Anda di halaman 1dari 2

disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirus yang ditandai dengan demam tinggi mendadak tanpa

sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2‐7 hari.

DBD salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah, maka sesuai dengan undang‐undang
No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular serta peraturan menteri kesehatan No. 560 tahun
1989 bahwa setiap penderita termasuk tersangka DBD harus segera dilaporkan selambat‐lambatnya
dalam waktu 24 jam oleh unit pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik, balai
pengobatan, dokter praktek dan lain‐lain).

Untuk membatasi penularan penyakit yang cenderung meluas, mencegah kejadian luar biasa (KLB) serta
menekan angka kesakitan dan kematian maka pemerintah juga melaksanakan pemberantasan vektor
dengan menggunakan insektisida (fogging fokus) di desa/kelurahan yang ditemukan adanya penderita .
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor : 374/Menkes/Per/III/2010
Tentang Pengendalian Vektor.

Dalam buku juknis Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) kementrian kesehatan mengatakan .Dari
sekian banyak upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas, dana BOK utamanya digunakan untuk
mendukung upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang meliputi enam upaya kesehatan
salah satunya Pengendalian dan pemberantasan vektor (fogging, spraying, abatisasi, pemeriksaan jentik,
pembagian kelambu) .

Fogging dengan dosis yang tepat (malathion 5%) sebanyak 10 liter per hektare luas wilayah sasaran
dapat membunuh nyamuk Aedes sp secara efektif. Keefektifitas ini juga didukung oleh metode
pelaksanaannya yang tepat. Kegiatan fogging yang selama ini dilaksanakan adalah fogging masal dan
foging fokus.

Kegiatan fogging biasanya dilakukan secara menyeluruh baik pada daerah endemis maupun daerah
potensial disekitarnya. Sedangkan kegiatan fogging fokus hanya dilaksanakan pada area sekitar titik yang
terinfeksi DBD, biasanya dilakukan pada radius 100 meter.

Untuk dilaksanakannya fogging harus memenuhi kriteria yaitu antara lain; sebelum dilakukan fogging
masyarakat sekitar harus dilakukan penyuluhan dan Penyelidikan Epidemologi (PE). Penyelidikan
epidemilogi adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainya dan pemeriksaan jentik
nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan rumah/ bangunan sekitarnya. Termasuk tempat‐
tempat umum di dalam radius sekurang‐kurangnya 100 meter.

Tindak lanjut hasil PE tersebut bila ditemukan penderita DBD lainya ( 1 atau lebih) atau ditemukan 3 atau
lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik (>5%) dari rumah/ bangunan yang diperiksa, maka dilakukan
penggerakan masyarakat dalam PSN DBD, Larvasidasi, Penyuluhan dan pengasapan (Fogging). Fogging
kurang EFEKTIF apabila tidak ditindak lanjuti dengan gerakan 3 M. Mencegah lebih efektif dari pada
mengobati atau memberantas. (Dirangkum dari berbagai sumber) . (Byaz)

Anda mungkin juga menyukai