Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang
tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu
hamil dengan anemia dimana 75 % berada di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam
Syafa, 2010). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi
besi (ADB) (Wiknjosastro, 2005).
Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan
dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang
menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada ibu hamil dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama, sepsis puerperalis,
kematian ibu dan janin (Cunningham et al., 2005; Wiknjosastro, 2005), meningkatkan risiko
berat badan lahir rendah (Karasahin et al, 2006; Simanjuntak, 2008), asfiksia neonatorum
(Budwiningtjastuti dkk., 2005), prematuritas (Karasahin et al., 2006).

2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian anemia ?


2. Apa penyebab anemia pada ibu hamil ?
3. Bagaimana gejala anemia pada ibu hamil ?
4. Bagaimana pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil ?

3. Tujuan Makalah

1. Agar mahasiswi mengetahui pengertian anemia.


2. Agar mahasiswi mengetahui penyebab anemia pada ibu hamil.
3. Agar mahasiswi mengetahui gejala anemia pada ibu hamil.
4. Agar mahasiswi mengetahui pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr%
pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI, 2009 ).
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin
kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen
diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku
pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya
untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk
memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari.
Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan
susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan
protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu 6 senyawa lingkar yang bernama porfirin
yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa
porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dengan heme (
Masrizal, 2007).

B. Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil

Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik (Mochtar, 2004). Dalam kehamilan
penurunan kadar hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam
kehamilan keperluan zat makanan bertambah dan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah :
penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin
dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana
pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin
19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan
dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang

2
harusbekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut,
keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila
viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik
(Wiknjosastro, 2005).
Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat
sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini lebih kecil
pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan antara kecepatan
penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada
trimester kedua.

C. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam
batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang
pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau
tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi.
Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar ( Wiknjosastro, 2005).
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat besi
dari makanan tidak cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat
rendah, Zat besi pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari
sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk
memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan
jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang,
mengantuk, selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat.

Pengaruh anemia terhadap kehamilan


Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat timbul
akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat
kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena
tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca
bersalin, serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia
akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2005;
Saifudin, 2006 ).
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan kurang,
plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga
untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi

3
subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar scor
rendah, gawat janin (Anonim,”tt”). Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi,
dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his primer,
sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu
cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008).
Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi
ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi.
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan: gangguan his-kekuatan mengejan, Kala I
dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, Kala II berlangsung lama sehingga dapat
melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio
plasenta, dan perdarahan post partum akibat atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post
partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang,
dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi
mammae ( Shafa, 2010 ; Saifudin, 2006)
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan
berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%, merupakan penyebab kematian bayi.
Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen
dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa
66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari
golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit
kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09% (Depkes, 2009).

D. Pencegahan Dan Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil

Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah
cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk
itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi, memakan beraneka ragam
makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan
penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100
dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan
segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50- 80 % vitamin C akan
rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat,
fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).

4
BAB III
Penutup

A. KESIMPULAN

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin,
sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin
menjadi berkurang. Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah dan penyakit – penyakit kronik. Gejala anemia adalah lemah, pucat, dan mudah pingsan.
Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran
prematur, persalinan lama, perdarahan post partum. Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat
dilakukan dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan atau mengkonsumsi suplemen
zat besi.

B. SARAN

Diperlukannya penangangan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik, biologis dan
sosial ekonomi), terlebih faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga
dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung
terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan
kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi a

5
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai