Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR AKUAKULTUR

BUDIDAYA IKAN BETOK (Anabas testudineus) DI KOLAM TERPAL

KELOMPOK 1 (KELAS GANJIL)


1. NAMA (NIM)
2. NAMA (NIM)
3. DST

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2017
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jelaskan apa yang dimaksud dengan akuakultur. Jelaskan dengan ringkas


tahapan utama dalam akuakultur (pembenihan, pendederan, pembesaran). Jelaskan
komoditas yang umumnya dibudidaya, meliputi komoditas ikan air tawar dan ikan air
laut secara luas.
Jelaskan deskripsi ikan betok/papuyu (Anabas testudineus) secara ringkas.
Jelaskan keunggulan budidaya ikan betok/papuyu (Anabas testudineus) dibandingkan
ikan lainnya (sertakan data jumlah produksi budidaya ikan betok di Indonesia
terutama wilayah Kalimantan).
Jelaskan sistem budidaya apa yang umumnya digunakan dalam budidaya ikan
betok (apakah sistem intensif, semi intensif, atau ekstensif). Jelaskan juga keunggulan
kolam terpal sebagai media pemeliharaan larva ikan betok. Berikan closing statement,
contohnya : Oleh karena itu, budidaya ikan betok menggunakan kolam terpal perlu
dipelajari.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami proses tahapan dalam
kegiatan budidaya ikan betok (Anabas testudineus) meliputi pembenihan dan
pendederan di kolam terpal termasuk proses tahapan kultur pakan alami.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akuakultur

Jelaskan definisi akuakultur. Jelaskan tahapan utama dalam akuakultur


(pembenihan, pendederan, pembesaran). Jelaskan komoditas yang umumnya
dibudidaya, meliputi komoditas ikan air tawar dan ikan air laut secara luas.
Jelaskan perbedaan sistem budidaya ikan (insentif, semi intensif, dan
ekstensif). Jelaskan keunggulan dan kelemahan masing-masing sistem.
Jelaskan prinsip dalam budidaya sehingga tercapai keuntungan maksimum
dan biaya produksi minimum. Jelaskan bagaimana menekan biaya produksi dalam
kegiatan budidaya (salah satunya dengan kontrol pakan).

2.2. Ikan Betok (Anabas testudineus)


Taksonomi ikan betok dari kingdom sampai spesies. Sertakan nama umum
(Common Name), dan nama local (Local Name).

Gambar 1. Ikan Betok (Anabas testudineus)

Deskripsi ikan betok/papuyu (Anabas testudineus) meliputi ciri morfologi,


morfometri, ekologi (habitat dan makanan), nilai ekonomi, sistem reproduksi, dan
distribusi (persebaran ikan betok di dunia, terutama persebarannya di Indonesia).
Jelaskan keunggulan dari budidaya ikan betok dibandingkan ikan lainnya.
Jelaskan sistem budidaya apa yang umunya digunakan dalam budidaya ikan betok.

2.3. Kolam Budidaya


Definisi kolam budidaya. Jelaskan perbedaan jenis-jenis kolam budidaya
(kolam tanah, kolam terpal, kolam permanen, dan kolam semi permanen). Jelaskan
prinsip utama dalam pembuatan kolam (inlet dan outlet).

2
Jelaskan keunggulan dan kelemahan kolam terpal. Kaitkan sifat hidup dan
reproduksi ikan betok sehingga dapat dibudidaya menggunakan kolam terpal.

2.4. Kultur Pakan Alami (Daphnia sp.)


Apa yang dimaksud dengan kultur pakan alami. Kegunaan pakan alami dalam
proses budidaya terutama pada proses pendederan. Jenis-jenis plankton yang banyak
dibudidaya untuk pakan alami. Keunggulan Daphnia sp. sebagai pakan alami.
Deskripsi Daphnia sp. meliputi morfologi dan ekologi. Sertakan taksonomi
Daphnia sp.
Jelaskan bahan-bahan apa saja yang dapat digunakan untuk mempercepat
pertumbuhan plankton (seperti pupuk kotoran ayam, burung puyuh, gadang pisang,
dll) (jelaskan kandungan dari masing-masing bahan tersebut).

