Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN PENGGUNAAN PELAT LANTAI BETON DAN DINDING BATA

MERAHTERHADAP PELAT LANTAI DAN DINDING BETON RINGAN AERASI

Oleh:
Undin Nuryadin1, Titik Penta Artiningsih2, Wiratna Tri Nugraha3

Abstrak
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari beberapa faktor yaitu,
massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman dari struktur, kondisi tanah,
dan wilayah kegempaan dimana struktur bangunan tersebut didirikan. Dinding dan pelat lantai
merupakan penyusun suatu konstruksi bangunan yang berkontribusi besar terhadap pembebanan
struktur, berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan analisis perbandingan penggunaan pelat lantai
beton dan dinding bata merah terhadap pelat lantai dan dinding beton ringan aerasi AAC. Penelitian
dilakukan terhadap bangunan yang difungsikan sebagai asrama (hunian) yang berada di Kota Bogor,
pemodelan bangunan dilakukan dengan melakukan perbandingan penggunaan material penyusun
pelat lantai dan dinding, untuk mendapatkan berat gedung dan beban gempa yang dihasilkan serta
pengaruhnya terhadap kebutuhan penulangan struktur balok dan kolom. Analisa struktur terhadap
bangunan menggunakan prinsip metode elemen hingga (finite element method) dengan memanfaatkan
program bantu analisa struktur ETABS v.9.7.4. Pada Model I menggunakan pelat lantai beton dan
dinding bata merah, Model II dengan pelat lantai beton dan dinding beton ringan aerasi AAC, untuk
Model III menggunakan pelat lantai beton ringan aerasi AAC dan dinding bata merah, dan Model IV
dengan pelat lantai dan dinding beton ringan aerasi AAC. Dari analisis dan perhitungan yang
dilakukan, penggunaan material beton ringan aerasi AAC terbukti mampu mereduksi berat gedung
yang berpengaruh terhadap gaya geser dasar gempa dan kebutuhan penulangan struktur, dimana berat
gedung terbesar didapatkan pada Model I dengan 34.159,469 kN, gaya geser dasar gempa 2.879,643
kN, luas tulangan longitudinal pada balok 946,110 mm2 dan 1,435 mm2 untuk luas tulangan geser dan
7.020,00 mm2 luas tulangan kolom dengan persentase tulangan sebesar 5,85%. Hasil terkecil
didapatkan pada Model IV, dengan berat gedung didapat 19.275,727 kN dan gaya geser dasar gempa
sebesar 1.624,944 kN, dari desain penulangan balok didapatkan 507,610 mm 2 dan kebutuhan
penulangan kolom 2.444,725 mm2 dengan persentase tulangan terhadap penampang sebesar 2,04%.

Kata Kunci : Beton Ringan Aerasi AAC, Dinding, Gempa, Pelat Lantai, ETABS

1. Pendahuluan kimiawi). Dinding dapat diartikan sebagai


1.1. Latar Belakang bagian bangunan yang berbentuk bidang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan vertikal yang berguna sebagai penyekat atau
teknologi di bidang konstruksi terus pemisah ruang dan pelindung terhadap
mengalami peningkatan, hal ini ditandai pengaruh luar yaitu suhu dan cuaca.
dengan keberadaan berbagai macam bahan
bangunan. Keadaan ini memungkinkan untuk Pelat lantai adalah elemen dalam bidang
melakukan pilihan terhadap berbagai ragam bangunan yang horizontal, pelat lantai
bahan bangunan untuk mengkonstruksikan membagi ruang pada tingginya, dan
sebuah bangunan. membentuk gedung bertingkat. Pelat lantai
berfungsi sebagai pembagi ruang secara
Salah satu dari bentuk inovasi diatas adalah vertikal dan menerima beban-beban struktural
material beton ringan aerasi (aerated seperti beban mati, beban hidup, dan beban
lightweight concrete) atau sering juga disebut gempa.
aerated autoclaved concrete (AAC). Sebutan
lainnya autoclaved concrete, celular concrete, 1.2. Maksud dan Tujuan
porous concrete, dan di Inggris disebut 1.2.1. Maksud Penelitian
aircrete and thermalite. Bahan baku utama Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis
beton ringan terbuat dari pasir kuarsa, kapur, perbandingan penggunaan pelat lantai beton
semen, air, ditambah alumunium pasta sebagai dan dinding bata merah terhadap pelat lantai
bahan pengembang (pengisi udara secara dan dinding beton ringan aerasi.

