682 1290 1 SM
682 1290 1 SM
Oleh:
Undin Nuryadin1, Titik Penta Artiningsih2, Wiratna Tri Nugraha3
Abstrak
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari beberapa faktor yaitu,
massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah,
dan wilayah kegempaan dimana struktur bangunan tersebut didirikan. Dinding dan pelat lantai
merupakan penyusun suatu konstruksi bangunan yang berkontribusi besar terhadap pembebanan
struktur, berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan analisis perbandingan penggunaan pelat lantai
beton dan dinding bata merah terhadap pelat lantai dan dinding beton ringan aerasi AAC. Penelitian
dilakukan terhadap bangunan yang difungsikan sebagai asrama (hunian) yang berada di Kota Bogor,
pemodelan bangunan dilakukan dengan melakukan perbandingan penggunaan material penyusun
pelat lantai dan dinding, untuk mendapatkan berat gedung dan beban gempa yang dihasilkan serta
pengaruhnya terhadap kebutuhan penulangan struktur balok dan kolom. Analisa struktur terhadap
bangunan menggunakan prinsip metode elemen hingga (finite element method) dengan memanfaatkan
program bantu analisa struktur ETABS v.9.7.4. Pada Model I menggunakan pelat lantai beton dan
dinding bata merah, Model II dengan pelat lantai beton dan dinding beton ringan aerasi AAC, untuk
Model III menggunakan pelat lantai beton ringan aerasi AAC dan dinding bata merah, dan Model IV
dengan pelat lantai dan dinding beton ringan aerasi AAC. Dari analisis dan perhitungan yang
dilakukan, penggunaan material beton ringan aerasi AAC terbukti mampu mereduksi berat gedung
yang berpengaruh terhadap gaya geser dasar gempa dan kebutuhan penulangan struktur, dimana berat
gedung terbesar didapatkan pada Model I dengan 34.159,469 kN, gaya geser dasar gempa 2.879,643
kN, luas tulangan longitudinal pada balok 946,110 mm2 dan 1,435 mm2 untuk luas tulangan geser dan
7.020,00 mm2 luas tulangan kolom dengan persentase tulangan sebesar 5,85%. Hasil terkecil
didapatkan pada Model IV, dengan berat gedung didapat 19.275,727 kN dan gaya geser dasar gempa
sebesar 1.624,944 kN, dari desain penulangan balok didapatkan 507,610 mm 2 dan kebutuhan
penulangan kolom 2.444,725 mm2 dengan persentase tulangan terhadap penampang sebesar 2,04%.
Kata Kunci : Beton Ringan Aerasi AAC, Dinding, Gempa, Pelat Lantai, ETABS
Ukuran
Jenis Jenis
Toleransi
a. Beban Mati
Besar Kecil Beban mati merupakan berat dari semua
± 3% Selisih ukuran terbesar dan
Panjang 240 mm 230 mm
terkecil maksimum 10 mm bagian gedung yang bersifat tetap termasuk
± 4% Selisih ukuran terbesar dan segala unsur tambahan yang merupakan
Lebar 115 mm 110 mm
terkecil maksimum 5 mm bagian tak terpisahkan dari gedung. SNI
Tebal 52 mm 50 mm
± 5% Selisih ukuran terbesar dan 1727:2013 menyebutkan bahwa dalam
terkecil maksimum 4 mm
menentukan beban mati untuk perancangan,
Sumber: NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan
Bangunan, Bandung 1973
harus digunakan berat bahan dan konstruksi
yang sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika
Tabel 2.4 Kuat tekan bata merah tidak ada informasi yang jelas, nilai yang harus
digunakan adalah nilai yang disetujui oleh
Mutu Bata Merah Kuat Tekan pihak yang berwenang.
Tingkat I
> 10 N/mm2
tidak ada yang menyimpang
Tingkat II Tabel 2.6 Berat sendiri bahan bangunan dan
8 – 10 N/mm2
Satu buah dari sepuluh benda percobaan komponen gedung
Tingkat III Bahan Bangunan :
6 – 8 N/mm2
dua buah dari sepuluh benda percobaan Baja 7.850 kg/m3
Sumber: NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan Besi tuang 7.250 kg/m3
Bangunan, Bandung 1973 Beton 2.200 kg/m3
Beton bertulang 2.400 kg/m3
Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
b. Bata Ringan Aerasi AAC Komponen Gedung :
Bata Ringan/Blok Beton Ringan (Autoclaved Adukan, per cm tebal :
- dari semen 21 kg/m2
Aerated Concrete) adalah beton ringan terbuat - dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2
dari bahan baku berkualitas tinggi, bahan Aspal, termasuk bahan-bahan mineral 14 kg/m2
pembuat beton ringan ini dikenal sebagai "gas penambah, per cm tebal
Dinding pasangan bata merah
concrete" yang digunakan dalam - satu batu 450 kg/m2
memproduksi isolasi panas bahan bangunan. - setengah batu 250 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland,
Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki teraso dan beton, tanpa adukan, per cm tebal 24 kg/m2
tingkat kerataan yang baik sehingga bisa Sumber: SNI 03-1727-1989-F
1047,20
1,05mm2 / mm 1,015 mm 2 /mm (Ok)
Tabel 4.19 Perhitungan tulangan kolom
1000 Dimensi Tulangan Tulangan Persentase
kolom Minimum yang tulangan
c. Bangunan Model III (mm) (mm2) digunakan kolom
300 x 400 4.523,11 12D22 3,77%
1. Berat gedung
Tabel 4.13 Berat bangunan Balok ukuran 250 x 400 mm dengan selimut
hi Wi Wi hik Vx = Vy Fix,y beton 40 mm, maka luas tulangan yang ada
Lantai
(m) (kN) (kN) (kN) (kN)
4 16 3446,864 59933,239 2228,597 521,307 tidak boleh kurang dari:
3 12 7663,213 99075,798 2228,597 861,775
f 'c 25
2
1
8
4
7663,213
7663,213
65251,963
31954,548
2228,597
2228,597
567,570
277,945
As min b.d 250 x360 281,25mm2
∑ 26436, 503 256215,548
4 fy 4 x400
Sumber: Hasil Analisa, 2016 dan tidak lebih kecil dari :
1,4 1,4
2. Eksentrisitas rencana As min b.d 250 x360 315,00mm2
fy 400
Tabel 4.14 Eksentritas rencana (ed) arah X
Pusat Pusat
b
(1,5*e)+ e-
Persyaratan tulangan sudah terpenuhi dimana
Lt. e (arah ed x-kr
Kekakuan Massa
y)
(0,05*b) 0,05*b tulangan minimum terpasang 32D13 (398,19
4
3
18,00
18,00
18,00
18,00
0,00
0,00
14
14
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
18,00
18,00
mm2). Jika dipasang sengkang polos 2ϕ10-
2 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00 125, maka luas tulangan per meter adalah:
1 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
1000
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Av 2. 1 4 . .d 2 . 1256,64mm 2
Tabel 4.15 Eksentritas rencana (ed) arah Y 125
Lt.
Pusat Pusat
e b
(1,5*e)+ e-
ed y-kr
Sehingga luas tulangan per meter panjang
Kekakuan Massa (0,05*b) 0,05*b
4 6,972 7,000 -0,028 36 1,758 -1,828 1,758 7,000 didapat,
3 6,971 6,942 0,029 36 1,844 -1,771 1,844 6,942
2 6,976 6,942 0,034 36 1,851 -1,766 1,851 6,942 1256,64
1 6,988 6,942 0,046 36 1,869 -1,754 1,869 6,942 1,26mm 2 / mm 1,184 mm 2 /mm (Ok)
Sumber: Hasil Analisa, 2016 1000