Anda di halaman 1dari 12

PENELITIAN BUDIDAYA

JENIS SUNGKAI

ASPEK :
SILVIKULTUR
MANIPULASI LINGKUNGAN
Program : Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Pertukangan
Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc
Judul Kegiatan : Budidaya jenis Sungkai (Peronema canescens
Jack)
Sub Judul Kegiatan : Aspek Silvikultur
Pelaksana Kegiatan : Sahwalita, S.Hut., MP
Imam Muslimin. S.Hut
Joni Muara
 Abstrak
Sungkai (Peronema canescens Jack.) merupakan salah satu jenis unggul
yang memiliki prospek yang baik. Keunggulan komparatif sungkai antara lain:
telah dikenal masyarakat, jenis lokal, budidaya yang sederhana dan memiliki
tekstur yang indah merupakan nilai jual yang berharga. Pengembangan jenis
sungkai perlu didukung dengan bibit unggul dan perlakuan silvikultur yang tepat
sehingga produktivitasnya dapat ditingkatkan. Pada tahun 2010 Balai Penelitian
Kehutaan Palembang telah memiliki materi dari 117 pohon plus dari 4 (empat)
kabupaten yaitu: Musi Banyuasin, Muara Enim, Sarolagun dan Bungo. Perlakuan
pada setek dan bibit dipersemaian meningkatkan pertumbuhan dan mempercepat
persiapan bibit untuk ditanam dilapangan. Pembangunan kebun pangkasan
sebanyak 1.589 tanaman dan telah dipasang label untuk menjaga identitas
tanaman. Pembangunan plot perlakuan silvikultur terdiri perlakuan jarak tanam
(3x2m, 3x3m dan 4x2m) dan perlakuan pupuk dasar Green Farm (0gr, 100gr,
200gr, 300gr, 400gr dan 500gr)/tanaman dan SP 36 (0gr, 25gr, 50gr, 75gr,
100gr, 125gr)/tanaman.

Kata kunci : sungkai, silvikultur, bibit unggul, tanaman

 Ringkasan
A. Latar Belakang
Saat ini, pembangunan kehutanan bukan hanya menjaga hutan untuk tetap
lestari, tetapi juga perlu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sesuai
dengan visi kementerian kehutanan yaitu pembangunan hutan lestari untuk
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan. Hal tersebut tercantum di dalam 8
(delapan) Program Prioritas Kementerian Kehutanan pada tahun 2009-2014
(Anonim, 2010).
Restra Badan Litbang dibuat mengacu Program Kementerian Kehutanan,
sehingga diharapkan mempunyai peran yang strategis untuk menjawab tantangan
dan permasalahan sektor kehutanan ke depan. Agenda riset dirancang lebih
terarah, terintegrasi dan selaras dengan kebutuhan pengguna dan mampu
menjawab tantangan dan permasalahan serta berpegang pada Roadmap Badan
Litabang Kehutanan 2010-2025 (Kep. Kabadan Litbang, 2010).

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 70


Pelaksanaan penelitian yang terarah dan terintegrasi dibangun melalui
Rencana Penelitian Intergratif (RPI) sesuai dengan bidang masing-masing.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.42/Menhut-11/2006, Balai
Penelitian Kehutanan Palembang sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan Litbang
Kehutanan dengan tupoksi penelitian hutan tanaman penghasil kayu pertukangan.
Dengan demikian kegiatan yang dilaksanakan mengacu pada RPI-kayu
pertukangan. Salah satu jenis unggulan RPI kayu pertukangan adalah jenis
Sungkai (Peronema canescens Jack.). Sungkai (Peronema canescens Jack.)
merupakan salah satu jenis tanaman unggulan yang dapat dijadikan sebagai jenis
penyusun hutan tanaman kayu pertukangan.
Salah satu tantangan utama dalam pembangunan hutan tanaman adalah
peningkatan produktivitas dan peningkatan nilai ekonomi kehutanan, tantangan ini
tertuang dalam Roadmap Penelitian dan Pembangunan Kehutanan 2010-2025
(Badan Litbang Kehutanan, 2009). Adapun target akhir peningkatan produktivitas
hutan tanaman khususnya penghasil kayu pertukangan untuk jenis sungkai daur
menengah adalah 30 m3/ha/tahun.
Upaya peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi hutan tanaman
membutuhkan dukungan program riset terpadu yang melibatkan berbagai disiplin
ilmu, salah satunya adalah silvikultur intensif. Silvikultur intensif merupakan
teknik silvikultur yang memadukan tiga elemen utama silvikultur yaitu : 1. spesies
target yang telah dimuliakan;, 2. manipulasi lingkungan; 3. pengendalian hama,
penyakit terpadu.
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan penelitian Budidaya Jenis Sungkai yang akan
dilaksanakan pada tahun 2010 adalah untuk memperoleh teknik silvikultur intensif
tanaman penghasil kayu pertukangan jenis sungkai dalam rangka untuk
meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman, lingkungan serta nilai ekonomi
hutan tanaman yang mendukung industri perkayuan. Sedangkan sasaran kegiatan
penelitian Budidaya Jenis Sungkai pada tahun 2010 adalah tersedianya paket
IPTEK peningkatan produktifitas hutan tanaman penghasil kayu pertukangan jenis
sungkai melalui aplikasi teknik silvikultur intensif.
C. Metode Penelitian
1. Survei Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Sungkai
Studi persyaratan tumbuh jenis sungkai dilakukan secara langsung di
lapangan dan secara tidak langsung dengan mengumpulkan data sekunder.
Parameter kualitas tapak (tempat tumbuh) yang diukur/diamati terdiri dari 21
karakteristik tapak yang dikelompokkan dalam 9 kualitas tapak (CSR dan FAO,
1983)
Pengambilan sampel/ contoh tanah dilakukan pada lokasi pengambilan
data primer tegakan sungkai. Contoh tanah diambil dengan melakukan

