Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebab masalah tinnginya AKI dan AKB di Indonesia ada dua penyebab
yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Bebrapa penyebab tidak langsung
terbagi menjadi tiga T yakni terlambat mengambil keputusan, terlambat ke
tempat rujukan, serta terlambat memberi pertolongan di tempat rujukan. Untuk
penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain
adalah pendarahan, infeksi dan eclampsia. Pendarahan dan infeksi sebagai
penyebab kematian, sebenarnya tercakup pula kematian akibat abortus
terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh
penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan
infeksi yang kronis. Demikian juga dengan ibu-ibu yang termasuk kedalam lima
terlalu, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, terlalu sering, srta terlalu
dekat jaraknya. Ini beresiko tinggi terhadap kematian. Berdasarkan hal diatas,
maka peranan bidan adalah memberikan pelayanan asuhan manajemen
kehamilan dengan menerapkan pelayanan kebidanan yang bermutu tinggi.
Seorang ibu hamil membutuhkan informasi tentang kehamilannya, baik itu ibu
yang mengandung dan janin yang ada di dalam kandungannya dan asuhan
pelayanan yang dilakukan merupakan prosedur rutin untuk membinna suatu
hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinan.

Antenatal care / asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana


berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan
(pada beberapa kepustakaan disebut sebagai prenatal care). Pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga professional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan, dan perawat bidan) utntuk ibu
selama masa kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan

1
antenatal. Karena petingnya hal tersebut maka dibuatlah kunjungan awal dan
kunjungan ulang pada asuhan antenatal demi kesejahteraan ibu dan janin.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kunjungan awal ?
2. Apa saja yang dikaji dalam melakukan kunjungan awal ?
3. Apa saja yang dimaksud dengan kunjungan ulang ?
4. Apa saja yang dikaji dalam kunjungan ulang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kunjungan awal
2. Untuk mengetahui apa saja yang dikaji untuk melakukan kunjungan
awal
3. Untuk mengetahui apa itu kunjungan ulang
4. Untuk mengetahui apa saja yang dikaji dalam melakukan kunjungan
ulang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asuhan Kehamilan (Kehamilan Kunjungan Awal)

Kunjungan awal adalah suatu kunjungan yang dilakukan pertama kali saat ibu
hamil.

a. Tujuan kunjungan :
1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu
2) Mendeteksi masalah yang dapat diobati
3) Mencegah masalah dan penggunaan praktik tradisional yang merugikan
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk mengahadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang sehat.

b. Pengkajian data kesehatan ibu hamil


1) Riwayat kesehatan social, riwayat kebidanan, keluarga, penyakit. Riwayat
kesehatan merupakan identifikasi keluhan sekarang, penyakit umum yang
pernah diderita, satu penyakit yang dialami saat masa sebelum kehamilan
maupun saat kehamilan.
a. Social
1) Kumpulan keluarga
Informasi tentang keluarga klien harus mencakup asal keluarga, tempat lahir
orang-orang yang tinggal bersama klien, individu yang dianggap “keluarga”
dan individu yang dpat diandalkan dalam meperoleh dukungan, tentang
status klien saat ini, dan dengan siapa klien tinggal. Hal ini menujukkan
bahwa bidan menyadari tidak semua wanita hamil terkait dan sanggup untuk
sendiri menghadapi semua keaadan saat ia hamil.
2) Situasi tempat tinggal
Dapatkan informasi tentang tempat tinggal klien, seberapa kali ia pindah,
seperti apa rumahnya, jumlah individu, keamanan lingkungan, dan jika
diindikasikan, apakah tersedia cukup makanan di dalam rumah dan keadaan
lingkungan sekitar diharapkan tetap bersih dan terhindar dari berbagai
sumber penyakit.
3) Pekerjaan
Mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui apakah
klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji kelainan premature
dan pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja yang dapat erusak janin.
4) Pendidikan, minat, hobi, dan tujuan.
Tanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan juga minat, hobi, dan
tujuan jangka panjang. Informasi ini membantu klinis memahami klien
sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca tulis nya.
Kadang-kadang bahaya potensial dari hobi seperti melukis, memahat,
mengelas, membuat mebel, piloting, balap, menembak, membuat
keramik, dan berkebun akan di identifikasi.
5) Pilihan agama
Tanyakan pilihan agama klien dan berbagai praktet terkait pilihan agama
yang harus di observasi. Infosmasi ini dapat menuntun sesuatu diskusi
tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan
dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga
kesehatan, dan pada beberapa kasus penggunaan produk darah.
6) Hewan peliharaan
Tanyakan jenis dan jumlah hewan peliharaan di tempat tinggal klien.
Hewan peliharaan yang berpotensi menimbulkan bahaya dan penyakit
harus di diskusikan.
7) Sumber dukungan dan perencanaan kehamilan
Tanyakan siapa yang dapat klien andalkan untuk memberinya dukungan.
Pada saat tertentu, wanita mungkin mnejawab tidak seorangpun. Dengan
demikian, kunjungan yang lebih lama dan lebih sering serta berfokus pada
upaya mencari dukungan emosional dan menjalin hubungan dengan
sumber komunitas yang tepat harus dijadwalkan jika memungkinkan dan
tanyakan pada klien apakah kehamilan ini direncanakan atau tidak.
8) Sumber stress
Factor-faktor yang umum menjadi sumber stress para wanita hamil ialah
biaya, pemukiman, kenakalan anak, dan masalah hubungan dengan
pasangan atau anggota keluarga lain. Pertanyaan, “apakah sumber utama
stress anda saat ini?” akan membantu klinisi memahami bebrapa factor
yang mempengaruhi kehidupan dan kehamilan klien.
9) Kebiasaan yang meningkatkan kesehatan
Informasi tentang pola hidup sehat klien akan bermanfaat untuk
mengidentifikasi bidang pendidikan kesehatan yang dibutuhkan, baik saat ini
maupun pada masa pasca partum, seperti kebiasaan: merokok, alcohol, obat
