Best Practice Sekolah Model SPMI 2017
Best Practice Sekolah Model SPMI 2017
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang bertugas menciptakan budaya mutu untuk
mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah dicanangkan pemerintah.
Dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional, yang dituangkan dalam undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional. Sebagai pusat pengembangan mutu sekolah, setiap satuan pendidikan
bertanggungjawab atas ketercapaian mutu yang diharapkan.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab setiap satuan pendidikan tentu bertugas
mengembangkan mutu sekolah yang mengarah pada ketercapaian tujuan tersebut. Kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut hasil evaluasi sebagai dasar pengembangan
selanjutnya akan sangat menentukan mutu sekolah yang dipimpinnnya.
Perencanaan yang dilakukan suatu sekolah sering kali tidak berdasarkan kebutuhan yang
baik. Pada umumnya perencanaan diperkirakan bukan dianalisa dari kebutuhan, sehingga pada
pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Hal ini yang menjadi
polemik pada pengelolaan terutama masalah keuangan sekolah.
Oleh karena itu, untuk menghasilkan kondisi yang menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya, perlu dilakukan analisa yang benar dengan alat yang menghasilkan data yang
lebih valid, sebagai data awal perencanaan pengelolaan pendidikan di setiap satuan pendidikan.
2. Permasalahan
Berdasarkan hasil supervisi awal yang telah dilakukan terhadap hasil EDS dan pemanfaatannya
bagi perencanaan sekolah, diperoleh permasalahan sebagai berikut.
a. EDS disusun hanya untuk keperluan pelengkap administrasi untuk pemeriksaan atau akreditasi
b. Format EDS yang digunakan kurang mengakomodir kepentingan sekolah
c. Format EDS kurang detail dan tidak sesuai 8 standar pendidikan
d. Hasil yang diperoleh tidak digunakan senagai bahan perencanaan sekolah
3. Pendekatan Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah dilakukan dengan cara pendampingan secara terencana dan
berkelanjutan. Adapau langkah yang ditempun sebagai berikut.
a. Diakukan sosialisasi pelaksanaan Sekolah Model SPMI yang diprogramkan oleh LPMP
b. Dilakukan penawaran progran ke seluruh warga sekolah
c. Dibuat komitmen keikursertaan menjadi calon penerima bantah dari program Sekolah Model
SPMI
d. Dikukuhkan sebagai sekolah model SPMI
e. Disertakan pada pelatihan peserta sekolah model SPMI
f. Dilakukan pendampingan pelaksanaan sekolah model sesuai siklus yang ditentukan pada
instrumen
g. Dilakukan pemenuhan mutu
h. Silaksanakan ekspos peserta sekolah model di tingkat kabupaten Sukabumi
4. Tujuan Penulisan
Secara umum penulisan ini sebagai upaya peningkapan pemahaman kepala sekolah tentang
pelaksanaan Evaluasi Diri Sekolah dengan benar.
Secara khusus, duharapkan kepala sekolah dapat
a. Melakukan evaluasi diri sekolah dengan menggunakan format PMP
b. Melakukan analisis atau pemetaan muru
c. Melakukan perencanaan pemenuhan mutu
d. Merencakana perencanaan tindakan aksi pemenuhan muru
e. Menuangkan hasil perencanaan aksi menjadi rencana kergiatan sekolah (RKT/RAKS)
f. Memancfaatkan hasil EDS untuk berbagau keperluan
5. Manfaat
a. Bagi Penulis
1) Dapat mengoptimalkan pemahaman tentang EDS dan pemanfaatannya badi sekolah binaan
2) Dapat mengetahui kondisi sekolah yang sebenarnya sebagai bahan prioritas pembinaan yang
akan dilakukan`
b. Bagi Kepala Sekolah
1) Meningkatkan pemahaman tentang EDS
2) Memahani manfaat pelaksanaan EDS bagi perencanaan kegiatan pengelolaan sekolah
3) Dapat melaksanakan kegiatan EDS dan menggunakan hasilnya untuk pengelolaan sekolah
c. Bagi Warga sekolah lainnya
1) Mengetahui kondisi sekolah secara detail
2) Membantu melaksanakan pelaksanaan pemenuhan mutu sekolah
B. Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Langkah-langkah Evaliasi Diri Sekolah dalam Kegiatan
Sekolah Model SPMI
1. Pengertian EDS
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah suatu proses evaluasi yang bersifat internal
dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk melihat kinerja sekolah berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang digunakan sebagai dasar penyusunan RKS dan RKAS dalam
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah secara konsisten dan berkelanjutan, serta sebagai
masukan bagi perencanaan investasi pendidikan tingkat kab/kota
2. Tujuan Pelaksanaan EDS
Evaluasi Diri Sekolah (EDS) adalah: (a) Menilai kinerja sekolah berdasarkan Standar
Nasional Pendidikan (SNP), (b) Mengetahui tahapan pengembangan dalam pencapaian Standar
Nasional Pendidikan (SNP) sebagai dasar peningkatan mutu pendidikan; dan (c) Menyusun
RKS/RKAS sesuai kebutuhan nyata dalam rangka pemenuhan Standar Nasional Pendidikan
(SNP)
3. Manfaat EDS
Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk tingkat sekolah, antara lain:
a. Sekolah dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangannya sendiri dan merencanakan
pengembangan dan peningkatan ke depan.
b. Sekolah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar untuk pengembangan dan
peningkatan di masa mendatang.
c. Sekolah dapat mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan, mengkaji
peningkatan tersebut berjalan dengan baik dan menyesuaikan program sesuai dengan hasilnya.
d. Sekolah dapat memberikan laporan formal kepada pemangku kepentingan demi meningkatkan
akuntabilitas sekolah
4. Manfaat Evaluasi Diri Sekolah (EDS) untuk Tingkat Lain
a. Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan, pembuatan keputusan, dan
perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
b. Mengidentifikasikan bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan.
c. Mengidentifikasikan jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap sekolah dari berbagai kalangan.
d. Mengidentifikasikan pelatihan serta kebutuhan program pengembangan lainnya.
e. Mengidentifikasikan keberhasilan sekolah berdasarkan berbagai indikator pencapaian sesuai
dengan Standar Pelayanan Minimal dan Standar Nasional Pendidikan.
5. EDS Berdasarkan Konsep SPMI
Sistem pendidikan nasional yang didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia. Setiap satuan pendidikan pada
jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan baik secara eksternal
maupun internal sebagaimana diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 19 tahun 2005. Penjaminan mutu pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi atau melampaui
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Setiap satuan pendidikan beserta seluruh komponen didalamnya memiliki tanggungjawab
dalam peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan. Peningkatan mutu di satuan pendidikan
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen satuan
pendidikan. Untuk peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan yang
melibatkan seluruh komponen satuan pendidikan (whole school approach) untuk bersama-sama
memiliki budaya mutu. Agar penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik di segala lapisan
pengelolaan pendidikan telah dikembangkan sistem penjaminan mutu pendidikan yang terdiri
dari Sistem Penjaminan Mutu Internal (SMPI) dan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SMPE).
Sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh
seluruh komponen dalam satuan pendidikan disebut sebagai SPMI. SPMI mencakup seluruh
aspek penyelenggaraan pendidikan dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya untuk mencapai
SNP. Sistem penjaminan mutu ini dievaluasi dan dikembangkan secara berkelanjutan oleh satuan
pendidikan dan juga ditetapkan oleh satuan pendidikan untuk dituangkan dalam pedoman
pengelolaan satuan pendidikan serta disosialisasikan kepada pemangku kepentingan satuan
pendidikan. Agar pelaksanaan SPMI dapat dilakukan oleh seluruh satuan pendidikan dengan
optimal, perlu dikembangkan satuan pendidikan yang akan menjadi model penerapan
penjaminan mutu pendidikan secara mandiri, yang selanjutnya disebut sekolah model, sebagai
gambaran langsung kepada satuan pendidikan lain yang akan menerapkan penjaminan mutu
pendidikan sehingga terjadi pola pengimbasan pelaksanaan penjaminan mutu hingga ke seluruh
satuan pendidikan di Indonesia.
Pada tahun 2016 ini akan di laksanakan program sekolah model. Sekolah model adalah
sekolah berbasis standar nasional pendidikan, yang mencakup 8 standar nasional pendidikan
yakni standar kompetensi lulusan, standar proses, standar isi, standar penilaian, standar PTK
,standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar sarpras . Sekolah model adalah sekolah yang
ditetapkan dan dibina oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) untuk menjadi
sekolah acuan bagi sekolah lain di sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan
secara mandiri. Sekolah model menerapkan seluruh siklus penjaminan mutu pendidikan secara
sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga budaya mutu tumbuh dan berkembang secara
mandiri pada sekolah tersebut.
Sekolah model dipilih dari sekolah yang belum memenuhi SNP untuk dibina oleh LPMP
bersama sama pemerintah daerah agar dapat menerapkan penjaminan mutu pendidikan di
sekolah mereka sebagai upaya untuk memenuhi SNP. Pembinaan oleh LPMP dan pemerintah
daerah dilakukan hingga sekolah telah mampu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan
secara mandiri. Sekolah model dijadikan sebagai sekolah percontohan bagi sekolah lain yang
akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model memiliki
tanggungjawab untuk mengimbaskan praktik baik penerapan penjaminan mutu pendidikan
kepada lima sekolah di sekitarnya, sekolah yang diimbaskan ini selanjutnya disebut dengan
sekolah imbas.
Sekolah model akan dibina oleh LPMP dibantu oleh fasilitator daerah. Pembinaan yang
diterima oleh sekolah dalam bentuk pelatihan, pendampingan, supervisi serta monitoring dan
evaluasi. Pembinaan tersebut dilakukan oleh LPMP hingga sekolah tersebut mampu
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Kemandirian sekolah diukur oleh
LPMP pada kegiatan monitoring dan evaluasi sesuai instrumen yang disediakan.
2. Hambatan Eksternal
a. Rendahnya respon sekolah imbas sehingga ikut menganggu siklus yang seharusnya
dilaksanakan
b. Banyaknya kegiatan lain yang membuat terhambatnya siklus sehingga mengurangi kuapitas
yang diharapkan
c. Rendahnya tanggapan lembaga yang ada di sekitar, sehingga komunikasi kurang berjalan sesuai
perencanaan
D. Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang membantu terlaksannya seluruh siklus kegiatan SPMI adalah sebagai
berikut
1. Fasilitas sekolah yang memungkinkan aktivitas berjalan dengan baik
2. Tingginya semangat dari kepala sekolah sehingga keseluruhan kegiatan dapat dilaksanakan
dengan tepat waktu
3. Solidnya team dalam setiap kegiatan
4. Kesiapan seluruh warga sekolah
G. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan senagai berikut.
a. Kegiatan pendampingan sekolah model SPMI dapat meningkatkan kemampuan kepala sekolah
dalam pengelolaan sekolah, khususnya dalam penyusunan rancana kerja sekolah, hal ini ditandai
dengan memiliki EDS yang sesuai kebutuhan, diperolehnya RKS yang sesuai dengan kebutuhan
riil di sekolah, dan berbagai prorgam pemenuhan mutu yang sesuai dengan hasil EDS.
b. Kegiatan proses SPMI dapat meningkatkan pemahaman warga sekolah untuk berperan aktif dan
membantu kepala sekolah dalam perencanaan dan pelaksanaan program sekolah.
c. Kegiatan SPMI dapat menciptakan budaya mutu warga sekolah ditandai dengan adanya
komitmen, motivasi, kerja sama, dan kepedulian terhadap perkembangan kualitas pendidikan
d. Kegiatan pemenuhan mutu dengan berbagai kegiatan, dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam penyusunan perencanaan pembelajaran (RPP), pelaksanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan evaluasi terhadap hasil pembelajaran, dan melaksanakan penilaian pembelajaran
dengan menindaklanjuti hasil evaluasi.
2. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat merekomendasikan beberapa has seperti berikut ini.
a. Sekolah imbas perlu melaksanakan langkah-langkah sesuai dengan siklus yang diperoleh pada
saat pendampingan, sehingga mendapat manfaat yang sama seperti sekolah model SPMI
b. Kepada pemangku kepentingan, diharapkan dapat bekerja sama dalam setiap proses pemetaan
mutu sehingga dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi sekolah
c. Para pengambil kebijakan, diharapkan dapat mensosalisasikan kepada seluruh sekolah di
lingkungan kecamatan, dengan memenfaatkan Fasilitator Daerah yang ada di wlayahnya.
H. DAFTAR PUSTAKA
Kemdikbud. (2016). Pedoman Umum Sistem P enjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah .
Jakarta:
Kemdikbud. Kemdikbud. (2016). Petunjuk pelaksanaan Penjaminan Mutu Pendidikan oleh satuan
pendidikan . Jakarta:
Nanang Fattah. (2012). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.