2.5. Penetasan Artemia sp.


Deskripsi Artemia sp. meliputi morfologi dan ekologi. Sertakan taksonomi
Artemia sp. Keunggulan Artemia sp. sebagai pakan alami.
Jelaskan prinsip dalam penetasan artemia (meliputi tingkat salinitas,
kandungan oksigen terlarut, wadah penetasan, dll).

2.6. Pembenihan
Definisi pembenihan. Jelaskan tahapan utama dalam pembenihan (seleksi
induk, pemijahan, dst).
Definisi pemijahan ikan. Jelaskan masing-masing metode dalam pemijahan
ikan (alami, semi buatan, dan buatan). Jelaskan keunggulan dan kelemahan masing-
masing metode.
Mengapa pemijahan ikan betok dalam praktikum ini menggunakan metode
pemijahan semi buatan (kaitkan sifat reproduksi ikan betok dengan keunggulan serta
kelemahan metode semi buatan).

2.7. Pendederan

3
Definisi pendederan. Jelaskan mengapa tahap pendederan merupakan tahap
yang memiliki risiko paling tinggi dalam kegiatan budidaya. Jelaskan prinsip-prinsip
dalam proses pendederan sehingga diperoleh tingkat kelangsungan hidup (Survival
rate) yang tinggi.

2.8. Pembesaran

Definisi pembesaran. Jelaskan parameter kualitas air apa saja yang harus
dikontrol dalam proses pembesaran.
Jelaskan perbedaan metode pemberian pakan (Ad Libitum, Ad Satiation, dan
Restricted). Jelaskan kelebihan dan kekurangan masing-masing metode.
Jelaskan tipe pakan buatan (mengapung dan tenggelam), sertakan kelebihan
dan kekurangan masing-masing.

4
III. METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur dilaksanakan pada bulan April - Mei di
Laboratorium Basah, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung
Mangkurat.

3.2. Alat dan Bahan (Semua yang digunakan selama praktikum)


Berikut ini alat-alat yang digunakan dalam praktikum Dasar-Dasar
Akuakultur (Tabel 1).
Tabel 1. Daftar Alat (ini contoh cara mengisinya)
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
(Merk/Tipe/Ukuran)
1 Timbangan digital Ketelitian 0,01 1 unit
2 Refraktometer Atago Manual 1 unit
3 Terpal Ukuran 4x6 m 1 unit
4 Baskom plastik - 10 unit
5 Gelas ukur 1000 ml 1 unit
dan seterusnya

Berikut ini bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Dasar-Dasar Akuakultur


(Tabel 2).
Tabel 2. Daftar Bahan (ini contoh cara mengisinya)
No Nama Alat Spesifikasi Jumlah Satuan
(Merk/Tipe/Ukuran)
1 Kiste Artemia sp. Mackay Marine 3 gram
2 Hormon GnRH Ovaprim 0,5 ml/kg
induk
3 Induk ikan betok jantan Matang gonad 5 individu
dan seterusnya

5
3.3. Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Kolam Terpal
Jelaskan prosedur kerja secara rinci dalam bentuk paragraf. Gunakan kalimat
pasif.

3.3.2 Kultur Daphnia sp.


Jelaskan prosedur kerja secara rinci dalam bentuk paragraf. Gunakan kalimat
pasif.

3.3.3 Penetasan Artemia sp.


Jelaskan prosedur kerja secara rinci dalam bentuk paragraf. Gunakan kalimat
pasif.

3.3.4 Seleksi Induk


Seleksi induk dilakukan dengan melihat ciri-ciri morfologi jantan dan betina.
Berikut ini ciri-ciri induk jantan dan betina (Tabel 3).

Tabel 3. Perbedaan Induk Jantan dan Betina


No Jantan Betina
1
2
3
dst

3.3.5 Pemijahan
Jelaskan prosedur kerja secara rinci dalam bentuk paragraf. Gunakan kalimat
pasif.

3.3.6 Pemeliharaan Larva

6
Jelaskan prosedur kerja secara rinci dalam bentuk paragraf. Jelaskan metode
pemberian pakan buatan dengan metode restricted (FR 12%). Gunakan kalimat pasif.

3.3.7. Pengamatan Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan


Jelaskan prosedur kerja secara rinci dalam bentuk paragraf. Gunakan kalimat
pasif.

