Anda di halaman 1dari 21

ASKEP OKSIGENASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah karbondioksida, energy, dan air. Akan tetapi
penambahan karbondioksida yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
yang cukupbermakna terhadapaktivitas sel.merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam
kehidupan manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting didalam proses metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh., salah satunya
kematian. Karena berbagai upaya selalu dilakukan untuk menjamin agarkebutuhan dasar ini
terpenuhi dengan baik.Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel
dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terus-
menerus (Tarwoto dan Wartonah).
Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Di atmosfer, gas selain oksigen
juga terdapat karbon dioksida (CO2), nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan
helium.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan
tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap akrivitassel (Mubarak,2007).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memperoleh nyata dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Gangguan Oksigenasi : Obs Asma. Secara sistematis menggunakan pendekatan proses
keperawatan secara komperhensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi
b. Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi
c. Mampu merencanakan Intervensi Tindakan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
oksigenasi
d. Mampu melakukan Implementasi Keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi
e. Mampu melakukan Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi
f. Mampu melakukan Dokumentasi Keperawatan pada pasien dengan gangguan oksigenasi

C. Manfaat Penulisan Asuhan Keperawatan


1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan tambahan informasi dalam peningkatan dan mutu pendidikan di masa
depan.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan
pada pasien dengan gangguan oksigenasi : Obs Asma di Rumah Sakit.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu pengetahuan tentang bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gangguan oksigenasi : Obs Asma di Ruang Lavender RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga.
D. Sistematika Penulisan Laporan Kasus
Sistematika penulisan laporan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
Gangguan Oksigenasi : Obs Asma yaitu,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Dasar Manusia
B. Konsep Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan, Implementasi, dan Evaluasi

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Konsep Kebutuhan Dasar


Pengertian
Kebutuhan oksigenasi merupakan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan
metabolisme sel tubuh untuk mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau
sel (A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah tahun 2008).
Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh (Tarwoto Wartonah 2004).
Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hierarki
Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan (A. Aziz Alimul Hidayat 2005).
Jadi, oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang berfungsi dalam proses
metabolism untk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.

A. Anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan dengan KDM: Oksigenasi


Struktur sistem pernafasan menurut Peace Evelyn (2009):
1. Sistem pernafasan atas
a. Hidung
Pada hidung udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi, dan
penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri dari
nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan
menghancurkan kuman pathogen yang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun. Selain berperan
dalam menghasilkan suara laring juga berfungsi mempertahankan kepatenan jalan nafas dan
melindungi jalan nafas bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem pernafasan bawah
a. Trakea merupakan pipa membrane yang di sokong oleh cincin-cincin kartilago yang
menghubungkan laring dengan bronkus utama kanan dan kiri didalam paru. Bronkus utama
terbagi menjadi bronkus-bronkus yang lebih kecil dan berakhir di bronkiolus terminal
keseluruhan jalan nafas tersebut membentuk pohon bronkus.
b. Paru
Paru-paru ada dua buah, terletak disebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas
beberapa lobus c paru kanan tiga lobus dan paru kiri dua lobus dan dipasok oleh satu bronkus.
Fisiologi Sistem Pernapasan
Bernafas/ pernapasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma, isi abdomen, dinding
abdomen, dan pusat pernapasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernapasan antara 12-
15 kali per menit.
B. Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi
Faktor resiko yang memperberat masalah oksigenasi menurut Akademi keperawatan
Departemen kesehatan RI Jakarta, (1996):
1. Riwayat hipertensi, sakit jantung atau cerebro vaskuler accident.
2. Merokok.
3. Middle Age or Older.
4. Obesitas.
5. Diet tinggi lemak.
6. Meningkatnya kolesterol.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Latihan napas
Merupakan cara bernafas untuk memeperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis, meningkat efisiensi batuk serta dapat digunakan untuk mengurangi stres
2. Latihan batuk efektif
Merupakan cara untuk melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif
dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkhiolus dari sekret atau benda asing
di jalan napas.
3. Pemberian oksigen
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam paru melalui saluran
pernapasan dengan mengguanakan alat bantu oksigen.
4. Fisioterapi dada
Merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan postural darinase clapping dan vibrating
pada pasien denga gangguan sistem pernapasan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola
pernapasan dan membersihkan jalan napas.
5. Penghisapan lendir (suction)
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
secret atau lendir secara sendiri dengan melakukan penghisapan atau suction.
Penatalaksanaan Medis
1. Pemantauan Hemodinamika
2. Pengobatan bronkodilator
3. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal: nebulizer, kanula
nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan.
4. Penggunaan ventilator mekanik
5. Fisoterapi dada

B.Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Masalah pernapasan yang pernah dialami.
Pernah mengalami perubahan pola napas.
Pernah mengalami batuk dengan sputum.
Pernah mengali nyeri dada.
2) Riwayat penyakit pernapasan
3) Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah.
b. Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.
c. Pemeriksaan fisik
1) Mata
Konjungtiva pucat (karena anemis).
Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia).
Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis).
2) Kulit
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer).
Sianosis secara umum (hipoksemia).
Sianosis turgor (dehidrasi).

3) Dada
Reaksi otot bantu pernapasan – palpasi.
Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan kanan – inspeksi
Bunyi napas – auskultasi
Bunyi rongga dada – perkusi
d. Pola pernapasan
Pernapasan normal (eupnea)
Pernapasan cepat (tacypnea)
Pernapasan lambat (bradypnea)
e. Pemeriksaan penunjang
EKG
Echocardigraphy
Angiografi

D. Gangguan/ masalah keperawatan yang mungkin muncul:


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungann dengan obstruksi jalan nafas.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungann dengan deformitas dinding dada.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ventilasi perfusi.
Fokus intervensi keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ketidak
efektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator IR ER
1. Keadekuatan inspirasi dan kemudahan bernafas 2 3
2. Suara nafas tambahan 3 4
3. Kemudahan bernafas 2 3

Keterangan :
1 : Kebutuhan ekstrim 4 : Kebutuhan ringan
2 : Kebutuhan berat 5 : Tidak ada kebutuhan
3 : Kebutuhan sedang

Intervensi
1) Monitor status oksigen pasien
2) Monitor TTV meliputi Nadi,RR,Suhu dan TD
3) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
Suction nasotrakeal
5) Ajarkan pasien batuk efektif
6) Kolaborasi dengan keluarga dalam pemberian air hangat
7).Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ketidak
efektifan pola nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator IR ER
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, 2 3
tidak ada sianosis dan dispneu
2. Menunjukan jalan nafas yang paten 3 4
3. Tanda tanda vital dalam rentan normal (TD, N, S, RR) 2 3

Keterangan :
1 : Kebutuhan ekstrim 4 : Kebutuhan ringan
2 : Kebutuhan berat 5 : Tidak ada kebutuhan
3 : Kebutuhan sedang
Intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital pasien.
2. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
3. Buka jalan nafas, gunakan teknik chinlift bila perlu.
4. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
5. Auskultasi suara nafas, cacat adanya suara nafas tambahan.
6. Informasikan pada klien dan keluarga tentang posisi yang baik.
7. Fisioterapi dada.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan
pertukaran gas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator IR ER
1Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksogenasi 2 3
yang adekuat.
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal. 3 4
3. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang 2 3
bersih, tidak ada dyspneu.

Keterangan :
1 : Kebutuhan ekstrim 4 : Kebutuhan ringan
2 : Kebutuhan berat 5 : Tidak ada kebutuhan
3 : Kebutuhan sedang

