktorat Jenderal Bagi Hasil (DBH) Cukai Hasil Tembakau
Perbendaharaan (DJP) mempunyai (CHT) Di Daerah, Di Tinjau Dari
tugas merumuskan serta melaksanakan Pembagian Urusan Pemerintahan
kebijakan dan standardisasi teknis dibidang
Usaha untuk meningkatkan
Perbendaharaan Negara sesuai dengan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan
kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri
umum, dan daya saing daerah, maka pemda
Keuangan dan berdasarkan peraturan
provinsi, kabupaten/kota mengatur dan
perundang-undangan yang berlaku7.
mengurus sendiri urusan pemerintahan
Dalam pelaksanaan DBH CHT
menurut asas otonomi. Dalam pelaksanaan
peran Ditjen Perbendaharaan antara lain
program/kegiatan DBH-CHT; sebagai
tampak dalam mekanisme pelaksanaan
urusan pemerintahan yang kewenangan
anggaran Transfer Ke daerah; yaitu
pengurusannya diserahkan kepada pemda
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
penghasil CHT; kemudian TA 2010 selain
(Permenkeu), Dirjen Perimbangan
daerah penghasil CHT dana tersebut
Keuangan menerbitkan DIPA (Daftar
dialokasikan juga pada daerah penghasil
Isian Pelaksanaan Anggaran) alokasi dana
tembakau; dalam hal ini pemerintah
CHT, DIPA kemudian disampaikan kepada
memberikan kewenangan seluas-luasnya
Dirjen Perbendaharaan untuk mendapatkan
kepada pemda tersebut (prinsip otonomi
pengesahan.8 Pengesahan atas DIPA tersebut
seluas-luasnya) untuk mengurus dan
merupakan dasar pelaksanaan anggaran
mengatur urusan pemerintahan yang menjadi
transfer ke daerah. Selain itu dalam Pasal 9
kewenangannya; oleh sebab itu dilakukan
Permenkeu No.21/PMK.07/2009 mengatur
pembagian kewenangan yang didasarkan
bahwa DJP memberikan pengesahan atas
pada kriteria eksternalitas, akuntabilitas,
penetapan perubahan/revisi DIPA yang
dan efisiensi, sehingga masing-masing
telah dilakukan oleh DJPK atas nama
tingkat pemerintahan bisa mengetahui hak
7
dan kewajibannya.
  Lihat Peraturan Menteri Keuangan No.100/
PMK.01/2008 tentang Susunan Organisasi, dan tata kerja
Selain itu dilaksanakan prinsip
Departemen Keuangan.
8
  Peraturan Menteri Keuangan No.60/PMK.07/2008, otonomi nyata; bahwa pemerintah
tentang Dana Alokasi Cukai Hasil Tembakau TA 2008,
Pasal 6 ayat (1) & (2) provinsi, kabupaten/kota penghasil CHT
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 253

yang mendapat alokasi dana CHT wajib mengambil keputusan-keputusan yang tidak
melaksanakan ke-5 program/kegiatan bisa diambil oleh pemerintah pusat. Dari
yang ditetapkan dalam Pasal 66A (Ayat pernyataan umum inilah kemudian muncul
1) UU.No.39/2007 berdasarkan tugas, gagasan desentralisasi, sebuah gagasan
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya yang bisa mempunyai beragam bentuk dan
telah ada (pengaturannya telah ditetapkan sangat bervariasi tingkatannya”)
dalam undang-undang dan peraturan Jadi kekuasaan atau kewenangan
pelaksanaan) dan berpotensi untuk tumbuh, harus dibagi-bagi atau diserahkan kepada
hidup, dan berkembang sesuai dengan pemerintahan pada level pemerintahan
potensi dan kekhasan daerah; dalam hal ini daerah.9
Pemda harus menjabarkan lima (5) kegiatan
Prinsip-prinsip tersebut diatas wujud
utama dari penggunaan DBH CHT tersebut
dari adanya desentralisasi kekuasaan
menjadi kegiatan yang lebih teknis sesuai
politik, antara lain pertama,10 dapat
dengan kebutuhan/prioritas masing-masing
membantu mengembangkan nilai-nilai dan
daerah; sebelum tahun anggaran berjalan
keterampilan demokrasi warga negara.
Bupati/Walikota dan Gubernur diwajibkan
Kedua, meningkatkan akuntabilitas
membuat dan menyampaikan rancangan
dan responsivitas terhadap berbagai
program/kegiatan dan penganggaran DBH-
kepentingan dan urusan lokal. Ketiga,
CHT; dengan demikian program/kegiatan
desentralisasi memberikan semacam
yang dilaksanakan akan lebih sesuai dengan
saluran akses tambahan pada kekuasaan
prioritas dan karakteristik daerah masing-
terhadap kelompok-kelompok yang secara
masing.
historis marginal. Intinya Reformasi
Jean Blondel menyatakan: No demokrasi negara-negara bangsa melalui
goverment, even the most authoritarium, can pengembangan desentralisasi politik atau
ever take all public decisions at the centre. pemerintahan (politic or government
Some power has therefore to be given to decentralization), akan berdampak positif
authorities below the national level to take terhadap penguatan demokrasi.
the decisions which the centre cannot take
Program/kegiatan DBH-CHT dari
from this general remark emerges the idea
masing-masing provinsi, kabupaten/kota
of decentralisation, an idea which can of
penghasil CHT berbeda antara satu dengan
course take many forms and vary markedly
yang lain, karena tiap-tiap daerah memiliki
in extent.
karakteristik; misal ada provinsi, kabupaten/
(“Tak ada satupun pemerintahan, 9
  Jean Blondel, Comparative Government and
bahkan yang paling otoriter sekalipun, yang Introduction, European University Institute, Florence,
Philip Allan 66 Wood Lane End, Hemel Hempstead
mampu mengambil semua keputusan publik Hemtfondshire HP2RG Divisi Simon & Schuster
International Group, 1990
dipusat. Karena itu sebagian kekuasaan 10
  Svetlana Tsalik, Ukuran dan Demokrasi: Alasan
harus diberikan kepada para penguasa dan Dukungan untuk Desentralisasi”. Larry Diamond,
Developing Democracy toward Consolidation, Yogyakarta
dibawah level pemerintahan nasional guna : IRE Press, 2003, h. 156,
254 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

