Abstract
Implementation of The allocation of Profit-Sharing Fund of Tobacco-Product Duty (DBH-
CHT) policy is a concurrent governmental affair. To some extent, it is mutually carried
out by central government and local government, However, there are some components
that exclusively become the authority of central government whereas the other ones are
under the authority of provincial/regency/town government. Governmental affairs under
the authority of provincial and regency/town governments are based on the principles of
externality, accountability, and efficiency. Such affairs consist of compulsory affairs and
optional ones.
Key words: Profit-Sharing Fund of Tobacco-Product Duty, concurrent governmental
affair, the authority of central government, the authority of provincial/regency/town
government.
Abstrak
Pelaksanaan kebijakan pengalokasian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau merupakan
urusan pemerintahan yang concurrent. Pada beberapa hal kebijakan itu dilaksanakan
bersama-sama oleh pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, tetapi ada beberapa
bagian yang murni menjadi kewenangan pemerintah pusat sementara ada beberapa hal
lain yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi/kabupaten/kota. Urusan-urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, kabupaten/kota didasarkan
atas prinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi. Urusan tersebut terdiri atas urusan
wajib dan pilihan.
Kata kunci: Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT), urusan pemerintahan
concurrent, kewenangan pemerintah pusat, kewenangan pemerintahan provinsi/kabupaten/
kota.
Pendahuluan termasuk golongan pajak pusat yang
dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam
Cukai merupakan pungutan negara
pelaksanaannya dikelola oleh Direktorat
yang di APBN masuk dalam golongan
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).
pendapatan pajak dalam negeri. Cukai
246 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012
1
Sugianto, Pengantar Kepabeanan dan Cukai,
Grasindo Widiasarana, Jakarta, 2008, hal 4
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 247
daerah penghasil CHT juga untuk daerah dan penghasil CHT)6. Selanjutnya gubernur
penghasil Tembakau; mengingat putusan berwenang mengatur pembagian DBH-
Mahkamah Konstitusi atas permohonan CHT tersebut kepada kabupaten/kota yang
pengujian/constitutional review Gubernur ada diwilayahnya.
NTB H.M Zainul Majdi terhadap Pasal 66A Berikut ini mekanisme hubungan
UU.No.39/2007. Mahkamah Konstitusi kewenangan dalam pelaksanaan kebijakan
memutuskan, alokasi DBH CHT tidak hanya DBH-CHT .
untuk daerah penghasil CHT saja tetapi
Peran Ditjen Bea & Cukai (DJBC)
juga untuk daerah penghasil tembakau;
dalam Pelaksanaan Program/kegiatan
pengalokasian DBH CHT untuk provinsi
DBH-CHT; misalnya: Dalam mekanisme
penghasil tembakau tersebut harus dipenuhi
penetapan alokasi DBH-CHT per daerah; (a)
paling lambat mulai TA 2010 dengan porsi
DJBC memberikan data perkiraan CHT per
pembagian tetap seperti semula sebesar
provinsi dan data perkiraan DBH CHT per
2% dari pendapatan CHT yang dibuat di
provinsi; (b)DJBC mengirim surat kepada
Indonesia.
Kantor Wilayah DJBC; menindaklanjuti
Provinsi Jawa Timur dijadikan surat dari Direktorat Jenderal Perimbangan
sebagai objek penelitian karena TA Keuangan (DJPK) tentang permohonan
2008, 2009, 2010, dan 2011 total alokasi agar DJBC mengizinkan Kantor Wilayah
dana CHT untuk provinsi ini merupakan DJBC memberikan data perkiraan CHT per
yang terbesar dibandingkan dana yang Kabupaten/kota; (c)Kantor wilayah DJBC
dilokasikan ke daerah penghasil CHT/ (Kw CJBC) mengirimkan surat mengenai
penghasil tembakau lainnya; yaitu TA`2008 data perkiraan CHT per kabupaten/kota
sejumlah Rp135.849.855.000,-, TA2009 kepada gubernur daerah penghasil CHT;
sebesar Rp599.357.180.000,00 (meningkat selanjutnya data perkiraan tersebut menjadi
signifikan dibandingkan Th 2008), TA dasar bagi gubernur untuk mengatur dan
2010 sebesar Rp 613.451.367.661,- dan menetapkan pembagian DBH-CHT per
TA2011 sebesar Rp 618.750.828.561,-dana provinsi/kabupaten/kota; namun jika
tersebut kemudian dialokasikan kepada sampai deadline Kw DJBC dalam hal ini
provinsi/kabupaten/kota di Jawa Timur. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
Ada 5 daerah yang mendapat alokasi dana Cukai belum menyampaikan data perkiraan
CHT(Th.2008) dan DBH-CHT Th.2009 CHT per daerah maka menjadi kewenangan
yaitu Provinsi Sumatra Utara, Jabar, Jateng, gubernur untuk membagi DBH-CHT per
Jatim, dan D.I.Yogyakarta (sebagai daerah daerah.
penghasil CHT). Kemudian Th 2010
Gubernur mengelola dan menggunakan
menjadi 19 daerah dan Th 2011 menjadi
DBH-CHT dan mengatur pembagian DBH-
20 daerah yang mendapat alokasi DBH-
CHT (meliputi daerah penghasil tembakau 6
Permenkeu No.66/PMK.07/2010 dan Permenkeu
No.33/PMK.07/2011 tentang Alokasi Sementara DBH-
CHT--
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 251
yang mendapat alokasi dana CHT wajib mengambil keputusan-keputusan yang tidak
melaksanakan ke-5 program/kegiatan bisa diambil oleh pemerintah pusat. Dari
yang ditetapkan dalam Pasal 66A (Ayat pernyataan umum inilah kemudian muncul
1) UU.No.39/2007 berdasarkan tugas, gagasan desentralisasi, sebuah gagasan
wewenang, dan kewajiban yang senyatanya yang bisa mempunyai beragam bentuk dan
telah ada (pengaturannya telah ditetapkan sangat bervariasi tingkatannya”)
dalam undang-undang dan peraturan Jadi kekuasaan atau kewenangan
pelaksanaan) dan berpotensi untuk tumbuh, harus dibagi-bagi atau diserahkan kepada
hidup, dan berkembang sesuai dengan pemerintahan pada level pemerintahan
potensi dan kekhasan daerah; dalam hal ini daerah.9
Pemda harus menjabarkan lima (5) kegiatan
Prinsip-prinsip tersebut diatas wujud
utama dari penggunaan DBH CHT tersebut
dari adanya desentralisasi kekuasaan
menjadi kegiatan yang lebih teknis sesuai
politik, antara lain pertama,10 dapat
dengan kebutuhan/prioritas masing-masing
membantu mengembangkan nilai-nilai dan
daerah; sebelum tahun anggaran berjalan
keterampilan demokrasi warga negara.
Bupati/Walikota dan Gubernur diwajibkan
Kedua, meningkatkan akuntabilitas
membuat dan menyampaikan rancangan
dan responsivitas terhadap berbagai
program/kegiatan dan penganggaran DBH-
kepentingan dan urusan lokal. Ketiga,
CHT; dengan demikian program/kegiatan
desentralisasi memberikan semacam
yang dilaksanakan akan lebih sesuai dengan
saluran akses tambahan pada kekuasaan
prioritas dan karakteristik daerah masing-
terhadap kelompok-kelompok yang secara
masing.
historis marginal. Intinya Reformasi
Jean Blondel menyatakan: No demokrasi negara-negara bangsa melalui
goverment, even the most authoritarium, can pengembangan desentralisasi politik atau
ever take all public decisions at the centre. pemerintahan (politic or government
Some power has therefore to be given to decentralization), akan berdampak positif
authorities below the national level to take terhadap penguatan demokrasi.
the decisions which the centre cannot take
Program/kegiatan DBH-CHT dari
from this general remark emerges the idea
masing-masing provinsi, kabupaten/kota
of decentralisation, an idea which can of
penghasil CHT berbeda antara satu dengan
course take many forms and vary markedly
yang lain, karena tiap-tiap daerah memiliki
in extent.
karakteristik; misal ada provinsi, kabupaten/
(“Tak ada satupun pemerintahan, 9
Jean Blondel, Comparative Government and
bahkan yang paling otoriter sekalipun, yang Introduction, European University Institute, Florence,
Philip Allan 66 Wood Lane End, Hemel Hempstead
mampu mengambil semua keputusan publik Hemtfondshire HP2RG Divisi Simon & Schuster
International Group, 1990
dipusat. Karena itu sebagian kekuasaan 10
Svetlana Tsalik, Ukuran dan Demokrasi: Alasan
harus diberikan kepada para penguasa dan Dukungan untuk Desentralisasi”. Larry Diamond,
Developing Democracy toward Consolidation, Yogyakarta
dibawah level pemerintahan nasional guna : IRE Press, 2003, h. 156,
254 Yuridika: Volume 27 No 3, September-Desember 2012
daerah dengan daerah yang lainnya; artinya daerah pantai dan daerah persawahan. Sebab
mampu membangun kerjasama antar daerah kalau klor terlalu tinggi akan mempengaruhi
untuk meningkatkan kesejahteraan bersama mutu dan kualitas; tembakau termasuk
dan mencegah ketimpangan antar daerah, jenis tanaman tahunan yaitu tanaman
misalnya daerah yang besar hasil tanaman yang dipanen hanya setahun sekali; oleh
tembakaunya dari pada industri tembakau sebab itu tembakau tergolong dalam
maka menjalin kerjasama; dengan daerah kelompok tanaman perkebunan. Pemkab
yang memiliki industri tembakau, misal Pamekasan dalam hal ini dinas perkebunan
Pemkab Pamekasan (sebagai daerah akan mengkomunikasikan dengan petani
penghasil tembakau) bekerjasama dengan melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL)
Pemkot Surabaya (dalam hal ini Disperindag) mengenai apa yang menjadi keinginan
kedua pihak tersebut menfasilitasi dan dari pengusaha industri rokok. Pemkab
mengatur regulasinya; untuk kerjasama Pamekasan juga bekerjasama dengan pabrik
yang saling menguntungkan antara petani rokok di Kudus jawatengah(PT. Nojorono
Pamekasan dengan industri tembakau dan PT Sukun); pihak direksi mengatakan
(pabrik rokok) dikota Surabaya, seperti bahwa perusahaannya akan lebih selektif
PT. Sampoerna, PT Wismilak. Pemkab dalam membeli tembakau, hal itu seiring
Pamekasan juga menjalin kerjasama dengan tren global tembakau yang juga
dengan pemkab Kudus Jateng, dikota mulai mengalami penurunan produksi.
tersebut terdapat pabrik rokok PT DJarum (Lihat artikel sebelumnya: DBH-CHT
Kudus. Setiap tahun perusahaan Djarum ditinjau dari cukai rokok, kesehatan, dan
membeli tembakau madura (Pamekasan industri rokok).
dan Sumenep), Th 2008 s/d Th 2009 untuk Pasal 2 (Ayat 4) UU.No.32/2004 bahwa
Pamekasan pembelian PT Djarum minimal pemda dalam menyelenggarakan urusan
3.500 ton - 4000 ton. Sedangkan harga beli pemerintahan memiliki hubungan dengan
selalu diatas Break Event Point (BEP) petani, pemerintah, dan dengan pemerintahan
misal harga pembelian ada yang Rp 24 Ribu daerah lainnya; hubungan tersebut
hingga 36 Ribu. Ini mengindikasikan bahwa diantaranya adalah hubungan wewenang;
kerjasama antardaerah penting dilakukan yang dalam pelaksanaan kebijakan DBH-
agar bersinergi menghasilkan/meningkatkan CHT direpresentasikan dalam wujud
kapasitas daerah, mengingat masing-masing pembagian kewenangan antara pempus
daerah memiliki potensi, kondisi, dan dengan pemda provinsi, kabupaten/
kekhasan yang berbeda. Harapan Pemkab kota, yang didasarkan pada kriteria yang
Pamekasan; pabrikan tetap konsisten meliputi eksternalitas, akuntabilitas, dan
dengan pembelian. Sebaliknya pemkab akan efisiensi. Hubungan kewenangan tersebut
berupaya menjaga agar mutu tembakau tetap menimbulkan hubungan administrasi dan
terjaga; (memberikan arahan agar petani kewilayahan antar susunan pemerintahan.
tidak menanam didaerah “terlarang” seperti Selanjutnya Ayat 7 menyatakan bahwa
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 257
dalam bentuk semacam Bank Kegiatan (ada penganggaran atas penggunaan DBH CHT
berita acara kesepakatan) sehingga timbul yang telah dibuat oleh gubernur, bupati/
komitmen masing-masing pihak untuk walikota. Laporan konsolidasi tersebut
melaksanakan sesuai dengan apa yang telah diserahkan setiap 6 bulan sekali; kepada
disepakati. Hal ini menunjukkan adanya Menkeu dan Mendagri.24 (Menkeu c.q Ditjen
sisi akuntabilitas dan responsivitas terhadap Perimbangan Keuangan dan Mendagri
berbagai kepentingan dan urusan lokal. cq. Ditjen Bina Administrasi Keuangan
Diatas dinyatakan bahwa bagian urusan Daerah)
yang menjadi kewenangan pemerintah Urusan pemerintahan yang menjadi
dalam pelaksanaan prog/kegiatan DBH- kewenangan pemda provinsi, kabupaten/
CHT al: pemerintah dan gubernur kota yang didasarkan pada kriteria
melakukan pembinaan dalam bentuk eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi;
bimbingan, supervisi, dan konsultasi yang terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.
mencakup antara lain: aspek pemantauan Urusan wajib yang menjadi kewenangan
dan evaluasi, yaitu: Pemda kabupaten/kota dari masing-masing pemerintahan daerah,
penghasil CHT dan penghasil tembakau pada dasarnya memiliki kesamaan, yang
diwajibkan membuat rancangan program membedakan hanya skalanya; ada urusan
dan kegiatan disesuaikan dengan prioritas wajib yang berskala propinsi (skala
dan karakteristik daerah masing-masing. provinsi; urusan wajibnya meliputi juga
Kemudian bupati/walikota membuat laporan lintas kabupaten/kota) dan ada urusan wajib
Alokasi Penggunaan Dana atas pelaksanaan yang berskala kabupaten/kota. Urusan wajib
program/kegiatan sebagai penjabaran dari dalam pelaksanaan program/kegiatan DBH-
Lima kegiatan utama (Ps. 66 A (Ayat 1) CHT yang menjadi kewenangan daerah
UU.No39/2007), Laporan tersebut dikirim provinsi, kabupaten/kota; antara lain:
setiap 6 bulan sekali kepada gubernur. 1. Bidang Perencanaan dan pengendalian
Sedangkan pemerintah provinsi pembangunan;
penghasil CHT dan penghasil tembakau a. Perencanaan dalam pelaksanaan
juga membuat/merancang program/kegiatan program/kegiatan DBH-CHT;
DBH-CHT disesuaikan dengan kondisi, misalnya:
prioritas/kebutuhan daerah. Setelah itu
Koordinasi gubernur dengan
gubernur wajib mengirimkan laporan alokasi/
Kanwil Ditjen Bea dan Cukai
penggunaan DBH-CHT atas pelaksanaan
dalam penetapan alokasi DBH-
program/kegiatan sebagai penjabaran dari
CHT untuk provinsi,kabupaten/
lima kegiatan utama (Pasal 66A (Ayat 1)
kota yang ada dalam
UU.No.39/2007 tentang Cukai). Selain itu
penguasaannya. Kanwil DJBC
gubernur membuat laporan konsolidasi
memberikan data tentang
penggunaan DBH CHT/ alokasi dana CHT,
untuk memantapkan atau memperkuat 24
Ibid, Pasal 11 (Ayat 2)
Insana Meliya Dwi Cipta Aprila Sari: Hubungan Kewenangan Antara Pemerintah Pusat 261