Intervensi
1. Monitor rata-rata kedalaman, irama dan usaha respirasi.
2. Monitor kelelahan otot diafragma
3. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
4. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otor
supraclavicular dan intercostal.
5. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
6. Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction.
7. Kolaborasikan dengan fisioterapi dada.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan pada Tn.S di Ruang Lavender RSUD Purbalingga dengan Diagnosa
Medis Obs ASMA.
Dengan ini penulis mengkaji Tn.S pada hari Senin tanggal 20 juni 2016.
Identitas diri pasien
Pada data biografi didapatkan bahwa pasien bernama Tn.S, berumur 71 tahun, jenis kelamin
laki-laki, status pasien menikah, alamatnya Dagas, pasien beragama islam, pendidikan terakhir
pasien SD dan Pekerjaan pasien Buruh. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 20 juni 2016
pada pukul 02.00 Wib dan di kaji oleh penulis pada tanggal 20 juni 2016. Sumber informasi di
dapat dari pasien.
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama saat masuk RS ialah Sesak Sedangkan Keluhan utama saat pengkajian yaitu
pasien mengatakan sesak dan pusing serta batuk di sertai dahak. Pasien datang kerumah sakit pda
tanggal 20 juni 2016 dengan keluhan sesak.Pasien mengatakan dulunya dia seorang perokok
yang berat, Diagnosa medis pada saat masuk rumah sakit yaitu Obs.ASMA dengan pemeriksaan
penunjang pemeriksaan laboratorium. Tindakan yang telah di lakukan yaitu Nebulizer,injeksi
aminophilin ½ ap,ceftriaxon,injeksi ranitidin Iamp/12jam,infus RL 20TPM .Pasien juga
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama.

Pengkajian fungsional gordon


Pola Nutrisi/ Metabolik sebelum sakit pasien mengatakan makan 2 x sehari dengan
konsistensi nasi,sayur,lauk. Minum kurang lebih 8 gelas perhari dengan jenis air putih sedangkan
selama sakit pasien mengatakan makan 2 x sehari dengan menghabiskan setengah porsi makan.
Minum 6 gelas perhari dengan jenis air putih.
Pola Eliminasi sebelum sakit pasien mengatakan BAB 2x sehari dengan warna kuning
sedangkan selama sakit pasien mengatakan BAB 1x dalam kurun waktu 2 hari dengan warna
kuning. Pasien juga mengatakan sebelum sakit BAKnya lancar 3x sehari dengan warna kuning
jernih. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan BAK 3x sehari dengan warna kuning jernih.
Pola latihan dan aktifitas selama sakit seperti mobilitas di tempat tidur, berpindah,
ambulasi/ROM, mandi, toileting, berpakaian pasien di bantu oleh orang lain.Sedangkan makan
pasien bisa makan sendiri di tempat tidur dengan posisi duduk.
Pola tidur dan istirahat sebelum sakit pasien mengatakan tidur dengan nyenyak dan pada
saat bangun tidur segar, sedangkan selama sakit pasien mengatakan bisa tidur tetapi sedikit
terganggu karena sesak nafas.
Pola konsep diri dan persepsi diri , Pasien merasa dirinya sehat dan bisa beraktivitas
denggan mandiri sedangkan selama pasien sakit pasien merasa cemas karena penyakitnya yang
sekarang.
Pola kognitif dan perseptual, Pasien tidak ada gangguan dalam panca indra saat pasien
masih sehat maupun selama pasien sakit
Pola peran dan hubungan , pasien berkomunikasi dengan keluarga atau dengan masyarakat
masih baik saat pasien sehat maupun saat pasien dalam keadaan sakit
Pola reproduksi- seksual pasien sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak
Pola management koping stres Pada saat belum adanya gangguan kesehatan biasa saja
sedangkan saat pasien sakit pasien mengatakan jika pasien bisa sembuh dengan penyakit yang di
alaminya
Pola keyakinan dan nilai, pasien beragama islam pasien melakukan ibadah sholat 5
waktu,selama pasien sakit aktivitas ibadah pasien terhambat.

Pemeriksaan fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasilnya yaitu Kesadaran normal ,Tanda
Tanda Vital berupa TD :140/90 mmHg ,RR 28x/menit, Nadi 84 x/ menit, Suhu 36⁰C dengan BB
60 kg TB 155 cm.
Kepala,bentuk kepala simetris,rambut bersih ,warna rambut hitam dan putih(uban). Mata
anemis,tidak ada gangguan penglihatan. Hidung simetris terdapat sekret .Telinga bersih,tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.Mulut tidak ada stomatitis,tidak ada pembengkakan
gusi. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Thorax
Jantung, tidak ada pembesaran jantung,paru-paru terdapat bunyi tambahan.Abdomen,perut
simetris ,warna merata,tidak ada benjolan,teraba lunak.Genetalia tidak ada gangguan.Punggung
tidak ada dekubitus. Ekstremitas atas terpasang infus Rl di tangan kanan, ekstremitas bawah
tidak terpasang kateter.
Tindakan yang telah di lakukan
Terapi atau tindakan yang sudah di berikan pada Tn.S adalah
Pengecekan Tanda tanda vital
ceftriaxon
injeksi aminophilin ½ ap
Nebulizer
Injeksi ranitidin 1amp/12jam
Infus RL 20TPM
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada pasien yaitu
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan hasil Hemoglobin 12.7
g/dL (N: 11.7-15.5), Leukosit 9.0 103/ ul (N : 3.6-11), Hematokrit 40% (N: 35-47), Eritrosit 4.5
106/ul (N: 38-5,2), Trombosit 337 103/uL (N: 150-440), MCH 28 pg (N: 26-34), MCHC 32
g/dL (N: 33-36), Eosinofil 0% (N:1-3), Netrofil Segmen 74% (N: 50-70), Limfosit 16% (N:25-
40), Monosit 0% (N: 2-8), Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Pasien mengatakan sesak saat Obstruksi jalan nafas Ketidak efektifan
bernafas bersihan jalan nafas
Pasien mengatakan batuknya
berdahak
DO : pasien tampak gelisah
Suara nafas tambahan:whezzing
TD : 140/90mmhg
Nadi : 84x/Menit
Suhu : 36C
RR : 28x/Menit
2. DS : pasien mengatakan jika berjalan Gaya hidup kurang Intoleran aktivitas
3 sampai 4 meter merasa sesak gerak
Pasien mengatakan sesak setelah
beraktivitas
DO : aktivitas pasien hanya di tempat
tidur
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas di tandai
dengan Pasien mengatakan batuknya berdahak dan tampak gelisah
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan Gaya hidup kurang gerak di tandai dengan pasien
mengatakan merasa sesak setelah beraktivitas, hanya beraktivitas di tempat tidur
Prioritas Diagnosa Keperawatan dari hari ke 1 – 3
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas di tandai
dengan Pasien mengatakan batuknya berdahak dan tampak gelisah

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan Gaya hidup kurang gerak di tandai dengan pasien
mengatakan Merasa sesak setelah beraktivitas, hanya beraktivitas di tempat tidur.
B. Intervensi, Implementasi, Evaluasi

1. Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ketidak
efektifan bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator IR ER
1. Keadekuatan inspirasi dan kemudahan bernafas 2 3
2. Suara nafas tambahan 3 4
3. Kemudahan bernafas 2 3

Keterangan :
1 : Kebutuhan ekstrim 4 : Kebutuhan ringan
2 : Kebutuhan berat 5 : Tidak ada kebutuhan
3 : Kebutuhan sedang
Intervensi
1) Monitor status oksigen pasien
Rasional : Untuk mengetahui status oksigen yang di butuhkan
2) Monitor TTV meliputi Nadi,RR,Suhu dan TD

Rasional : untuk mengetahui TTV pasien apakah ada ketidak normalan pada pernafasanya
3) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : untuk membantu pasien dalam mengurangi sesak
4) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
Suction nasotrakea
Rasional: untuk melonggarkan jalan nafas dari adanya
Akumulasi sekret
5) Ajarkan pasien batuk efektif
Rasional:untuk meengeluarkan sekret
6) Kolaborasi dengan keluarga dalam pemberian air hangat
Rasional :Untuk membuat sekret di dalam mencair dan memudahkan sekret keluar
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian bronkodilator
Rasional : untuk melonggarkan jalan nafas
1. Implementasi
a. Diagnosa keperawatan 1
1) Melakukan tindakan TTV
2) Memberikan posisi semi fowler
3) Memasang oksigen pada pasien
4) Memberikan air hangat pada pasien
5) Mengajarkan batuk efektif
6) Menanyakan keluhan pasien
7) Melakukan fisioterapi dada

2. Evaluasi
a. Diagnosa keperatawan 1
S: pasien mengatakan masih sesak
O: pasien tampak gelisah
A: masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas belum teratasi

Indikator awal tujuan akhir


1. Keadekuatan inspirasi dan kemudahan bernafas 2 3 3
2. Suara nafas tambahan 3 4 3
3. Kemudahan bernafas 2 3 2
Keterangan :
1 : Kebutuhan ekstrim 4 : Kebutuhan ringan
2 : Kebutuhan berat 5 : Tidak ada kebutuhan
3 : Kebutuhan sedang

P: lanjutkan intervensi nomor


1. Monitor status oksigen pasien
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3. Berikan oksigen dengan menggunakan nasal kanul

b. Diagnosa Keperawatan 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam diharapkan masalah intoleran
aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Indikator IR ER
1. TD sistolik setelah beraktivitas 2 4
2. TD diastolik setelah beraktivitas 2 4
3. Kemudahan bernafas setelah beraktivitas 2 4

Keterangan :
1 : sangat 4: ringan
2 : berat 5: tidak ada
3 : sedang
Intervensi
1) Monitor respon oksigen pasien
Rasional : untuk mengetahui kebutuhan oksigen pasien
2) Lakukan ROM aktivitas pasien untuk menghilangkan ketegangan
Rasional : Agar pasien tidak bosan
3) Monitor waktu dan lama (istirahat atau tidur pasien)
Rasional : untuk mengetahui berapa lama waktu tidur pasien
4) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dari makan
Rasional : Untuk mempercepat penyembuhan pasien
5) Tentukan persepsi orang terdekat dengan pasien mengenai penyebab kelelahan
Rasional : Menggali informasi tentang penyebab kelelahan
6) Instruksikan pasien atau orang terdekat dengan pasien mengenai kelelahan
Rasional : agar pasien dapat mengurangi aktivitasnya yang berlebihan
7) Bantu klien untuk mengidentivikasi aktifitas yang di inginkan
Rasional : Mengarahkan pasien agar dapat melakukan aktivitas yang di inginkan.

4. Implementasi
1). Menghitung pernafasn klien
2). Mengingatkan waktu tidur pasien
3).Memberikan informasi pada pasien dan keluarga untuk menjaga kesehatanya
4). Membantu pasien berjalan
5).Menanyakan keluhan yang di rasa pasien
6).Membina hubungan saling percaya dengan pasien

5. Evaluasi
b. Diagnosa keperawatan 2
S: pasien mengatakan merasa sesak setelah melakukan aktivitas
O: Pasien tampak keletihan
A: masalah intoleran aktivitas belum teratasi
Indikator awal tujan akhir
1. TD sistolik setelah beraktivitas 2 4 3
2. TD diastolik setelah beraktivitas 2 4 4
3. Kemudahan bernafas setelah beraktivitas 2 4 3

Keterangan : 1: Sangat 4: ringan


2: berat 5: tidak ada
3: sedang
P: Lanjutkan intervensi
1). Monitor respon oksigen pasien
2). Monitor waktu dan lama(istirahat atau tidur pasien).
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Setelah melakukaan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, penulis akan membahas masalah
keperawatan yang muncul selama pemberian asuhan keperawatan. Pengumpulan data subyektif
maupun obyektif pada gangguan kebutuhan Oksigenasi pada saat pengkajian ditemukan berbagai
macam gangguan, misalnya intoleran aktivitas,Hambatan mobilitas fisik, dan Ketidak efektifan
bersihan jalan nafas..
B. DiagnosaKeperawatan
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 20 juni 2016 ditemukan data subjektif pasien mengatakan
sesak saat bernafas dan mengatakan batuknya berdahak .Sedangkan pada pengkajian objektif
ditemukan pasien tampak gelisah hasil pemeriksaan TD : 140/90mmhg, Nadi : 84x/Menit Suhu :
36C dan RR : 28x/Menit.Dari data tersebut kemudian dianalisa dan muncul diagnosa
keperawatan Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan degan obstruksi jalan nafas.
Dalam penyusunan asuahan keperawatan ini penulis memunculkan ketidak efektifan bersihan
jalan nafas sebagai diagnosa pertama dikarenakan dalam pengkajian pasien mengatakan sesak.
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia yang berfungsi dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup,dan penting dalam kehidupan sehari
hari.Apabila tidak teratasi maka akan selalu menjadi beban bagi pasien dan keluarga pasien.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai penulis setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam adalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas klien dapat teratasi. Upaya yang
dilakukan penulis untuk mengatasi masalah tersebut adalah memposisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi,memberikan oksigen menggunakan nasal kanul untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal .Karena dengan memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi dapat
membantu dalam mengurangi sesak.
Evaluasi tanggal 22 juni 2016 jam 20.50 WIB pasien mengatakan masih sesak.Maka penulis
menyimpulkan masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas belum teratasi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan studi kasus selama 3 x 24 jam yaitu tanggal 20 Juni 2016, penulis
mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien Tn. S
dengan metode proses keperawatan mulai dari :
1. Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi unsur bio-psiko-sosio-spiritual, dimana pengkajian
ini dilakukan dengan mengguanakan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Data
hasil pengjakian yang didapatkan, terdapat kesamaan dan perbedaan dengan teori yang ada. Hal
ini disebabkan karena respon klien tiap individu terhadap suatu permasalahan yang sama bisa
berbeda-beda.
2. Setelah dilakukan perumusan masalah atau analisa dari data-data yang didapat, muncul 2
diagnosa yaitu Ketidak efektifan bersihan jalan nafas dan intoleran aktivitas.
3. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari rencana tindakan yang diprioritaskan lebih utama
dari masing-masing diagnosa tersebut.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien Tn. S dengan Ganguan Kebutuhan Oksigenasi
dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun. Selain penulis melakukan
pendekatan pada klien penulis juga melakukan kerja sama dengan petugas di Ruang Lavender
RSUD dr.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
5. Setiap tindakan keperawatan yang telah dilakukan kepada klien penulis telah melakukan
evaluasi baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil dimana evaluasi ini penulis menggunakan
pendekatan SOAP ( Subyek, Obyek, Analisa, Perencanaan). Implementasi dari diagnosa tersebut
belum teratasi dan ada yang belum sempat di laksanakan karena keterbatasan kemampuan pasien
dalam menerima tindakan keperawatan yang dilakukan.
6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi Keperawatan pada Tn. S dengan masalah Gangguan Kebutuhan Oksigenasi di
lakukan sebagai bukti pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan terhadapa pasien yang
mencakup pengkajian sampai dengan evaluasi. Saat dilakukan pendokumentasian keperawatan
pada Tn.S di dapat sedikit kendala di karenakan data yang di peroleh dari pasien kurang sedikit
lengkap.

B. SARAN
Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan kebutuhan Oksigenasi pada manusia. penulis
menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaannya tugas ini. Yang dapat penulis
sampaikan, semoga tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis yang sedang menmpuh
pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman semua. Penulis mencoba untuk
memberikan saran yang bersifat membangun sebagai berikut :

1.Bagi Penulis
Bagi penulis, di harapkan dapat melakukan pengkajian dan mendapatkan data baik subjek
maupun objektif seaktual mungkin dari pasien agar penulis dapat menegakan diagnosa yang
sesuai. Dalam pendekatan dan pengkajian dengan klien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
dapat lebih ditingkatkan dengan menggunakan komunikasi teraupetik dan frekuensi pertemuan
yang lebih sering serta dapat melakukan implementasi lebih sering kepada klien agar strategi
pelaksanaan dapat tercapai demi kesembuhan pasien.

1. Bagi Institusi Rumah Sakit


Bagi pihak Rumah Sakit dr.Goeteng Taroenadibrata Purbalingga diharapkan agar
meningkatkan mutu layanan keperawatan yang profesional dalam penanganan klien tanpa
memandang apapun.
2. Bagi institusi pendidikan
Bagi Institusi pendidikan, di harapkan agar lebih sering melakukan bimbingan serta
memperdalam pembelajaran tentang cara melakukan asuhan keperawatan dari proses pengkajian
sampai dengan evaluasi khususnya dalam penanganan pada klien yang mengalami Gangguan
kebutuhan Oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimu. (2012).Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.


Mubarak, Wahit Iqbal. (2007).Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.
Nanda NIC-NOC.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Edisi Revisi Jilid 1. Jakarta : EGC
Nanda NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi
Jilid 2. Jakarta : EGC
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4.
Jakarta : EGC
Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai