Anda di halaman 1dari 21

Audit energi pada sistem pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pt.

Perkebunan
Nusantara viii kebun cisaruni, garut jawa barat

A.RINGKASAN
Indonesia saat ini memiliki cadangan minyak bumi sebesar 7998 MMSTB danterbukti 4303
MMSTB dengan potensial sebesar 3695 MMSTB (PT Media Data Riset, status Februari 2010). Dengan
tingkat produksi minyak 357 juta barelper tahun, minyak bumi Indonesia diprediksi akan habis dalam
waktu 10 tahun.
Mengingat hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya konservasi untuk menurunkan/menekan
laju penggunaan energi dan memelihara kelestarian sumber daya yang ada. Audit energi merupakan
langkah awal dalam pelaksanaan konservasi energi. Audit energi adalah kegiatan untuk
mengidentifikasi potensi penghematan energi dan menentukan jumlah energi dan biaya yang dapat
dihemat dengan usaha konservasi energi dari suatu sistem, sarana maupun peralatan yang telah
ada.
Kegiatan pada proses pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh di PT.Perkebunan Nusantara VIII
kebun Cisaruni adalah pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox. Proses pengolahan teh
hitam orthodox di kebun Cisaruni dibedakan menjadi dua tahapan, yaitu pengolahan basah dan
pengolahan kering.
Secara garis besar proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di
pabrik meliputi penerimaan bahan baku, pelayuan, penggilingan, fermentasi,pengeringan dan sortasi
kering. PT. Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni mempunyai kapasitas produksi rata-rata teh
kering 8.27 ton/hari pada bulan Maret 2010.

B. LATAR BELAKANG

Energi merupakan unsur utama penggerak aktivitas kehidupan manusia,industri dan


perekonomian suatu negara. Pertumbuhan perekonomian dunia dan kemunculan negara-negara
industri baru dan sedang berkembang mendorong permintaan terhadap energi global meningkat.
Permintaan dunia terhadap minyak akan meningkat sekitar 2 persen tiap tahunnya antara
sekarang dan 2020.
Berdasarkan proyeksi Departemen Energi Amerika Serikat (AS), penggunaan minyak dunia
akan meningkat dari sekitar 94 juta barel per hari di tahun 2010 menjadi 102 juta barel per hari di
tahun 2015, dan 110 juta barel per hari di tahun2020 (Proyeksi Department of Energy USA, 2009).
Konservasi energi merupakan salah satu cara yang penting baik untuk
menurunkan/menakan laju penggunaan energi maupun emisi gas rumah kaca
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemakaian energi.PT Perkebunan Nusantara VIII
(Persero), merupakan salah satu perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bisa menghasilkan keuntungan bagi negara.
PT Perkebunan Nusantara VIII memiliki komoditi usaha diantaranya komoditi teh, karet,
kina, kakao, sawit dan guttapercha.Teh (Camelia sinensis L) adalah salah satu hasil pertanian dari sub
sektor perkebunan yang merupakan komoditi usaha PTPN VIII, dalam proses pengolahan teh
diperlukan beberapa sumber energi antara lain tenaga manusia,biomassa, industrial diesel oil (IDO),
listrik dan bahan bakar minyak. Akan tetapi PTPN VIII, sebagaimana BUMN lainnya, didirikan dengan
tujuan menghasilkan laba untuk kepentingan negara mengalami banyak kendala diantaranya adalah
kenaikan biaya produksi akibat kenaikan tarif dasar listrik dan bahan bakar
minyak terutama industrial diesel oil dan bahan bakar minyak lainnya.
Berdasarkan surat Keputusan Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina
(Persero) No. Kpts –063/F00000/2008-S0 tentang Harga Jual Keekonomian
Bahan Bakar Minyak Pertamina tanggal 29 April 2008, harga bahan bakar minyak
non subsidi periode 1 Mei 2008 mengalami perubahan harga sebagai berikut : premium naik 6.4%,
minyak tanah naik 9.4%, minyak solar naik 11.3%, minyak
diesel naik 7.5%, minyak bakar naik 7.3% dan pertamina dex naik 8.7%. Sedangkan PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero) berencana menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 15% pada tahun 2010
(Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, status 26 April 2010).
Kenaikan biaya variabel produksi, semakin mempersulit posisi perkebunan dan industri teh,
sehingga PT Perkebunan Nusantara VIII harus mengganti bentuk energi yang sangat mahal dan
mencari solusi bentuk energi yang lebih murah.
Pada tahun 2007 di beberapa perkebunan termasuk perkebunan Cisaruni, bahan bakar solar
dan industrial diesel oil diganti menjadi bahan bakar padat berupa kayu bakar dan cangkang sawit,
hal ini merupakan salah satu usaha untukmenekan biaya produksi, langkah lain yang dapat dilakukan
untuk menekan biayaproduksi adalah dengan cara menakan biaya energi melalui upaya
penghematan energi.
Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh Departemen Teknik Mesin PSG College of
Technology, industri pengolahan pucuk teh menjadi bubuk teh diIndia dengan sistem pengolahan
crushing tearing curling (CTC), bisa menghemat 20 persen energi listrik dan 40 persen energi panas
untuk pelayuan dan pengeringan. Dalam proses pengolahan setiap kg teh dibutuhkan 12.6-21.6 MJ
energi panas, 0.756-1.8 MJ energi listrik dan 0.396 MJ tenaga manusia.
Audit energi perlu dilakukan di perkebunan Cisaruni untuk mengetahui
kondisi sistem pengolahan secara keseluruhan dan melakukan analisa penggunaan energi
pada sistem pengolahan tersebut agar lebih efisien. Efisiensi penggunaanenergi selain akan
menurunkan biaya produksi juga akan menurunkan emisi gasCO2, dan pada akhirnya dapat
meningkatkan daya saing produk di pasar global.Selain itu juga perlunya audit energi di perkebunan
Cisaruni yaitu dikarenakanberagamnya hasil audit energi di perkebunan lain di PT Perkebunan
Nusantara VIII, sehingga acuan output energi dan efisiensi sebenarnya per kg teh kering
belum bisa dipastikan dengan jelas.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TANAMAN TEH
Tanaman teh (Thea sinensis L.) merupakan salah satu tanaman keras dikelola secara
perkebunan yang termasuk family Theaceae, ordo Guttaferales dan kelas Thalaniflora (BENSON,
1959 dalam Taruna Gayo, 1981). Hasil tanaman tehini berupa ranting muda dengan daun-daun,
lazim disebut pucuk teh. Pucuk tehinilah yang selanjutnya akan diolah menjadi teh kering yang
dikenal umumsebagai bahan minuman.

Gambar 1. Tanaman teh di kebun Cisaruni


Pucuk teh yang baru dipetik dari tanamannya mengandung kadar air sebesar 75-80 % dari
berat total daun dan sisanya berupa bahan-bahan selain air yang umum disebut sebagai bahan
kering. Sebagian bahan kering tersebut bersifat dapat larut dalam air, dan sebagian lainnya bersifat
tidak dapat larut. Daun yang bermutu baik adalah daun yang kandungan tannin dan aktivitas
enzimnya tinggi serta mempunyai sifat fisik jaringan daun yang kuat. Makin tua daun makin
rendah kandungan tannin-nya dan makin tidak elastis (Pramono, 1993).

III. MANAJEMEN ENERGI

Manajemen energi adalah suatu aktivitas manajemen energi yang berdisiplin, terorganisasi dan
terstruktur menuju penggunaan energi yang lebih efisien, tanpa mengurangi tingkat produksi,
kualitas serta ketentuan keselamatan dan pencemaran lingkungan. Beberapa maanfaat manajemen
energi yaitu menghemat biaya bagi industri atau perusahaan tanpa harus menggunakan pendekatan
struktur untuk mengelola energi, peningkatan sumber daya manusia dan pengetahuan tentang
efisiensi peralatan, meningkatkan citra dan kreadibilitas perusahaan terhadap seluruh stakeholder
dan pelanggan, dan manfaat yang terakhir yaitu untuk peningkatan efisiensi operasional dalam
pemeliharaan.
Langkah pertama manajemen energi yaitu dengan cara audit energi yang merupakan teknik yang
digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara-
cara untuk penghematannya. Audit energi merupakan aktifitas pemeriksaan berkala untuk
mengetahui ada tidaknya penyimpangan dalam suatu kegiatan penggunaan energi. Audit energi juga
dapat berguna dalam menelusuri dimana dan berapa energi yang digunakan, mengidentifikasi
kebocoran atau ketidak efisienan energi, menentukan langkah perbaikannya serta mengevaluasi
tingkat kelayakannya, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar yang ada sebagai bahan
pertimbangan untuk dicarikan solusi penghematan penggunaan energi jika tingkat penggunaan
energinya melebihi standar baku yang ada.

A. Intensitas Konsumsi Energi


Intensitas Konsumi Energi (IKE), yakni pembagian antara konsumsi energi dengan satuan luas
bangunan gedung. Untuk bangunan selain bangunan produksi bisa menggunakan IKE sebagai acuan
standarisasi manajemen energi yang ada.

𝑇𝐾𝐿
IKE = 𝑇𝐿 (1)
Dengan :
IKE : Intensitas Konsumsi Energi (kWh/m2/th)
TKL : Total Konsumsi Energi Listrik (kWh/th)
TL : Total Luas Bangunan (m2)

B. Konsumsi Energi Spesifik


Pada sektor industri makanan, Indeks energi atau Konsumsi Energi Spesifik (KES) merupakan
suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan besarnya pemakaian energi yang diperlukan untuk
memproduksi makanan. Untuk mengukur besarnya Konsumsi Energi Spesifik industri dapat
dilakukan jika diketahui:
1. Konsumsi energi industri selama periode tertentu (kWh/periode, GJ/periode).
2. Jumlah total produksi yang diproses selama periode tertentu (Ton/periode).
𝐾𝐸𝐿
KES = 𝐼𝑃 (2)

Dengan :
KES : Konsumsi Energi Spesifik (kWh/ton)
KEL : Konsumsi Energi Listrik (kWh)
JP : Jumlah Produksi yang dihasilkan (ton)
Berdasarkan standar efisien Konsumsi Energi Spesifik (KES) listrik industri makanan olahan daging
adalah sebesar 0,6 GJ/Ton makanan atau sama dengan 166,66 kWh/Ton makanan.

C. Peluang Hemat Energi


Peluang Hemat Energi (PHE) (Energy conservation opportunity) merupakan cara yang mungkin
bisa diperoleh dalam usaha mengurangi pemborosan energi. Potret penggunaan energi, adalah
gambaran menyeluruh tentang pemanfaatan energi pada bangunan gedung, meliputi: jenis, jumlah
penggunaan energi, peralatan energi,intensitas energi, profil beban penggunaan energi, kinerja
peralatan energi, dan peluang hemat energi, serta keseluruhan maupun per-area di bangunan
gedung pada periode tertentu. Pemakaian energi perencanaan, yaitu seluruh pemakaian energi
tahunan yang dihitung untuk suatu gedung yang direncanakan.

D. USAID – ICED
Kuesioner United States for International Development (USAID), Indonesia Clean Energy
Development (ICED) sebagai bahan dept interview untuk mengetahui manajemen energi eksisting
dan membantu mengidentfikasi peluang dalam melaksanakan peningkatan efisiensi energi.
Kuesioner ini ditujukan untuk diisi dilapangan oleh perwakilan manajemen perusahaan. Bilamana
memungkinkan, kuesioner ini sebaiknya diisi sebagai bagian dari pelaksanaan observasi lapangan,
dimana praktek – praktek perawatan gedung dan hubungan antar pegawai juga dapat diamati.

III.METODOLOGI PENELITIAN

A.WAKTU DAN TEMPAT


Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen
Teknik Pertanian, IPB dan pabrik Cisaruni, PT. Perkebunan Nusantara VIII, Garut, Jawa Barat.
Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian adalah selama periode bulan Maret 2010 sampai dengan
Mei 2010.

B. PENDEKATAN MASALAH DAN BATASAN SISTEM


Kegiatan audit energi pada sitem pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox ini
dilakukan di lima unit, yaitu unit penerimaan bahan baku, pelayuan,penggilingan dan fermentasi,
pengeringan dan sortasi kering. Batasan sistem yang dibuat dalam penelitian ini, antara lain sebagai
berikut :
1. Seluruh kegiatan yang dilakukan di pabrik dan berhubungan langsung dengan pengolahan
pucuk teh menjadi teh hitam orthodox.
2. Seluruh input energi tenaga kerja yang terkait langsung dengan proses pengolahan
diperhitungkan, kecuali pegawai administrasi dan petugas keamanan di pabrik Cisaruni.
3. Seluruh input energi listrik dan bahan bakar pada setiap unit proses diperhitungkan
4. Penerangan ruang pengolahan saat pengolahan diperhitungkan dalam audit energi di
perkebunan Cisaruni.

C.PARAMETER YANG DIUKUR


Sebelum dilakukan pengumpulan data pada penelitian ini maka terlebih dahulu dilakukan
penentuan parameter yang akan diukur. Adapun parameter yang akan diukur meliputi :
1. Penggunaan energi berasal dari bahan bakar data yang dibutuhkan meliputi data konsumsi
bahan bakar, nilai kalor bahan bakar dan jumlah produksi teh kering.
2. Penggunaan energi listrik data yang dibutuhkan meliputi data jumlah pemakaian listrik,
efisiensi, tegangan listrik, arus listrik, faktor daya listrik dan jumlah produksiteh kering dan
daya terpasang pada peralatan produksi.
3. Penggunaan tenaga manusia data yang dibutuhkan meliputi data jumlah karyawan yang
Bekerja pada unit pengolahan, jumlah jam kerja karyawan, nilai unit tenaga manusia
dan jumlah produksi pucuk teh dan jumlah produksi teh kering.
4. Efisiensi penggunaan energi Setelah dilakukan pengukuran disetiap proses, perhitungan
efisiensi penggunaan energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox
dilakukan dengan membandingkan energi input dan output atau kapasitas pengukuran
dengan kapasitas terpasang.

D. METODE AUDIT ENERGI DAN METODE PENGAMBILAN DATA


Metode audit energi yang akan dipakai pada penelitian kali ini mengacu pada penelitian
yangdilakukan oleh PT. KONEBA (1989). Sehingga audit energi ini terdiri dari dua tahapan :
1. Tahap pendahuluan (preliminary energy audit)
Pada tahap ini dilakukan pengelempokan sumber data yang diperlukan seperti kondisi dan pola
produksi, kemudian mengidentifikasi data-data tersebut.Setelah itu dilakukan analisis data untuk
menentukan metode pengambilan data dalam satu bulan, satu minggu, dan satu hari dengan tiga
kali ulangan.Sehingga data tersebut dapat dievaluasi pada tahap pemeriksaan menyeluruh(detailed
energy audit).
2. Pemeriksaan menyeluruh (detailed energy audit)
Setelah ditentukan metode pengambilan data yaitu data diambil dalam dua tahap dimana setiap
tahap data diambil pada jam sebagai berikut disajikan pada Tabel 9.Berdasarkan data energi dan
produksi teh hitam pada tahun 2009 diketahui bahwa tidak terjadi fluktuasi yang terlalu besar, baik
data dalam satu hari, satu minggu, maupun satu bulan. Maka audit energi ini dilakukan setiap jam
seperti yang disajikan pada Tabel .1 pada hari selasa, kamis, dan sabtu, selama dua minggu sebagai
berikut:
Tahapan proses Tahap I Tahap II
Penerimaan bahan baku 09.00; 10.00; 11.00 11.00; 12.00; 13.00
Pelayuan 09.00; 17.00; 01.00 11.00; 17.00; 03.00
Penggilingan & fermentasi 01.00; 04.30; 08.00 03.00; 06.30; 10.00
Pengeringan 03.00; 07.30; 12.00 05.00; 09.30; 14.00
Sortasi 04.00; 09.00; 15.00 06.00; 11.00; 17.00

Akan dilakukan pemeriksaan menyeluruh dengan melakukan penjajagan (surveying)


terhadap peralatan yang dipakai di pabrik Cisaruni dan melakukan analisa, baik terhadap alat yang
tetap digunakan secara kontinyu maupun alat yang bersifat tidak tetap.Tahapan selanjutnya dari
pemeriksaan menyeluruh ini adalah melakukan pemeriksaan dan pencatatan atau pengambilan
data. Pengambilan data untuk audit ini dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1. Pengumpulan data primer
Waktu pengumpulan data primer ditentukan setelah dilakukan preliminary
energy audit. Sedangkan pengambilan data dilakukan dengan tiga kali
ulangan. Pengumpulan data pada tahap pengolahan pucuk teh menjadi teh
hitam orthodox di pabrik dilakukan sebagai berikut :
1.1. Pada penerimaan bahan baku pucuk teh segar, pengumpulan data dilakukan dengan cara
mendata jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, konsumsi energi listrik dan berat pucuk
segar.
1.2. Pada tahap pelayuan pucuk teh segar, pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengukuran jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, konsumsi bahan bakar, konsumsi energi
listrik, suhu ruang pelayuan, dan berat pucuk segar.
1.3. Pada tahap penggilingan dan fermentasi data yang diperlukan adalah jumlah jam kerja,
konsumsi energi listrik, jumlah tenaga kerja, suhu ruang penggilingan, dan suhu bubuk pada
saat fermentasi.
1.4. Pada tahap pengeringan pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran jumlah jam
kerja, jumlah tenaga kerja, konsumsi bahan bakar, konsumsi energi listrik, pengukuran suhu
udara luar, suhu udara yang masuk ke alat pengering, suhu udara yang keluar dari alat
pengering, dan lama proses pengeringan.
1.5. Tahap sortasi kering, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran jumlah jam
kerja, konsumsi energi listrik, jumlah tenaga kerja, berat teh kering yang dihasilkan.

2. Pengumpulan data sekunder


Pengambilan data sekunder dilakukan apabila pengumpulan data primer tidak mungkin
dilakukan. Pengumpulan data sekunder bertujuan untuk mendukung data primer.
E. ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pucuk teh segar, pucuk layu, pucukter
giling, bubuk fermentasi, bubuk teh hitam kering dan bahan bakar padat padat yang diperoleh dari
PT. Pekebunan Nusantara VIII, Kebun Cisaruni, Garut, Jawa Barat. Adapun peralatan yang akan
digunakan dan diamati unjuk kerjanya adalah withering trough, pengering tipe two stage drier dan
heat exchanger, elektromotor-elektromotor penggerak mesin-mesin yang ada di pabrik.Alat-alat
ukur yang digunakan untuk mendapatkan data adalah : stopwatch, kWh-meter, tang ampere,
termometer alkohol bola basah-bola kering,anemometer, halogen moisture analyzer dan
termokopel yang terpasang pada alat pengering dan heat exchanger.Adapun contoh alat yang
digunakan sebagai berikut:

1.Stopwatch 2. Kwh-meter 3.Tang ampere


Gambar 2. Alat audit energi

F. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA


Dianalisis dengan perhitungan masukan energi menggunakan persamaan-persamaan,
sehingga didapatkan hasil konsumsi energi pada setiap proses produksi teh hitam orthodox. Analisis
data dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan tentang efisien atau tidaknya penggunaan energi
pada sistem pengolahan tersebut. Proses pengolahan yang dimaksud adalah meliputi kegiatan
pelayuan pucuk segar, penggilingan dan fermentasi, pengeringan, sortasi kering, dan pengemasan.
Perhitungan terhadap masukan energi yang digunakan,dilakukan dengan memasukan variabel pada
persamaan yang telah ditentukan dan semua satuan dalam MJ/kg teh kering.

1. Energi bahan bakar


Besarnya energi yang berasal dari bahan bakar untuk proses produksi dalam kegiatan prapanen
untuk setiap kg pucuk teh didekati dengan menggunakan persamaan :
𝐴𝑓 𝑅𝑓
𝐸ℎ1 = ∑ 𝑄1
(1)
Sedangkan dalam kegiatan pengolahan (proses produski teh kering) didekati dengan persamaan :
𝐴𝑓 𝑅𝑓
𝐸𝑏2 = ∑ 𝑄1
(2)
Sehingga total energi bahan bakar yang tersimpan tiap kg teh kering dapat dijabarkan sebagai
berikut :
𝐸
𝐸𝑏2 = 𝐸𝑏1 + 𝐸𝑏2 (3)
𝑑
dimana :
𝐸𝑏1 = Jumlah energi yang berasal dari bahan bakar pada kegiatan pra
panen untuk tiap kg pucuk teh (MJ/kg).
𝐸𝑏2 = Jumlah energi yang berasal dari bahan bakar pada kegitan
pengolahan untuk tiap kg teh kering (MJ/kg).
𝐴𝑖 = Konsumsi bahan bakar pada pra panen yang ke-i (lt)
𝐴𝑓 = Konsumsi bahan bakar pada proses pengolahan yang ke-j (lt)
𝑅𝑖 = Nilai kalor bahan bakar jenis ke-i (MJ/lt)
𝑅𝑗 = Nilai kalor bahan bakar jenis ke-j (MJ/lt)
𝑄1 = Jumlah produksi pucuk (kg)
𝑄2 = Jumlah produksi teh kering (kg)
I= 1,2, 3……….
𝑅𝑑 = Rendemen

2. Energi listrik
Besarnya energi litrik yang digunakan untuk memproduksi tiap kg tehkering didekati dengan
persamaan (Anwar, 1990 dalam Mulyawan 1997) :
𝐷𝑡𝜏
𝐸𝑖𝑘 = 𝑄
2
Dimana nilai D untuk listrik 1 fasa menggunakan persamaan (PT.Koneba, 1987 dalam Mulyawan
1997) :Nilai D untuk listrik tiga fasa menggunakan persamaan (PT. Koneba,1987 dalam Mulyawan
1997)dimana :
𝐸𝑙𝑘 = Energi listrik yang digunakan untuk produksi teh (MJ/kg)
D= Daya motor/mesin terukur (kW)
t= Waktu pemakaian alat (jam)
h= Efisiensi alat/elektromotor
𝑄2 = Jumlah produksi teh kering (kg)
V= Tegangan (volt)
I= Arus (ampere)
cos 𝜃= Faktor daya

3. Energi tenaga manusia


Besarnya tenaga manusia selama kegitan pra panen pada proses produksi teh didekati
dengan persamaan :
𝐽𝐾+𝑁𝐸
𝐸𝑡𝑚1 = 𝑄 (4)
1

Besarnya tenaga manusia selama kegiatan proses pengolhan teh khususnya pada proses di
pabrik menggunakan persamaan (Anwar, 1990 dalamMulyawan 1997)
𝐽𝐾+𝑁𝐸
𝐸𝑡𝑚2 = (5)
𝑄2
Sehingga total energi manusia yang digunakan untuk memproduksi setiap kg teh kerig adalah :

𝐸𝑡𝑚1
𝐸𝑡𝑚(𝑡𝑜𝑡) = 𝑅𝑑 2
+ 𝐸𝑡𝑚2 (6)
dimana :
Etm (tot) = Jumlah tenaga manusia total yang dibutuhkan (MJ/kg)
Etm1 = Tenaga manusia selama pra panen tiap kg pucuk teh (MJ/kg)
Rtm2 = Tenaga manusia selama pengolahan tiap kg pucuk teh (MJ/kg)
JK = Jumlah jam kerja (jam)
NE = Nilai unit kalor tenaga manusia
Q1 = Jumlah produksi pucuk (kg)
Q2 = Jumlah produksi teh kering (kg)

3. Analisis energi dalam proses pengeringan


Dalam produksi teh, penggunaan energi terbesar berdasarkan beberapa referensi terjadi pada
tahap pengeringan mengkonsumsi energi bahan bakar dan listrik. Alat yang digunakan dalam proses
ini yaitu pengering dilengkapi dengan alat pindah panas (heat exchanger) dan main fan penghembus
udara. Perhitungan kebutuhan energi pada proses pengeringan menggunakan kurva psikometrik,
dimana proses tersebut mengikuti garis kelembaban mutlak dari titik 1 ke titik 2 pada kurva tersebut
disajikan pada Gambar 4.

Gambar 5. Kurva psikometrik chart untuk pengeringan

4. Efisiensi proses pengeringan


Nilai efisiensi pada proses pengeringan dapat dibedakan atas efisiensi penggunaan
panas,efisiensi pemanasan udara dan efisiensi pengeringan total. Nilai efisiensi dalam proses
pengeringan dihitung dengan menggunkan persamaan-persaman berikut (Rachmat, 1987) :
𝑄
𝜗 = 𝑄𝑠 × 100% (7)
𝑝
Menurut Sucipto (1987) efisiensi pengeringan total dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝑄
𝜗 = 𝑄𝑢𝑎𝑏 × 100% (8)
𝑝
dimana :
𝜗𝑠 = Efisiensi pemanasan (%)
𝜗𝑡 = Efisiesni sistem (%)

5. Efisiensi proses sortasi


Nilai efisiensi pada proses sortasi dimana motor listrik yang digunakan untuk menggerakan
mesin-mesin yang ada diruang sortasi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
𝐹
𝜗𝑠𝑜𝑟 = 𝑄 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 × 100% (9)
𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
dimana :
𝜗𝑠𝑜𝑟 = Efisiensi penggilingan (%)
𝐹𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟 = Daya terukur motor listrik (kW)
𝑄𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔 = Daya terpasang motor listrik (kW)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL AUDIT ENERGI


Proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox meliputi kegiatan penerimaan pucuk
teh di pabrik, pembeberan, pelayuan, turun layu, penggilingan dan fermentasi, pengeringan dan
sortasi yang bertujuan untuk menghasilkan bubuk teh hitam berkualitas tinggi yang siap dikemas
kemudian dipasarkan. Dalam setiap proses ini memerlukan masukan-masukan energi yang dapat
dibagi menjadi tiga bentuk yaitu : energi langsung seperti bahan bakar minyak, bahan bakar padat
berupa kayu bakar dan energi listrik, energi tak langsung yang biasa disebut dengan energi
embodied berupa energi yang digunakan untuk manufacturing peralatan/mesin dan energi tenaga
manusia. Perhitungan audit energi pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox
di PT Nusantara VIII, Kebun Cisaruni Garut Jawa Barat hanya dilakukan di bagian proses pengolahan
pucuk teh menjadi teh hitam orthodox yang meliputi perhitungan energi bahan bakar minyak, bahan
bakar padat berupa kayu bakar, energi listrik serta energi tenaga manusia.
Hasil audit energi di PT Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni Garut Jawa Barat menunjukan
bahwa konsumsi energi total untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik
dengan kapasitas produksi teh kering 231.675 ton adalah 33.62 MJ/kg teh kering, terdiri atas 1.98
MJ/kg (5.88%) berupa energi listrik, 31.59 MJ/kg (93.95%) berupa energi bahan bakar padat kayu,
0.06 MJ/kg (0.17%) berupa energi tenaga manusia. Detil hasil audit pada setiap tahapan proses
dapat dilihat pada Gambar 5 dan Tabel 10. Hasil ini diperoleh dengan menghitung konsumsi energi
pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox pada bulan Maret 2010. Perhitungan audit
energi di Perkebunan Cisaruni tidak memperhitungkan nilai energi embodied karena tidak
tersedianya data yang mendukung.

1. Konsumsi energi pada tiap tahapan proses


Konsumsi energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox dengan kapasitas
produksi teh hitam kering sebesar 231.675 ton, pada bulan Maret 2010 di Perkebunan Cisaruni
disajikan pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 2. Konsumsi energi pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di
Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010
Energi Energi Energi Energi
bahan
Kegiatan listrik bakar manusia total
MJ/kg t.k MJ/kg t.k MJ/kg t.k MJ/kg t.k

Pembeberan 0.007

Pelayuan 0.760 3.943 0.008 4.72

Turun layu 0.006

Penggilingan 0.402 0.013 0.42

Pengeringan 0.458 27.643 0.009 28.11

Sortasi 0.355 0.013 0.37

Penerangan 0.001 0.001


Total 1.976 31.586 0.056 33.618

Keterangan : t.k (teh kering)

Perbandingan konsumsi energi rata-rata pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam antara
Perkebunan Cisaruni Garut dengan beberapa kebun lain di PTPN VIII dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 3. Perbandingan konsumsi energi rata-rata pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh
hitam di PTPN VIII dalam MJ/kg teh kering.
Parakan
1) 2)
Gedeh Ciater Salak3) Cisaruni
Kegiatan Kapasitas Kapasitas Kapasitas Kapasitas
8910 11550 10890
kg/hari kg/hari kg/hari 8910 kg/hari

Pelayuan
pucuk 8.80173 9.91084 1.24000 4.7241

Penggilingan 1.85223 1.41797 1.13000 0.4151

Pengeringan 8.77846 8.80763 15.6700 28.1092

Sortasi kering 1.53567 0.67200 0.29000 0.3683

Total 20.96809 20.80844 18.33000 33.6182

Sumber : 1). Somantri, 2002 2). Noviyanti,2002 3). Edi Purnomo, 2006

1.1Penerimaan bahan baku, pembeberan, pelayuan dan turun layu


Mutu teh hitam orthodox hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu daun
segar hasil petikan. Pucuk teh segar hasil petikan yang telah sampai ke pabrik diturunkan, kemudian
dengan bantuan mono-rail pucuk teh tersebut diangkut ke withering trough. Pada proses
penerimaan pucuk teh ini, tenaga manusia dan listrik sangat berperan penting. Jumlah pemakaian
tenaga kerja manusia berdasarkan perhitungan kapasitas kerja 110 kg kering per harian kerja pada
proses penerimaan pucuk teh segar tergantung dari jumlah pucuk segar yang dipetik.
Dalam Tabel 4 disajikan pemakaian tenaga kerja penerimaan bahan baku dan meber di
Perkebunan Cisaruni.
Tabel 4. Pemakaian tenaga kerja penerimaan bahan baku dan meber berdasarkan kapasitas
kerja 110 kg teh kering per harian kerja dengan standar kapasitas pucuk teh 4050 kg
Jumlah pucuk teh Pemakaian tenaga kerja Energi (MJ/jam)
segar (ton) (orang)
15-20 4 2.51

20-25 5 3.14

25-30 6 3.77

30-35 7 4.40
35-40 9 5.65

40-45 10 6.28

45-50 11 6.91

50-55 12 7.54

55-60 14 8.79

Total konsumsi energi manusia pada tahapan penerimaan bahan baku adalah 0.007 MJ/kg teh
kering, sedangkan konsumsi energi listrik untuk menjalankan elektromotor yang terpasang pada
mono-rail sebesar 0.09 MJ/kg teh kering pada bulan Maret 2010.
Tahapan selanjutnya adalah pelayuan yang merupakan suatu proses dimana pucuk teh
melepaskan air yang dikandung ke udara bebas tanpa terjadi kerusakan pada pucuk teh tersebut,
oleh karena itu udara pada ruang pelayuan harus dikontrol dengan baik dan optimum pada suhu
26.7oC atau 80oF. Alat yang digunakan untuk melayukan pucuk teh adalah withering trough yang
terdiri dari unit pemanas udara, bak pelayu, dan kipas. Prinsip kerja alat pelayuan adalah
melewatkan udara segar dan hangat melalui pucuk teh sampai mencapai derajat layu tertentu.
Pada tahap pelayuan dan turun layu pucuk teh, input energi berasal dari bahan bakar padat
berbentuk kayu bakar yang menghasilkan energi panas, tenaga manusia dan listrik. Besarnya
konsumsi energi total masing-masing pada bulan Maret 2010 berdasarkan sumber energinya adalah
3.94 MJ/kg teh kering berupa energi bahan bakar padat kayu, 0.014 MJ/kg teh kering berupa energi
manusia dan 0.760 MJ/kg berupa energi listrik. Sedangkan konsumsi energi total pada tahap ini
adalah 4.72 MJ/kg teh kering.
Konsumsi energi pada tahapan proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik
Cisaruni, apabila dibandingkan dengan kebun lain di PTPN VIII berdasarkan hasil penelitian Lili
Somantri (2002) di Perkebunan Gedeh yang mempunyai kapasitas produksi rata-rata hampir sama
dengan Perkebunan Cisaruni sebesar 8.27 ton per harinya. Menunjukan konsumsi energi tertinggi
pada tahap ini yaitu 8.80 MJ/kg teh kering dibandingkan dengan penelitian yang lainnya di PTPN VIII.
Hal ini karena di Perkebunan Gedeh sumber energi panas yang dihasilkan masih berasal dari bahan
bakar solar dan kandungan air dalam pucuk yang dihamparkan terlalu tebal serta kelembaban udara
luar yang tinggi. Besar kecilnya energi pada tahap pelayuan tergantung dari banyaknya penggunaan
bahan bakar yang dipakai untuk menghasilkan udara panas pada proses pelayuan selain penggunaan
udara luar.

1.2 Penggilingan dan fermentasi


Pada tahapan selanjutnya yaitu penggilingan dan fermentasi dimana pucuk teh akan digiling
sampai memar dan dinding sel rusak, sehingga cairan sel ke luar di permukaan dengan merata, dan
pada saat itu mulai terjadi proses fermentasi. Alat yang digunakan pada tahap ini yaitu open top
roller, press cap roller, rotorvane, ball breaker sifter dan humidifier. Semua peralatan itu digerakan
oleh motor listrik yang mana sumber energinya berasal dari listrik.
Perkebunan Cisaruni pada tahap penggilingan dan fermentasi konsumsi total energi pada bulan
Maret 2010 sebesar 0.42 MJ/kg teh kering. Input energi pada tahap ini berasal dari penggunaan
tenaga manusia dan listrik dengan besar masing-masing 0.40 MJ/kg teh kering energi listrik dan
0.013 MJ/kg teh kering energi manusia pada bulan Maret 2010. Apabila dibandingkan dengan
perkebunan lainnya, konsumsi energi total pada proses penggilingan di kebun Cisaruni dengan
kapasitas 8.27 ton teh kering per hari lebih kecil dibandingkan dengan perkebunan lainnya, hal ini
karena efisiensi rata-rata elektromotor yang digunakan pada proses penggilingan diatas 58 persen.
Banyaknya pucuk tua yang terambil dalam pemetikan atau tidak sesuai dengan standar yang
telah ditentukan akan mempengaruhi konsumsi energi pada tahap ini karena penggulungan,
penghancuran dan pengayakan akan berlangsung lebih lama. Hal ini dapat diketahui dari analisis
pucuk yang dilakukan untuk mengetahui nilai pucuk yang akan diolah.

1.3 Pengeringan

Pada tahap pengeringan dimana kadar air dalam bubuk teh akan berkurang, memiliki input
energi yang digunakan terdiri dari tenaga manusia, bahan bakar dan listrik. Perkebunan Cisaruni
konsumsi energi total bulan Maret 2010 pada tahap ini sebesar 28.11 MJ/kg teh kering. Sedangkan
besarnya konsumsi energi berdasarkan sumber energinya masing-masing pada tahap ini adalah 0.46
MJ/kg teh kering energi listrik, 27.64 MJ/kg teh kering energi bahan bakar padat berupa kayu bakar
dan 0.009 MJ/kg teh kering energi manusia.
Konsumsi energi dalam bentuk bahan bakar padat untuk menghasilkan energi panas sebesar
69% dari total konsumsi energi pada tahap pengeringan. Besarnya konsumsi energi pada tahap
pengeringan di Perkebunan Cisaruni ini lebih besar dibandingkan dengan kebun lainnya di PTPN VIII
pada Tabel 11, karena di perkebunan lainnya masih menggunaan solar sebagai sumber energi
panasnya. Akan tetapi dari sisi penghematan, kebun Cisaruni bisa menghemat energi panas yang
bersumber dari bahan bakar industrial diesel oil untuk pengeringan sebesar 29.13% dari total
penghematan energi panas, dengan kondisi sekarang 100% menggunakan bahan bakar padat
sebagai sumber energi panasnya.
Pada tahap pengeringan ukuran partikel bubuk teh yang dikeringkan akan mempengaruhi
besarnya energi yang dibutuhkan, disamping efisiensi mesin pengering yang digunakan. Semakin
kecil ukuran bubuk teh yang dikeringkan maka makin luas permukaan bubuk teh yang bersentuhan
dengan udara panas, sehingga laju penguapan air berjalan semakin cepat. Dengan demikian
konsumsi energi akan lebih kecil. Mesin yang digunakan pada tahap pengeringan di Perkebunan
Cisaruni, yaitu two stages drier (TSD).

1.4 Sortasi Kering


Meskipun telah dilakukan proses sortasi pada tahap sortasi basah, bentuk dan ukuran partikel
teh kering yang dihasilkan oleh mesin pengering masih heterogen, oleh sebab itu pada tahap sortasi
kering akan dipisahkan kembali berdasarkan ukuran dan warna bubuk teh. Alat yang digunakan pada
tahap ini yaitu midelton, vibro, druck roll, winower, vibro separator, fan blower dan konveyor.
Input energi pada tahap ini yaitu tenaga manusia dan listrik. Penggunaan tenaga listrik
dimaksudkan untuk menjalankan alat/mesin yang terdapat di ruang sortasi, sedangkan tenaga
manusia bertugas sebagai operator alat/mesin dan memindahkan bubuk teh ke alat/mesin yang
lainnya yang tidak dipasang konveyor. Besarnya konsumsi energi total pada bulan Maret 2010
berdasarkan sumber energinya masing-masing pada tahap ini adalah 0.36 MJ/kg teh kering energi
listrik dan 0.013 MJ/kg teh kering energi manusia pada bulan Maret 2010.

2. Konsumsi energi berdasarkan sumber energi

Sedangkan perbandingan konsumsi energi rata-rata per hari di beberapa Perkebunan dengan
Perkebunan Cisaruni berdasarkan masukan energi disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan
konsumsi energi di Perkebunan Cisaruni Garut pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam
orthodox di Pabrik
dalam MJ/kg teh kering

Input energi Gedeh1) Ciater2) Salak(3 Cisaruni


8910 11550 10890 8910
kg/hari kg/hari kg/hari kg/hari

Tenaga manusia 2.5203 0.0054 1.2500 0.0563

Bahan bakar*) 14.4265 22.8316 17.5000 31.5858

Listrik 10.3130 4.4490 3.1800 1.9761

Catatan : *) untuk kebun Cisaruni bahan bakar yang digunakan berupa bahan bakar padat kayu,
sedangkan kebun Gedeh, kebun Ciater, kebun Parakan Salak menggunakan industrial diesel oil
Sumber : 1). Somantri, 2002 2) Noviyanti, 2002 3). Edi Purnomo, 2006

Konsumsi energi saat audit energi di Perkebunan Cisaruni Garut terbesar pada proses
pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox yaitu berasal dari penggunaan energi bahan
bakar padat berupa kayu bakar sebesar 31.5858 MJ/kg teh kering. Sedangkan untuk konsumsi energi
terendah berasal dari penggunaan tenaga manusia sebesar 0.0563 MJ/kg teh kering.
Kegiatan pengolahan pucuk teh di pabrik menentukan kualitas bubuk teh kering berkualitas yang
dihasilkan. Oleh karena itu, kegiatan ini membutuhkan suatu penanganan dan pengontrolan khusus
untuk menghindari kerusakan pada waktu proses pengolahan tersebut. Input energi dari proses
pengolahan ini berasal dari penggunaan energi listrik, bahan bakar solar, bahan bakar padat berupa
kayu bakar dan tenaga manusia.

2.1 Tenaga Manusia


Penggunaan energi dalam bentuk tenaga manusia pada proses pengolahan pucuk teh menjadi
teh hitam orthodox di PT. Nusantara VIII, Kebun Cisaruni Garut Jawa Barat memegang peranan
penting mulai dari penerimaan pucuk di pabrik sampai dengan proses sortasi kering. Pada tahap
pengolahan pucuk teh tenaga manusia berperan utuh karena dalam proses pengolahan teh
menggunakan sistem orthodox, dimana aliran bahan tidak semuanya dihantarkan oleh konveyor
secara kontinyu melainkan bahan harus dipindahkan dengan tenaga manusia. Secara keseluruhan
konsumsi tenaga manusia pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di
Perkebunan Cisaruni cukup kecil, namun dalam proses pengolahan teh mutlak diperlukan.
Hasil perhitungan menunjukan, energi tenaga manusia yang diperlukan di Perkebunan Cisaruni
Garut pada bulan Maret 2010 sebesar 0.0563 MJ/kg teh kering atau 0.17 persen dari keseluruhan
energi untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Pabrik. Dari keseluruhan jumlah
tersebut penggunaan terbesar energi tenaga manusia yaitu pada kegiatan sortasi sebesar 0.01345
MJ/kg teh kering atau 23.90 persen dari keseluruhan energi tenaga manusia dalam proses
pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik. Dalam Tabel 14 disajikan kebutuhan
energi manusia pada masing-masing tahap proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam.
Tabel 14. Kebutuhan energi manusia pada masing-masing proses pengolahan
Kegiatan MJ/kg teh kering Prosentase (%)

Pembeberan 0.0065 12

Pelayuan 0.0082 15

Turun Layu 0.0062 11

Penggilingan dan
Fermentasi 0.0128 23
Pengeringan 0.0090 16

Sortasi 0.0135 24

Jumlah 0.0563 100

2.2 Bahan Bakar Minyak


Bahan bakar minyak yang digunakan di Perkebunan Cisaruni untuk proses pengolahan pucuk teh
menjadi teh hitam orthodox di pabrik digunakan minyak jenis solar. Solar digunakan untuk
kebutuhan bahan bakar generator pembangkit tenaga listrik. Penggunaan generator ini hanya
digunakan pada saat pasokan listrik dari PLN dalam keadaan terhenti. Konsumsi solar di Perkebunan
Cisaruni pada bulan Maret 2010 sebesar 308 liter dengan total penggunaan satu bulan 16 jam dan
setiap 1 liter solar bisa menghasilkan 3.2 kWh. Total daya input bahan bakar solar 3 generator
206.7236 kW dengan output daya listrik sebesar 61 kW, sehingga didapatkan efisiensi generator
29.51 persen. Kecilnya nilai efisiensi ini disebabkan karena umur generator yang sudah tua, sehingga
mempengaruhi terhadap performa atau kinerja dari generator itu sendiri seperti pembakaran yang
tidak sempurna dan kebocoran pada ruang bakar. Kebutuhan energi keseluruhan dari bahan bakar
solar pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam sebesar 0.0514 MJ/kg teh kering, dengan
input energi dari bahan bakar solar sebesar 11907.28 MJ.

2.3 Bahan Bakar Padat


Bahan bakar padat yang digunakan untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam
orthodox di Perkebunan Cisaruni Garut adalah berupa kayu jenis karet (Hevea brasiliensis), teh
(Camellia sinensis,) mahoni (Swietenia macrophylla), albasiah/jeungjing (Albizia falcataria) dan jati
(Tectona grandis). Kayu-kayu tersebut merupakan biomass yang diperoleh dari pihak ke dua yaitu
limbah pengolahan kayu dan kayu masyarakat, selain itu juga jenis kayu teh diperoleh dari kebun
sendiri hasil replanting di Perkebunan Cisaruni.
Bahan bakar padat berupa kayu digunakan sebagai sumber energi untuk memanaskan udara
pada tahap pelayuan dan pengeringan, dimana bentuk energi panas yang dihasilkan digunakan
untuk menguapkan air dari daun dan bubuk teh. Kayu-kayu tersebut sebelumnya diperkecil dengan
cara dipotong-potong menjadi ukuran ± 40 cm, dicampur dan dikeringkan secara alami sebelum
dimasukan ke ruang bakar untuk dibakar secara konvensional, dimana di ruang bakar dipasang
firebar (roster) sebagai tempat pembakaran. Udara primer dialirkan melalui bagian bawah firebar
dan dihisap oleh induced draught fan (ID fan).
Nilai kalor bahan bakar padat berupa kayu yang digunakan di Perkebunan Cisaruni mempunyai
nilai kalor rata-rata 18.65 MJ/kg, kayu-kayu tersebut sebelumnya diukur nilai kalornya menggunakan
bomb kalorimeter yang merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menghitung nilai
kalor bahan bakar padat. Adapun nilai kalor beberapa jenis kayu bakar yang digunakan di
Perkebunan Cisaruni disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Nilai kalor beberapa jenis kayu yang digunakan di pabrik Cisaruni
Nilai kalor

Sumber energi
(kJ/kg) (MJ/kg)
Kayu mahoni (Swietenia macrophylla) 19389 19.39
Kayu jati (Tectona grandis) 18882 18.88
Kayu karet (Hevea brasiliensis) 18544 18.54
Kayu albasiah (Albizia falcataria) 18450 18.45
Kayu teh (Albizia falcataria) 18093 18.09
Campuran :
Kayu teh (60%)
Kayu karet (30%)
18544 18.54
Kayu mahoni (2,5%)
Kayu jati (2,5%)
Kayu albasiah (5%)

Kebutuhan energi total dari bahan bakar padat pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh
hitam orthodox di Perkebunan Cisaruni pada bulan Maret 2010 sebesar 31.59 MJ/kg teh kering. Dari
jumlah tersebut penggunaan energi dari bahan bakar padat terbesar terjadi pada tahap pengeringan
sebesar 27.6425 MJ/kg teh kering atau 87.52 persen dari total keseluruhan penggunaan bahan bakar
padat. Selain itu bahan bakar padat digunakan pada tahap pelayuan sebesar 3.9433 MJ/kg teh kering
atau 12.48 persen dari total keseluruhan penggunaan bahan bakar padat.
Penggunaan bahan bakar padat di kebun Cisaruni sebagai sumber energi panas untuk proses
pelayuan dan pengeringan bisa menghemat energi panas sebesar 4.62 persen dari energi panas
sebelumnya berupa bahan bakar industrial diesel oil pada tahun 2008. Dalam Tabel 16 disajikan
kebutuhan energi bahan bakar padat pada pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di
Perkebunan Cisaruni bulan Maret 2010. Tabel 16. Konsumsi energi bahan bakar padat Maret 2010

Kegiatan MJ/kg teh kering Prosentase (%)

Pelayuan pucuk teh 3.9433 12.48

Pengeringan bubuk teh 27.6425 87.52

Jumlah 31.5858 100

Jumlah konsumsi bahan bakar padat pada tahap pelayuan lebih kecil dibandingkan dengan tahap
pengeringan, hal ini disebabkan karena penggunaan bahan bakar padat sebagai energi untuk
memanaskan udara pada tahap pelayuan lebih sedikit dan digunakan selama 4-7 jam. Jumlah bahan
bakar padat yang dibutuhkan selain dipengaruhi oleh lama proses pelayuan, juga dipengaruhi oleh
kandungan air dalam pucuk, tebal hamparan pucuk pada withering trough, temperatur udara dan
faktor kelembaban udara luar.
Pada saat penelitian dilakukan, keadaan cuaca di Perkebunan Cisaruni sedang musim hujan
sehingga cuaca cukup lembab dan kandungan air dalam pucuk tinggi. Hal ini mengakibatkan
perbedaan panjang tahap pelayuan pucuk teh hingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
memperoleh kelayuan pucuk teh yang telah ditentukan.
Pada tahap pengeringan bubuk teh dengan kadar air 26-27 persen menjadi bubuk teh kering
dengan kadar air ± 3 persen, membutuhkan bahan bakar padat lebih banyak untuk memanaskan
udara agar kadar air bubuk yang ada di mesin pengering menjadi turun. Lamanya waktu pengeringan
di pabrik Cisaruni membutuhkan waktu 14-20 jam/hari.
Penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar padat untuk pengolahan pucuk teh menjadi teh
hitam orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII khususnya Perkebunan Cisaruni Garut adalah
dalam upaya mengatasi krisis energi khususnya bahan bakar minyak fosil. Hal ini disebabkan karena
seiring dengan naiknya biaya produksi untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam di pabrik
apabila masih menggunkan bahan bakar minyak. Selain itu juga bahan bakar padat yang merupakan
biomass hasil limbah perkebunan dan kehutanan mendapat perhatian besar, mengingat potensinya
sebagai sumber energi yang murah, tersedia setempat (tidak perlu impor), dan adanya keuntungan
terhadap pembangunan dan lingkungan.
Penggunaan bahan bakar padat sebagai sumber energi bersih tersebut dapat mengurangi
dampak negatip terhadap lingkungan, karena bisa mengurangi emissi CO2 yang ditimbulkan oleh
bahan bakar minyak fosil. Pada saat ini Perkebunan Cisaruni sudah melakukan konversi energi
yangbisa menurunkan laju penggunaan energi minyak fosil serta berusaha menurunkan emisi gas
rumah kaca (GRK), sehingga biaya produksi pun bisa berkurang.

2.4 Listrik
Kebutuhan energi listrik di Perkebunan Cisaruni dipenuhi dari dua sumber yaitu PLN yang
memiliki daya 415 kVA dan 3 buah generator pembangkit listrik yang memiliki daya masing-masing
150 kVA. Energi listrik terutama digunakan untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam di
pabrik yaitu untuk menggerakan motor listrik.
Penggunaan solar sebagai bahan bakar untuk menjalakan generator pembangkit listrik mulai
dikurangi dan bisa dihemat sebesar 95.86 persen, sehingga sumber energi listrik lebih banyak
bersumber dari PLN. Akan tetapi energi listrik di perkebunan Cisaruni masih bisa dihemat sebesar
26.75 persen dengan digantinya sumber energi panas menjadi bahan bahan bakar padat, karena
penggunaan energi listrik untuk menjalankan burner pada tahap pelayuan dan pengeringan sudah
tidak digunakan.
Penggunaan energi listrik untuk proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di
pabrik Cisaruni sebesar 1.98 MJ/kg teh kering atau 5.88 persen dari kebutuhan energi keseluruhan
untuk mengolah pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di Pabrik bulan Maret 2010. Penggunaan
energi listrik terbesar pada proses pengolahan adalah proses pelayuan sebesar 0.76 MJ/kg teh
kering. Hal ini disebabkan karena pada proses pelayuan memerlukan waktu yang lama (15-23 jam
proses) dan sebagian besar alat/mesin digerakan oleh motor listrik yang memiliki daya 5.50 kW
sampai dengan 7.5 kW. Dalam Tabel 17 disajikan penggunaan energi listrik pada setiap tahap
pengolahan di Pabrik Cisaruni Garut. Tabel 17. Konsumsi energi listrik pada bulan Maret 2010

Prosentase
Kegiatan Energi MJ/kg teh kering (%)
Pelayuan 0.760 38.5
Penggilingan dan fermentasi 0.402 20.4
Pengeringan 0.458 23.2
Sortasi kering 0.355 18.0
Penerangan di sekitar pabrik 0.001 0.1
Jumlah 1.98 100

B. PELUANG KONSERVASI ENERGI

Konservasi energi merupakan usaha untuk memelihara dan melestarikan sumber energi yang
ada sehingga tidak terjadi pemborosan energi yang berarti dan membawa dampak yang tidak baik
dalam suatu industri atau perusahaan. Usaha konservasi ini bukan berarti harus mengoperasikan
suatu pabrik atau perusahaan tanpa menggunakan energi atau mengurangi jumlah energi yang
dibutuhkan melainkan dengan mengurangi atau menghilangkan pemborosan energi yang dapat
berpengaruh terhadap biaya produksi. Dengan adanya usaha konservasi ini diharapkan dapat
mempertahankan tingkat produksi yang sama atau bahkan ditingkatkan dengan jumlah energi yang
optimal.
Usaha-usaha yang perlu dilakukan agar konservasi energi dapat dilaksanakan dengan baik dalam
suatu pabrik atau perusahaan adalah dengan mencari sumber-sumber energi yang mengalami
pemborosan, menanamkan pengertian dan kesadaran pentingnya energi dalam lingkungan pabrik
atau perusahaan serta adanya koordinasi yang baik antara manajemen puncak dengan para
karyawan sehingga program penghematan energi dapat terlaksana dengan baik.
Dari hasil pengamatan di pabrik teh Perkebunan Cisaruni Garut, usaha konservasi yang dapat
dilakukan adalah penghematan penggunaan masukan energi yang memerlukan biaya produksi relatif
besar dibandingkan dengan masukan energi lainnya. Listrik adalah masukan energi yang mahal per
unitnya, sehingga diperlukan usaha penghematan dalam penggunaannya.
Beberapa usaha penghematan energi dalam proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam
orthodox di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Cisaruni Garut dapat dilakukan secara teknis maupun
non teknis. Secara teknis yang dapat dilakukan antara lain : memodifikasi peralatan dan elektro
motor, penggantian peralatan yang bekerja di luar karakteristik kerja dan umur kerja, pemeliharaan
dan perbaikan peralatan secara teratur. Sedangkan secara non teknis adalah melakukan pelatihan
atau pembinaan para karyawan untuk menggunakan peralatan dan mesin dengan tepat dan benar
sesuai standar operasional serta menanamkan pengertian pentingnya penghematan energi.
Peluang Penghematan Energi Listrik pada Tahap Pelayuan Pucuk Teh Dalam proses pengolahan
pucuk teh menjadi teh hitam orthodox dipabrik Cisaruni Garut, konsumsi energi total bulan Maret
2010 pada tahap pelayuan lebih besar yaitu 0.76 MJ/kg teh kering atau 38.5%. Input energi yang
paling dominan dalam tahap ini adalah penggunaan energi listrik dan bahan bakar padat. Konsumsi
energi bahan bakar untuk menghasilkan udara panas sebesar 3.9433 MJ/kg teh kering pada tahap
pelayuan, hal ini lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan energi listrik, akan tetapi secara
ekonomi penggunaan bahan bakar padat kayu lebih murah. Energi panas pada tahap pelayuan ini
bisa dihemat sebesar sebesar 61.23 persen dari total energi panas untuk pelayuan dan pengeringan,
yang mana sebelumnya energi panas untuk pelayuan ini bersumber dari bahan bakar industrial
diesel oil dan kemudian diganti dengan biomass berupa kayu bakar.
Perbedaan konsumsi energi listrik ini dikarenakan lama pelayuan yang panjang sehingga
penggunaan motor listrik untuk mengalirkan udara segar ke withering trought lebih lama. Selain itu
juga, penyebabnya dapat terjadi karena kandungan kadar air dalam pucuk teh tinggi, pucuk teh yang
dihamparkan mempunyai ketebalan berbeda serta kelembaban udara luar yang tinggi.
Suhu udara optimal untuk proses pelayuan yaitu udara bersih dengan kelembaban berkisar
o
antara 60-75%, suhu tidak melebihi 28 C dengan kapasit pelayuan normal 16-20 jam. Efisiensi
pelayuan pada withering trough ukuran 11 sesi adalah 38.21% dengan efisiensi tenaga kipas 59.4%
dan lama pelayuan selama 18 jam.
Usaha penghematan energi pada tahap pelayuan dapat dilakukan dengan menggunakan udara
luar sebelum pucuk diberi udara panas untuk aerasi. Pemberian udara panas pada proses pelayuan
tidak mutlak digunakan tergantung dari faktor kelembaban luar. Namun pada kenyataannya
pemberian udara panas tetap dilakukan karena apabila hanya menggunakan udara luar maka proses
pelayuan akan berjalan lebih lama. Oleh karena itu, pemberian udara panas untuk mencapai suhu
udara pelayuan yang dikehendaki harus tetap dijaga agar tidak sampai menaikan suhu pelayuan dan
tidak terjadi penggunaan bahan bakar yang berlebihan. Selain itu juga alternative lainnya dalam
proses pelayuan, udara panas bisa dihasilkan dari pembuangan energi panas pada tahap
pengeringan. Hal ini bisa digunakan sebagai input energi lain untuk tahap pelayuan. Selain itu juga
penghematan energi listrik akibat penggunaan listrik untuk mengoperasikan motor listrik pada tahap
pelayuan yaitu dengan cara menghidupkan peralatan ketika beban penuh dan segera
memadamkannya ketika tidak lagi digunakan.
Peluang penghematan jangka panjang dapat dilakukan dengan penggantian motor listrik yang
bekerja di luar karakteristik seperti nilai daya yang semakin berkurang, nilai efisiensi eletromotor
yang sangat kecil dan putaran rotor yang semakin berkurang. Peluang penghematan lain adalah
penghematan penggunaan ernergi listrik pada penerangan di pabrik khususnya di tahap pelayuan.
Peluang penghematannya adalah dengan cara menyalakan lampu pada saat ruangan terlihat gelap
dan mematikan lampu ketika tidak diperlukan pada saat terjadi cahaya alamiah yaitu sinar matahari.
Selain itu juga pemeliharaan dengan cara mengganti lampu dengan daya yang rendah tapi
efisiensinya tinggi dan kebersihan lampu merupakan faktor penting agar penggunaan lampu tidak
berlebihan dan ruangan terlihat lebih terang dengan cara mengecat dinding dengan warna yang
lebih terang dan terkesan lebih bersih.
2
as kipas (cfm) dan luas (m ) withering trough 18-20 cfm/kg. Waktu 2. Peluang Penghematan
Energi Bahan Bakar pada Pengeringan Teh Input energi pada tahap pengeringan di Perkebunan
Cisaruni berasal dari bahan bakar padat berupa kayu bakar, listrik dan tenaga manusia. Secara
keseluruhan konsumsi energi pada tahap ini pada bulan Maret 2010 adalah 28.11 MJ/kg teh kering.
Dari jumlah tersebut rata-rata konsumsi bahan bakar padat yang digunakan untuk memanaskan
udara pengering sebesar 27.64 MJ/kg teh kering atau 98.3 persen dari kebutuhan total energi tahap
pengeringan. Pengeringan di Perkebunan Cisaruni menggunkan mesin pengering two stage drier
dengan suhu udara masuk (inlet) mesin pengering berkisar 89-104˚C dan suhu udara keluar (outlet)
mesin pengering berkisar 45-49˚C.
Dari hasil pengamatan suhu inlet dan outlet pengering pada saat beroperasi tidak konstan, hal
ini disebabkan oleh penggunaan bahan bakar yaitu kayu bakar yang digunakan mempunyai jenis dan
kadar air yang berbeda-beda. Selain itu juga keterlambatan bubuk teh yang masuk ke ruang
pengering bisa mengakibatkan suhu pengering naik dan berpengaruh terhadap tingkat kematangan
teh kering yang dihasilkan.
Permasalahan yang dihadapi pada tahap pengeringan adalah rata-rata efisiensi sistem yang
relatif rendah sebesar 6.6 persen dengan efisiensi penggunaan panas sebesar 58.17 persen dan
efisiensi pemanasan sebesar 11.36 persen. Dalam perhitungan panas ini dianggap hilang sebesar
41.83 persen, padahal dalam kenyataanya panas tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses
pelayuan. Energi yang dihasilkan berupa energi untuk memanaskan bahan dan energi untuk
menguapkan air tidak sebanding dengan penggunaan bahan bakar kayu yang relatif tinggi sebesar
245 kg/jam. Penggunaan bahan bakar kayu tergantung pada kadar air (tingkat kekeringannya) dan
jenis kayu yang digunakan, karena hal ini akan berpengaruh terhadap efektivitas panas yang
dihasilkan. Pada prinsipnya panas yang dihasilkan dari pembakaran kayu adalah panas yang
dibutuhkan untuk mengeringkan kadar air yang terkandung dalam kayu tersebut dan panas yang
digunakan untuk mengerikan bubuk teh. Berdasarkan spesifikasi teknis, burner di Perkebunan
Cisaruni mempunyai rooster dengan lubang udara 1.5-2 cm, dan terdapat kisi-kisi pada saluran inlet
udara primer untuk pembakaran. Sedangkan udara yang masuk ke burner menggunakan blower
dalam memasok udara primernya.
Penghematan energi pada proses pengeringan yang dapat dilakukan adalah dengan cara
perawatan dan penggantian bagian peralatan yang mengalami kerusakan pada heat exchanger.
Perawatan yang perlu dilakukan adalah membersihkan debu dari hasil pembakaran kayu,
membongkar heat exchanger dan mengontrol kebocoran agar hasil pembakaran pada burner tidak
masuk bersama udara panas pada saat pengeringan.
Secara garis besar alat ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu rumah pengering dan unit
pemanasnya. Skematik dari kontruksi alat ini bisa dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Skema proses pengeringan

Gambar 4. Heat exchanger dan mesin two stage dryer

3. Peluang Penghematan Energi Listrik pada Pabrik Pengolahan


Semakin banyak tahapan proses pengolahan dari suatu proses konversi energi maka tingkat
efisiensi sistem secara total akan semakin rendah, hal ini yang menyebabkan pembuangan energi.
Oleh karena itu, sistem konversi energi seharusnya di-design dengan tahapan seminimal mungkin
atau seefektif mungkin. Atau alternatif lain, pembungan energi dari tahap yang satu ke tahap yang
lainnya bisa digunakan sebagai input untuk tahap yang lainnya.
Bahan bakar merupakan masukan energi terbesar kedua pada proses pengolahan pucuk teh
menjadi teh hitam orthodox di pabrik setelah energi listrik. Energi listrik di Perkebunan Cisaruni
berasal dari PLN dan Generator listrik yang memiliki kapasitas 150 kVA. Penghematan energi dari
penggunaan listrik khususnya dari PLN perlu dilakukan karena sumber energi ini memerlukan biaya
yang cukup besar.
Peluang penghematan energi yang dapat dilakukan adalah penghematan penggunaan listrik
untuk motor listrik dan penerangan di pabrik. Penghematan energi listrik untuk motor listrik
dilakukan dengan cara menghidupkan peralatan pada saat beban penuh dan segara mematikannya
apabila sudah tidak digunakan. Selain itu, pemeliharaan dan penggantian motor listrik yang telah
melewati umur pakainya dan bekerja diluar karakteristik.
Peluang penghematan energi lain di pabrik adalah penghematan listrik pada penerangan di
pabrik. Cara penghematan energi yang dapat dilakukan adalah mengurangi penerangan luar sampai
batas yang aman dan mengurangi penerangan pada saat tersedia cahaya matahari. Upaya
penghematan energi jangka panjang dapat dilakuakan dengan penggantian lampu yang memiliki
daya rendah dan efisiensi yang tinggi serta memperbaiki daya pantul dinding dengan mengecat
dinding dengan warna yang lebih terang dan pemasangan ubin keramik yang mengkilap khususnya
diruang sortasi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bentuk energi yang digunakan pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di
PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni bersumber dari energi listrik, energi bahan bakar
berupa solar dan kayu bakar, dan energi tenaga manusia.
Dari hasil perhitungan, total konsumsi energi pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh
hitam orthodox di pabrik Cisaruni sebesar 33.62 MJ/kg teh kering pada bulan Maret 2010. Yaitu 4.72
MJ/kg teh kering (14.05%) dibutuhkan pada tahap proses pelayuan pucuk teh, 0.42 MJ/kg teh kering
(1.23%) dibutuhkan pada tahap penggilingan dan fermentasi, 28.11 MJ/kg teh kering (83.61%)
dibutuhkan pada tahap pengeringan bubuk teh, 0.37 MJ/kg teh kering (1.10%) dibutuhkan pada
tahap sortasi kering bubuk teh.
Secara keseluruhan tahapan pengolahan yang memerlukan energi terbesar adalah pada tahap
pengeringan bubuk teh, sedangkan tahapan yang memerlukan energi paling sedikit adalah pada
tahap sortasi kering.
Berdasarkan sumber energi, konsumsi energi terbesar adalah dari energi bahan bakar padat
berupa kayu bakar sebesar 31.59 MJ/kg teh kering (93.95% dari total keseluruhan energi untuk
proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik). Terbesar kedua yaitu konsumsi
energi listrik sebesar 1.98 MJ/kg teh kering (5.88% dari total keseluruhan energi untuk proses
pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di pabrik). Sedangkan tenaga manusia sebesar
0.056 MJ/kg teh kering (0.17% dari total keseluruhan energi untuk proses pengolahan pucuk teh
menjadi teh hitam orthodox di pabrik) yang merupakan konsumsi energi terendah.
Konsumsi energi listrik terbesar adalah pada proses pelayuan sebesar 0.76 MJ/kg teh kering atau
38.5% dari total konsumsi energi listrik. Sedangkan konsumsi energi listrik terendah adalah pada
proses sortasi sebesar 0.35 atau 18% dari total konsumsi energi listrik. Konsumsi energi bahan bakar
padat berupa kayu bakar terbesar pada proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox
yaitu tahap pengeringan bubuk teh sebesar 27.6425 atau 87.52% dari total konsumsi bahan bakar
padat. Sedangkan jenis kayu yang digunakan adalah kayu jenis karet (Hevea
brasiliensis), teh (Camellia sinensis,) mahoni (Swietenia macrophylla), albasiah/jeungjing (Albizia
falcataria) dan jati (Tectona grandis). Kayu-kayu tersebut mempunyai nilai kalor rata-rata 18.65
MJ/kg dengan kadar air 18.72%.
Di PT Perkebunan Nusantara VIII kebun Cisaruni Garut, energi panas yang berasal dari bahan
bakar padat berupa kayu bakar untuk proses pelayuan dan pengeringan bisa dihemat sebesar 4.62 %
dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar industrial diesel oil, dari segi ekonomi pun lebih
murah sehingga biaya produksi bisa ditekan/diturunkan. Sedangkan energi lsitrik untuk seluruh
proses pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam orthodox di kebun Cisaruni bisa dihemat sebesar
26.75%.

Saran
Berdasarkan hasil audit yang telah dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII, kebun Cisaruni
disarankan beberapa hal sebagai berikut :
 Perlu dilakukan perawatan dan pengecekan efisiensi motor listrik secara intensif, tidak
hanya pada saat perbaikan saja agar efisiensinya dapat dipertahankan.
 Memodifikasi peralatan dan mesin pengolahan yang bekerja di bawah standar,
kemudian membersihkan secara intensif pada semua peralatan dan mesin yang
digunakan. Misalnya pada ruang pelayuan lampu-lampu yang digunakan perlu
dibersihkan dari debu agar penerangan tidak terhalangi dan cahaya secara utuh bisa
diterima. Heat exchanger perlu dibersihkan dari debu hasil sisa pembakaran agar pada
saat mesin beroperasi tidak ada debu yang ikut terbawa oleh udara ke ruang pengering.
Dalam usaha konservasi energi ini usaha yang paling penting yaitu pemahaman pekerja tentang
pentingnya usaha penghematan energi, serta upaya perawatan dan pemeliharaan harus dilakukan
secara kontinyu.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K. 1998. Energi dan Listrik Pertanian. JICA-DGHE. IPB. Project ADAET. IPB. Bogor.
Edi Purnomo, Fajar. 2006. Audit Energi Pada Proses Pengolahan Teh Hitam di Perkebunan
Parakan Salak Sukabumi PTP. Nusantara VIII Subang Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian,
IPB. Bogor.
ESDM. 2010. Kenaikan TDL Merupakan Upaya Mengurangi Subsidi. Jakarta. ESDM. 2010.
Rencana Strategis Kementerian ESDM 2010-2014. Jakarta ESDM. 2009. Handbook of Energy and
Economic Statistic of Indonesia. Jakarta ESDM. 2008. Ringkasan Eksekutif Indonesia Energy Outlook
2008. Jakarta. Gayo, Taruna. 1981. Pengaruh Suhu dan Kecepatan Udara Terhadap Laju
Pengeringan Teh Hijau Dengan Menggunakan Rotary Panner di Kebun Percobaan Pasir Sarongge
Pacet. Skripsi. Jurusan Mekanisasi Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Heldman, D.R. and R.P. Singh. 1981. Food Process Engineering. 2nd Edition. The AVI Publishing
Company Inc. Westport, Conecticut, USA.
Henderson, S.M. and R. L. Perry. 1976. Agricultural Process Engineering. Third Edition. The AVI
Publishing Company Inc. Westport, Conecticut, USA.
Holman, J.P. 1997. Perpindahan Kalor. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta Kartikasari, Noviyanti,
2002. Audit Energi Pada Proses Pengolahan Teh Hitam Di
Perkebunan Ciater PTP. Nusantara VIII Subang Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai