Makalah Politik Pemerintahan Asia Selatan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH POLITIK PEMERINTAHAN ASIA SELATAN

KONFLIK ETNIS PAKISTAN-SRILANKA

Dosen pengampu : H. Faisyal Rani, S.IP, MA

Oleh kelompok 4

FAJAR KHOIRURRIZAL FAHRI 1601121658


MONICA SINTIA 1501111488
PUTRI HERIANASARI 1501111921
RIZKY PRAMANA 1601122449

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Human Trafficking, Drug dan HAM”
ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Politik Luar Negeri dan Diplomasi
Republik Indonesia. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi
kesempurnaan makalah yang akan datang. Penyusun berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya.

Pekanbaru, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ......................................................................... 1
1.3 Tujuan penuilisan ......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kashmir ........................................................................... 2
2.2 Arti penting Kashmir bagi India dan Pakistan ......................... 2
2.3 Keinginan serta harapan India dan Pakistan ............................ 3
2.4 Masalah-masalah yang terjadi di Kashmir ................................ 3
2.5 Usaha-usaha menyelesaikan konflik Kashmir ........................... 5
2.6 Sri Lanka ....................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak memasuki masa berdirinya Negara nasional di wilayah Asia Selatan
tetap merupakan wilayah yang penuh dengan persaingan dan pergolakan yang
membawa akibat instabilitas. Negara-negara di wilayah tersebut menghadapi
berbagai problema yang menyangkut rasial-ethnis, agama, ekonomi yang pada
akhirnya mempengaruhi goyahnya stabilitas politik intern Negara-negara tersebut
seperti Negara Kashmir dan Sri Langkah.
Kashmir adalah sebuah wilayah di Pakistan, wilayah ini di kenal dengan
sebutan “ surga dunia “ karena keindahan alamnya yang memesona. Wilayah
Kashmir menjadi perebutan antara 2 negara, yaitu India dan Pakistan, konflik
Kashmir yang mengakibatkan peperangan antara India dan Pakistan telah terjadi
sejak tahun 1948.
Berbeda dengan masalah Kashmir, di Sri Langka juga terdapat pergolakan
gerakan separatis Tamil yang didirikan karena sikap pemerintah yang
diskriminatif. Yang memuncak pada saat Solomon Bandaranaike, sebagai perdana
menteri merencanakan rekontruksi pemerintahan Sri Lanka yang menetapkan
agama Budha sebagai agama negara dan bahasa Sinhala di jadikan bahasa resmi
di Sri Lanka. Ketika ia meninggal dan digantikan istrinya Sirinavo Bandaranaike,
dalam pemerintahannya ia mengubah nama negeri dari nama resmi Inggris Ceylon
Sri Lanka dan menetapkan bahasa Sinhala sebagai bahasa resmi negara.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana Sejarah Kashmir
 Apa Arti penting Kashmir bagi India dan Pakistan
 Apakah Keinginan serta harapan India dan Pakistan
 Apa saja masalah-masalah yang terjadi di Kashmir
 Bagaimana Usaha-usaha menyelesaikan konflik Kashmir
 Bagaimana konflik etnis Sri Lanka?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulis menulis makalah ini dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah penulis yang telah dosen penulis berikan.

1
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Kashmir
Setelah masa kolonialisme Inggris di India, India yang terdiri dari 2 agama
besar—islam dan hindu. Yang selanjutnya wilayah yang terdiri dari masyarakat
islam berdiri menjadi negara Pakistan, dan wilayah yang mayoritas Hindu tetap
menjadi India. Pada awalnya India tidak menyetujui kebijakan tersebut, tetapi
karena Inggris yang menghendaki hal tersebut, maka India hanya bisa
menyetujuinya.Kashmir berada di wilayah Pakistan dan berbatasan dengan negara
India.1

2.2 Arti penting Kashmir bagi India dan Pakistan


Kashmir merupakan salah satu wilayah rebutan terkenal di dunia, dan
kebanyakan peta buatan Barat menggambarkan wilayah ini dengan garis bertitik
untuk menandai batasan yang tidak pasti.
Pakistan dan India merupakan dua Negara yang memiliki kepentingan
terhadap Kashmir. Hal ini terkait dengan nilai strategis yang dimiliki oleh wilayah
tersebut. Terkait letak geografis, Kashmir merupakan tempat yang sangat cocok
untuk benteng pertahanan karena lokasinya yang terlindung oleh gunung. Begitu
strategisnya wilayah ini, sehingga pada abad ke 19 pernah menjadi rebutan antara
imperium Rusia dan Inggris.
1. Bagi Pakistan
Kashmir disamping mempunyai arti penting untuk strategi, tetapi juga besar
artinya untuk kehidupan perekonomian Pakistan. Kehidupan perekonomian atau
kemakmuran Pakistan Barat tergantung kepada sungai-sungai yang berhulu di
Kashmir seperti sungai Indus, Jhelem, dan Chemab. Ketiga sungai ini mengalir ke
Pakistan Barat dari Kashmir, ditambah sungai Sutley dan Ravi yang berhulu di
India. Jika Kashmir misalnya dikuasai oleh Negara lain maka 19 juta akre tanah
pertanian di Pakistan Barat yang persediaan airnya tergantung kepada sungai-
sungai di atas, mungkin akan terancam karena “ The economic life of Pakistan
depended upon the control of these rivers”.

Tuti Nuriah Erwin “ Asia Selatan Dalam Sejarah” (Jakarta : Fakultas Ekonomi
1

Univeritas Ekonomi, 1999 )

2
2. Bagi India
Kashmir juga besar artinya bagi India untuk keperluan strategi pertahanan,
karena Kashmir adalah suatu wilayah perbatasan yang berdampingan dengan
bangsa-bangsa besar. Untuk perekonomian, Kashmir terkenal dengan sebutan
surga dunia, sehingga mendatangkan banyak hasil keuntungan dari pariwisata.

2.3 Keinginan serta harapan India dan Pakistan


Berdasarkan faktor-faktor geografis, hubungan lalulintas, perekonomian dan
komposisi penduduknya ditambah pula penting artinya untuk kepentingan
pertahanan, maka Pakistan mengharapkan Kashmir tetap tergabung dengan
Pakistan. India juga menginginkan Kashmir karena banyak kepentingan India
disana. Harapan India dan Pakistan itu mengingat karena sesudah hari
kemerdekaan pada 15 Agustus 1947, pengendali pemerintah Kashmir tidak
memberikan petunjuk tentang pilihannya, apakah akan bergabung dengan
Pakistan atau bersatu dengan India. Ini menunjukkan bahwa Kashmir ingin berdiri
sendiri.

2.4 Masalah-masalah yang terjadi di Kashmir


Setelah kemerdekaan India dan Pakistan, negara Kashmir sangat di
perebutan. Beberapa faktor lain yang menyebabkan timbul dan berkembangnya
konflik Kashmir antara India dan Pakistan antara lain adalah :
1. Faktor politik, Setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi
Pakistan timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan timur tidak
tertampung aspirasi politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur
berpisah dari Pakistan barat yang kemudian melahirkan negara baru,
Bangladesh. Kepentingan Pakistan timur akan penampungan aspirasi
politiknya menjadi pendorong terjadinya kelahiran baru Bangladesh
meskipun tidak ada persoalan agama karena keduanya mayoritas
penduduknya Muslim.
2. Faktor campur tangan asing, Sudah menjadi bukti dalam sejarah, dimana
terjadi konflik apalagi sesudah Perang Dunia II yang melahirkan Perang
Dingin, negara adidaya senantiasa berusaha memperluas lingkungan

3
pengaruhnya. Tidak terkecuali di Asia Selatan. Uni Soviet saat itu dan
Amerika Serikat berlomba-lomba mempengaruhi kawasan tersebut. Pakistan
mencari perlindungan ke Amerika Serikat untuk menghadapi ancaman dari
India. Yang seperti kita ketahui India lebih dekat kepada Uni Soviet pada
saat itu.
3. Faktor keamanan, Karena merasa adanya ancaman terutama dari negara
besar seperti India di Asia Selatan, Pakistan merasakan betapa perlunya
mempersenjatai diri. Pakistan terutama sering merasa ancaman ideologi
yang dilatarbelakangi agama Hindu terus membayang-bayangi. Oleh karena
itu interaksi yang terjadi di kawasan pun lebih dilandasi oleh kecurigaan dan
kehati-hatian terutama melihat tindak-tanduk India yang tak bisa dipercaya
begitu saja.
4. Perbedaan agama dan ideologi di India dan Pakistan telah melahirkan
perlombaan senjata. Dengan kata lain, pacuan senjata di Asia Selatan dipicu
oleh kecurigaan terutama dari Pakistan ke India dan sebaliknya. Tidak
mengherankan apabila Pakistan berusaha mencari senjata pamungkas yakni
nuklir sebagai kekuatan penggetar yang kemudian justru mempercepat
kelahiran program senjata nuklir India. Meskipun kedua negara belum
secara terus terang menggelar senjata nuklirnya namun sudah menjadi
pendapat umum bahwa baik Pakistan maupun India memiliki kemampuan
membuat bom atom.
5. Faktor persaingan pengaruh, Dua negara besar di kawasan ini berusaha
saling memantapkan pengaruhnya di Asia Selatan maupun ikut
mempengaruhi negara besar di luar kawasan untuk masuk ke wilayah itu.
Baik persaingan pengaruh antara negara adidaya maupun persaingan
pengaruh domestik ikut mewarnai percaturan diplomasi di Asia Selatan.
India dan Pakistan berusaha untuk menjadi regional leader meskipun secara
de facto sebenarnya India yang bisa dikatakan pemimpin kawasan.
6. Dalam bidang ekonomi , tidak bisa dipungkiri bahwa Pakistan memiliki
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap Kashmir. Potensi alam Kashmir
pun seolah jadi bahan rebutan. Di Kashmir terdapat tiga sungai besar yang

4
sangat menentukan kondisi perairan di Pakistan. Jika air sungai tersebut
seluruhnya dialirkan ke India, maka Pakistan akan menjadi padang tandus.

2.5 Usaha-usaha menyelesaikan konflik Kashmir


1. Usaha PBB dalam menyelesaikan konflik Kashmir
Upaya PBB semakin optimal ketika pada 20 Januari 1948, DK PBB
membentuk United Nation Comission for India and Pakistan (UNCIP) yang
anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Belgia dan Argentina. Namun pada 21
April 1948, PBB memutuskan untuk menambah dua anggota baru UNCIP, yaitu
Kolombia dan Cekoslowakia. Selain itu, diputuskan pula bahwa India dan
Pakistan harus menarik pasukan, berhenti perang, mengembalikan pengungsi,
membebaskan tahanan politik, serta secepatnya melaksanakan referendum atas
status Kashmir.
PBB meminta agar Pakistan dan India menarik pasukannya di Kashmir.
Dalam resolusi tersebut dinyatakan bahwa "Pemerintah India dan pemerintah
Pakistan menegaskan kembali bahwa status masa depan Jammu-Kashmir akan
ditentukan sesuai dengan kehendak rakyat dan untuk mencapai tujuan tersebut,
atas penerimaan Perjanjian Genjatan Senjata, kedua pemerintah menyetujui untuk
memulai konsultasi dengan Komisi untuk menentukan syarat-syarat yang adil,
seimbang, bebas dan terjamin".
Pada 5 Januari 1949, PBB kembali mengeluarkan resolusi yang
menyebutkan bahwa "the question of accession of the state of Jammu and
Kashmir to India or Pakistan will be decided through the democratic method of a
free and impartial plebiscite. Resolusi tersebut juga menyatakan untuk penarikan
pasukan Pakistan dari Kashmir, mengukuhkan hak tentara India dalam
mempertahankan Kashmir, dan segera melaksanakan referendum di Kashmir
secara independen.
Setelah usaha-usaha memaksa India untuk menaati resolusi PBB tidak
pernah terwujud, maka pada tahun 1957, Pakistan mencoba kembali mengangkat
isu Kasmir ke PBB, yang kemudian hasilnya adalah PBB menolak ratifikasi
Instrument of Accession, namun hasil tersebut ditolak India. Resolusi tersebut juga
mengulangi resolusi sebelumnya yang menyatakan bahwa masa depan Kashmir

5
harus diputuskan sesuai kehendak rakyat melalui cara-cara yang demokratis
dengan melaksanakan referendum yang bebas dan tidak memihak di bawah
pengawasan PBB.
Pada tahun 1962, Dewan Keamanan PBB berusaha melakukan hak veto
namun hal tersebut gagal. Upaya PBB dalam menyelesaikan masalah ini terlihat
melemah ketika dikeluarkannya resolusi tahun 1964 yang menyatakan bahwa
permasalahan Kashmir antara India dan Pakistan sebaiknya diselesaikan dahulu
secara bilateral. Berbagai resolusi yang dikeluarkan tidak juga menyelesaikan
permasalahan Kashmir. Bahkan India dan Pakistan kembali terlibat perang
terbuka pada tahun 1965 dan tahun 1971, yang mengakibatkan ratusan ribu
korban jiwa, korban terluka dan tertangkap.
2. Upaya SAARC (South Asian Association of Regional Cooperation)
Permusuhan antara India dan Pakistan merupakan salah satu hubungan
persengketaan yang paling awet yang pernah terjadi di antara dua negara
bertetangga. Di beberapa masa jeda damai, persengketaan di antara mereka sudah
hampir berumur 57 tahun, sama tuanya dengan usia kedua negara itu sendiri.
Konflik India-Pakistan merupakan konflik yang sangat berpengaruh dan
mengganggu di kawasan Asia Selatan, karena konflik tersebut melibatkan dua
Negara besar yaitu India dan Pakistan. Konflik India-Pakistan juga berdampak
buruk bagi organisasi SAARC (South Asian Association of Regional
Cooperation), yaitu organisasi internasional regional yang beranggotakan negara-
negara Asia Selatan, dimana India dan Pakistan juga merupakan anggota dari
SAARC.
Kemelut ini akan mengganggu kemajuan dan eksistensi SAARC di masa
mendatang, karena selain mereka sebagai negara-negara dominan juga sangat
tidak mungkin apabila Negara-negara yang berada dalam satu organisasi terlibat
konflik atau atau perang dengan negara lain sesama anggota.
Jalan menuju perdamaian antara India dan Pakistan sangatlah panjang,
setelah menyepakati gencatan senjata pada awal tahun 1949, menyusul perang
pertama pada tahun 1947, hubungan antara kedua negara kembali memburuk.
Ketegangan mencapai klimaks pada September 1965 ketika pasukan India dan
Pakistan kembali dikerahkan ke medan perang. Kesepakatan damai akhirnya

6
ditandatangani pada tahun 1966, tetapi lima tahun kemudian, tahun 1971 mereka
kembali bertempur, kali ini karena sengketa soal wilayah Pakistan Timur, yang
kemudian menjadi Bangladesh. Perdamaian terjadi lagi pada tahun 1972, yang
diikuti masa tenang yang relatif panjang, hingga dilakukannya berbagai kegiatan
uji coba rudal nuklir di kedua negara, yang dimulai pada dekade 1990-an.
Tahun 1985 Negara-negara di Asia Selatan, membentuk organisasi
internasional regional Asia Selatan atau SAARC ( South Asian Association of
Regional Cooperation), dimana India dan Pakistan adalah anggota dari organisasi
ini. Dan konflik yang terjadi antara India dan Pakistan menjadi agenda SAARC
untuk ikut membantu menyelesaikannya yaitu sebagai mediator dari India dan
Pakistan.Dari semua hal yang di upayakan oleh SAARC , sampai saat ini SAARC
belum menemukan titik terang dalam penyelesaian konflik Kasmir. Dengan kata
lain selama ini SAARC hanyalah wadah bagi wakil baik dari India maupun
Pakistan untuk berunding dan mencoba menyelesaikan pertikaian mereka.

2.6 Sri Lanka

Sri Lanka mengalami penjajahan Portugal, Belanda, dan Inggris. Tetapi


Inggris yang meninggalkan warisan paling mendalam dibandingkan Belanda.
Inggris mengembangkan kebijakan yang menyokong pembedaan etnis dalam
masyarakat. Inggris lebih memberikan perhatian kepada etnis Tamil.

1. Masalah-masalah Sri Lanka


 Gerakan Separatis Tamil

Tahun 1918 Sir Ponnambalan Arubchalam menyarankan pihak Sri Lanka dan
Tamil untuk bersatu menuntut kemerdekaan Sri Lanka kepada Inggris. Saran itu
di terima mereka berjuang sampai mendapat kemerdekaan walau sedikit terlambat
di banding status dominion Pakistan dan India. Sampai Inggris meninggalkan Sri
Lanka, kesatuan, kehidupan bernegara dan kesepakatan Tamil dan Sinhala untuk
hidup rukun dalam semangat nasional terbina dengan baik.2
Dua tahun kemudian pecah perselisihan Tamil dan Sinhala akibat isu yang
mengadu domba di bidang politik. Perdana Menteri Don Stephen

2
Lawrence, J. Zwier. 1998. Sri Lanka: War Torn Island. Lerner Publicantuon Company,
Minnesota, USA.

7
Senanayako(1947-1952) memprioritaskan kepentingan Tamil dengan menetapkan
peraturan kenegaraan 1948 dan Sistem perwakilan dalam badan legislatif.
Tahun 1950 terjadi bentrokan rasial akibat PP tahun 1948. Kaum Sinhala
memburu, memprotes dan menghancurkan pemukiman Tamil di Sri Lanka selatan.
Kerusuhan itu berakar dari masalah keagamaan, puncaknya tahun 1956 dan 1958
terjadi pemberontakan. Dalam pemilu tahun 1952, Sinhala memenangkan 73 kursi
dari 95 kursi yang diperebutkan. 3 Tamil Sri Lanka mendapat 11 kursi, islam 8
kursi dan dan Tamil India 3 kursi, dan Solomon West Ridgeway Dias (SWRD)
Bandaranaike menjadi perdana menteri. Sejak Inggris mengosongkan basis
militernya, pemerintah Sri Lanka mulai terlibat diplomasi internasional,
khususnya perjanjian pertahanan antara lain:

A. Pemerintah Inggris dan Sri Lanka saling membantu keamanan wilayah baik
dari agresi luar maupun dalam negeri.
B. Pemerintah Sri Lanka di bantu pemerintah Inggris dalam kebutuhan fasilitas
poin 1 sejauh di setujui. Fasilitas angkatan darat, laut dan udara dan
komunikasi.

Kekalahan Tamil memunculkan ide Negara Tamil Ceylon yang mengarah


ke gerakan separatis kemerdekaan Tamil. Di tambah pernyataan perdana menteri
SWRD Bandaranaike untuk menstrukturisasi pemerintah, membentuk kabinet dan
menetapkan agama Buddha sebagai agama resmi dan bahasa Sinhala menjadi satu
satunya bahasa resmi di Sri Lanka.4Pernyataan itu mengguncang keamanan dan
keamanan Sri Lanka. Tamil merasa di hina, di rendahkan dan menolak memakai
bahasa Sinhala dan melakukan protes di depan gedung Parlemen di Colombo.
Pengunjuk rasa di serbu oleh pasukan Sinhala, yang merasa mendapat
perlindungan dari pemerintah Sri Lanka.5

3
Helena, J. Whale. 1995. The Right to Self Determination: The Sri Lankan Tamil National
Question. Tamil Information Center.London.
4
David, J. Whittaker. 2001. The Terorrism Reader. Routledge, New York, USA.
5
Joseph, M. Dondelinger. 2010. In Sri Lanka Triump of Vulgar Patriotism. Journal of Current
History, Vol 109.

8
Tahun 1959 PM SWRD Bandaranaike di bunuh oleh seorang bikshu yang
sangat panatik di kebun halaman rumahnya, karena menurut kebijakan
mendukung gagasan jayewadene tidak dapat ditoleransi. Setelah itu istrinya yaitu
Sirimavo Ratwatte Dias Bandaranaike diangkat menjadi PM wanita pertama di
dunia. Tapi iapun mengikuti jejak suaminya. Dengan memberlakukan bahasa
Sinhala sebagai bahasa nasional dan menasionalisasi beberapa perusahaan minyak
asing.Tetapi orang Tamil yang terbesar di seluruh pelosok Sri Lanka mendirikan
organisasi-organisasi yang menurut otonomi terpisah dari pemerintah dukungan
Sinhala. Di Jaffna lahir gerakan separatis dengan nama front persatuan
pembahasan tami/Tamil united liberation front tulf. Organisasi itu di pimpin
Samuel James Velupillai Chelvanayakan. Tahun 1976 dengan di bantu Appapillai
Amirthalingam selaku sekretaris jenderal perjuangan di lanjutkan oleh murugesu
Sivasiyhampam, gerakan terorganisasi dalam parlemen Sri Lanka melalui 26
wakilnya dan melatih 3300 gerilyawan 1977.

Tahun 1972 berdiri Liberation Tigers of Tamil Eelam(LTTE) di pimpin


elupillai parabhakaran yang semula melatih 30 orang. Berkeahlian taktik
kemiliteran sebelum tahun 1970. Telah berdiri Eelam People’s Revolutionary
Liberation Front yang beranggotakan mahasiswa Tamil, tetapi di proklamasikan
oleh KS Palmanabath tahun 1981. Organisasi yang cukup kuat dan seimbang
dengan LTTE yaitu PLOTE (People Liberation Organization of Tamil Eelam)
yang di pimpin oleh 5 maheswaran penulis aktif dari Sri Lanka utara.

 Perjuangan Separatis Tamil

Pada masa pemerintah PM Sirimavo Bandaranaike (1970-1977) banyak


terjadi kekacauan akibat di berlakukannya undang-undang tahun 1972 dan
pembalasan untuk masuk perguruan tinggi, banyak pemuda Tamil yang tidak puas.
Mereka melakukan serangkaian teror, perampasan dan pembunuhan. Selain itu
pemerintah juga sedang menghadapi posisi dari beberapa partai dan juga
kekurangan bahan. Makanan tingkat Nasional akibat kurangnya pengetahuan dari
mereka yang bertanggung jawab atas produksi dan impor bahan makanan.Untuk
mengatasi masalah itu tanggal 22 Februari 1974 majelis nasional bersidang dan
menyetujui rancangan undang-undang untuk membatasi pers termasuk larangan

9
bagi surat kabar untuk menyiarkan berita kekurangan pangan dan hal-hal lain
yang di rahasiakan oleh Negara.
Pada tanggal 3 Oktober 1974 golongan oposisi parlemen yang terdiri dari
partai persatuan nasional, partai Negara Tamil, dan golongan-golongan merdeka
mengajukan mosi tidak percaya pada pemerintah pimpinan PM Ny sirimavo
bandarnaike dan mendesak pemerintah untuk menyerahkan kekuasaan. Sebagian
akibat kegagalan pemerintah mengatasi berbagai tekanan tindak kekerasan dan
rakyat menderita akibat kekurangan pangan.Untuk mengatasi krisis pangan lima
universitas di tutup, karena tidak tersedia bahan makanan bagi mahasiswa, dan
rakyat di anjurkan untuk makan ubi. Menurut A.Jayeratman Wilson(1988) took
pimpinan Tulf Chelvanayakan meninggal tahun 1977, maka hilanglah tokoh
penggerak organisasi yang potensial dan Sri Lanka tampaknya tidak pernah
memperhatikan tuntutan kaum separatis Tamil untuk memberikan kemerdekaan di
semenanjung Jaffa.
Pada tahun 1977 di Sri Lanka mendirikan pemilu baik tingkat nasional
maupun tingkah daerah. Dalam pemilu ini terjadi perubahan besar, pemungutan
suara di Sri Lanka bagian utara yang di huni mayoritas orang Tamil tetap gigih
menuntut Negara terpisah, akan tetapi tetap di tolak. Akhirnya mereka
mengancam akan menyerang penduduk sipil maupun tentara sehubungan undang-
undang yang meresmikan bahasa Sri Lanka sebagai bahasa nasional.6
Pemilu 1982 meskipun di bawah ancaman gerilyawan Tamil, namun tetap
menghasilkan mayoritas Sinhala mendukung pemerintah, presiden JR Jayewerda
menyatakan bahwa pemerintah Sri Lanka akan menindak tegas pelaku-pelaku
terorisme kaum separatis Tamil. Usaha tersebut akhirnya menimbulkan bentrokan
dengan kapal-kapal nelayan India, bahkan melibatkan angkatan laut kedua Negara.
5 Juli 1985 terjadi peristiwa berdarah di mana Tamil telah menerima serangan
senapan dan di hancurkannya kuil Hindu dan sekolah, hal ini membangkitkan
kaum separatis Tamil untuk balas menyerang perkampungan Sinhala yaitu dengan
menyerang dan menghancurkan dua masjid yang di penuhi, yang di penuhi
jemaah sembahyang Jum’atan, yang membantai banyak rakyat sipil.

6
Miall, Hugh, Oliver Ramsbotham, dan Tom Woodhouse, 2002. Resolusi Damai Konflik
Kontemporer: Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola, dan Mengubah konflik, Bersumber Politik,
Sosial, Agama dan Ras, Jakarta: Rajawali Pers.

10
2. Usaha Penyelesaian Masalah Tamil

Secara budayawi orang Tamil Sri Lanka dengan Tamil Nadu memiliki
kesamaan, di mana pemuda-pemuda Tamil di latih kemiliteran di Tamil Nadu
dekat madras. Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pemerintah India turun tangan
sesuai ketentuan konferensi Dacca Desember 1985. Terutama memelihara
perdamaian dan stabilitas regional dengan menaati hukum hubungan antar bangsa
Asia selatan.7
Dari hasil pemilu India 1985 Rajiv Gandhi sebagai perdana menteri
mengingat terjadinya peristiwa 5 Juni 1985 yang berakibat rusaknya tempat
peribadatan diskusi antar kelompok ethnis dan keagamaan membahas bahasa
resmi dalam pemerintahan, ketatanegaraan, pemindahan penduduk ke daerah
leluhur kelompok Tamil belum dapat di terima. Sehingga penyelesaian masalah
mengalami kegagalan. Wakil Sinhala menuntut pemerintah, agar Sri Lanka
menjadi 24 distrik sedangkan wakil Tamil menuntut otonomi.Pemerintah Sri
Lanka mendapat desakan dari pemerintah India dan internasional untuk segera
menyelesaikan masalah politik dalam negeri. Pemerintah presiden JR
Jayewerdane agar India membantu bahan makanan dan persenjataan kepada
pasukan Sri Lanka. Pada 29 juli 1987 ditandatangani perjanjian perdamaian antar
kedua pemerintah untuk mengakhiri gerakan separatis Tamil.8 Masyarakat Sinhala
memprotes perundingan tersebut karena hanya menguntungkan kelompok
minoritas, dan apabila berhasil di bentuk Negara Tamil maka akan muncul bahaya
bahaya bagi Sinhala yaitu serangan Tamil yang di bantu Tamil Nadu.
Kaum separatis Tamil juga menolak penyerahan senjata sesuai perjanjian
tersebut, kaum separatis mengajukan persyaratan untuk penyerahan senjata,
apabila India telah menarik semua pasukan Sri Lanka dari semenanjung Jaffna.
India sanggup memberi jaminan perdamaian dan segera menarik mundur tentara
Sri Lanka dukungan India, dan meminta tentara PBB untuk menggantikan
pasukan India. Presiden JR Jayewerdane bersama menteri Gemini Dissanayake

7
www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/09/02/05/29503-konflik-sri-lanka-telan-
52-korban-sipil - 31 Mei 2010. Diakses pada 22 Oktober 2017 pukul 00.06
8
www.antaranews.com/berita/1253127773/pejabat-pbb-kunjungi-sri-lanka-dorong-penyelidikan-
ham. 31 Mei 2010/ 19.16. Diakses pada 22 Oktober 2017 pukul 00.10

11
menyampaikan pernyataan”No Tamil Will Bealive In Ceylon”, jika India
menyerang Sri Lanka, untuk sementara Sri Lanka tenang.9
Dalam pemilu India 1989 kongres kalah, kekalahan di pihak Rajiv Gandhi
di sebabkan karena beberapa faktor diantaranya isu korupsi. Ekonomi yang macet
dan lebih mendekati rakyat jelata, kaum hindu militan menuduh Rajiv Gandhi
melindungi kaum islam dan keterlibatan India dalam masalah dalam negeri Sri
Lanka. 25 Mei 1991 Rajiv Gandhi mati terbunuh akibat pengeboman di daerah Sri
Perumpundur di Negara bagian Tamil. Di duga pelaku pengeboman tersebut di
lakukan kelompok yang mendalangi pembunuhan Rajiv Gandhi yaitu:

1. Kelompok sikli selalu meneror pemerintah-pemerintah India dan tetap


menuntut Negara sikh merdeka.
2. Kelompok teroris Assam(Assam Sahitia Sabha) yang menginginkan Negara
Assam merdeka dengan Bama Bodoland.
3. Pemberontakan Islam Kashmir, yang menginginkan islam di Kashmir yang
di dukung oleh Pakistan.

Sri Lanka sejak tahun 1980-1991 menjadi arena perjuangan mempertahankan


suatu proses politik demokrasi melawan kesetiaan ethnis. Sri Lanka
sebagai pecahan kesatuan indi, sesudah merdeka mengulang masalah ethnis
Tamil Sinhala. Peranan Tamil Nadu masih membayangi kematian Rajiv Gandhi
dan kemerdekaan di jaffna terpisah dari Sri Lanka masih belum menentu karena
masalah etnis dan ras diskriminasi.

9
www.antaranews.com/berita/1253127773/pejabat-pbb-kunjungi-sri-lanka-dorong-penyelidikan-
ham. 31 Mei 2010/ 19.16. Diakses pada 22 Oktober 2017 pukul 00.10

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah kasmir dan Sri Lanka
mempunyai permasalahan tersendiri seperti masalah kasmir yang disebabkan
oleh :
1. Faktor politik, Setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi
Pakistan timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan timur tidak
tertampung aspirasi politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur
berpisah dari Pakistan barat yang kemudian melahirkan negara baru,
Bangladesh.
2. Faktor campur tangan asing, Sudah menjadi bukti dalam sejarah, dimana
terjadi konflik apalagi sesudah Perang Dunia II yang melahirkan Perang
Dingin, negara adidaya senantiasa berusaha memperluas lingkungan
pengaruhnya.
3. Perbedaan agama dan ideologi di India dan Pakistan telah melahirkan
perlombaan senjata. Dengan kata lain, pacuan senjata di Asia Selatan dipicu
oleh kecurigaan terutama dari Pakistan ke India dan sebaliknya.
4. banyaknya kepentingan di Kashmir
Sedangkan yang menyebabkan Masalah-masalah Sri Langka yaitu:
 Gerakan Separatis Tamil
Tahun 1918 Sir Ponnambalan Arubchalam menyarankan pihak Sri Lanka
dan Tamil untuk bersatu menuntut kemerdekaan Sri Lanka kepada Inggris. Saran
itu di terima mereka berjuang sampai mendapat kemerdekaan walau sedikit
terlambat di banding status dominion Pakistan dan India. Sampai Inggris
meninggalkan Sri Lanka, kesatuan, kehidupan bernegara dan kesepakatan Tamil
dan Sinhala untuk hidup rukun dalam semangat nasional terbina dengan baik. Dua
tahun kemudian pecah perselisihan Tamil dan Sinhala akibat isu yang mengadu
domba di bidang politik. Perdana Menteri Don Stephen Senanayako(1947-1952)
memprioritaskan kepentingan Tamil dengan menetapkan peraturan kenegaraan
1948 dan Sistem perwakilan dalam badan legislatif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tuti Nuriah Erwin “ Asia Selatan Dalam Sejarah” (Jakarta : Fakultas Ekonomi
Univeritas Ekonomi, 1999 )
Lawrence, J. Zwier. 1998. Sri Lanka: War Torn Island. Lerner Publicantuon
Company, Minnesota, USA.
Raymond, C. Taras dan Rajat , Ganguly. 2010. Understanding Ethnic Conflict.
Pearson Education Inc., USA.
Helena, J. Whale. 1995. The Right to Self Determination: The Sri Lankan Tamil
National Question. Tamil Information Center.London.
Robert, Kearny. 1967. Communalism and Language in the Politics of Ceylon.
Duke University Press. USA.
David, J. Whittaker. 2001. The Terorrism Reader. Routledge, New York, USA.
Joseph, M. Dondelinger. 2010. In Sri Lanka Triump of Vulgar Patriotism. Journal
of Current History, Vol 109.
Miall, Hugh, Oliver Ramsbotham, dan Tom Woodhouse, 2002. Resolusi Damai
Konflik Kontemporer: Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola, dan
Mengubah konflik, Bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, Jakarta:
Rajawali Pers.
Rupesinghe, Kumar, Khawar Mumtaz. 1996. Internal Conflicts in South Asia.
London: sage publications
www.beyondintractability.org/m/peacebuilding.jsp?nid=5154. Diakses pada 21
Oktober 2017 pukul 23.58
www.satp.org/satporgtp/countries/shrilanka/document/papers/memorandum2002.
htm –. Diakses pada 22 Oktober 2017 pukul 00.04
www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/09/02/05/29503-konflik-
sri-lanka-telan-52-korban-sipil - 31 Mei 2010. Diakses pada 22 Oktober
2017 pukul 00.06
www.antaranews.com/berita/1253127773/pejabat-pbb-kunjungi-sri-lanka-dorong-
penyelidikan-ham. 31 Mei 2010/ 19.16. Diakses pada 22 Oktober 2017
pukul 00.10

14
www.dw-world.de/dw/article/0,,4198096,00.html. Diakses pada 22 Oktober 2017
pukul 00.30
www.internationalcrisisgroup.com. Diakses pada 22 Oktober 2017 pukul 01.02

15

Anda mungkin juga menyukai