Iman dapat diartiakn juga dengan aqidah, karena bila kita membahas atau
mempelajari aqidah maka tidak terlepas dari keyakinan terhadap Tuhan, yang
pengertian aqidah itu sendiri menjelaskan yaitu perkataan aqidah berasal dari
bahsa Arab, yang asal katanya “aqada” artinya ikatan atau jalinan, sedangkan
yang dimaksud dengan aqad artinya perjanjian yaitu suatu perjanjian. secata
terminologi aqidah adalah suatu landasan yang mengikat yaitu keimanan,
sebabnya ilmu tauhid desebut juga ilmu aqaid (jamak dari aqidah)yang berarti
ilmu mengikat.
Aqidah menurut syari’at disebut iman yaitu keyakinan terhadap Allah swt
dengan suatu ungkapan tanpa keraguan, aqidah islam bukan hanya sekedar
percaya semata melainkan meyakini dengan sebenar-benarnya akan adanya Allah
dan mendorong bagi yang meyakininya untuk selalu berperilaku yang baik sesuai
dengan ajaran Al-Quran dan hadits.
1
B. Fungsi dan Peranan Aqidah
C. Tingkatan Aqidah
Aqidah yang diyakini setiap individu muslim yang mukallaf tidak akan
sama dengan keyakinan yang dimiliki oleh individu lainnya, karena tingkat
keyakinan seseorang tumbuh dan berkembang pada hatinya dan akan bertambah
tumbuh subur apabila keimanan itu di pelihara dengan sebaik-baiknya dan
sebaliknya iman seseorang akan berkuarang dan akhirnya lenyap bila tidak
dipelihara dan diamalkan. Dalam islam aqidah (keyakinan) seseorang muslim
mukllaf bertingkat, tingkatan itu sesuai dengan persepsi masing-masing individu
muslim yang merasakannya, adapun tingkatan aqidah adalah :
a. Taqlid yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang
diikutinya tanpa dipikirkan terlebih dahulu.
b. yakin yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil yang
jelas akan tetapi belum menemukan hubungan yang kuat antara objek
keyakinan dengan dalil.
2
c. ‘aiul yakin yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil
rasional, ilmiyah, sehingga mampu membuktikan hubungan antara objek
keyakinan dengan dalili secara qath’I serta mampu memberikan
argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang.
d. haqqul yakin yaitu tingkat keyakinan yang disamping di dasarkan atas
dalil-dalil rasional,ilmiyah dan mampu membuktikan hubungan antara
objek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi
yang rasional dengan menemukan dan merasakan keyakinan melalui
pengalaman hidup.
3
dimiliki seperti harta kekayaan, jiwa raga dan semangat berbuat (secara
ikhlas)
d. factor penyerahan diri secara mutlak dan menyuluruh, artinya tunduk
dan menyerahkan diri semata-mata karena Allah swt, atas segala tindakan
dan hasil dari perbuatan-perbuatan seseorang demi mendapatkan ridha
Allah.
e. factor keridhaan Allah swt, apabila kita bersikap dan bebuat sesuai
dengan perintah dan larangan-nya yang diatur dalam syari’at, in sya Allah
aqidah akan terbina dan tertata rapi dalam hati seorang muslim.
E. Eksistensi Ketaqwaan
Ketaqwaan Dalam Islam / takwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah
dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak
cukup diartikan dengan takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
4
Dari kata waqa ini taqwa bisa di artikan berusaha memelihara dari ketentuan
allah dan melindungi diri dari dosa/larangan allah. bisa juga diartikan berhati hati
dalam menjalani hidup sesuai petunjuk allah.
Taqwa : Mutiara Penuh Pesona Surat Ali’Imran Ayat 133: Dan bersegeralah
kamu kepada ampunan dari Tuhanmu (Allah SWT) dan surga yang luasnya seluas
langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang taqwa (muttaqin).
Allah SWT menguraikan tanda-tanda orang yang taqwa, dalam Surat Ali’Imran
Ayat 134:
Marilah terlebih dahulu kita coba memahami apakah itu Taqwa. Taqwa memiliki
tiga tingkatan.
5
Pertama : Ketika seseorang melepaskan diri dari kekafiran dan mengada-
adakan sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang yang taqwa. Didalam
pengertian ini semua orang beriman tergolong taqwa meskipun mereka masih
terlibat beberapa dosa.
Kedua : Jika seseorang menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT
dan RasulNya (SAW), ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi.
Ketiga : orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah
SWT, ia memiliki tingkat taqwa yang lebih tinggi lagi.
Inilah yang menyebabkan para sahabat ketakutan dan menangis waktu ditunjuk
menjadi pemimpin/amir, karena terbayang betapa besarnya tanggung jawabnya,
terbayang betapa banyaknya orang-orang yang berhak atas dirinya. Seandainya
dia tidak bisa menunaikan hak-hak orang-orang.
6
َوللاْا َح َّق تُقَاتِ ِه َو ََلت َ ُموت ُ َّن إِ ََّل َوأَنتُم ُّم ْس ِل ُمون
َ ْ ُيَأَيُّ َهاالَّذِينَ َءا َمنُواْات َّق
Manusia lahir secara fitrah dalam keadaan suci dan mempunyai nafsu
sebagaimana manusia lainnya, ia terbentuk sesuai dengan sunatullah. Iman dan
taqwa pada diri manusia bukanlah warisan dari kedua orang tua akan tetapi benih-
benih iman dan taqwa sudah ada pada diri manusia itu sendiri sejak ia dilahirkan.
Berkembang tidaknya fitrah iman dan taqwa tergantung dari pendidikan,
pemahaman dan pengalaman agama yang di dapatinya pada saat manusia
menginjak dewasa.
Kefitrahan manusia dibawa sejak ia dilahirkan, namun kenyataan dalam
hidup setelah manusia memahami arti hidup maka kefitrahan yang dibawanya
sejak ia lahir akan bergeser dibawa arus kehidupan. Kefitrahan iman dan taqwa
bisa jadi mantap apabila kedua orang tuanya berperan aktf untuk mendidik atau
membentuk kepribadian anak, karena orang tuanyalah yang menjadiakn anak itu
yahudi, nashrani, atau majusi. Fitrah bersifat potensial, ia tidak dengan sendirinya
menjadikan manusia berakhlak atau berkepribadian mulia.
7
G. Ciri-ciri Orang Beriman dan Bertaqwa
8
H. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan
Hubungan antara keimana dan ketaqwaan ini tidak dapat dipisahkan satu
dengan lainnya, karena antara keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling
berkaitan dan memerlukan, artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya
Allah Swt dapat menerima ketaqwaannya. Setiap amalan atau perbuatan yang baik
tidak akan diterima Allah Swt tanpa didasari keimanan. Iman seseorang seolah
hampa dan kosong tanpa amal saleh yang menyertainya, secara konkretnya
membuktikan bahwa ada iamn dalam hatinya.
1. Muslim 5. Muhtadin
2. mukmin 6. Muttaqin
3. Muhsin
4. Muchlisi
9
DAFTAR PUSTAKA
A. Toto Suriyana dkk . Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi penerbit
Tiga Mutiara. Bandung, 1997
Abdurrahman Malik, Materi Pokok Kuliah Agama Islam Perguruan Tinggi Umum
Palembang, 1997
Abu Ahmadi, dkk , Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. PT. Bumi Aksara-
tahun 1991
10