kota yang memiliki banyak pekerja/buruh dan/atau pemberantasan barang kena


pabrik rokoknya, sebaliknya lahan tanam cukai ilegal), terdapat 1 kegiatan yang
tembakau tidak ada. Beda dengan daerah membutuhkan adanya koordinasi dengan
lain yang justru banyak petani tembakaunya, instansi diluar pemerintah daerah, yaitu
karena kondisi tanah dan iklim yang cocok kegiatan sosialisasi ketentuan dibidang
untuk tanam tembakau. Selain itu penjelasan/ cukai dan/atau pemberantasan barang kena
alasan tentang perlunya pengadaan barang/ cukai ilegal; dalam pelaksanaannya pemda
peralatan sehubungan dengan pelaksanaan dalam hal ini Disperindag membutuhkan
program/kegiatan, ditetapkan dengan adanya koordinasi dengan Kantor Pelayanan
peraturan gubernur/bupati/walikota; dan Pengawasan Bea & Cukai (KPPBC)
dengan demikian akan lebih memudahkan/ setempat, (yang merupakan Instansi Vertikal
mempercepat daerah dalam usaha dari Ditjen Bea & Cukai). Tim bentukan
pengadaan barang/peralatan yang dinilai Biro/bagian perekonomian membuat
urgen untuk segera direalisasikan untuk program/kegiatan AD-CHT sebagai
efektivitas pelaksanaan program/kegiatan penjabaran dari 5 kegiatan utama (yang
DBH CHT. Serta prinsip otonomi yang limitatif ada dalam UU.No.39/2007 dan
bertanggungjawab; bahwa pengalokasian PMK No.84/2008). Untuk mencapai tujuan
dana CHT, mewajibkan pemda penghasil tersebut Tahun 2009 pemerintah melalui
CHT membuat program/kegiatan yang Ditjen Perimbangan Keuangan memberikan
sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian sosialisasi mengenai kebijakan DBH-CHT;
otonomi, yaitu memberdayakan daerah melalui rapat pembahasan pembagian
meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai dan program kerja DBH CHT TA 2009 (di
bagian utama dari tujuan nasional, bahwa Surabaya, 23-12-2008). Sehubungan dengan
program/kegiatan alokasi dana CHT (AD- hal tersebut Ditjen Perimbangan Keuangan
CHT) yang dibuat provinsi, kabupaten/ menyarankan agar pemda (penghasil CHT)
kota, harus disertai dengan kajian bersama membentuk Bank Kegiatan.
antara pihak-pihak terkait. Perancangan Pendekatan politik menekankan
awal dari program/kegiatannya dibuat oleh pentingnya desentralisasi terhadap
SKPD-SKPD yang memiliki tugas dan demokrasi, termasuk demokrasi partisipatoris
fungsi sesuai dengan lima kegiatan utama. ditingkat lokal. Desentralisasi menyediakan
Biro/bagian perekonomian (membentuk mekanisme yang memungkinkan
Tim yang terdiri dari dinas-dinas pemda tersalurkannya aspirasi politik masyarakat.
terkait) seperti: Disnaker, Disbun, Dinkes, Danny Burns et.al. mengajukan beberapa
Dinas Lingkungan Hidup, Disperindag. pendekatan umum untuk memperbaiki
Diantara 5 kegiatan utama dana alokasi demokratisasi di tingkat lokal antara
CHT (peningkatan kualitas bahan baku, lain melibatkan masyarakat pada proses-
pembinaan industri, pembinaan lingkungan proses politik secara langsung.11 Misalnya
sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukai,
11
  Muhammad Asfar, Implementasi Otonomi
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 255

mekanisme dalam pemilihan kebijakan untuk melaksanakannya sesuai dengan apa


publik, bahwa desentralisasi partisipasi yang telah disepakati. Hal ini menunjukkan
dalam pembuatan kebijakan publik dan adanya sisi akuntabilitas dan responsivitas
kontrol terhadap pemerintah daerah bisa terhadap berbagai kepentingan dan urusan
dilakukan masyarakat baik secara individual lokal.
dan kelompok di luar pemerintah (civil Regulasi desentralisasi atau otonomi
society/masyarakat sipil). Mekanismenya daerah secara optimistik dipercaya
misalnya melalui pertemuan-pertemuan beberapa kalangan akademisi sosial-politik
dengan pemerintah daerah, keterlibatan dapat memperdalam demokratisasi politik
langsung masyarakat dalam proses di tingkat lokal. Regulasi desentralisasi
pembuatan kebijakan publik.12 Pelaksanaan atau otonomi daerah adalah demokratis.13
program & kegiatan alokasi dana CHT/DBH- Dasar argumentasinya, antara lain regulasi
CHT yang kewenangan pengurusannya otonomi daerah dapat menumbuhkan
diserahkan kepada pemda, memberikan tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap
semacam saluran akses tambahan pada proses pembuatan kebijakan dan dapat
kekuasaan terhadap kelompok-kelompok memperkuat akuntabilitas publik, sehingga
yang secara historis marginal (seperti masyarakat yakin bahwa kepentingannya
buruh rokok, petani tembakau), sehingga tidak diabaikan. (Rasyid, 2003:64; Nasution
apa dan bagaimana yang diinginkan oleh et.al (ed.,), 2000:82-83).
mereka bisa diakomodir. Program/kegiatan
Penyelenggaraan otoda harus
AD-CHT dirancang dan siap dibahas/
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
dikaji oleh SKPD/dinas daerah terkait
masyarakat dengan selalu memperhatikan
bersama dengan pelaku usaha; pengusaha,
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh
pekerja disektor rokok dan tembakau,
dalam masyarakat, oleh sebab itu seperti
petani tembakau, dan oganisasi masyarakat
dijelaskan diatas, program/kegiatan alokasi
(Asosiasi Petani Tembakau yang ada di
CHT harus disesuaikan dengan kebutuhan,
daerah, Asosiasi pengusaha Rokok),dll.
prioritas, dan ketersediaan anggaran untuk
Jadi ada pelibatan masyarakat pada proses
didanai dari APBD. Setiap tahun gubernur,
pemilihan/pembuatan kebijakan DBH-
bupati/walikota (dalam bentuk keputusan
CHT. Setelah disepakati oleh berbagai
kepala daerah) menetapkan sebagian
pihak, hasil kesepakatan tersebut menjadi
program/kegiatan AD-CHT yang telah
semacam Bank Kegiatan (bila perlu
disepakati tersebut.
dituangkan dalam berita acara kesepakatan)
agar timbul komitmen masing-masing pihak Penyelenggaraan otoda harus
menjamin keserasian hubungan antara
Daerah: Kasus Jatim, NTT, Kaltim. 2001, Surabaya: CPPS,
13
CSSP dan Pusdeham, 2001, h. 208-209   Sri Djoharwinarlien, Otonomi: Peluang atau beban
12
  George A. Boyne, Public Choice Theory and Local bagi daerah? Abdul Gaffar Karim et.al (ed.,) Kompleksitas
Government: A Comparative Analysis of the UK and the Persoalan Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta:
USA. London and New York: Macmillan and ST.Martin’s, Pustaka Pelajar dan Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL
1998, h. 62-66. UGM, 2003, h. 124
256 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

daerah dengan daerah yang lainnya; artinya daerah pantai dan daerah persawahan. Sebab
mampu membangun kerjasama antar daerah kalau klor terlalu tinggi akan mempengaruhi
untuk meningkatkan kesejahteraan bersama mutu dan kualitas; tembakau termasuk
dan mencegah ketimpangan antar daerah, jenis tanaman tahunan yaitu tanaman
misalnya daerah yang besar hasil tanaman yang dipanen hanya setahun sekali; oleh
tembakaunya dari pada industri tembakau sebab itu tembakau tergolong dalam
maka menjalin kerjasama; dengan daerah kelompok tanaman perkebunan. Pemkab
yang memiliki industri tembakau, misal Pamekasan dalam hal ini dinas perkebunan
Pemkab Pamekasan (sebagai daerah akan mengkomunikasikan dengan petani
penghasil tembakau) bekerjasama dengan melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
Pemkot Surabaya (dalam hal ini Disperindag) mengenai apa yang menjadi keinginan
kedua pihak tersebut menfasilitasi dan dari pengusaha industri rokok. Pemkab
mengatur regulasinya; untuk kerjasama Pamekasan juga bekerjasama dengan pabrik
yang saling menguntungkan antara petani rokok di Kudus jawatengah(PT. Nojorono
Pamekasan dengan industri tembakau dan PT Sukun); pihak direksi mengatakan
(pabrik rokok) dikota Surabaya, seperti bahwa perusahaannya akan lebih selektif
PT. Sampoerna, PT Wismilak. Pemkab dalam membeli tembakau, hal itu seiring
Pamekasan juga menjalin kerjasama dengan tren global tembakau yang juga
dengan pemkab Kudus Jateng, dikota mulai mengalami penurunan produksi.
tersebut terdapat pabrik rokok PT DJarum (Lihat artikel sebelumnya: DBH-CHT
Kudus. Setiap tahun perusahaan Djarum ditinjau dari cukai rokok, kesehatan, dan
membeli tembakau madura (Pamekasan industri rokok).
dan Sumenep), Th 2008 s/d Th 2009 untuk Pasal 2 (Ayat 4) UU.No.32/2004 bahwa
Pamekasan pembelian PT Djarum minimal pemda dalam menyelenggarakan urusan
3.500 ton - 4000 ton. Sedangkan harga beli pemerintahan memiliki hubungan dengan
selalu diatas Break Event Point (BEP) petani, pemerintah, dan dengan pemerintahan
misal harga pembelian ada yang Rp 24 Ribu daerah lainnya; hubungan tersebut
hingga 36 Ribu. Ini mengindikasikan bahwa diantaranya adalah hubungan wewenang;
kerjasama antardaerah penting dilakukan yang dalam pelaksanaan kebijakan DBH-
agar bersinergi menghasilkan/meningkatkan CHT direpresentasikan dalam wujud
kapasitas daerah, mengingat masing-masing pembagian kewenangan antara pempus
daerah memiliki potensi, kondisi, dan dengan pemda provinsi, kabupaten/
kekhasan yang berbeda. Harapan Pemkab kota, yang didasarkan pada kriteria yang
Pamekasan; pabrikan tetap konsisten meliputi eksternalitas, akuntabilitas, dan
dengan pembelian. Sebaliknya pemkab akan efisiensi. Hubungan kewenangan tersebut
berupaya menjaga agar mutu tembakau tetap menimbulkan hubungan administrasi dan
terjaga; (memberikan arahan agar petani kewilayahan antar susunan pemerintahan.
tidak menanam didaerah “terlarang” seperti Selanjutnya Ayat 7 menyatakan bahwa
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 257

hubungan administrasi terjadi sebagai pengurusannya pada bagian/bidang tertentu


konsekuensi dari kebijakan penyelenggaraan dilaksanakan bersama antara pemerintah
pemerintahan daerah yang merupakan satu dan pemda; sedangkan disisi yang lain ada
kesatuan dalam penyelenggaraan sistem bagian urusan yang menjadi kewenangan
administrasi negara. Sedangkan hubungan eksklusif pemerintah, dan ada pula bagian
kewilayahan terjadi sebagai konsekuensi urusan yang diserahkan kepada provinsi/
dibentuk dan disusunnya daerah otonom kabupaten/kota.16
yang diselenggarakan di wilayah NKRI; Hal pembagian kewenangan yang
sehingga wilayah daerah merupakan satu didasarkan pada kriteria eksternalitas,
kesatuan wilayah negara yang utuh dan bulat. akuntabilitas dan efisiensi tersebut; yaitu
Bertolak dari ketentuan tersebut diatas maka sebagai berikut:
pembagian kewenangan dalam pelaksanaan
(1) Bagian tertentu dalam pelaksanaan
kebijakan DBH-CHT membutuhkan: 1)
program/kegiatan DBH-CHT
Koordinasi antar pelaku pembangunan dalam
yang dilaksanakan bersama antara
pencapaian tujuan nasional; 2)Integrasi,
pemerintah dengan pemda; misalnya
sinkronisasi, dan sinergi antara pusat dan
dalam mekanisme pendistribusian
daerah; 3)Keterkaitan dan konsistensi antara
DBH-CHT kepada provinsi penghasil
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
CHT di lakukan melalui koordinasi
dan pengawasan; 4)Penggunaan sumber
antara pemerintah(Depkeu c.q Ditjen
daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
Bea dan Cukai, Ditjen Perimbangan
berkelanjutan; 5)Partisipasi masyarakat.14
Keuangan) dengan Gubernur dan
Desentralisasi dapat meningkatkan Kantor wilayah Ditjen Bea dan Cukai
demokrasi secara efektif, berkualitas, setempat.
legitimate, dan stabil-terkonsolidasi.15
(2) Bagian urusan dalam pelaksanaan
kebijakan DBH-CHT sejak perencanaan,
program/kegiatan DBH-CHT yang
penganggaran, pelaksanaan, hingga
menjadi kewenangan pemerintah;
pengawasannya menerapkan konsolidasi
misalnya:
antara pempus dengan pemda Prov/kota/
 Menteri Keuangan harus
kab. Hal ini sejalan dengan desentralisasi
mempertimbangkan & meneliti
yang mensyaratkan adanya pembagian tentang keakuratan pembagian alokasi
urusan pemerintahan antara pemerintah DBH-CHT tersebut apakah sudah
sesuai dengan ketentuan peraturan
dengan daerah otonomi; pelaksanaan
perundang-undangan sampai akhirnya
kebijakan DBH-CHT sebagai urusan menutuskan untuk menyetujui dan
pemerintahan yang bersifat Concurren; menetapkan alokasi DBH-CHT
tersebut.
merupakan urusan pemerintahan yang
14
  Penjelasan UU.No.17/2007 tentang Rencana  Pemerintah dalam hal ini menteri
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- keuangan/menkeu memberikan
2025, Bagian Ketentuan Umum
15 16
  Tsalik, 2003:154; Sorensen, 2003: 236; Goodin   Bagian Penjelasan Undang-undang No.32/2004,
dan Klingemann, 1996:633 Op.cit, mengenai Pembagian Urusan Pemerintahan
258 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

pedoman umum penggunaan DBH- kelembagaan, kepegawaian,


CHT dan sanksi atas penyalahgunaan keuangan, pengelolaan aset,
alokasi DBH-CHT. Dalam LPND, DPRD, pelayanan publik,
penyaluran DBH-CHT Menkeu dan kebijakan daerah.19
selaku pengguna anggaran transfer
kedaerah17 mempunyai kewenangan (3) Bagian urusan dalam pelaksanaan
atas pelaksanaan anggaran transfer
kedaerah dengan cara menunjuk program/kegiatan DBH-CHT yang
Dirjen Perimbangan Keuangan diserahkan pada provinsi; misalnya:
sebagai kuasa pengguna anggaran
o Gubernur daerah penghasil CHT
transfer ke daerah; yang kemudian
menetapkan alokasi DBH-CHT
akan melaksanakan kewenangan dari
untuk provinsi/kabupaten/kota
menkeu terkait dengan penyaluran
diwilayahnya.
DBH CHT tersebut.
o Gubernur bertanggungjawabmengera
 Upaya pembinaan atas pelaksanaan kkan,mendorong, dan melaksanakan
DBH-CHT didaerah dilaksanakan kegiatan sesuai dengan prioritas dan
oleh pemerintah dan atau Gubernur karakteristik daerah masing-masing.
selaku wakil pemerintah didaerah
untuk mewujudkan tercapainya tujuan o Pada awal tahun gubernur membuat
penyelenggaraan otoda; pembinaan dan menyampaikan rancangan
meliputi: a) Koordinasi pemerintahan program & kegiatan DBH CHT
antar susunan pemerintahan; meliputi dan penganggarannya. Program
aspek perencanaan, dan evaluasi dalam & kegiatan DBH CHT tersebut
pelaksanaan program/kegiatan DBH- merupakan penjabaran dari Pasal
CHT; b)Pemberian pedoman dan 66A UU.No.39/2007, kemudian
standar dalam pelaksanaan program/ gubernur melakukan konsolidasi
kegiatan DBH-CHT; yang mencakup rancangan program & kegiatan
aspek perencanaan, pelaksanaan, dengan bupati/walikota. Selanjutnya
tata laksana, pendanaan, kualitas, hasil konsolidasi tersebut
pengendalian dan pengawasan; c) disampaikan kepada Menkeu c.q
Pemberian bimbingan, supervisi, Ditjen Perimbangan Keuangan
dan konsultasi; yang mencakup dan Mendagri c.q Dirjen Bina
aspek perencanaan, pelaksanaan, Administrasi Keuangan daerah.20
tata laksana, pendanaan, kualitas, o Pengadaan barang dalam rangka
pengendalian dan pengawasan; d) pelaksanaan program/kegiatan DBH
Pemantauan dan Evaluasi atas CHT, di Tk.Provinsi dilaksanakan
laporan alokasi penggunaan anggaran dengan keputusan gubernur.
yang dilakukan oleh Menkeu RI c.q
o Gubernur membuat laporan alokasi/
Dirjen Perimbangan Keuangan18,
penggunaan DBH-CHT atas
selanjutnya dikoordinasikan pelaksanaan program/kegiatan
dengan Mendagri; karena tugas sebagai penjabaran dari lima
dan fungsi Mendagri yang kegiatan utama (Pasal 66A (Ayat
diantaranya meliputi pemantauan 1) UU.No.39/2007 tentang Cukai).
dan evaluasi yang antara lain Program/kegiatan yang dibuat/
dilakukan terhadap kewenangan, dirancang oleh pemerintah provinsi
penghasil CHT merupakan program/
17
  Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan
19
No.21/PMK.07/2009 tentang Pelaksanaan dan   Pasal 14 dan 17 Peraturan Pemerintah No.79/2005
Pertanggungjawaban Anggaran Transfer Ke Daerah tentang Pedoman Pembinaan dan Pegawasan
18
  Pasal 13 (Ayat 1) Peraturan Menteri Keuangan Penyelenggaraan Pemerintahan daerah.
20
No.84/PMK.07/2008 tentang Penggunaan DBH-CHT dan   PMK. No.84/PMK.07/2008, Op.cit, Pasal 10
sanksi atas penyalahgunaan alokasi DBH-CHT (Ayat 2)
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 259

kegiatan yang disesuaikan dengan penghasil CHT tersebut disesuaikan


kondisi, prioritas atau kebutuhan dengan prioritas dan karakteristik
daerah. Kemudian gubernur membuat
laporan konsolidasi penggunaan daerah masing-masing. Laporan
DBH CHT/ alokasi dana CHT, untuk tersebut dikirim setiap 6 bulan sekali
memantapkan atau memperkuat
kepada gubernur.
penganggaran atas penggunaan
DBH CHT yang telah dibuat oleh Poin 3 dan 4 merupakan bentuk
gubernur, bupati/walikota. Laporan
konsolidasi tersebut diserahkan pertanggungjawaban desentralisasi dengan
setiap 6 bulan sekali; kepada menggunakan mekanisme partisipatory.
MenKeu dan Mendagri.21 (Menkeu Sebagaimana konsep berikut ini;
c.q Ditjen Perimbangan Keuangan
dan Mendagri cq. Ditjen “UNDP mengkonseptalisasikan
Bina Administrasi Keuangan desentralisasi sebagai berikut:
Daerah).22
Desentralisasi sektor publik dengan
(4) Bagian urusan dalam pelaksanaan sendirinya tidak akan dapat efektif
program DBH-CHT yang diserahkan mendukung penguatan pemerintah
kepada Kabupaten/Kota; misalnya: a) lokal, termasuk penguatan masyarakat
Bupati/Walikota bertanggungjawab pada sektor publik dan privat. Dan
untuk menggerakkan, mendorong, sebaliknya pencapaian good governance
dan melaksanakan kegiatan sesuai pada tingkat lokal tidak mungkin
dengan prioritas dan karakteristik tercapai tanpa transfer tanggungjawab
daerah masing-masing; b) dan kapasitas melalui desentralisasi.
Bupati/Walikota membuat dan Tema “desentralisasi pemerintahan”
menyampaikan rancangan program memberikan pengertian sistematik dan
kegiatan dan penganggaran DBH- harmoni bahwa hubungan timbal balik
CHT kepada gubernur sebelum tahun melahirkan keseimbangan kekuasaan
anggaran berjalan; c) Pengadaan dan responsibilitas antara pempus dengan
barang dalam rangka pelaksanaan level pemerintahan lain dan aktor-aktor
program/kegiatan DBH CHT, di non pemerintah, dan kapasitas lembaga di
Tk.Kab/kota dilaksanakan dengan tingkat lokal mempertanggung-jawabkan
keputusan Bupati/Walikota; d) Bupati/ desentralisasi menggunakan mekanisme
Walikota membuat laporan Alokasi partisipatory”.23
Penggunaan Dana atas pelaksanaan
Hasil kesepakatan sejumlah stage
program/kegiatan sebagai penjabaran
holder dalam perancangan dan pembahasan
dari Lima kegiatan utama (Ps. 66 A
Program/kegiatan AD-CHT dituangkan
(Ayat 1) UU.No39/2007), rancangan
program dan kegiatan yang dibuat/ 23
  Jr Arellano A. Colongon, “What is Happening of
The Ground? The Progres of Decentralisation”, Edward
dirancang oleh pemda kabupaten/kota Aspinall and Greg Fealy (eds.,) Local Power and Politics
in Indonesia: Decentralisation and Democratisation,
21
  Ibid, Pasal 11 (Ayat 2) Singapore: Institue of Southeast Asian Studies, 2003, h.
22
  Ibid, Pasal 10 (Ayat 2) 89
260 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

dalam bentuk semacam Bank Kegiatan (ada penganggaran atas penggunaan DBH CHT
berita acara kesepakatan) sehingga timbul yang telah dibuat oleh gubernur, bupati/
komitmen masing-masing pihak untuk walikota. Laporan konsolidasi tersebut
melaksanakan sesuai dengan apa yang telah diserahkan setiap 6 bulan sekali; kepada
disepakati. Hal ini menunjukkan adanya Menkeu dan Mendagri.24 (Menkeu c.q Ditjen
sisi akuntabilitas dan responsivitas terhadap Perimbangan Keuangan dan Mendagri
berbagai kepentingan dan urusan lokal. cq. Ditjen Bina Administrasi Keuangan
Diatas dinyatakan bahwa bagian urusan Daerah)
yang menjadi kewenangan pemerintah Urusan pemerintahan yang menjadi
dalam pelaksanaan prog/kegiatan DBH- kewenangan pemda provinsi, kabupaten/
CHT al: pemerintah dan gubernur kota yang didasarkan pada kriteria
melakukan pembinaan dalam bentuk eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi;
bimbingan, supervisi, dan konsultasi yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
mencakup antara lain: aspek pemantauan Urusan wajib yang menjadi kewenangan
dan evaluasi, yaitu: Pemda kabupaten/kota dari masing-masing pemerintahan daerah,
penghasil CHT dan penghasil tembakau pada dasarnya memiliki kesamaan, yang
diwajibkan membuat rancangan program membedakan hanya skalanya; ada urusan
dan kegiatan disesuaikan dengan prioritas wajib yang berskala propinsi (skala
dan karakteristik daerah masing-masing. provinsi; urusan wajibnya meliputi juga
Kemudian bupati/walikota membuat laporan lintas kabupaten/kota) dan ada urusan wajib
Alokasi Penggunaan Dana atas pelaksanaan yang berskala kabupaten/kota. Urusan wajib
program/kegiatan sebagai penjabaran dari dalam pelaksanaan program/kegiatan DBH-
Lima kegiatan utama (Ps. 66 A (Ayat 1) CHT yang menjadi kewenangan daerah
UU.No39/2007), Laporan tersebut dikirim provinsi, kabupaten/kota; antara lain:
setiap 6 bulan sekali kepada gubernur. 1. Bidang Perencanaan dan pengendalian
Sedangkan pemerintah provinsi pembangunan;
penghasil CHT dan penghasil tembakau a. Perencanaan dalam pelaksanaan
juga membuat/merancang program/kegiatan program/kegiatan DBH-CHT;
DBH-CHT disesuaikan dengan kondisi, misalnya:
prioritas/kebutuhan daerah. Setelah itu
 Koordinasi gubernur dengan
gubernur wajib mengirimkan laporan alokasi/
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai
penggunaan DBH-CHT atas pelaksanaan
dalam penetapan alokasi DBH-
program/kegiatan sebagai penjabaran dari
CHT untuk provinsi,kabupaten/
lima kegiatan utama (Pasal 66A (Ayat 1)
kota yang ada dalam
UU.No.39/2007 tentang Cukai). Selain itu
penguasaannya. Kanwil DJBC
gubernur membuat laporan konsolidasi
memberikan data tentang
penggunaan DBH CHT/ alokasi dana CHT,
untuk memantapkan atau memperkuat 24
  Ibid, Pasal 11 (Ayat 2)
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 261

perkiraan CHT per kabupaten/ melaporkan hasil pemantauan


kota, selanjutnya pembagian atas pelaksanaan penggunaan
DBH-CHT tersebut disampaikan DBH-CHT kepada kepala
ke Menkeu untuk mendapatkan daerah.
persetujuan dan penetapan.
 Pengendalian pelaksanaan
 Bupati/walikota, gubernur rencana program/kegiatan DBH-
pada awal tahun membuat CHT; misal:
dan menyampaikan rancangan
(1) Pengendalian oleh gubernur,
program/kegiatan (penjabaran
bupati/walikota dalam
dari 5 kegiatan utama Pasal 66A
pelaksanaan program/
UU.No.39/2007), kemudian
kegiatan DBH-CHT
membuat dan menyampaikan
dilakukan oleh Kepala SKPD
penganggarannya dan gubernur
penerima dana alokasi CHT
mengkonsolidasikan rancangan
sesuai dengan tugas pokok
program/kegiatan dengan bupati/
dan fungsinya; SKPD tersebut
walikota. Hasil konsolidasi
adalah Disnaker, Disperindag,
tersebut disampaikan kepada
Disbun, Dinas Koperasi
Menkeu c.q Dirjen Perimbangan
dan UMKM, Dinas Sosial,
Keuangan dan Mendagri c.q
Badan Lingkungan Hidup,
Dirjen Bina Administrasi
dan Dinas Kesehatan/RSU/
Keuangan Daerah.
RSK. Perlu diketahui bahwa
b. Pengendalian dalam Pelaksanaan pengaturan mengenai SKPD
Program/kegiatan DBH-CHT; mana saja yang menerima
terdiri atas: dana alokasi CHT tergantung
 Pengendalian terhadap pada kebutuhan, dan prioritas
kebijakan perencanaan program/ daerah. Pengendalian oleh
kegiatanDBH-CHT; misal: Biro Kepala SKPD meliputi
Administrasi Perekonomian pemantauan pelaksanaan
Provinsi, Bidang Perekonomian program dan kegiatan yang
Kabupaten/Kota selaku meliputi realisasi pencapaian
Sekretariat dalam pelaksanaan target, penyerapan dana, dan
program/kegiatan DBH- kendala yang dihadapi.
CHT; melakukan monitoring
(2) Hasil pemantauan dari
terhadap pelaksanaan kebijakan
pelaksanaan program dan
penggunaan DBH-CHT, dan
kegiatan DBH-CHT disusun
melaporkan hasil pelaksanaan
dalam bentuk laporan setiap 6
penggunaan DBH-CHT kepada
bulan 1x untuk disampaikan
Bappeda; kemudian Bappeda
262 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

kepada Biro administrasi sehat; TOT pencegahan merokok


Perekonomian. usia dini. c) Dll.
(3) Sebagai perangkat daerah 4. Pelayanan bidang ketenagakerjaan,
yang melakukan pengendalian misal: program peningkatan kualitas
terhadap keseluruhan dan produktivitas tenaga kerja dan
perencanaan pembangunan identifikasi kebutuhan layanan
daerah; Kepala Bappeda dan pembinaan ketenagakerjaan
provinsi, kabupaten/kota; disektor industri rokok; melalui
melaporkan hasil pemantauan kegiatan pelatihan peningkatan
yang telah dilakukannya, keterampilan kerja; pendidikan
berikut juga dengan hasil & pelatihan keterampilan bagi
pemantauan yang dilakukan pekerja perusahaan rokok.
oleh SKPD kepada Kepala
5. Fasilitas pengembangan koperasi,
daerah, disertai dengan
usaha kecil, dan menengah; misal:
rekomendasi dan langkah-
a) program peningkatan kualitas
langkah yang diperlukan.
bahan baku; melalui kegiatan
2. Penanganan bidang kesehatan, fasilitasi kemitraan usaha tani
misal: Program: a) Pengadaan, tembakau. b)pengembangan
peningkatan sarana dan prasarana industri kecil dan menengah;
RS/RSJ/RSPP/RSM; melalui melalui pendataan industri kecil
kegiatan pengadaan alat-alat menengah.
kesehatan rumah sakit. b)
6. Bidang pengendalian lingkungan
Pengembangan lingkungan sehat;
hidup, misal: program peningkatan
melalui kegiatan pembentukan
keamanan dan kenyamanan
area bebas rokok pada instansi.
lingkungan; melalui kegiatan:
3. a) Penyelenggaraan pendidikan pengendalian kebisingan dan
dan alokasi sumber daya manusia gangguan kegiatan akibat industri
potensial, misal: Program rokok; pemeriksaan laboratorium
Pendidikan non formal; melalui hasil uji kualitas limbah cair
kegiatan sosialisasi bahaya akibat domestik; sosialisasi pengelolaan
merokok bagi generasi muda, lingkungan untuk pabrik rokok;
pegawai negeri, tenaga kerja pengujian udara ambient dikawasan
wanita. b) Promosi kesehatan dan industri rokok.
pemberdayaan masyarakat; melalui
7. Urusan wajib lainnya yang
kegiatan penyuluhan kesehatan
diamanatkan oleh peraturan
akibat rokok; pengadaan media
perundang-undangan, misal,
promosi dan informasi sadar hidup
program: a) peningkatan
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 263

pendapatan daerah; melalui d) Daerah yang memiliki industri hasil


sosialisasi ketentuan dibidang cukai tembakau/pabrik rokok; e) Luas areal pabrik
rokok. b)pembinaan industri rokok; rokok yang terdapat di daerah kabupaten/
melalui penyusunan dokumen kota penghasil CHT. kelima hal tersebut
hasil pemetaan pabrik rokok. c) diatas menjadi indikator yang menentukan
peningkatan kualitas bahan baku; besaran jumlah bagian DBH-CHT yang
melalui pendataan kualitas bahan akan dialokasikan ke kabupaten/kota daerah
baku; tembakau penghasil CHT.
Penyelenggaraan pembagian
Kesimpulan
kewenangan berdasarkan kriteria
eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi Pembagian kewenangan tersebut diatas
dalam pelaksanaan program/kegiatan telah memenuhi: 1)kriteria eksternalitas
DBH-CHT selain merupakan urusan wajib (mempertimbangkan dampak/akibat yang
juga menjadi urusan pilihan bagi provinsi, ditimbulkan dari suatu penyelenggaraan
kabupaten/kota penghasil CHT. Urusan urusan pemerintahan); apabila dampak
pemerintahan provinsi, kabupaten/kota yang ditimbulkan bersifat lokal maka
yang bersifat wajib merupakan urusan urusan pemerintahan tersebut menjadi
pemerintahan yang berpedoman pada standar kewenangan kabupaten/kota, apabila
pelayanan minimal, dilaksanakan secara dampaknya bersifat regional maka
bertahap, dan ditetapkan oleh pemerintah, menjadi kewenangan provinsi, dan apabila
seperti penanganan bidang kesehatan, dampaknya bersifat nasional maka menjadi
pendidikan, penanganan masalah sosial, kewenangan pemerintah. 2)memenuhi
perencanaan dan pengendalian pelaksanaan Kriteria akuntabilitas bahwa tingkat
rencana pembangunan. Sedangkan urusan pemerintahan yang menangani sesuatu
pemerintahan provinsi, kabupaten/kota bagian urusan adalah tingkat pemerintahan
yang bersifat pilihan, meliputi urusan yang lebih langsung/dekat dengan dampak/
pemerintahan yang secara nyata ada dan akibat dari urusan yang ditangani tersebut;
berpotensi meningkatkan kesejahteraan sehingga akuntabilitas penyelenggaraan
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, bagian urusan pemerintahan tersebut
dan potensi unggulan daerah, yang dalam kepada masyarakat akan lebih terjamin. 3)
hal ini daerah tersebut antara lain: a) memenuhi Kriteria efisiensi; yaitu pembagian
Berpotensi menghasilkan penerimaan bagi kewenangan urusan pemerintahan yang
negara, yaitu dari CHT; b) Daerah yang mempertimbangkan tersedianya sumber
memiliki potensi sebagai daerah penghasil daya (personil, dana, dan peralatan)
bahan baku produk hasil tembakau (luas untuk mendapatkan ketepatan, kepastian,
areal perkebunan tembakau); c) Daerah dan kecepatan hasil yang harus dicapai
yang sebagian warganya bekerja sebagai dalam penyelenggaraan bagian urusan;
buruh/pekerja pabrik industri tembakau; artinya apabila suatu bagian urusan dalam
264 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

penanganannya dipastikan akan lebih meningkat dibandingkan penerimaan CHT


berdaya guna dan berhasil guna dilaksanakan dalam APBN- Perubahan TA 2008 yang
oleh provinsi dan/atau kabupaten/kota berjumlah Rp 44.533.900.000.000,- (empat
dibandingkan apabila ditangani oleh puluh empat trilliun lima ratus tiga puluh
pemerintah maka bagian urusan tersebut tiga milliar sembilan ratus juta rupiah).
diserahkan kepada provinsi dan/atau
kabupaten/kota. Sebaliknya apabila bagian DAFTAR PUSTAKA
urusan akan lebih berdaya guna dan berhasil Asfar, Muhammad (ed.,), Implementasi
guna bila ditangani oleh pemerintah maka Otonomi Daerah: Kasus Jatim, NTT,
bagian urusan tersebut tetap ditangani oleh Kaltim, Surabaya: CPPS, CSSP dan
Pusdeham, 2001
pemerintah. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang dibagi berdasarkan Blondel, Jean. Comparative Government
kriteria eksternalitas, akuntabilitas dan and Introduction, European University
Institute, Florence, Philip Allan 66
efisiensi tersebut dalam pelaksanaannya
Wood Lane End, Hemel Hempstead
memperhatikan keserasian hubungan antar Hemtfondshire HP2RG Divisi Simon
susunan pemerintahan; ini merupakan & Schuster International Group, 1990
bentuk pelaksanaan hubungan kewenangan
Boyne, George A. Public Choice Theory and
antara pemerintah dengan pemerintah Local Government: A Comparative
daerah (provinsi,kabupaten/kota) atau antar Analysis of The UK and USA. London
pemerintahan daerah; bahwa pengelolaan and New York: Macmillan and ST.
Martin’s, 1998.
bagian urusan pemerintahan yang dikerjakan
oleh tingkat pemerintahan yang berbeda Colongon, Jr., Arellano A. “What is
bersifat saling berhubungan (interkoneksi), Happening of The Ground? The
Progres of Decentralisation”, Edward
saling tergantung (interdependensi), dan
Aspinall and Greg Fealy (eds.,) Local
saling mendukung sebagai satu kesatuan Power and Politics in Indonesia:
sistem pemerintahan dengan memperhatikan Decentralisation and Democratisation,
cakupan kemanfaatan.25 Pembagian urusan h. 87-101, Singapore: Institue of
Southeast Asian Studies, 2003
dalam pelaksanaan program/kegiatan DBH-
CHT tersebut membawa dampak positif bagi Djoharwinarlien, Sri. Otonomi: Peluang
peningkatan penerimaan negara dari sektor atau beban bagi daerah? Abdul
cukai; misal TA 2008 walaupun merupakan Gaffar Karim et.al (ed.,) Kompleksitas
Persoalan Otonomi Daerah di
tahun pertama pelaksanaan kebijakan alokasi Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
dana CHT kedaerah tapi cukup memberi Pelajar dan Jurusan Ilmu Pemerintahan
dampak yang menggembirakan,terbukti FISIPOL UGM, 2003.
adanya peningkatan di APBN TA 2009 Nasution, Arif M., et. al (ed.,). Demokratisasi
penerimaan negara dari sektor CHT dan Problema Otonomi Daerah.
mencapai Rp 48.240.100.000.000,- Bandung: Mandar Maju, 2000.
25
  UU. No.32/2004 , Op.cit, Pasal 11 (Ayat 2) dan
Penjelasan No.3
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 265

Rasyid, M. Ryaas, ”Regional Autonomy Undang-undang No.17/2007 tentang


and Local Politics in Indonesia”, Rencana Pembangunan Jangka
Edward Aspinall and Greg Fealy Panjang Nasional Th 2005-2025
(eds.,), Local Power and Politics
in Indonesia:Decentralisation and Undang-undang No. 39/2007 tentang
Democratisation, h.63-71, Singapore: Perubahan atas UU. No. 11/1995
Institute of Southeast Asian Studies, tentang Cukai
2003.
Peraturan Pemerintah No.79/2005 tentang
Sorensen, Georg. Demokrasi dan Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Demokratisasi: Proses dan Prospek Penyelenggaraan Pemerintahan
dalam Sebuah Dunia yang Sedang Daerah.
Berubah, Yogyakarta: CCSS dan
Peraturan Pemerintah No. 7/2008 tentang
Pustaka Pelajar, 2003.
dekonsentrasi dan tugas pembantuan
Sugianto, Pengantar Kepabeanan dan
Peraturan Menteri Keuangan No. 60/
Cukai, Grasindo Widiasarana, Jakarta,
PMK.07/2008 tentang Dana Alokasi
2008
CHT TA 2008
Tsalik, Svetlana, Ukuran dan Demokrasi:
Peraturan Menteri Keuangan No. 84/
Alasan dan Dukungan untuk
PMK.07/2008 tentang Penggunaan
Desentralisasi”, Larry Diamond,
Dana Bagi Hasil (DBH) CHT dan
Developing Democracy toward
Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi
Consolidation, Yogyakarta: IRE
DBH CHT.
Press, 2003.
Peraturan Menteri Keuangan No. 100/
PERATURAN PMK.01/2008 tentang Organisasi, dan
Tata Kerja Departemen Keuangan.
Undang-undang No.17/2003 tentang
Keuangan Negara Peraturan menteri Keuangan No.21/
PMK.07/2009 tentang Pelaksanaan
Undang-undang No.32/2004 tentang dan Pertanggungjawaban Anggaran
Pemerintahan Daerah Transfer ke Daerah.
266 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai