TEMA 4 : GLOBALISASI
SUB TEMA 1 : GLOBALISASI DISEKITARKU
PEMBELAJARAN : 1
KELAS 6
SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Disusun Oleh :
Raka Afada Maarif
NIM. 292016077
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Muatan : IPS
3.3 Menganalisis posisi dan peran 3.3.1 Menjelaskan peran Indonesia dalam
Indonesia dalam kerja sama di berbagai bentuk kerja sama di bidang
bidang ekonomi, politik,sosial, sosial budaya dalam lingkup ASEAN
budaya, teknologi, dan
pendidikan dalam lingkup
ASEAN
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Muatan : IPA
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
D. MATERI PEMBELAJARAN
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Ayo Membaca
Siswa membaca teks eksplanasi ilmiah tentang proses
menghasilkan energi listrik dari PLTA.
Keterangan gambar:
1. Sungai/waduk, tempat penampungan air.
2. Pintu masuk air sungai/waduk.
3. Katup pengaman, berfungsi sebagai katup pengatur masuknya
air.
4. Tangki pengaman tekanan air jika tiba-tiba naik saat katup
pengatur ditutup.
5. Pipa pesat, untuk mengalirkan dan mengarahkan air ke turbin dan
untuk mendapatkan tekanan energi yang besar.
6. Katup pengatur turbin.
7. Turbin, mengubah energi potensial air menjadi energi gerak.
8. Generator, menghasilkan energi listrik dari energi gerak.
9. Transformer, untuk transfer energi listrik antardua sirkuit dengan
induksi elektromagnet.
10. Saluran Transmisi, penyalur energi listrik ke konsumen.
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Ayo Menulis
Siswa mengamati gambar pembangkit listrik tenaga air
mikrohidro.
Siswa diminta menganalisis proses dihasilkannya listrik oleh
pembangkit tersebut, berdasarkan informasi yang telah
mereka dapatkan dari teks sebelumnya.
Siswa kemudian menuliskan proses tersebut dalam bentuk
gambar dan tulisan.
Penutup Siswa menyimak ulasan guru tentang kegiatan yang sudah 15 Menit
dilakukan dan meminta siswa menyimpulkan hal-hal apa
yang dipelajari.
Siswa menyimak penguatan dan kesimpulan pembelajaran
hari ini yang disampaikan guru.
Guru mengajak siswa untuk bersyukur atas ilmu dan semua
kegembiraan yang telah mereka rasakan di hari ini dengan
berdoa bersama.
Selesai berdoa, siswa memberi salam pada guru.
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
H. PENILAIAN PEMBELAJARAN
PENILAIAN SIKAP
PENILAIAN
A. BAHASA INDONESIA
Tulisan siswa menyajikan informasi penting dari teks tulis eksplanasi
ilmiah tentang proses menghasilkan energi listrik dari pembangkit listrik
mikrohidro, diperiksa menggunakan rubrik:
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
B. IPS
Diagram hasil pencarian dan pengolahan informasi siswa, diperiksa
menggunakan rubrik berikut:
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
C. IPA
Tulisan siswa berdasarkan hasil pengamatan tentang proses
menghasilkan energi listrik dari pembangkit listrik mikrohidro, diperiksa
menggunakan rubrik:
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Pengayaan
Siswa dapat melakukan studi pustaka, menambah informasi mereka tentang
proses menghasilkan energi listrik melalui bacaan dan artikel yang tersedia di
sekolah.
Remedial
Siswa yang belum memahami konsep dasar dari proses menghasilkan energi
listrik, akan mengulang materi tersebut dengan bimbingan guru.
Refleksi Guru:
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Lampiran 1
• Gambar pembangkit listrik
Lampiran 2
• berita tentang kegiatan kerja sama Indonesia dengan negara-negara ASEAN di bidang
sosial budaya
Masyarakat Sosial Budaya ASEAN merupakan bagian dari tiga pilar penting yang saling
terkait dan saling melengkapi dalam rangka pembentukan Masyarakat ASEAN tahun 2015.
Masyarakat Sosial Budaya ASEAN bersifat terbuka dan dinamis berdasarkan pendekatan yang
berfokus pada masyarakat. Sebagai satu masyarakat sosial budaya, masyarakat ASEAN akan
bersama-sama mengatasi berbagai tantangan di bidang kependudukan, kemiskinan,
ketenagakerjaan, dan kesejahteraan masyarakat.
Negara-negara ASEAN perlu meningkatkan kerja sama untuk memperkuat daya saing
kawasan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas lingkungan
hidup. ASEAN membuka akses yang seluas-luasnya bagi seluruh penduduk di negara-negara
anggotanya dengan memperhatikan kesetaraan gender di berbagai bidang, misalnya di bidang
pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan, serta lingkungan hidup.
Guna mewujudkan semua itu, warga ASEAN harus menciptakan “rasa ke-kekita-an (we
feeling)” terhadap ASEAN. Di samping itu, warga ASEAN perlu menumbuhkan rasa saling
menghormati dan kesetiakawanan sosial yang tinggi sehingga warga ASEAN akan
berkembang menjadi sebuah masyarakat yang saling peduli dan berbagi. Dengan demikian,
masyarakat ASEAN dapat lebih mengenali keragaman budaya Negara anggotanya, saling
menghargai identitas nasional masing-masing, dan mewariskan sebuah kawasan Asia
Tenggara yang aman, damai, dan makmur kepada generasi penerus.
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan terbentuknya Masyarakat Sosial Budaya, telah
disusun Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN (ASCC Blueprint) sebagai pedoman
bagi negara anggota ASEAN dalam melaksanakan langkah aksi menuju terbentuknya
Masyarakat ASEAN tahun 2015.
Beberapa perkembangan dari kerja sama bidang di Pilar Sosial Budaya sebagai berikut.
Sejak dibentuk pada KTT ke-19 ASEAN, ASEAN Ministerial Meeting on Women (AMMW)
telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kerja sama pemajuan dan pelindungan
hak-hak perempuan, khususnya di bidang pemberdayaan dan pengarusutamaan gender dalam
berbagai kebijakan di tingkat regional.
Terkait dengan hak perempuan dan anak, ASEAN terus memaksimalkan peran ASEAN
Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and Children (ACWC).
Saat ini ACWC tengah mengimplementasikan Workplan ACW periode 2011--2015 yang
mencakup empat bidang, yaitu (1) human development; (2) social welfare and social
protection; (3) social justice and rights, dan (4) gender mainstreaming in other Sector
Cooperation in Socio-Cultural Pillar. Workplan ACW tersebut terbagi menjadi 21 program
untuk periode 2011-2015.
Selain itu, untuk memperkuat upaya ASEAN dalam perlindungan hak perempuan dan anak,
ACWC telah menyusun Declaration on the Elimination of Violence Against Women and
Children in ASEAN (DEVAWC). Deklarasi tersebut memperkuat komitmen ASEAN dalam
ASEAN Declaration on the Elimination of Violence Against Women (DEVAW). DEVAWC
telah diadopsi dalam KTT ke-23 ASEAN dan saat ini sedang disusun Guidelines on
Implementation of DEVAWC.
2.3.2 Kepemudaan
Kerja sama ASEAN di bidang kepemudaan secara formal dimulai pada saat diselenggarakan
Konferensi Pemuda ASEAN, September 1975 melalui pembentukan Committee for ASEAN
Youth Cooperation (CAYC) yang berstatus Non-Governmental Organization (NGO). Pada
tahun 1998 CAYC berubah menjadi ASEAN Sub-Committee on Youth (ASY) dan pada tahun
2004 ditingkatkan menjadi ASEAN Senior Officials Meeting on Youth (SOMY). Secara
umum, kerja sama pemuda ASEAN diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pemuda
ASEAN di berbagai bidang kegiatan khususnya program pertukaran pemuda ASEAN.
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Kerja sama ASEAN di bidang kepegawaian dan administrasi telah dimulai sejak pembentukan
ASEAN Conference on ASEAN Reform of Civil Service (ACRCS) pada tahun 1981, namun
masih berada di luar struktur ASEAN. Pada Sidang ASC ke-21, ACRCS diubah menjadi
ASEAN Conference on Civil Service Matters (ACCSM) dan disahkan menjadi salah satu
struktur ASEAN. Tujuan pembentukan ACCSM adalah sebagai wahana untuk tukar menukar
pandangan dan pengalaman untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas manajemen publik,
khususnya dalam melaksanakan fungsinya memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam masa keketuaan Indonesia (2007--2008), ACCSM telah menyelenggarakan Sidang
ke-14 ACCSM tanggal 29--31 Oktober 2008 di Bali.
2.3.4 Olahraga
Mengingat pentingnya kontribusi sektor olahraga terhadap people to people contact menuju
pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 serta dalam upaya mempromosikan gaya hidup sehat
bagi warga ASEAN dan meningkatkan prestasi olahraga ASEAN di tingkat global, ASCC
Council membentuk badan sektoral baru, yaitu ASEAN Ministerial Meeting on Sport
(AMMS), untuk menangani masalah olah raga di ASEAN. Pembentukan AMMS disetujui
oleh para Pemimpin ASEAN dalam KTT ke-18 ASEAN di Jakarta, tanggal 1 - 2 Mei 2011.
Pembahasan tersebut kemudian ditindaklanjuti pada pertemuan ke-2 AMMS dan Pertemuan
ke-3 ASEAN Senior Officials Meeting on Sports (SOMS 3) di Vientiane, Laos tanggal 3-5
Desember 2013. Pada pertemuan tersebut telah dibahas implementasi ASEAN Sports Industry
Year (ASIY) 2013 oleh masing-masing negara anggota ASEAN. Pertemuan juga
mengesahkan Vientiane Declaration on Sports yang akan menjadi acuan kerjasama olahraga di
kawasan.
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
mendapat perhatian serius. Kawasan ASEAN kini tidak lagi menjadi daerah transit, tetapi
sudah dijadikan daerah sasaran pengguna bahkan produksi narkoba.
Secara umum inti kerja sama penanggulangan, pemberantasan penyalahgunaan, dan peredaran
gelap narkoba (P4GN) di tingkat regional ASEAN diarahkan pada upaya merealisasikan
Kawasan ASEAN Bebas Narkoba 2015 (A Drug Free ASEAN 2015). Upaya di tingkat
regional tersebut diselaraskan dengan langkah-langkah di tingkat nasional yang menetapkan
pencapaian Kawasan Indonesia Bebas Narkoba 2015.
Komitmen untuk mewujudkan Kawasan ASEAN Bebas Narkoba 2015 semakin dipertegas
dengan diadopsinya ASEAN Leaders’ Declaration on Drug-Free ASEAN 2015 oleh para
Pemimpin ASEAN pada KTT ke-20 ASEAN di Phnom Penh. Seluruh Negara anggota
ASEAN sepakat untuk menyamakan visi dan merealisasikan kawasan ASEAN bebas dari
penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Para pemimpin ASEAN sepakat akan menindaklanjuti
pembicaraan teknis di tingkat menteri terkait dan menyusun kerangka kerja untuk
memberantas peredaran narkotika dan akan diselaraskan dengan kerja sama masyarakat
ASEAN 2015. Dalam dokumen itu juga disebutkan para pemimpin negara ASEAN sepakat
membuat komite yang mengkoordinasi langkah-langkah untuk mencapai ASEAN bebas dari
penyalahgunaan narkotika. Setiap tahun komite itu akan memberikan laporan kemajuan proses
pencapaian target kepada para pemimpin negara ASEAN.
Negara-negara anggota ASEAN juga sepakat untuk saling bertukar informasi dan pengalaman
terkait dengan upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika. Selain itu kerja sama
dilakukan juga dengan mitra wicara ASEAN.
2.3.6 Pendidikan
Kerja sama sektor pendidikan di wilayah Asia Tenggara dimulai dengan pembentukan
Organisasi Menteri-menteri Pendidikan Asia Tenggara (South East Asian Ministers of
Education Organization/SEAMEO) tanggal 30 November 1965. Dalam kerangka ASEAN,
kerja sama pendidikan dilaksanakan oleh Komite ASEAN untuk Pendidikan (ASEAN
Committee on Education/ASCOE).
Kemajuan kerja sama ASEAN di bidang pendidikan, antara lain ditandai dengan disepakatinya
deklarasi penguatan kerja sama bidang pendidikan melalui Cha-Am Hua Hin Declaration on
Strengthening Cooperation on Education to Achieve an ASEAN Caring and Sharing
Community pada KTT ASEAN ke-15 di Hua Hin, Thailand tanggal 23-25 Oktober 2009.
Deklarasi tersebut ditujukan sebagai persiapan menuju Masyarakat ASEAN 2015. Penguatan
kerja sama pendidikan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sehingga memiliki daya saing, baik di tingkat regional maupun global, sebagaimana
dicanangkan dalam ASEAN 5-Year Work Plan on Education (WPE) tahun 2011. Deklarasi
juga mencantumkan keinginan negara-negara ASEAN untuk membentuk konvensi penelitian
di bidang pendidikan. Dalam kaitan ini, negara anggota ASEAN diwajibkan untuk
memperbaiki standar kompetensi pendidikan dan meningkatkan standar professional tenaga
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
pengajar, yang diharapkan dapat dijadikan referensi bersama untuk meningkat kualitas
pendidikan yang lebih baik.
Kerja sama ASEAN di sektor ilmu pengetahuan dan teknologi ditangani oleh ASEAN
Committee on Science and Technology (ASEAN-COST) yang didirikan pada tahun 1978.
Kerja sama itu bertujuan, antara lain, meningkatkan kemampuan dan jumlah tenaga ahli
ASEAN di sektor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), mendorong alih teknologi,
memberikan dukungan dan bantuan dalam pengembangan aplikasi temuan dan riset. COST
merupakan perangkat dalam mengembangkan dan melaksanakan rencana strategis ASEAN di
bidang IPTEK yang mengacu kepada ASEAN Plan of Action on Science, Technology and
Innovation (APASTI).
Untuk isu IPTEK, ASEAN mengadakan pertemuan setiap tahun melalui ASEAN Ministerial
Meeting on Science and Technology (AMMST) dan Informal ASEAN Ministerial Meeting on
Science and Technology (IAMMST). AMMST diadakan setiap dua tahun sekali dan pertama
kali diselenggarakan pada tahun 1980. Sementara itu IAMMST diselenggarakan pertama pada
tahun 2000, di Malaysia. Sejak saat itu, AMMST dan IAMMST diselenggarakan secara
bergantian tiap tahunnya.
Sejalan dengan ASEAN Vision 2020, kerja sama ASEAN di bidang lingkungan hidup
diarahkan untuk menciptakan "a clean and green ASEAN with fully established mechanisms
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
for sustainable development to ensure the protection of the region’s environment, the
sustainability of its natural resources, and the high quality of life of its people."
Dalam kerangka ASEAN, perkembangan kerja sama lingkungan dibahas pada ASEAN
Ministerial Meeting on Environment (AMME) yang didirikan pada tahun 1981 dan bersidang
setiap tiga tahun sekali. Untuk pemantauan dan harmonisasi upaya pelestarian lingkungan di
antara negara-negara ASEAN, didirikan ASEAN Senior Officials on Environment (ASOEN)
pada tahun 1989. Hasil pemantauan dan harmonisasi itu dilaporkan kepada AMME.
Tiga isu yang menjadi perhatian utama dalam kerja sama ASEAN di bidang lingkungan hidup
adalah masalah pencemaran kabut asap (haze), konservasi keanekaragaman hayati, dan
masalah perubahan iklim. Berkenaan dengan kabut asap, pada tanggal 10 Juni 2002, negara-
negara ASEAN menandatangani ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution
(AATHP) yang kemudian berlaku secara resmi (entry into force) pada 25 November 2003.
Indonesia telah meratifikasi persetujuan tersebut melalui UU No. 26 tahun 2014, dengan
demikian seluruh negara ASEAN meratifikasi Persetujuan ASEAN tersebut.
Indonesia aktif melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan
yang menyebabkan polusi asap lintas batas di kawasan. Hal tersebut juga sejalan dengan
komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon hingga 26%. Sebagai tindak lanjut,
Indonesia juga telah menyatakan maksud untuk menjadi tuan rumah ASEAN Coordinating
Centre for Transboundary Haze Pollution Control yang dibentuk dalam kerangka kerja sama
AATHP.
Berangkat dari kepentingan bersama untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara siap dan
tanggap darurat bencana, pada 26 Juni 1976 dideklarasikan ASEAN Declaration on Mutual
Assistance on Natural Disasters di Manila, yang diikuti dengan pembentukan ASEAN
Committee on Disaster Management (ACDM) pada 2003. Melalui ACDM, ASEAN
menetapkan sejumlah program/kegiatan yang implementatif dalam skema ASEAN Regional
Programme on Disaster Management (ARPDM) 2004-2010, yang juga disertai dengan
pembentukan kerangka kerjasama ASEAN dan para mitra wicara ASEAN serta Organisasi
Internasional seperti: UN States Department of Agriculture Forest Service, Pacific Disaster
Centre, UNOCHA, UNHCR, UNICEF, IFRC, Asian Disaster Preparedness Centre, dan
sebagainya.
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Gedung I Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Secara resmi AHA Centre
mulai beroperasi pada 17 November 2011 dan untuk mendukung operasionaliasasi AHA
Center, disamping bantuan Pemerintah Indoneisa, AHA Center juga mendapatkan dukungan
dana operasionalisasi dari negara anggota ASEAN serta negara mitra wicara ASEAN seperti
Australia dan Jepang.
Kerja sama ASEAN di bidang ketenagakerjaan diarahkan pada upaya untuk menggalang sikap
bersama ASEAN dalam menanggulangi isu-isu ketenagakerjaan, antara lain perbaikan
lingkungan kerja dan upaya perlindungan dan pemajuan (protection and promotion) hak
tenaga kerja migran (migrant worker).
Kerja sama ASEAN di bidang ketenagakerjaan dilaksanakan oleh ASEAN Labour Ministers
Meeting (ALMM) yang diselenggarakan setiap dua tahun. Selama Periode Tahun 2007-2014,
ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM) telah menyetujui pembentukan sejumlah
outcome Documents yang menjadi landasan bagi peningkatan kerja sama di bidang
ketenagakerjaan regional sebagai berikut:
ASEAN Declaration on Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers (2007);
Plan of Action on National Occupational Safety and Health (2007);
ASEAN Guidelines on Good Industrial Relations Practices (2010);
ASEAN Leaders’ Joint Statement on Human Resources and Skills Development for Economic
Recovery (2010);
ASEAN Labour Ministers' Work Programme 2010-2015
2.3.12 Kesehatan
ASEAN Health Ministers’ Meeting (AHMM) merupakan forum pertemuan tingkat menteri
kesehatan ASEAN yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama ASEAN di bidang
kesehatan. Forum tersebut dibentuk pada tahun 1980 dan melaksanakan pertemuannya setiap
dua tahun sekali, sementara Pertemuan Senior Officials’ Meeting on Health Development
(SOMHD) dilaksanakan setiap tahun.
Sebagaimana tercakup dalam Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, tercatat 54
rencana aksi kegiatan di bidang kerja sama kesehatan ASEAN, yang terbagi dalam 3 elemen
utama yakni food safety, pemajuan gaya hidup sehat (healthy lifestyle) dan penanggulangan
penyakit menular (communicable diseases). Rencana implementasi kerja sama ASEAN bidang
kesehatan tercakup dalam Strategic Framework on Health Development, yang pelaksanaannya
dilakukan oleh 10 (sepuluh) subsidiary bodies dibawah SOMHD.
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
Selama periode tahun 2010-2013, juga telah dicapai sejumlah inisiatif/program penting di
bidang kesejahteraan dan pembangunan sosial atau (SOMSWD), yakni sebagai berikut:
ASEAN Commission on the Promotion and Protection of the Rights of Women and
Children/ACWC
ASEAN GO-NGO Forum for Social Welfare and Development
ASEAN Roadmap for the Attainment of MDGs
Stakeholders Engagement: Kerja sama dengan CSOs
Dalam Deklarasi Bangkok tahun 1967disebutkan bahwa tujuan pembentukan ASEAN adalah
mewujudkan perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara. Lebih dari
itu, ASEAN juga bertujuan untuk memelihara kerja sama yang erat dan bermanfaat dengan
organisasi kawasan dan internasional yang mempunyai kesamaan tujuan. Sesuai semangat
tersebut, ASEAN telah menjalin hubungan dengan berbagai negara dan organisasi kerja sama
kawasan di wilayah Asia, Pasifik, Amerika, dan Eropa.
Kerja sama ASEAN dengan setiap negara mitra wicara dikenal dengan mekanisme ASEAN
Plus One (ASEAN+1) yang memiliki bidang prioritas masing-masing. Kerja sama ASEAN+1
dilaksanakan di tingkat Komite Perwakilan Tetap untuk ASEAN, tingkat pejabat tinggi,
Pembelajaran 1
RPP Kelas 6 Tema 4 : Globalisasi
tingkat menteri dan tingkat kepala negara/pemerintah. Juga terdapat kerja sama ASEAN Plus
Three (APT) yang merupakan kerja sama yang dikembangkan oleh ASEAN dengan tiga
negara mitra wicaranya yaitu RRT, Jepang, dan Republik Korea.
Kerja sama ASEAN dengan mitra wicara secara penuh dimulai sejak tahun 1974 dengan
Australia. Kemudian, diikuti Selandia Baru (1975), Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Uni
Eropa dan United Nations Development Programme (1977), Republik Korea (ROK) (1991),
India (1995), Tiongkok dan Rusia (1996). Sementara itu, Pakistan menjadi Mitra Wicara
Sektoral ASEAN pada tahun 1997.
Tingkat Kepala Negara dilakukan melalui KTT ASEAN dan KTT terkait lainnya;
Tingkat Menteri dilakukan melalui pertemuan tingkat menteri ASEAN (ASEAN
MinisterialMeeting/AMM).
Pertemuan dengan mitra wicara (Post Ministerial Conference/PMC), dan pertemuan tingkat
menteri diluar rangkaian PMC;
Tingkat Menteri Sektoral;
Tingkat Pejabat Tinggi ASEAN (Senior Officials Meeting/SOM), mitra wicara, dan
pertemuan di luar rangkaian SOM seperti Senior Officials Consultations/SOC, Forum, dan
Consultation among Senior Officials;
Tingkat Direktur Jenderal seperti Working Group/WG, Joint Cooperation Committee/JCC,
Joint Planning Committee/JPC, dan Japan-ASEAN Integration Fund /JAIF Management
Committee/JMC);
Tingkat Pejabat Tinggi Sektoral;
Tingkat Kelompok Ahli;
Tingkat Komite Wakil Tetap (Committee of Permanent Representatives/CPR).
Sejak tahun 1999, ASEAN memberlakukan moratorium penambahan hubungan kemitraan
baru hingga waktu yang tidak ditentukan. Hal itu bertujuan agar ASEAN dapat
mengintensifkan dan mengonsolidasikan hubungannya dengan mitra wicara yang telah ada.
Selain itu, juga dimaksudkan agar ASEAN dapat memfokuskan pada upaya integrasi kawasan.
Pembelajaran 1