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 71


pengeboran yang terbagi dalam 3 tingkatan kedalaman yaitu 0-20 cm, 20-40 cm
dan 40-60 cm.
Populasi/ tegakan sungkai yang ada di lapangan, sekaligus dilakukan
pemilihan dan penandaan pohon induk. Pohon induk dipilih dengan beberapa
kriteria yaitu : pertumbuhan pohon lebih baik dari rerata populasi (tinggi,
diameter, batang bebas cabang), bebas dari hama penyakit tanaman, arsitektur
pohon bagus (silindritisitas batang, proporsi tajuk).
2. Pembibitan Tanaman Sungkai di Persemaian
Kegiatan pembibitan dilakukan di KHDTK Kemampo, jumlah bibit yang
ditanaman sekitar 7.000 bibit untuk persiapan penanaman di lapangan. Beberapa
kegiatan penelitian yang dilakukan di persemaian dan metodologi yang digunakan
terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Metodologi kegiatan penelitian pembibitan sungkai tahun 2010
No Kegiatan penelitian Metodologi
BAHAN SETEK
1 Periode simpan dan media Mengetahui lama periode simpan dan jenis bahan
simpan setek pengisi pada media pengangkutan/ transportasi bahan
setek (isi kantong plastik).
- Setek diambil dari lapangan dan dimasukkan dalam
kantong plastik dengan media simpan : tanpa media,
serasah, gedebug pisang, cocopeat.
- Setek ditanam pada 5 periode waktu: 0, 1, 2, 3, dan 4
minggu.
2 Media perakaran setek - Media perakaran stek adalah :
1. Tanah : Pakis : Kompos = 100: 0 : 0
2. Tanah : Pakis : Kompos = 60 : 40 : 0
3. Tanah : Pakis : Kompos = 60 : 0 : 40
4. Tanah : Pakis : Kompos = 60 : 20 : 20
5. Tanah : Pakis : Kompos = 80 : 0 : 20
6. Tanah : Pakis : Kompos = 80 : 20 : 0
3 Pupuk akar - Pupuk yang digunakan : Suburin, dekastar, NPK dan
SP 36
- Rancangan yang digunakan adalah RAK, 3 ulangan
dan 10 tanaman setiap perlakuan
4 Pupuk daun - Pupuk yang digunakan : Grow more, Bayfolan dan
Felo
- Rancangan yang digunakan adalah RAK faktorial
(3x5), 3 ulangan dan 10 tanaman setiap perlakuan
-Perlakuan pemupukan yang diaplikasikan adalah
frekuensi pemupukan : 1 minggu, dan 2 minggu
BAHAN BENIH
5 Uji daya Kecambah - Benih diambil dari KHDTK Benakat
- Penghitungan berat benih dan daya kecambah
menggunakan rumus dari Direktorat Perbenihan
Tanaman Huatan (2002) dan kecepatan berkecambah
dilakukan menurut Sadjad (1972).

6 Uji penyapihan berdasarkan - Kecambah disapih berdasarkan jumlah pasang daun :


jumlah daun 1, 2, 3, 4 dan 5 pasang.
- Diamati pertumbuhan tinggi dan diameter di
persemaian.

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 72


3. Penelitian Penanaman Sungkai di Lapangan
Beberapa kegiatan penelitian yang dilakukan di lapangan terdapat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Metodologi Penelitian Penanaman Sungkai Tahun 2010
No Kegiatan penelitian Metodologi
1 2 3
1. Jarak tanam sungkai - Jarak tanam yang diaplikasikan di lapangan ada
3 model yaitu 3x2 m, 4x2 m, dan 3x3 m.
- Sistem penyiapan lahan yang digunakan adalah
tebas total manual dan aplikasi herbisida
- Parameter yang diamati adalah persentase hidup,
tinggi, diameter, diameter tajuk, kehadiran hama
penyakit tanaman.
2. Aplikasi pupuk dasar - Pupuk dasar yang digunakan adalah Green Farm
(0gr, 100gr, 200gr, 300gr, 400gr, 500gr/
tanaman) dan SP 38 (0gr, 25gr, 50gr, 75gr,
100gr dan 125gr/ tanaman).
- Pupuk diberikan pada saat permulaan tanam
(pupuk dasar)
3. Kebun Pangkasan - Dibangun dari bahan pohon induk
- Parameter yang diamati adalah persentase hidup
tanaman, pertumbuhan tinggi dan diameter,
kehadiran hama penyakit tanaman.
D. Hasil yang Dicapai
Kegiatan silvikultur kayu sungkai meliputi kegiatan di lapangan sampai di
Laboratorium yang dilaksanakan secara integratif. Adapun hasil yang dicapai :
1. Inventarisasi dan identifikasi sumber materi bahan perbanyakan
Hasil kegiatan dilakukan diperoleh pohon plus sebagai berikut:
Tabel 3. Data Pohon Plus Di Empat Kabupaten
No Provinsi Kabupaten Jumlah pohon plus
1 Sumatera Selatan Musi Banyuasin 63 pohon
Muara Enim 36 pohon
2 Jambi Sarolangun 13 pohon
Bungo 5 pohon
Dari kegiatan ini diperoleh materi bahan perbanyakan pohon plus sebanyak 117
pohon yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuatan kebun pangkasan.
Survei yang dilakukan di beberapa lokasi tersebut diperoleh data
pertumbuhan sungkai yang bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh pola tanaman dan
perlakuan silvikultur yang diterapkan. Pada awal pertumbuhan riap sungkai tinggi
kemudian terus menurun, pertambahan tertinggi pada umur 4 tahun : 12,93
m3/ha/th dan umur 18 tahun : 10,92 m3/ha/th.

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 73


2. Pembibitan tanaman sungkai di persemaian
Tabel 4. Hasil Penelitian Pembibitan Sungkai Tahun 2010
No Kegiatan penelitian Hasil
BAHAN SETEK
1 Periode simpan dan media Persen hidup setek sesuai periode simpan:
simpan setek Tanpa media (%) : 70; 86,7; 76,67; 56,67 dan
16,7
Cocopeat (%) : 80; 76,7; 60; 43,3 dan 33,3
Serasah (%) : 73; 83; 90; 60 ddan 26,7
Gedebug psg (%) : 86,67; 83,3; 83,3; 43,3 dan 6,7
2 Media perakaran stek Persen hidup dan pertambahan tinggi serta
diameter: 100%, 20,37cm dan 1,03mm
3 Pupuk akar Persen hidup dan pertambahan tinggi serta
diameter:
SP36 : 70%, 20 cm dan 1,53mm
Suburin : 50%, 17,02 dan 0,70mm
Dekastar : 89%, 24,9cm dan 1,92mm
NPK : 92%, 20,13 dan 0,87mm
4 Pupuk daun Persen hidup dan pertambahan tinggi serta
diameter:
Bayfolan : 99,89%, 15,72cm dan 0,80mm
Grow more : 100%, 14cm dan 0,86mm
Felo : 100%, 10,86cm dan 0,80mm
BAHAN BENIH
5 Uji daya Kecambah Diperoleh persen kecambah 13,25%.
6 Uji penyapihan berdasarkan Persen hidup dan pertambahan tinggi total :
jumlah daun Daun 1 : 30% dan 25,22 cm
Daun 2 : 50% dan 25,08 cm
Daun 3 : 58,33% dan 29,16 cm
Daun 4 : 97% dan 22,41 cm
Daun 5 : 97,56% dan 17,43 cm

3. Penelitian Penanaman Sungkai di Lapangan


Tabel 5. Hasil Penelitian Penanaman Sungkai Tahun 2010
No Kegiatan penelitian Metodologi
1 2 3
1. Jarak tanam sungkai Diperoleh tanaman di lapangan yaitu 3x2 m, 4x2
m, dan 3x3 m dengan masing-masing: 1.210
tanaman, 825 tanaman dan 726 tanaman (total
2.761 tanaman)
2. Aplikasi pupuk dasar Belum diketahui karena baru di tanam pada
pertengahan bulan Desember 2010.
3. Kebun Pangkasan Dibangun kebun pangkasan dari 117 pohon plus
dan diperoleh sebanyak 1.589 pohon di KHDTK
Kemampo

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 74


E. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari hasil informasi dan pengamatan di lapangan dan disimpulkan :
1. Jumlah pohon plus yang dapat dijadikan sumber uji klon adalah 117 pohon
plus yang tersebar di 4 (empat) kabupaten, yaitu : Musi Banyuasin, Muara
Enim, Sarolangun dan Bungo.
2. Perlakuan di persemaian dapat memacu pertumbuhan setek sungkai sebagai
bahan tanaman yang siap ditanam di lapangan.
3. Persen kecambah benih sungkai dari KHDTK Beanakat (13,25%) lebih tinggi
dibandingkan penelitian sebelumnya, tetapi masih dapat ditingkatkan dengan
perlakuan awal sebelum proses penaburan.
4. Penyapihan kecambah sungkai sebaiknya pada waktu berdaun 4 (empat)
pasang dengan persen hidup: 97% dan pertambahan tinggi 22,41 cm.
5. Dibangun kebun pangkasan sebanyak 1.589 tanaman, sebagai materi uji klon.
6. Plot perlakuan silvikultur jenis sungkai sebanyak 2.761 tanaman belum
diketahui hasilnya karena belum dilakukan pengukuran parameter
pertumbuhannya.
Lampiran

Gambar 1. Contoh pohon plus di HTI Gambar 2. Bibit sungkai di persemaian

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 75


Program : Pengelolaan Hutan Tanaman
Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu
Pertukangan
Koordinator RPI : Drs. Riskan Efendi, MSc
Judul Kegiatan : Budidaya jenis Sungkai (Peronema canescens
Jack)
Sub Judul Kegiatan : Aspek Manipulasi Lingkungan
Pelaksana Kegiatan : Maliyana Ulfa, SP, M. Sc
Maman Suparman
Joni Muara
 Abstrak
Jamur mikoriza arbuskular merupakan salah satu jenis mikoriza yang mempunyai
hubungan simbiose yang luas dengan beberapa jenis tanaman tingkat tinggi. Oleh
karena itu, potensi jamur mikoriza arbuskular indigenous di bawah tegakan
Sungkai mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumber isolat yang
diaplikasikan pada Sungkai, terutama dalam rangka upaya peningkatan riap
Sungkai. Eksplorasi telah dilakukan dalam rangka mendapatkan jamur mikoriza
arbuskular indigenous di bawah tegakan Sungkai. Jamur mikoriza arbuskular
yang ditemukan adalah Entrophospora sp., Scutelospora sp. Glomus sp. dan
Acaulospora sp. Penelitian uji efektivitas inokulasi jamur mikoriza arbuskular
Acaulospora sp. tanpa pupuk, mampu meningkatkan pertambahan diameter yang
terbaik, dan perlakuan gabungan antara inokulasi Mycofer dan pemberian pupuk
NPK dosis 1 gram dapat meningkatkan pertambahan tinggi yang terbaik.
Kata kunci : sungkai, mikoriza, pupuk, peningkatan, riap

 Ringkasan :
A. Latar Belakang
Berdasarkan analisis FAO (Food and Agricultural Organisation), bahwa
tutupan hutan Indonesia pada tahun 2005 hanya sekitar 88,5 juta hektar atau
sekitar 48,8% dari total luas lahan dan 46,5% dari total luas wilayah. Dalam kurun
waktu 2000 – 2005, laju kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai 1,87 juta ha
yang mengakibatkan Indonesia menempati peringkat ke-2 dari sepuluh negara,
dengan laju kerusakan tertinggi di dunia (Forest Watch Indonesia, 2010). Oleh
karena itu, pembangunan hutan tanaman merupakan salah satu upaya melindungi
hutan alam, yang selama ini menjadi penyangga kebutuhan kayu.
Sungkai (Peronema canescens Jack.) merupakan salah satu jenis tanaman
unggulan yang dapat dijadikan jenis penyusun hutan tanaman kayu pertukangan.
Untuk meningkatkan produktivitas sungkai, maka diperlukan manipulasi
lingkungan dengan memanfaatkan jamur mikoriza arbuskular. Jamur tersebut
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan sungkai pada masa pembibitan
maupun setelah sungkai ditanam di lahan. Karakter tanah ultisol yang
mendominasi di lahan-lahan Sumatera, menjadikan jamur mikoriza arbuskular
berpotensi dalam rangka membantu menyediakan unsur fosfor melalui
kemampuan enzim fosfatase yang dimiliki mikoriza untuk mengambil pospat

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 76


yang terjerap Fe dan Al, sehingga dapat tersedia dan terserap oleh tanaman.
Dengan kinerja jamur tersebut, diharapkan kebutuhan unsur hara terutama fosfor
dapat tersedia, yang sangat dibutuhkan pada masa pertumbuhan.

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan kegiatan penelitian Budidaya Jenis Sungkai aspek manipulasi
lingkungan adalah untuk memperoleh teknik manipulasi lingkungan melalui
pemanfaatan jamur mikoriza arbuskular dalam rangka untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas tanaman serta lingkungan. Sedangkan sasaran kegiatan
adalah :
1. Tersedianya materi pembuatan bank isolat hasil eksplorasi jamur mikoriza
arbuskular indigenous
2. Tersedianya data/informasi mengenai efektifitas aplikasi jamur mikoriza
arbuskular untuk meningkatkan pertumbuhan sungkai.

C. Metode Penelitian
C.1. Eksplorasi Jamur Mikoriza Arbuskular
Eksplorasi dilakukan di 2 Provinsi, yaitu Sumatera Selatan dan Jambi,
yaitu dengan mengambil contoh tanah dan perakaran pada beberapa titik
pengambilan di daerah proyeksi pohon, disertai dengan pencatatan vegetasi bawah
yang menjadi inang langsung dari jamur mikoriza arbuskular, kode lokasi dan
tanggal pengambilan.

C.2. Pembuatan Spora Tunggal dan Identifikasi


Spora jamur mikorisa arbuskular diperoleh dengan menggunakan metode
wet-sieving dari Gerdemann dan Nicolson (1963) dan teknik sentrifugasi
(Brundertt et al., 1996) yang dimodifikasi. Spora kemudian diidentifikasi
berdasarkan bentuk, struktur tambahan dan reaksinya terhadap larutan Melzer’s
(Trappe dan Schenck, 1982), untuk kemudian dilakukan identifikasi.
C.3. Uji Efektifitas Jamur Mikoriza Arbuskular Pada Sungkai (Peronema
canescen) di Tingkat Persemaian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Berpola Split Plot,
dengan perlakuan inokulasi jamur mikoriza arbuskular dan perlakuan pemupukan
pupuk NPK. Perlakuan inokulasi jamur mikoriza arbuskular berupa jamur
mikoriza arbuskular, yaitu tidak bermikoriza (M0), Acaulospora sp. (M1),
Mycofer (M2), Glomus manihotis (M3). Perlakuan pupuk NPK meliputi tanpa
pupuk (P0), dosis 0,25 gram (P1), dosis 0,5 gram (P2), dosis 0,75 gram (P3), dan
dosis 1 gram (P4). Data selanjutnya dianalisis keragamannya. Jika menunjukkan
perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata metode Duncan
(Mattjik & Sumertajaya, 2002).

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 77


C.5. Uji Efektifitas Jamur Mikoriza Arbuskular Pada Semai Sungkai
(Peronema canescen) di Tingkat Lapangan
Kegiatan penanaman bibit yang telah diinokulasi jamur mikoriza
arbuskular di tingkat persemaian, merupakan rangkaian penelitian untuk
mengetahui efektifitas aplikasi jamur mikoriza arbuskular di tingkat lapangan.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan berkoordinasi dengan penelitian yang
dilakukan aspek silvikultur, agar diperoleh hasil penelitian yang sinergi dalam
rangka mendapatkan teknik silvikultur intensif dalam budidaya sungkai.

D. Hasil yang Telah Dicapai


D.1. Eksplorasi, Pembuatan Spora Tunggal dan Identifikasi Jamur Mikoriza
Arbuskular di Bawah Tegakan Sungkai
Hasil eksplorasi jamur mikoriza arbuskular di bawah tegakan sungkai
adalah 4 genus jamur mikoriza arbuskular, yaitu genus Entrophospora sp.,
Scutelospora sp., Glomus sp. dan Acaulospora sp.
D.2. Uji Efektifitas Jamur Mikoriza Arbuskular Pada Semai Sungkai
(Peronema canescen) di Tingkat Persemaian
Perlakuan inokulasi Acaulospora sp. memberikan pertambahan diameter
terbaik dibandingkan tanpa jamur mikoriza arbuskular (M0), Mycofer (M2) dan
Glomus manihotis (M3). Sedangkan perlakuan gabungan berupa inokulasi
Acaulospora sp. (M1) dan pemberian pupuk NPK dosis 0,5 gram menunjukkan
hasil terbaik dibandingkan perlakuan gabungan inokulasi jamur mikoriza
arbuskular dan pemberian pupuk lainnya. Namun apabila dilihat dari sisi
efektifitas aplikasi, maka cukup dilakukan inokulasi jamur mikoriza arbuskular,
khususnya jenis Acaulospora sp. Pertambahan tinggi terbaik dihasilkan dari
perlakuan gabungan antara inokulasi Mycofer dan pemberian pupuk NPK dosis 1
gram (Gambar 2).
2,500
Pertambahan Diameter (mm)

2,000
P0
1,500 P1
P2
1,000 P3
P4
0,500

0,000
M0 M1 M2 M3
Inokulasi Jamur Mikoriza Arbuskular

Gambar 1. Pengaruh inokulasi jamur mikoriza arbuskular Acaulospora sp. (M1),


Mycofer (M2) dan Glomus manihotis (M3) pada pertambahan diamater
sungkai (Peronema canescens Jack.) umur 3 bulan di persemaian

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 78


12,000

Pertambahan Tinggi (cm)


10,000

P0
8,000
P1
6,000 P2
P3
4,000
P4

2,000

0,000
M0 M1 M2 M3
Inokulasi Jamur Mikoriza Arbuskular

Gambar 2. Pengaruh inokulasi jamur mikoriza arbuskular Acaulospora sp. (M1),


Mycofer (M2) dan Glomus manihotis (M3) pada pertambahan tinggi
sungkai (Peronema canescens Jack.) umur 3 bulan di persemaian

D.3. Uji Efektifitas Jamur Mikoriza Arbuskular Pada Semai Sungkai


(Peronema canescen) di Tingkat Lapangan
Pembuatan plot penelitian aplikasi jamur mikoriza arbuskular di tingkat
lapangan dilakukan di KHDTK Kemampo. Jenis jamur mikoriza arbuskular yang
diaplikasi pada bibit Sungkai adalah Glomus manihotis (M0), Acaulospora sp.
(M1), dan Mycofer (M2). Penanaman dilakukan berdampingan dengan plot aspek
Silvikultur, pada petak jarak tanam 3 x 3 meter dan pemupukan TSP 36, terbagi
dalam 3 blok sebagai ulangan.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


E.1. Kesimpulan
1. Ditemukan 4 genus jamur mikoriza arbuskular di bawah tegakan Sungkai
(Peronema canescens Jack.), yaitu Entrophospora sp., Scutelospora sp.,
Glomus sp. dan Acaulospora sp.
2. Perlakuan inokulasi Acaulospora sp. dapat meningkatkan diameter yang
terbaik pada bibit Sungkai umur 3 bulan di persemaian, dan perlakuan
gabungan berupa inokulasi Mycofer dan pemberian pupuk NPK dosis 1 gram
dapat meningkatkan tinggi yang terbaik.

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 79


Lampiran

Gambar 1. Jamur mikoriza arbuskular indigenous di bawah tegakan sungkai


(Peronema canescens Jack.) (perbesaran 400x); (a) Acaulospora sp
dengan tanaman inang Archidendron pauciflorum (kode pohon 68.2)
dan (b) Glomus sp. dengan tanaman inang Archidendron pauciflorum
(kode pohon 68.2)

a b c
Gambar 1. Bibit Sungkai bermikoriza Glomus manihotis (a); Acaulospora sp. (b);
dan Mycofer (c)

Penelitian Budidaya Jenis Sungkai-2010 80

Anda mungkin juga menyukai