3.4. Analisis Data


3.4.1 Fekunditas
Jelaskan definisi fekunditas. Berikut ini rumus untuk menghitung fekunditas:
Tampilkan rumusnya di tengah.
Beri keterangan di kiri.

3.4.2 Survival Rate (SR)


Jelaskan definisi Survival Rate. Berikut ini rumus untuk menghitung Survival
Rate:
Tampilkan rumusnya di tengah.
Beri keterangan di kiri.

3.4.3. Mortality Rate (MR)


Jelaskan definisi Mortality Rate. Berikut ini rumus untuk menghitung
Mortality Rate:
Tampilkan rumusnya di tengah.
Beri keterangan di kiri.

3.4.4. Growth Rate (GR)


Jelaskan definisi Growth Rate. Berikut ini rumus untuk menghitung Growth
Rate:
Tampilkan rumusnya di tengah untuk Growth Rate bobot.
Tampilkan rumusnya di tengah untuk Growth Rate panjang.

7
Beri keterangan di kiri.

3.4.5. Relative Growth (RG)


Jelaskan definisi Relative Growth. Berikut ini rumus untuk menghitung
Relative Growth:
Tampilkan rumusnya di tengah untuk Relative Growth bobot.
Tampilkan rumusnya di tengah untuk Relative Growth panjang.
.
Beri keterangan di kiri.

3.4.6. Specific Growth Rate (SGR)


Jelaskan definisi Specific Growth Rate. Berikut ini rumus untuk menghitung
Specific Growth Rate:
Tampilkan rumusnya di tengah untuk SGR bobot.
Tampilkan rumusnya di tengah untuk SGR panjang.

Beri keterangan di kiri.

3.4.6. Feeding Rate (FR)


Jelaskan definisi dan kegunaan FR. Jelaskan berapa FR untuk larva hingga
juvenil dan FR untuk stadia juvenile hingga dewasa. Berikut ini rumus untuk
menghitung FR:
Tampilkan rumusnya di tengah.
Beri keterangan di kiri.

3.4.6. Food Convertion Ratio (FCR)


Jelaskan definisi FCR. Berikut ini rumus untuk menghitung FCR:
Tampilkan rumusnya di tengah.
Beri keterangan di kiri.

8
3.4.7. Yield (Produksi)
Jelaskan definisi Yield. Berikut ini rumus untuk menghitung Yield:
Tampilkan rumusnya di tengah.
Beri keterangan di kiri.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Jumlah Fekunditas


Jelaskan definisi fekunditas. Kalimat pengantar menuju tabel misalnya :
Berikut ini total fekunditas yang dihasilkan dari 5 ekor induk ikan betina (Tabel 4).

Tabel 4. Total Fekunditas Ikan Betok (Anabas testudineus)


Kelompok E egg (butir) Bobot induk ikan betina (kg) Fekunditas
1&2 ………. ………. ……….
3&4 ………. ………. ……….
5&6 ………. ………. ……….
7&8 ………. ………. ……….
9&10 ………. ………. ……….
11 ………. ………. ……….
Jumlah Total ………. …………..
Jumlah rata-rata ............ …………. ……………..

Interpretasikan tabel, contohnya begini : Rata-rata sel telur ikan betok


(Anabas testudineus) yang dihasilkan sebesar … butir dengan rata-rata bobot induk
betina sebesar … kg sehingga diperoleh total fekunditas sebesar … butir/kg induk
betina. Jumlah butir telur terbanyak dihasilkan dari kelompok … sebesar …. butir
telur dengan bobot induk ikan betina sebesar… kg. Sementara itu jumlah butir telur
terendah dihasilkan dari kelompok … sebesar … butir telur dengan bobot induk ikan
betina sebesar … kg.
Bandingkan jumlah fekunditas rata-rata hasil praktikum dengan fekunditas
ikan papuyu dari sumber referensi lainnya (bisa dari buku, jurnal nasional, jurnal
internasional).
Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas. Kaitkan dengan
kondisi saat praktikum.

4.2. Survival Rate (SR) dan Mortality Rate (MR)

10
Jelaskan definisi Survival Rate dan Mortality Rate. Kalimat pengantar menuju
tabel.
Tabel 5. Jumlah Ikan Betok (Anabas testudineus) yang Dipelihara terhadap Waktu
t (hari) Jumlah ikan yang hidup (individu) Jumlah ikan yang mati (individu)
0 ………. ………………..
3 ………. ………………..
6 ………. ………………..
9 ………. ………………..
12 ………. ………………..
15 ………. ………………..
18 ………. ………………..
21 ………. ………………..
24 ………. ………………..
SR (%) ……………….
MR (%) …………………

Interpretasikan tabel, misalnya begini : Tingkat kelangsungan hidup larva ikan

betok (Anabas testudineus) sebesar … % dengan tingkat mortalitas sebesar … %.

Jumlah kematian ikan tertinggi terjadi pada hari ke …. dengan jumlah ikan yang mati

sebanyak … individu. Sementara itu jumlah kematian ikan terendah terjadi pada hari

ke … dengan jumlah ikan yang mati sebanyak … individu.

Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan.

Mengapa pada hari ke sekian itu terjadi kematian tertinggi (kaitkan dengan kondisi

saat praktikum).

4.3. Pertumbuhan Bobot dan Panjang


Jelaskan definisi pertumbuhan bobot dan panjang. Kalimat pengantar menuju

tabel.

11
Tabel 6. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Betok (Anabas testudineus)
Bobot rata-rata Panjang rata- Biomassa ikan Bobot ikan Biomassa ikan
t (hari)
ikan hidup (g) rata (cm) yang hidup (kg) yang mati (g) yang mati (kg)
0 ………… ………… ………… ………… …………
3 ………… ………… ………… ………… …………
6 ………… ………… ………… ………… …………
9 ………… ………… ………… ………… …………
12 ………… ………… ………… ………… …………
15 ………… ………… ………… ………… …………
18 ………… ………… ………… ………… …………
21 ………… ………… ………… ………… …………
24 ………… ………… ………… ………… …………
Growth
Rate ………… ……………
Relative
Growth ………… ……………

Interpretasikan tabel, misalnya begini: Bobot rata-rata ikan pada awal

pemeliharaan sebesar …. gram dengan biomassa ikan yang hidup sebesar … kg dan

biomassa ikan yang mati sebesar … kg. Pertumbuhan bobot rata-rata per hari sebesar

… g/hari dengan pertumbuhan bobot relatif sebesar …%. Panjang rata-rata ikan pada

awal pemeliharaan sebesar …. cm dengan pertumbuhan panjang rata-rata per hari

sebesar …. cm/hari dan pertumbuhan panjang relatif sebesar …. cm.

Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bobot dan panjang

larva.

4.4. Laju Pertumbuhan Spesifik

Definisi SGR (Specific Growth Rate). Kalimat pengantar menuju tabel.

12
Tabel 7. Laju Pertumbuhan Bobot dan Panjang Spesifik Ikan Betok (Anabas
testudineus)
Pertumbuhan Bobot Pertumbuhan Panjang
t (hari) W (g) Ln W SGR (%) L (cm) Ln L SGR (%)
0 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
3 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
6 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
9 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
12 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
15 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
18 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
21 …….. …….. …….. …….. …….. ……..
24 …….. …….. …….. …….. …….. ……..

Interpretasi tabel, misalnya begini: Laju pertumbuhan bobot spesifik (SGR


bobot) tertinggi pada hari ke …. sebesar … %. Hal ini menunjukkan bahwa
pertambahan bobot sangat cepat terjadi pada hari ke…. Lalu jelaskan mengapa pada
hari tersebut laju pertumbuhan bobotnya tinggi (kaitkan dengan referensi dari buku
atau jurnal nasional dan internasional mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
laju pertumbuhan). Begitu pun untuk interpretasi laju pertumbuhan panjang spesifik.
Hubungkan tabel di atas dengan grafik di bawah ini. Kalimat pengantar menuju
grafik.
Ini grafik contoh
Ini grafik contoh 2
2
1.5
1.5
Ln L

1
Ln W

1
0.5 0.5

0 0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 0 3 6 9 12 15 18 21 24
t (hari ke) t (hari ke)

Gambar 2. Grafik pertumbuhan bobot dan panjang ikan Papuyu (Anabas testudineus)

13
Pertumbuhan bobot dan panjang bersifat eksponensial yang artinya

pertumbuhan bobot dan panjang akan berlangsung secara kontinu hingga mencapai

umur tertentu. Pada awal pemeliharaan pola pertumbuhan menunjukkan pola

eksponensial positif hingga saat stadia dewasa pola pertumbuhan akan mencapai fase

stasioner hingga pola pertumbuhan menunjukkan pola eksponensial negatif.

Interpretasikan gambar di atas, misalnya begini : Berdasarkan Gambar 1 pola

pertumbuhan bobot eksponensial positif terjadi saat hari ke - 0 hingga hari ke …

sementara itu pola pertumbuhan panjang eksponensial positif terjadi saat hari ke – 0

hingga hari ke … Umumnya fase stasioner akan terjadi saat stadia dewasa kan, jadi

cukup jelaskan mengapa hingga stadia juvenil pola pertumbuhannya masih

eksponensial positif, tanpa fase stasioner.

Jelaskan pentingnya mengetahui laju pertumbuhan ikan (kaitkan dengan biaya

produksi dan keuntungan dalam kegiatan budidaya).

4.5. Jumlah Pakan Harian

Jelaskan metode dalam pemberian pakan buatan. Keunggulan dalam metode

restricted menggunakan Feeding Rate (FR). Kalimat pengantar menuju tabel.

Tabel 8. Jumlah Pakan Harian Ikan Betok (Anabas testudineus)

Jumlah pakan per hari (g)


t (hari) Bobot rata-rata (g) (FR 12%)
3 ……….. ………..
6 ……….. ………..
9 ……….. ………..
12 ……….. ………..

14
15 ……….. ………..
18 ……….. ………..
21 ……….. ………..
24 ……….. ………..
Total Pakan (kg) ……………………

Interpretasikan tabel, misalnya begini : Jumlah pakan per hari dengan FR

sebesar 12% mengalami peningkatan sejak pemeliharaan hari ke-3 hingga hari ke-24.

Hal ini seiring dengan peningkatan bobot rata-rata ikan selama masa pemeliharaan.

Total pakan yang digunakan selama masa pemeliharaan mencapai …. kg.

4.6. Food Convertion Ratio (FCR)

Jelaskan definisi Food Convertion Ratio. Kalimat pengantar menuju tabel.

Tabel 9. Rasio Konversi Pakan Ikan Betok (Anabas testudineus)

Total Pakan (kg) ………………


Biomassa akhir (kg) ……………….
Biomassa awal (kg) ……………….
Biomassa ikan yang mati (kg) ………………….
FCR …………………..

Interpretasikan tabel, misalnya begini : Nilai FCR dalam praktikum ini

sebesar …. yang artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan diperlukan pakan

sebanyak …. kg pakan. Semakin kecil nilai FCR maka semakin tinggi efisiensi pakan

yang artinya semakin rendah kebutuhan pakan untuk menghasilkan 1 kg ikan.

Bandingkan nilai FCR hasil praktikum ini dengan nilai FCR budidaya papuyu dari

referensi lain (buku, jurnal nasional, jurnal internasional).

15
Jelaskan kegunaan perhitungan nilai FCR dalam kegiatan budidaya (kaitkan

dengan cost atau biaya produksi dan keuntungan dalam kegiatan budidaya).

4.7. Yield (Produksi)

Jelaskan definisi Yield. Kalimat pengantar menuju tabel.

Tabel 10. Jumlah Produksi Juvenil Ikan Betok (Anabas testudineus)

Nt (individu) Wt (g) N0 (individu) W0 (g) Yield (kg)


…….. …….. …….. …….. ……..

Interpretasikan tabel, misalnya begini : Jumlah produksi juvenil dalam

kegiatan pendederan ini sebesar …. kg. Bandingkan nilai Yield yang diperoleh

dengan nilai Yield budidaya papuyu dari referensi lain (buku, jurnal nasional, jurnal

internasional). Jelaskan mengapa Yield hasil praktikum lebih tinggi atau lebih rendah

dibandingkan dengan Yield referensi.

Jelaskan pentingnya dan kegunaan perhitungan nilai Yield dalam kegiatan

budidaya.

16
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan itu menjawab tujuan. Jika ada 1 kalimat tujuan maka harus ada 1
kalimat kesimpulan.

5.2 Saran
Saran-saran untuk praktikum Dasar-Dasar Budidaya meliputi saran teknis dan
non teknis.

17

Anda mungkin juga menyukai