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1


1.2.2. Tujuan Penelitian dianjurkan lebih besar 4%, untuk menghindari
a. Untuk mengetahui berat gedung keruwetan penulangan terutama di tumpuan.
berdasarkan berat sendiri (self weight)
2.3. Pelat Lantai
dengan beban tambahan yang diterima serta
Pelat lantai adalah elemen dalam bidang
menganalisis gaya gempa dari beberapa
bangunan yang horizontal, pelat lantai
pemodelan bangunan yang direncanakan,
membagi ruang pada tingginya, dan
yang dibedakan atas penggunaan material
membentuk gedung bertingkat. Pelat lantai
penyusun pelat lantai dan dinding.
merupakan suatu struktur solid tiga dimensi
b. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
dengan bidang permukaan yang lurus, datar
perbandingan penggunaan material
dan tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan
penyusun pelat lantai dan dinding terhadap
dengan dimensinya yang lain. Struktur pelat
kebutuhan penulangan balok dan kolom
bisa saja dimodelkan dengan elemen 3 dimensi
dari masing-masing model.
yang mempunyai tebal h, panjang b, dan lebar
2. Tinjauan Pustaka a. Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat
2.1. Balok dari berbagai material, contohnya kayu, beton,
Balok merupakan member atau elemen beton ringan aerasi dan plat baja.
struktur pada suatu sistem struktur konstruksi
a. Pelat Lantai Beton
pada arah horizontal yang didominasi oleh
Pelat lantai beton bertulang merupakan
gaya dalam berupa momen (lentur dan torsi)
struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dan gaya geser sepanjang bentangnya, pada
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan
saat mentransfer beban luar yang bekerja dan
beban yang bekerja tegak lurus pada bidang
menyalurkannya kepada kolom-kolom sebagai
struktur tersebut. Pelat lantai beton bertulang
penopangnya. Sifat dari bahan beton yaitu
umumnya dicor di tempat, bersama-sama
sangat kuat untuk menahan tekan, tetapi tidak
balok penumpu, dengan demikian akan
kuat (lemah) menahan tarik. Oleh karena itu
diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi
beton dapat mengalami retak jika beban yang
satu kesatuan (monolit). Penulangan pada pelat
dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang
beton tergantung dari sistem strukturnya,
melebihi kuat tariknya. Beban yang bekerja
dikenal dengan pelat 1 arah dan 2 arah.
pada balok biasanya berupa beban lentur,
Pemberian tulangan tarik dan tulangan tekan
beban geser maupun torsi, sehingga perlu baja
digunakan untuk menahan momen lentur
tulangan untuk menahan beban-beban tersebut.
sedangkan tulangan susut digunakan untuk
Tulangan ini berupa tulangan memanjang atau
meminimalisir retak beton akibat volume susut
tulangan longitudinal (yang menahan beban
beton.
lentur) serta tulangan geser atau sengkang
(yang menahan beban geser dan torsi). b. Pelat Lantai Beton Ringan Aerasi AAC
Pelat lantai beton ringan aerasi (AAC)
2.2. Kolom
merupakan salah satu material pracetak dari
Kolom adalah elemen struktur rangka dengan
beton ringan aerasi yang dicetak kedalam
bentang arah vertikal, yang fungsi utamanya
lembaran (panel) sehingga tidak memerlukan
adalah mendukung balok penahan beban.
proses pengecoran dalam konstruksi. Untuk
Kolom menyalurkan beban dari lantai atas ke
mendapat kekuatan sempurna dipasangi
tingkat lebih bawah dan selanjutnya disalurkan
tulangan baja pada panel lantai dengan
ke tanah melalui pondasi. Kegagalan kolom
kekuatan dan ketahanan yang sama, panel
adalah kegagalan tekan, yang dapat
lantai mempunyai berat tiga kali lebih ringan
mengakibatkan keruntuhan progresif dari
dari cor konvensional sehingga mempercepat
lantai yang berhubungan dan mengakibatkan
estimasi dan aplikasi pembangunan.
keruntuhan total struktur. Selain itu,
keruntuhan tekan tidak memberi peringatan Tabel 2.1 Spesifikasi teknis panel lantai
visual yang jelas. Karena itu dalam desain beton ringan Citicon
kolom perlu perhatian yang luar. Untuk Berat jenis kering, (ρ) 700 kg/m3
menjamin daktalitas kolom, maka ACI dan Berat lapangan, (ρ) 780 kg/m3
Kuat tekan, (σ) 6,2 N/mm2
SNI menetapkan rasio tulangan longitudinal Daya konduksi panas, (λ) 0,2 w/mk
tidak lebih dari 1% dan tidak lebih besar dari Beban imposed* 405 kg/m2
8%. Tetapi dalam pelaksanaan, rasio tulangan Beban hidup + beban material finishing
yang sesuai adalah 1,5% - 3% dan tidak Sumber: www.citicon.co.id, 2015

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2


Tabel 2.2 Dimensi dan kode panel lantai langsung diberi aci tanpa harus diplester
Citicon terlebih dahulu.
Berat per Jumlah
Kode Panel
L W H
Panel per m3
Tabel 2.5 Spesifikasi teknis bata ringan
(mm) (mm) (mm)
(kg) (pcs) Citicon
PLC 1500 R125 1470 600 125 86,00 9,07
PLC 1750 R125 1720 600 125 100,62 7,75 Panjang, L (mm) 600
PLC 2000 R125 1970 600 125 115,25 6,77
Tinggi, H (mm) 200; 400
PLC 2250 R125 2220 600 125 129,87 6,01
Tebal, T (mm) 75; 100; 125; 150; 175; 200
PLC 2500 R125 2470 600 125 144,50 5,40
PLC 2750 R125 2720 600 125 159,12 4,90 Berat jenis kering, (ρ) 530 kg/m3
PLC 3000 R125 2970 600 125 173,75 4,49 Berat jenis normal, (ρ) 600 kg/m3
PLC 3250 R125 3220 600 125 188,37 4,14 Kuat tekan, (σ) > 4,0 N/m2
Sumber: www.citicon.co.id, 2015 Konduktifitas termis, (λ) 0,14 w/mk
Sumber: www.citicon.co.id, 2015
2.4. Dinding
Dinding adalah elemen vertikal ruang, 2.5. Pembebanan Gedung
merupakan bagian struktur yang menjadi alat Ketentuan mengenai perencanaan didasarkan
penyekat antar ruangan maupun penyekat pada asumsi bahwa struktur direncanakan
antara bagian dalam bangunan dengan bagian untuk memikul semua beban kerjanya. Beban
luar bangunan. kerja diambil berdasarkan SNI 1727:2013
Beban Minimum Perancangan Untuk
a. Dinding Bata Merah Bangunan Gedung dan Struktur Lain dan SNI
Bata merah adalah bahan yang terbuat dari 03-1727-1989-F Tata Cara Perencanaan
tanah merah atau tanah liat yang diproduksi Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung.
secara rumahan atau sering kita sebut home Dalam perencanaan terhadap gempa, seluruh
industri kadang ada yang dikerjakan di pabrik, bagian struktur yang membentuk kesatuan
meskipun pabriknya menggunakan mesin yang harus memenuhi SNI 1726:2012 Tata Cara
tradisional. Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Tabel 2.3 Ukuran standar bata merah Struktur Bangunan Gedung dan Non-Gedung.

Ukuran
Jenis Jenis
Toleransi
a. Beban Mati
Besar Kecil Beban mati merupakan berat dari semua
± 3% Selisih ukuran terbesar dan
Panjang 240 mm 230 mm
terkecil maksimum 10 mm bagian gedung yang bersifat tetap termasuk
± 4% Selisih ukuran terbesar dan segala unsur tambahan yang merupakan
Lebar 115 mm 110 mm
terkecil maksimum 5 mm bagian tak terpisahkan dari gedung. SNI
Tebal 52 mm 50 mm
± 5% Selisih ukuran terbesar dan 1727:2013 menyebutkan bahwa dalam
terkecil maksimum 4 mm
menentukan beban mati untuk perancangan,
Sumber: NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan
Bangunan, Bandung 1973
harus digunakan berat bahan dan konstruksi
yang sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika
Tabel 2.4 Kuat tekan bata merah tidak ada informasi yang jelas, nilai yang harus
digunakan adalah nilai yang disetujui oleh
Mutu Bata Merah Kuat Tekan pihak yang berwenang.
Tingkat I
> 10 N/mm2
tidak ada yang menyimpang
Tingkat II Tabel 2.6 Berat sendiri bahan bangunan dan
8 – 10 N/mm2
Satu buah dari sepuluh benda percobaan komponen gedung
Tingkat III Bahan Bangunan :
6 – 8 N/mm2
dua buah dari sepuluh benda percobaan Baja 7.850 kg/m3
Sumber: NI-10 Bata Merah Sebagai Bahan Besi tuang 7.250 kg/m3
Bangunan, Bandung 1973 Beton 2.200 kg/m3
Beton bertulang 2.400 kg/m3
Pasangan bata merah 1.700 kg/m3
b. Bata Ringan Aerasi AAC Komponen Gedung :
Bata Ringan/Blok Beton Ringan (Autoclaved Adukan, per cm tebal :
- dari semen 21 kg/m2
Aerated Concrete) adalah beton ringan terbuat - dari kapur, semen merah atau tras 17 kg/m2
dari bahan baku berkualitas tinggi, bahan Aspal, termasuk bahan-bahan mineral 14 kg/m2
pembuat beton ringan ini dikenal sebagai "gas penambah, per cm tebal
Dinding pasangan bata merah
concrete" yang digunakan dalam - satu batu 450 kg/m2
memproduksi isolasi panas bahan bangunan. - setengah batu 250 kg/m2
Penutup lantai dari ubin semen portland,
Bata ini cukup ringan, halus, dan memiliki teraso dan beton, tanpa adukan, per cm tebal 24 kg/m2
tingkat kerataan yang baik sehingga bisa Sumber: SNI 03-1727-1989-F

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3


b. Beban Hidup c. Beban Gempa
Beban yang terjadi akibat penghunian atau Beban gempa yaitu semua beban statik
penggunaan suatu gedung dan termasuk ekuivalen yang bekerja pada gedung yang
beban-beban pada lantai yang berasal dari menirukan pengaruh gerakan tanah akibat
barang-barang yang dapat berpindah atau gempa. Jika pengaruh gempa pada struktur
struktur lain yang tidak termasuk beban gedung ditentukan berdasarkan analisis
konstruksi dan beban lingkungan, seperti dinamik, maka beban gempa adalah gaya-gaya
beban angin, beban hujan, beban gempa, di dalam struktur yang terjadi oleh gerakan
beban banjir, atau beban mati. Beban hidup tanah akibat gempa. Gempa rencana
pada atap diakibatkan oleh pelaksanaan ditetapkan sebagai gempa dengan
pemeliharaan oleh pekerja, peralatan dan kemungkinan terlewati besarannya selama
material serta selama masa layan struktur yang umur struktur bangunan 50 tahun adalah
diakibatkan oleh benda bergerak. sebesar 2 %. (SNI 1726:2012).

Tabel 2.7 Beban hidup terdistribusi merata


minimum,L0 dan beban hidup terpusat minimum
Merata Terpusat
Hunian atau Penggunaan
psf (kN/m2) lb (kN)
Ruang pertemuan
Kursi tetap (terikat di lantai) 100 (4,79)
Lobi 100 (4,79)
Kursi dapat dipindahkan 100 (4,79)
Panggung pertemuan 100 (4,79)
Lantai podium 100 (4,79)
Balkon dan dek 1,5 beban hidup
untuk daerah yang
dilayani. Tidak
perlu melebihi 100
psf (4,79 kN/m2) Sumber : SNI 1726:2012
Koridor
Lantai pertama 100 (4,79) Gambar 2.1 Peta respons spektra percepatan
Lantai lain sama seperti
pelayanan hunian 0,2 detik (SS) di batuan dasar (SB) probabilitas
kecuali disebutkan terlampaui 2% dalam 50 tahun
lain
Rumah tinggal
Hunian (satu keluarga dan dua
keluarga)
Loteng yang tidak dapat
didiami tanpa gudang 10 (0,48)
Loteng yang tidak dapat
didiami dengan gudang 20 (0,96)
Loteng yang dapat didiami
dan ruang tidur 30 (1,44)
Semua ruang kecuali
tangga dan balkon 40 (1,92)
Semua hunian rumah tinggal lainnya
Ruang pribadi dan koridor yang
melayani mereka 40 (1,92)
Ruang public dan koridor yang
melayani mereka 100 (4,79)
Sumber: SNI 1727:2013
Sumber : SNI 1726:2012
Tabel 2.8 Faktor elemen beban hidup, KLL Gambar 2.2 Peta respons spektra percepatan
Elemen KLL*
1.0 detik (S1) di batuan dasar (SB) probabilitas
Kolom-kolom interior 4 terlampaui 2% dalam 50 tahun
Kolom-kolom eksterior tanpa pelat kantilever 4
Kolom-kolom tepi dengan pelat kantilever 3
Kolom-kolom sudut dengan pelat kantilever 2 2.6. Faktor Keamanan
Balok-balok tepi tanpa pelat-pelat kantilever 2 a. Kuat Perlu
Balok-balok interior 2 Untuk perencanaan beton bertulang, kuat perlu
Semua komponen struktur yang tidak disebutdiatas:
Balok-balok tepi dengan pelat-pelat kantilever ditentukan berdasarkan SNI 2847:2013,
Balok-balok kantilever Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Pelat-pelat satu arah Gedung, agar supaya struktur dan komponen
1
Pelat-pelat dua arah
Komponen struktur tanpa ketentuan-ketentuan struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak
untuk penyaluran pakai terhadap bermacam-macam kombinasi
Geser menerus tegak lurus terhadap bentangnya
beban, maka harus dipenuhi kombinasi-
*Selain nilai di atas KLL diizinkan dihitung tersendiri
Sumber: SNI 1727:2013 kombinasi beban terfaktor sebagai berikut :

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4


- U : 1,4 D 3.3. Pembebanan Gedung
- U : 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lla atau Hj) a. Beban Mati
- U : 1,2 D ± 1,0 E+ 1,0 L atau  Berat sendiri komponen struktur dihitung
U : 0,9 D ± 1,0 E secara otomatis oleh ETABS berdasarkan
input data dimensi dan karakteristik
Keterangan:
material yang digunakan.
U : Kuat perlu
- Beton bertulang , 23,54 kN/m3
D : Beban mati
- Beton ringan aerasi, 7,65 kN/m3
L : Beban hidup
 Beban mati tambahan, antara lain sebagai
E : Beban gempa
berikut:
- Dinding
b. Kuat Rencana
Bata merah, setengah batu, 2,45 kN/m2
Dalam menentukan kuat rencana suatu
Blok beton ringan aerasi (10 x 20 x 60
komponen struktur, maka kuat minimalnya
cm), 0,58 kN/m2
harus direduksi dengan faktor reduksi
- Screeding lantai, per cm tebal, 0,21
kekuatan sesuai dengan sifat beban, hal ini
kN/m2
dikarenakan adanya ketidakpastian kekuatan
- Keramik, 0,24 kN/m2
bahan terhadap pembebanan. Kekuatan desain
- Plafond dan penggantung, 0,18 kN/m2
yang disediakan oleh suatu komponen struktur,
- Mekanikal dan elektrikal, 0,25 kN/m2
sambungannya dengan komponen struktur
- Aspal, per cm tebal, 0,14 kN/m2
lain, dan penampangnya, sehubungan dengan
lentur, beban normal, geser, dan torsi, harus b. Beban Hidup
diambil sebesar kekuatan nominal dihitung - Beban hidup pada lantai, 2,45 kN/m2
sesuai dengan persyaratan dan asumsi dari - Beban hidup atap, 0,98 kN/m2
standar SNI 2847:2013, yang dikalikan dengan
faktor reduksi kekuatan Ø. c. Beban Gempa
Penetapan parameter gempa diambil
Tabel 2.9 Faktor reduksi Ø berdasarkan letak bangunan terhadap wilayah
Faktor Reduksi gempa, jenis tanah, fungsi bangunan dan tipe
Tinjauan Kondisi Regangan
Kekuatan (Ø)
Penampang terkendali tarik 0,90 struktur. Nilai kategori resiko dan faktor
Penampang terkendali tekan 0,75 keutamaan (Ie) didapatkan dari data fungsi
a. komponen dengan tulangan spiral bangunan, letak bangunan terhadap wilayah
b. penampang struktur bertulang lainnya 0,65
Geser dan torsi 0,75 gempa dan jenis tanah digunakan untuk
Sumber : SNI 2847:2013 mendapatkan nilai SDS dan SD1 dan faktor
reduksi gempa (R) berdasarkan tipe struktur
3. Metodologi Penelitian yang digunakan.
3.1. Objek dan Lokasi Studi
3.4. Kombinasi Pembebanan
Objek kajian yang digunakan untuk Tugas
Dengan mengacu pada kombinasi pembebanan
Akhir ini adalah berupa perencanaan struktur
SNI 2847:2013, kombinasi pembebanan yang
portal beton bertulang pada bangunan
digunakan ditetapkan sebagai berikut:
bertingkat yang terdiri dari 4 lantai,
difungsikan sebagai asrama (hunian) yang U = 1,4 SW + 1,4 DL
berlokasi di Kota Bogor. Dari beberapa U = 1,2 SW+ 1,2 DL + 1,6 LL
struktur portal yang ada, dipilih portal yang U = 1,2 SW + 1,2 DL + 0,5 LL + 1,0 EQx
dipandang mewakili portal-portal yang lain. U = 1,2 SW + 1,2 DL + 0,5 LL - 1,0 EQx
U = 1,2 SW + 1,2 DL + 0,5 LL + 1,0 EQy
3.2. Material Konstruksi
U = 1,2 SW + 1,2 DL + 0,5 LL - 1,0 EQy
a. Material Beton
- Kuat tekan beton yang direncanakan, f’c Dimana;
= 25 MPa SW = beban mati akibat berat sendiri
- Modulus elastisitas beton, Ec = 4700√f’c DL = beban mati tambahan
- Angka poisson, ʋ = 0,2 LL = beban hidup
- Modulus geser, G = Ec/[2(1+ʋ)] EQ = beban gempa
b. Material Baja Tulangan
- Diameter ≤ 12 mm BJTP, fy = 240 MPa
- Diameter > 12 mm BJTD, fy = 400 MPa

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5


3.5. Dimensionering Penampang 3.9. Pemodelan dan Analisa Struktur
a. Balok Analisa struktur ini menggunakan prinsip
Perencanaan dimensi balok berdasarkan SNI metode elemen hingga (finite element method)
2847:2013, Persyaratan Beton Struktural untuk dengan memanfaatkan program bantu analisa
Bangunan Gedung. struktur ETABS v.9.7.4. Pemodelan struktur
portal 3 dimensi. Hal ini berarti bahwa
b. Kolom
penahan beban gravitasi (berat sendiri struktur,
Kolom yang direncanakan merupakan kolom
beban mati tambahan, beban hidup) dan beban
dengan pengikat sengkang. Penentuan luas
gempa, sepenuhnya dipikul oleh frame system.
kotor penampang kolom Ag yang diperlukan
Oleh karena itu, balok dan kolom dirancang
mengacu kepada SNI 2847:2013.
sebagai suatu kesatuan model element portal
c. Pelat Lantai yang harus mampu memberikan respons atas
Tebal pelat lantai beton pada perencanaan ini pembebanan yang berupa gaya normal, lintang
menyesuaikan tebal panel lantai beton ringan dan momen pada 6 derajat kebebasan (degree
aerasi yang digunakan yaitu 125 mm, yang of freedom). Kondisi tersebut dilakukan
merupakan pembanding dari pelat lantai beton dengan tidak memberi batasan derajat
dan tebal tersebut sudah memenuhi kebebasan (Ux, Uy, Uz, Rx, Ry, Rz = 0) pada
persyaratan minimal tebal pelat lantai beton masing-masing nodal, akan tetapi khusus
120 mm berdasarkan SNI 2847:2013. elemen kolom, nodal pada kaki kolom di
restraint secara fixed untuk membatasi
3.6. Konfigurasi dan Sistem Struktur perpindahannya (Ux, Uy, Uz, Rx, Ry, Rz ≠ 0).
Berdasarkan bentuk denah yang direncanakan
merupakan konfigurasi gedung yang 4. Analisa dan Pembahasan
beraturan, oleh karena itu sesuai SNI 4.1. Data Perencanaan
1726:2012 peninjauan perilaku struktur saat - Jumlah lantai : 4 lantai
menerima beban lateral gempa dianalisa secara - Tinggi lantai :4m
statik. Penetapan sistem struktur gedung - Tinggi bangunan : 16 m
merupakan Sistem Rangka Pemikul Momen - Fungsi bangunan : Asrama
(SRPM) berdasarkan SNI 1726:2012, dalam - Struktur bangunan : Beton bertulang
hal ini sistem penahan beban lateral terdapat - Lokasi : Bogor
pada rangkaian portal arah melintang maupun 4.2. Analisa dan Pembahasan Studi Kasus
longitudinal. a. Bangunan Model I
1. Berat gedung
3.7. Rancangan Penelitian
Tabel 4.1 Berat bangunan
Tabel 3.1 Model penelitian hi Wi Wi hik Vx = Vy Fix,y
Model Pelat lantai Dinding Lantai
(m) (kN) (kN) (kN) (kN)
I Beton Bata merah Story 4 16 5449,115 94747,885 2879,643 802,771
II Beton Blok beton ringan aerasi Story 3 12 9570,118 123729,705 2879,643 1048,326
III Panel beton ringan aerasi Bata merah Story 2 8 9570,118 81489,189 2879,643 690,434
IV Panel beton ringan aerasi Blok beton ringan aerasi Story 1 4 9570,118 39906,082 2879,643 338,113
∑ 34159,469 339872,858
Sumber: Hasil Analisa, 2016
3.8. Asumsi
2. Eksentrisitas rencana
Asumsi merupakan pendekatan dan
penyederhanaan dari data yang ada untuk Tabel 4.2 Eksentritas rencana (ed) arah X
Pusat Pusat b (1,5*e)+
metode dan analisis yang digunakan adalah Lt.
Kekakuan Massa
E
(arah y) (0,05*b)
e-0,05*b ed x-kr
4 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
sebagai berikut: 3 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
2 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
1. Untuk kepentingan analisis gempa, 1 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00

berdasarkan jenis tanahnya bangunan Sumber: Hasil Analisa, 2016


dianggap berada diatas tanah sedang. Tabel 4.3 Eksentritas rencana (ed) arah Y
2. Pelat lantai dianggap sebagai diafragma Lt.
Pusat
Kekakuan
Pusat
Massa
E B
(1,5*e)+
(0,05*b)
e-0,05*b ed y-kr

yang sangat kaku pada bidangnya, dan 4


3
6,972
6,971
7,000
6,913
-0,028
0,058
36
36
1.758
1,887
-1,828
-1,742
1.758
1,887
7,000
6,913
dimodelkan sebagai elemen shell yang 2
1
6,976
6,988
6,913
6,913
0,063
0,075
36
36
1,895
1,913
-1,737
-1,725
1,895
1,913
6,913
6,913
bersifat menerima beban tegak lurus bidang Sumber: Hasil Analisa, 2016
(vertical) dan beban lateral (horizontal)
akibat gempa.

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6


3. Simpangan antar lantai b. Bangunan Model II
1. Berat gedung
Tabel 4.4 Kinerja batas layan akibat
simpangan gempa arah X Tabel 4.7 Berat bangunan
Simpangan hi Wi Wi hik Vx = Vy Fix,y
Simpangan Lantai
hi Δs antar lantai (m) (kN) (kN) (kN) (kN)
Lantai antar lantai Ket. Story 4 16 5449,115 94747,885 2275,979 773,656
(m) (mm) ijin
(Δ)(mm) Story 3 12 7183,149 92869,167 2275,979 758,315
(Δa)(mm)
Story 2 8 7183,149 61164,235 2275,979 499,431
4 4,00 134,02 16,42 80 Ok
Story 1 4 7183,149 29952,747 2275,979 244,577
3 4,00 117,60 33,79 80 Ok ∑ 26998,561 339872,858
2 4,00 83,81 45,59 80 Ok Sumber: Hasil Analisa, 2016
1 4,00 38,22 38,22 80 Ok
Sumber: Hasil Analisa, 2016 2. Eksentrisitas rencana
Tabel 4.5 Kinerja batas layan akibat Tabel 4.7 Eksentritas rencana (ed) Arah X
Pusat Pusat b (1,5*e)+ e-
simpangan gempa arah Y Lt.
Kekakuan Massa
e
(arah y) (0,05*b) 0,05*b
ed x-kr

Simpangan 4 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00


Simpangan 3 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
hi Δs antar lantai 2 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
Lantai antar lantai Ket.
(m) (mm) ijin 1 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
(Δ)(mm)
(Δa)(mm) Sumber: Hasil Analisa, 2016
4 4,00 107,41 15,04 80 Ok
3 4,00 92,37 28,40 80 Ok Tabel 4.8 Eksentritas rencana (ed) arah Y
2 4,00 63,97 36,80 80 Ok Pusat Pusat (1,5*e)+ e-
Lt. e b ed y-kr
1 4,00 27,17 27,17 80 Ok Kekakuan Massa (0,05*b) 0,05*b
4 6,972 7,000 -0,028 36 1,758 -1,828 1,758 7,000
Sumber: Hasil Analisa, 2016 3 6,971 6,878 0,093 36 1,940 -1,707 1,940 6,878
2 6,976 6,878 0,098 36 1,947 -1,702 1,947 6,878
1 6,988 6,878 0,110 36 1,965 -1,690 1,965 6,878
4. Penulangan balok dan kolom Sumber: Hasil Analisa, 2016
Tabel 4.6 Perhitungan tulangan balok B20
3. Simpangan antar lantai
(250 x 400 mm)
Tumpuan Tumpuan Tabel 4.9 Kinerja batas layan akibat
Penulangan Tengah
kiri kanan
Tulangan minimum (mm ) 2
946,110 313,417 835,706 simpangan gempa arah X
Tulangan digunakan 5D16 2D16 5D16 Simpangan
Simpangan
hi Δs antar lantai
Tulangan terpasang (mm2) 1005,30 402,12 1005,30 Lantai antar lantai Ket.
(m) (mm) ijin
(Δ)(mm)
(Δa)(mm)
Tabel 4.7 Perhitungan tulangan kolom 4 4,00 109,96 15,11 80 Ok
Dimensi Tulangan Persentase 3 4,00 94,85 28,05 80 Ok
Tulangan 2 4,00 66,80 36,53 80 Ok
kolom minimum tulangan
digunakan 1 4,00 30,27 30,27 80 Ok
(mm) (mm2) kolom
Sumber: Hasil Analisa, 2016
300 x 400 7.020,0 12D28 5,85%
Tabel 4.10 Kinerja batas layan akibat
Balok ukuran 250 x 400 mm dengan selimut simpangan gempa arah Y
beton 40 mm, maka luas tulangan yang ada Simpangan Simpangan
hi Δs
tidak boleh kurang dari: Lantai
(m) (mm)
antar lantai antar lantai Ket.
(Δ)(mm) ijin (Δa)(mm)
f 'c 25
As min  b.d  250 x360  281,25mm 2 4
3
4,00
4,00
88,25
74,71
13,54
23,60
80
80
Ok
Ok
4 fy 4 x400
2 4,00 51,11 29,55 80 Ok
dan tidak lebih kecil dari : 1 4,00 21,56 21,56 80 Ok
1,4 1,4 Sumber: Hasil Analisa, 2016
As min  b.d  250 x360  315,00mm2
fy 400 4. Penulangan balok dan kolom
Berdasarkan kontrol tulangan di atas,
persyaratan tulangan sudah terpenuhi dimana Tabel 4.11 Perhitungan tulangan balok B20
tulangan minimum terpasang 2D16 (402,12 (250 x 400 mm)
Tumpuan Tumpuan
mm2). Pada penulangan sengkang, jika Penulangan Tengah
kiri kanan
dipasang sengkang polos 2ϕ10-100, maka luas Tulangan minimum (mm2) 728,851 310,264 728,851
Tulangan digunakan 4D16 2D16 4D16
tulangan per meter adalah: Tulangan terpasang (mm2) 804,24 402,12 804,24
1000
Av  2. 1 4 . .d 2 .  1570,80mm2
100 Tabel 4.12 Perhitungan tulangan kolom
Sehingga luas tulangan didapat, Tulangan Persentase
Dimensi Tulangan
minimum tulangan
1570,80 kolom (mm) digunakan
(mm2)
  1,57mm2 / mm  1,435 mm2 /mm (Ok) kolom
1000
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7
300 x 400 4.600,00 10D25 3,83% Sumber: Hasil Analisa, 2016
Berdasarkan kontrol desain penulangan di atas, 4. Penulangan balok dan kolom
persyaratan tulangan terpenuhi dengan
tulangan minimum terpasang 2D16 (402,12 Tabel 4.18 Perhitungan tulangan balok B20
mm2). Jika dipasang sengkang polos 2ϕ10- (250 x 400 mm)
Tumpuan Tumpuan
150, maka luas tulangan per meter adalah: Penulangan
kiri
Tengah
kanan
1000 Tulangan minimum (mm2)
Av  2. 1 4 . .d 2 .
712,791 310,264 712,791
 1047,20mm 2 Tulangan digunakan 6D13 3D13 6D13
150 Tulangan terpasang (mm2) 796,38 398,19 796,38
Didapat luas tulangan per meter panjang,


1047,20
 1,05mm2 / mm  1,015 mm 2 /mm (Ok)
Tabel 4.19 Perhitungan tulangan kolom
1000 Dimensi Tulangan Tulangan Persentase
kolom Minimum yang tulangan
c. Bangunan Model III (mm) (mm2) digunakan kolom
300 x 400 4.523,11 12D22 3,77%
1. Berat gedung
Tabel 4.13 Berat bangunan Balok ukuran 250 x 400 mm dengan selimut
hi Wi Wi hik Vx = Vy Fix,y beton 40 mm, maka luas tulangan yang ada
Lantai
(m) (kN) (kN) (kN) (kN)
4 16 3446,864 59933,239 2228,597 521,307 tidak boleh kurang dari:
3 12 7663,213 99075,798 2228,597 861,775
f 'c 25
2
1
8
4
7663,213
7663,213
65251,963
31954,548
2228,597
2228,597
567,570
277,945
As min  b.d  250 x360  281,25mm2
∑ 26436, 503 256215,548
4 fy 4 x400
Sumber: Hasil Analisa, 2016 dan tidak lebih kecil dari :
1,4 1,4
2. Eksentrisitas rencana As min  b.d  250 x360  315,00mm2
fy 400
Tabel 4.14 Eksentritas rencana (ed) arah X
Pusat Pusat
b
(1,5*e)+ e-
Persyaratan tulangan sudah terpenuhi dimana
Lt. e (arah ed x-kr
Kekakuan Massa
y)
(0,05*b) 0,05*b tulangan minimum terpasang 32D13 (398,19
4
3
18,00
18,00
18,00
18,00
0,00
0,00
14
14
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
0,70
18,00
18,00
mm2). Jika dipasang sengkang polos 2ϕ10-
2 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00 125, maka luas tulangan per meter adalah:
1 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
1000
Sumber: Hasil Analisa, 2016
Av  2. 1 4 . .d 2 .  1256,64mm 2
Tabel 4.15 Eksentritas rencana (ed) arah Y 125
Lt.
Pusat Pusat
e b
(1,5*e)+ e-
ed y-kr
Sehingga luas tulangan per meter panjang
Kekakuan Massa (0,05*b) 0,05*b
4 6,972 7,000 -0,028 36 1,758 -1,828 1,758 7,000 didapat,
3 6,971 6,942 0,029 36 1,844 -1,771 1,844 6,942
2 6,976 6,942 0,034 36 1,851 -1,766 1,851 6,942 1256,64
1 6,988 6,942 0,046 36 1,869 -1,754 1,869 6,942   1,26mm 2 / mm  1,184 mm 2 /mm (Ok)
Sumber: Hasil Analisa, 2016 1000

3. Simpangan antar lantai d. Bangunan Model IV


Tabel 4.16 Kinerja batas layan akibat 1. Berat bangunan
simpangan gempa arah X Tabel 4.20 Berat bangunan
Simpangan
Simpangan
hi Δs antar lantai Lt.
hi Wi Wi hik Vx = Vy Fix,y
Lt. antar lantai Ket.
(m) (mm) ijin (Δa) (m) (kN) (kN) (kN) (kN)
(Δ) (mm) 4 16 3446,898 59933,836 1624,944 499,231
(mm)
3 12 5276,276 68215,678 1624,944 568,217
4 4,00 100,82 11,18 80 Ok
2 8 5276,276 44927,288 1624,944 374,231
3 4,00 89,64 25,19 80 Ok 1 4 5276,276 22001,349 1624,944 183,265
2 4,00 64,45 34,92 80 Ok ∑ 19275, 727 195078,151
1 4,00 29,53 29,53 80 Ok Sumber: Hasil Analisa, 2016
Sumber: Hasil Analisa, 2016

Tabel 4.17 Kinerja batas layan akibat 2. Eksentrisitas rencana


simpangan gempa arah Y Tabel 4.21 Eksentritas rencana (ed) arah X
Simpangan
Simpangan
Lt hi Δs antar lantai (1,5*e)
antar lantai Ket.
. (m) (mm) ijin (Δa) Lt.
Pusat Pusat
e
b + e-
ed x-kr
(Δ)(mm) Kekakuan Massa (arah y) (0,05* 0,05*b
(mm) b)
4 4,00 80,72 10,45 80 Ok 4 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
3 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
3 4,00 70,27 21,17 80 Ok
2 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
2 4,00 49,10 28,14 80 Ok 1 18,00 18,00 0,00 14 0,70 0,70 0,70 18,00
1 4,00 20,96 20,96 80 Ok Sumber: Hasil Analisa, 2016

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8


Tabel 4.22 Eksentritas rencana (ed) arah Y Sehingga luas tulangan per meter panjang
Pusat Pusat (1,5*e)+ e-
Lt.
Kekakuan Massa
e b
(0,05*b) 0,05*b
ed y-kr didapat,
4 6,972 7,000 -0,028 36 1,758 -1,828 1,758 7,000
1000
3
2
6,971
6,976
6,907
6,907
0,064
0,069
36
36
1,896
1,904
-1,707
-1,702
1,940
1,947
6,907
6,907
Av  2. 1 4 . .d 2 .  785,40mm 2
1 6,988 6,907 0,081 36 1,922 -1,690 1,965 6,907 200
Sumber: Hasil Analisa, 2016
5. Kesimpulan dan Saran
3. Simpangan antar lantai
5.1. Kesimpulan
Tabel 4.23 Kinerja batas layan akibat 1. Berat gedung yang didapatkan dari
simpangan gempa arah X pemodelan berdasarkan komposisi
Simpangan Simpangan antar penyusun material pelat lantai dan
hi Δs
Lt. antar lantai lantai ijin (Δa) Ket.
(m) (mm)
(Δ)(mm) (mm) dinding pada Model I menghasilkan berat
4 4,00 76,97 9,98 80 Ok gedung sebesar 34.159,469 kN, Model II
3 4,00 66,99 19,51 80 Ok sebesar 26.998,561 kN, Model III sebesar
2 4,00 47,48 25,89 80 Ok
1 4,00 21,59 21,59 80 Ok
26.436,503 kN dan Model IV sebesar
Sumber: Hasil Analisa, 2016 19.275,727 kN. Dari ke empat Model,
berat terbesar pada Model I dan pada
Tabel 4.24 Kinerja batas layan akibat Model IV berat terkecil.
simpangan gempa arah Y 2. Perbandingan pembebanan gedung sangat
Simpangan Simpangan
hi Δs antar lantai antar lantai ijin berpengaruh terhadap gaya geser gempa
Lt. Ket.
(m) (mm) (Δ) (Δa) yang dihasilkan, dimana gaya geser dasar
(mm) (mm)
gempa terbesar pada Model I dengan
4 4,00 61,73 9,04 80 Ok
3 4,00 52,69 16,41 80 Ok 2.879,643 kN dan terkecil pada Model IV
2 4,00 36,28 20,92 80 Ok sebesar 1.624,944 kN.
1 4,00 15,36 15,36 80 Ok 3. Desain penulangan yang dihasilkan
Sumber: Hasil Analisa, 2016
merupakan hasil dari gaya-gaya dalam
4. Penulangan balok dan kolom berdasarkan pembebanan yang diterima
oleh struktur. Pada Model I, luas
Tabel 4.25 Perhitungan tulangan balok B20 kebutuhan tulangan pokok sebesar
(250 x 400 mm) 946,110 mm2 dengan penulangan
Tumpuan Tumpuan
Penulangan Tengah terpasang 5D16 (1005,30 mm2), dan
kiri kanan
Tulangan minimum (mm2) 507,610 310,264 507,610 kebutuhan penulangan terkecil terdapat
Tulangan digunakan 5D13 3D13 5D13
Tulangan terpasang (mm2) 663,65 398,19 663,65
pada Model IV dengan luas tulangan
sebesar 507,610 mm2 dengan desain
Tabel 4.26 Perhitungan tulangan kolom penulangan 5D13 (663,65 mm2).
Tulangan Tulangan Persentase 4. Besarnya gaya geser dasar gempa
Dimensi
Minimum yang tulangan
kolom (mm)
(mm2) digunakan kolom berpengaruh besar terhadap kebutuhan
300 x 400 2.444,725 10D19 2,04% penulangan kolom, karena pada dasarnya
balok ukuran 250 x 400 mm dengan selimut gaya-gaya lateral gempa yang diterima
beton 40 mm, maka luas tulangan yang ada struktur balok dan pelat didistribusikan
tidak boleh kurang dari: struktur ke struktur kolom sebagai
penahan gaya lateral (gempa), dimana
f 'c 25
As min  b.d  250 x360  281,25mm2 pada kolom Model I persentase kebutuhan
4 fy 4 x 400 tulangan yang dihasilkan sebesar 5,85%
dan tidak lebih kecil dari : dan pada Model IV sebesar 2,04% dari
1,4 1,4 luas penampang kolom.
As min  b.d  250 x360  315,00mm2
fy 400
Persyaratan tulangan sudah terpenuhi dimana 5.2. Saran
tulangan minimum terpasang 3D13 (398,19 1. Dengan adanya pengurangan penggunaan
mm2). Jika dipasang sengkang polos 2ϕ10- besi pada struktur dengan menggunakan
200, maka luas tulangan per meter adalah: pelat dan dinding beton ringan aerasi, hal
ini akan berdampak terhadap efisiensi
785,40 biaya pada pekerjaan struktur balok dan
  0,79mm2 / mm  0,764 mm 2 /mm (Ok)
1000 kolom.

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9


2. Perlu dilakukan penelitian dan analisis 6. Frick, Heinz & Pujo L. Setiawan, Ilmu
lebih lanjut terhadap desain sambungan Konstruksi Struktur Bangunan, Kanisius,
pada pelat atau panel lantai beton ringan Yogyakarta, 2001
aerasi, karena perlakuan struktur yang 7. Imran, Iswandi., Struktur Beton,
diterima berbeda dengan pelat lantai Departemen Teknik Sipil Institut
beton, dimana pelat lantai beton Teknologi Bandung, Bandung
berdasarkan pelaksanaan pengecorannya 8. Purwono, Rahmat, Tata Cara
monolit dengan balok dan perlakuannya Perhitungan Struktur Beton Untuk
tumpuannya bersifat jepit sementara panel Bangunan Gedung [SNI 03-2847-2002]
lantai beton ringan aerasi AAC kondisi Dilengkapi Penjelasan [S-002], ITS
tumpuannya sendi. Press, 2009
9. http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_sp
ektra_indonesia_2011/
PUSTAKA 10. www.citicon.co.id
1. Anonim, SNI 1726:2012 Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
RIWAYAT PENULIS
Struktur Bangunan Gedung dan Non
1. Undin Nuryadin, ST. Alumni (2016)
Gedung, Badan Standarisasi Nasional,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Jakarta, 2012
Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.
2. Anonim, SNI 03-1727-1989-F Tata Cara
2. Dr. Ir. Titik Penta Artiningsih, MT.
Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah
Dosen Program Studi Teknik Sipil,
dan Gedung, Badan Standarisasi
Fakultas Teknik, Universitas Pakuan,
Nasional, Jakarta, 1989
Bogor.
3. Anonim, SNI 1727:2013 Beban Minimum
3. Ir.Wiratna Tri Nugraha, MT. Dosen
Untuk Perancangan Bangunan Gedung
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
dan Struktur Lain, Badan Standarisasi
Teknik, Universitas Pakuan, Bogor.
Nasional, Jakarta, 2013
4. Anonim, SNI 2847:2013 Persyaratan
Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta, 2013
5. Artiningsih, Titik Penta, Hand-Out
Struktur Beton, Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan,
Bogor, 2000

Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10

Anda mungkin juga menyukai