terlarang, dan obat rekreasional.
10) Keamanan
Tanyakan klien apakah bisa mengenakan sabuk pengaman dan persenling,
pelindung, dan apakah ia terlibat dalam kegiatan olahraga, jika ia terlibat
pada kegiatan tersebut anjurkan klien untuk selalu menjaga keselamatan
dirinya dan mengurangi kegiatan yang dapat mengancam keselamatan ibu
dan janin.
b. Riwayat Kebidanan
1. Riwayat menstruasi
Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat biasanya membantu
penetapan tanggal perkiraan kelahiran (estimated day of delivery-EDD)
yang sering disebut taksiran partus. Perhitungan dilakukan dengan
menambahkan 9 bulan dan 7 hari pertama haid terakhir (HPHT) atau
dengan mengurangi bulan dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan
1 tahun.
Rumus Naegle (h+7 b-3 + x + 1mg) untuk siklus 28 + x hari.
Informasi tambahan tentang siklus menstruasi yang harus diperoleh
mencakup frekuensi haid dan lama pendarahan.
2. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu. Kehamilan : adakah
gangguan seperti pendarahan, muntah yang sangat (sering), toxaemia
gravidarum. Persalinan : spontan atau buatan, aterm atau prematur,
perdarahan, di tolong oleh siapa (bidan, dokter). Nifas : adakah panas
atau perdarahan, bagaimana laktasi. Anak : jenis kelamin, hidup atau
tidak, kalau meninggal umur berapa dan sebabnya meninggal, berat
badan waktu lahir.
3. Riwayat kontrasepsi
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi EDD, dan karena penggunaan metode lain dapat
membantu “menangali kehamilan. Ketika seorang menghabiskan pil
berisi hormon dalam tablet kontrasepsi oral, periode selanjutnya akan
mengalami disebut “withdrawal bleed”. Dan terkadang ada kalanya
kehamilan terjadi ketika IUD masih terpasang. Apabila ini terjadi, lepas
IUD jika talinya tampak. Prosedur ini dapat dilakukan oleh perawat
praktik selama trimester I, tetapi lebih baik dirujuk ke dokter bila
kehamilan sudah berusia 13 minggu. Pelepasan IUD menurunkn resiko
keguguran, sedangkan membiarkan IUD terpasang meningkatkan aborsi
septik pada pertengahan trimester. Riwayat penggunaan IUD terdahulu
meningkatkan resiko kehamilan ektopik. Dan tanyakan kepada klien
lamanya pemakaian alat kontrasepsi dan jenis kontrasepsi yang
digunakan.
4. Riwayat obstetric
Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan dan
tahun kehamilan tersebut berakhir, usia gestasi pada saat itu, tipe
persalinan (spontan, forsep, ekstrasi, vakum atau bedah sesar) lama
persalinan (lebih baik dihitung dari kontraksi pertama) berat lahir, jenis
kelamin, dan komplikasi lain. Ketika menggambarkan kehamilan yang
berakhir sebelum minggu ke 20, bedakan antara aborsi spontan , elektif
terapeutik, dan kehamilan ektopik.
5. Riwayat ginekologi
Riwayat penyakit atau kelainan ginekologi serta pengobatannya dapat
memberi keterangan penting, terutama operasi yang pernah dialami.
6. Riwayat seksual
Riwayat seksual adalah bagian dari data dasar yang lengkap karena
riwayat ini memberi informasi medis yang penting sehingga klinis dapat
lebih memahami klien dan mendapat kesempatan untuk :
a) Mengidentifikasi riwayat penganiayaan seksual.
b) Menawarkan informasi yang dapat mengurangi kecemasan dan
menghilangkan mitos.
c) Menawarkan anjuran-anjuran untuk memperbaiki fungsi seksual.
d) Membuat rujukan apabila tercatat disfungsi seksual atau masalah
emosional.
c. Riwayat Keluarga
Informasi tentang keluarga klien penting untuk mengidentifikasi wanita yang
beresiko menderita penyakit genetik yang dapat memengaruhi hasil hasil
akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi yang menderita penyakit
genetik.
d. Penyakit
1) Penyakit Organik
Meskipun tidak setiap penyakit dan gangguan akan mempengaruhi atau
dipengaruhi kehamilan, penting juga menanyakan setiap penyakit
tersebut supaya diperoleh data yang lengkap. Wanita yang juga memiliki
riwayat kesehatan yang kronis atau lemah juga wanita yang menderita
penyakit, seperti hipertensi kronis, SLE, diabetes melitus tergantung
insulin, penyakit jantung, paru-paru dan anemia, pemeriksaan kadar TSH
(thyroid stimulating hormone).
2) Human Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah virus yang mudah menular dan sering menyebabkan
kondiloma akuminata, kadang-kadan disebut kutil veneral. Kutil ini
biasanya ditemukan di serviks dan dinding vagina, uretra, bokong, dan
alat-alat genitalia eksterna. Selama masa hamil, pengobatan kutil veneral
dilakukan setiap minggu dengan mengoleskan salep teratogenik.
3) Penyakit Radang Panggul
Klinis harus mengetahui riwayat PID sedini mungkin pada masa
kehamilan karena PID meningkatkan resiko kehamilan ektopik tujuh kali
lipat (Oregon health defision, 1995). Setiap keram atau perdarahan pada
wanita yang memiliki riwayat penyakit ini perlu diperiksa menggunakan
USG untuk memastikan kehamilan terjadi di uterus.
4) Penyakit yang mennyertai kehamilan
a. Kehamilan disertai penyakit jantung. Selalu saling mempengaruhi
karena kehamilan memberatkan penyakit jantung dan penyakit
jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Keluhan utama yang di kemukakan : cepat merasa
lelah, jantung berdebar-debar, sesak nafas apalagi disertai terjadi
sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan
muda, mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak
sesuai.
b. Hipertensi. Yang di maksud hipertensi yang disertai kehamilan
adalah hipertensi yang telah ada atau sebelum kehamilan. Apabila
dalam kehamilan disertai dengan protenuria dan udem maka disebut
preeklamsia yang tidak murni atau superimposed. Penyebab
utamanya adalah hipertensi esensial dan penyakit ginjal.
c. Penyakit paru-paru dan kehamilan. Sikap bidan dalam menghadapi
kehamilan dalam penyakit tuberkulosis paru sebaiknya adalah
dengan melakukan konsultasi ke dokter untuk memastikan
penyakitnya. Pada penyakit batuk menahun yang tenang bidan dapat
melanjutkan pengawasan hamil sampai persalinan setempat,
sedangkan pada penyakit asma pada kehamilan kadang-kadang
bertambah berat atau malah berkurang dalam batas yang wajar.
Penyakit asma tidak banyak pengaruhnya terhadap kehamilan.
Pemeriksaan fisik pada kunjungan awal prenatal di fokuskan untuk
mengidentifikasi kelainan yang sering mengontribusi morbiditas dan
mortalitas dan untuk mengidentifikasi gambaran tubuh yang
menunjukan gambaran genetik. Pemeriksaan harus mencakup
penetapan tinggi dan berat badan, pengukiran tekanan darah dan
nadi, pemeriksaan kulit, kelenjar tiroid, jantung, paru, payudara,
ekstremitas dan abdomen, serta pemeriksaan pelvis.

c. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan fisik umum
Tinggi badan, berat badan, tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu,
respirasi.
b) Kepala dan leher
Edema di wajah, ikterus pada mata, wajah pucat, leher meliputi
pembengkakan pada saluran limfe/ pemnbesaran kelenjar tiroid.
c) Tangan dan kaki
Edema pada jari tangan, kuku jari pucat, varises vena, refleks.
d) Payudara
Ukuran, simetris, puting payudara masuk atau menonjol, keluar kolostrum
atau cairan lain, retraksi, dimpling, massa, nodul aksilla.
e) Abdomen
Luka bekas opersi, tinggi fundus uteri, letak, presentasi, posisi, dan
penurunan kepala (jika > 36 minggu), DJJ (jika > 18 minggu).
f) Genital luar
Varises, perdarahan, luka, cairan yang keluar, pengeluaran dari uretra dan
skene, kelenjar bartholin : bengkak, massa, cairan yang keluar.
g) Genital dalam
Serviks : cairan yang keluar, luka, kelunakan, posisi, mobilitas, tertutup/
membuka. Vagina : cairan yang keluar, luka, darah. Ukuran, adneksa :
bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa. (pada TW I). Iterus : ukuran, bentuk,
posisi, mobilitas, kelunakan, massa, pada TW I.

d. Pemeriksaan Panggul
a) Panggul luar : distansia spinarum, distansia cristarum, conjugata eksterna,
lingkar panggul.
b) Panggul dalam : conjugata diagonalis, promontorium, linea innominata,
spina isiadika, kelengkungan sakrum, dinding samping pelvis, arkus pubis,
mobilitas tulang coksigis.

e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan protein urin, pemeriksaan glukosa urin,
tes VDRL. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis
lainnya. Pemeriksaan laboratorium merupakan penelitian perubahan yang
timbul pada penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme biokimia tubuh.
Pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisa cairan
tubuh dan jaringan guna membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan
mengobati pasien. Pada umumnya diagnosis penyakit di buat berdasarkan
gejala penyakit (keluhan dan tanda) dan gejala ini mengarahkan dokter pada
kemungkinan penyebab penyakit. Hasil pemeriksaan laboratorium dapa
menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit yang menyebabkan
misalnya dalam pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid, jika positif amat
mendukung diagnosis, tapi bila negatif tak menyingkirkan diagnosis demam
tifoid jika secara klinis dan pemeriksaan lain (pemeriksaan WIDAL) yang
menyokong. Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah,
terutama pada permulaan penyakit gejala klinis peenyebabnya masih berupa
kemungkinan meski dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinan yang
paling tinggi.

f. Pengkajian Emosional
a) Trimester pertama
Selama bulan pertama hingga ketiga suasana emosi ibu hamil biasanya
gampang sekali berubah. Pergolakan semosi menyebabkan ibu sensitif,
mudah menangis, mudah lelah, takut bila terjadi keguguran, lebih
merasakan “sakit” daripada hamil. Perubahan emosi ibu lebih disebabkan
adanya aktivitas hormonal yang meningkat pesat dan sebagai faktor fisik.
Misalnya kelelahan, mual muntah, atau perubahan bentuk tubuh.
b) Trimester kedua
Pada usia kehamilan ini emosi ibu jauh lebih baik dan tidak banyak keluhan
yang ibu rasakan pada trimester sebelumnya. Oleh karena itu, periode ibi
bisa disebut periode keemasan. Ibu bisa menyesuaikan diri dengan
perubahan hormonal kehamilan. Selain itu tidak banyak muncul keluhan-
keluhan fisik. Inilah yang membuat ibu bisa menjalani kehamilan dengan
lebih enak dan tidak sedramatis sebelumnya.
c) Trimester ketiga
Memasuki trimester akhir ini, kondisi perut ibu akan semakin besar dan
mengakibatkan ibu susah bergerak, cepat lelah, mudah lupa dan gampang
cemas. Emosi kembali sukar untuk dikendalikan, bahkan ibu menjadi lebih
sensitif. Tetapi seiring bertambahnya usia kehamilan, ibu menjadi lebih siap
mental untuk mempersiapkan persalinan.

g. Pengkajian Fetal
1) Gerakan janin
Dapat secara subjektif (ditanyakan kepada ibu), atau objektiof (palpasi atau
dengan USG). Janin normal, tidak ada hipoksia, akan aktif bergerak.
Normal gerakan janin dirasakan oleh ibu sebanyak 10 kali per hari (pada
uisa diatas 32 minggu). Dalam kehidupan janin intrauterin, sebagian besar
oksigen hanya dibutuhkan oleh otak dan jantung (refleks retridibusi).
Jika janin tidak bergerak, pikirkan kemungkinan diagnosa banding : tidur
atau hipoksia. Waktu terbaik untuk mengamati gerakan janin adalah pada
malam hari saat ibu hamil berbaring santai. Atau pagi hari ketika bangun
tidur bila usia kandungannya sudah masuk trimester ketiga. Jika merasakan
janin bergerak minimal 10 kali per jam, baik gerakan halus atau kuat artinya
janin baik-baik saja. Namun bila merasa janin tidak aktif seperti biasanya
kemungkinan besar ia sedang malas bergerak dan ibu hamil diminta untuk
memberi respon agar janin melakukan gerakan. Karena bila janin tidak
merespon rangsangan ibu, dan kondisi ini sudah berlangsung lebih dari 1
hari segera beritahu dokter untuk memantau kondisi janin. Kenali gerakan
janin sesuai dengan usianya supaya bisa ikut memantau perkembangannya.
Di minggu ke 16 ibu mulai merasakan gerakan janin seperti tendangan atau
tonjokan, disebut sebagai fase quickening.
a. Minggu ke 21 sampai 24 aktivitas janin makin meningkat. Janin banyak
menendang dan banyak berubah posisi, karena volume air ketuban
masih sering memungkinkan untuk bergerak leluasa.
b. Minggu ke 25 sampai 28 janin mulai cegukan, ini yang menyebabkan
ibu merasa seperti tersentak-sentak. Janin juga akan bergerak merespon
suara dari luar karena pendengarannya semakin baik. Kadang-kadang
janin “kaget” mendengar suara keras.
c. Minggu ke 29 sampai 31 gerakan janin semakin kuat, teratur dan
terkendali. Kadang ibu sampai merasakan rahim berkontraksi.
d. Minggu ke 32 sampai 42 inilah masa puncak aktivitas janin. Dalam
minggu-minggu ini ibu akan merasakan peningkatanfrekuensi dan tipe
gerakan janin, karena ia semakin besar dan kuat.
2) DJJ
Detak Jantung Janin didengarkan dengan menggunakan stetoskop monoral
(stetoskop obstetric) pada bulan ke 4 sampai 5 kehamilan. Walaupun dengan
ultrasound (doptone) sudah dapat di dengar pada akhir bulan ke 3.
Frekuensinya lebih cepat dari bunyi jantung orang dewasa yaitu antara 120-
140 per menit. Karena badan janin dalam kypose dan didepan dada terdapat
lengan janin maka bunyi jantung paling jelas terdengar di punggung janin
dekat pada kepala. Pada presentasi biasa (letak kepala) jika bagian bagian
janin belum dapat ditentukan maka bunyi jantung harus dicari pada garis
tengah di atas simpisis. Yang dapat diketahui dari bunyi jantung janin
adalah :
a. Dari adanya detak jantung janin : Tanda pasti kehamilan, Janin hidup.
b. Dari tempat bunyi jantung janin terdengar: Presentasi janin, posisi janin,
sikap janin (habitus), adanya anak kembar.
Jika bunyi jantung terdengar pada bagian kiri atau kanan di bawah pusat.
Maka presentasinya kepala. Jika terdengar pada bagian kiri kanan setinggi
atau di atas pusat, maka presentasinya bokong (letak suangsang). Jika bunyi
jantung terdengar sebelah kiri maka punggung sebelah kirii, jika terdengar
sebelah kanan maka punggung sebelah kanan. Dari sifat bunyi jantung
janin, dapat diketahui keadaan janin. Janin yang dalam keadaan sehat bunyi
jantung nya teratur dan frekuensinya antara 120-140 per menit. Jika bunyi
jantung kurang dari 120 per menit atau lebih 160 per menit atau tidak teratur,
maka janin dalam keadaan asfiksia (kekurangan oksigen). Cara menghitung
DJJ adalah dengan mendengarkan 3x5 detik di kalikan dengan 4. Contohnya
:

5 5 5 Kesimpulan
detik detik detik
11 12 11 -4 (11 + 12 + 11) = 136/menit.
Teratur dan janin baik.
10 14 9 -4 (10 + 14 + 9) = 132/menit.
Teratur dan janin asfiksia.
8 7 8 -4 (8 + 7 + 8) = 92/menit.
Tak teratur dan janin asfiksia.

3) Non Stress Test (NST)


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai hubungan gambaran DJJ dan
aktivitas janin. Cara pemeriksaan ini dikenal juga dengan nama akto
kardiografi atau feal activity acceleration determination (FAD; FAAD).
Penilaian dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ, variabilitas, dan
timbulnya akselerasi yang menyertai gerakan janin.
a. Teknik pemeriksaan NST :
1. Pasien berbaring dalam posisi semi fowler atau sedikit miring ke
kiri. Hal ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan
mencegah terjadinya hipotensi.
2. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran TTD pada
ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi di ukur setiap
10 – 15 menit (hasilnya dicatat pada kertas HTG).
3. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara : menanyakan
kepada pasien, melakukan palpasi abdomen, melihat gerakan tajam
pada rekaman tokogram (kertas KTG).
4. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan
janin, dilakukan perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang
kepala atau bagian janin lainnya, atau dengan memberi rangsang
vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau dengan menggunakan
alat khusus untuk keperluan tersebut).
5. Perhatikan frekuensi dasar DJJ ( normal antara 120 – 160 dpm).
6. Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG.
Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sedikitnya 15 dpm).
7. Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5 – 25 dpm).
8. Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.
b. Interpretasi NST
1. Reaktif:
a. Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan
akselerasi sedikitnya 15 dpm.
b. Fekuensi dasar djj diluar gerakan janin antara 120-160 dpm.
c. Variabilitas djj antara 5-25 dpm.
2. Non-reaktif:
a. Tidak terdapat gerakan janin dalam 20 menit, atau tidak terdapat akselerasi
pada gerakan janin.
b. Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160
dpm)
c. Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
3. Meragukan:
a. Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi
yang kurang dari 15 dpm.
b. Frekuensi dasar djj abnormal
c. Variabilitas djj antara 2-5 dpm
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik
sampai 1 minggu kemudian (spesifisitas 95% - 99%). Hasil NST yang
Non-Reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal,
nilai Apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan
sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam
waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap
hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan
contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi.
4. Amniosentesis
Amniosentesis adalah metode untuk mendapatkan cairan amnion dengan
memasukan trocar halu dan kanula yang steril kedalam cavitas amni melewati
dinding abdomen dan dinding uterus. Sel-sel fetus dilepaskan kedalam amnion
dan dapat dikaji untuk penentuan jenis kelamin dan kesehatan fetus. Untuk
alasan yang sudah jelas, maka letak plasenta harus ditetapkan sebelum
amniosentesis. Kajian-kajian berikutnya akan dilakukan pada specimen cairan
yang di aspirasi antara umur kehamilan 14 sampai 18 minggu. Hasil analisis
biasanya baru diperoleh setelah paling cepat 3 minggu. Dan uji diagnostik yang
lebih baru telah dirancang untuk menghindari hasil yang terlalu lama ini.
d. Menentukan diagnosa
1) Meningkatkan normalitas kehamilan
Adalah kehamilan dimana ibu dalam keadaan sehat, tidak ada riwayat
obstetrik buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia kehamilan serta hasil
pemeriksaan fisik dan laboratorium normal.
2) Membedakan antara ketidaknyamanan dalam kehamilan dan
kemungkinan komplikasi tidak semua wanita mengalami
ketidaknyamanan akibat kehamilan yang disebutkan di bawah ini, akan
tetap tida sedikit juga wanita yang mengalami mengalami
ketidaknyamanan tersebut. Cara meningkatkan ketidaknyamanan bisa
membuat perbedaan yang signifikan dalam cara wanita tersebut
memandang pengalaman kehamilannya. Dasar fisiologis, psikologis, dan
anatomis untuk masing-masing ketidaknyamanan tersebut diberikan
untuk merangsang pemikiran selanjutnya tentang cara-cara
meringankannya. Cara-cara meringankan tersebut didasarkan pada
penyebab dari ketidaknyamanan tersebut serta diarahkan ke
penatalaksanaan symptomatik.
3) Mengidentifikasi tanda dan gejala penyimpangan dari keadaan normal
deteksi dini terhadap komplikasi kehamilan adalah upaya penjaringan
yang dilakukan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi. Upaya yang dapat dilakukan ibu dalam deteksi dini terhadap
komplikasi selama kehamilan ibu secara dini.
Kehamilan:

a) Memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke posyandu,


puskesmas, Rumah Sakit paling sedikit 4 kali selama masa kehamlan
b) Imunisasi TT 2x
c) Bila ditemukan kelainan-kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus
lebih sering dan lebih intensif
d) Makan makanan bergizi yang memenuhi 4 sehat 5 sempurna
4) Mengidentifikasi kemungkinan kebutuhan belajar
Pada setiap kunjungan antenatal bidan harus mengajarkan kepada ibu
bagaimana mengenali tanda-tanda bahaya ini, dan menganjurkan untuk
datang ke klinik dengan segera jika ia mengalami tanda-tanda bahaya
tersebut. Dari beberapa pengalaman, akan lebi baik memberikan
pendidikan kepada ibu dan anggota keluarga khususnya pembuat
keputusan utama, sehingga ibu akan didampingi untuk mendapatkan
asuhan. 6 tanda-tanda bahaya selama periode antenatal adalah :
a) Perdarahan vagina
b) Sakit kepala yang hebat, menetap yang tidak hilang
c) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja)
d) Nyeri abdomen yang hebat
e) Bengkak pada muka atau tangan
f) Bayi kurang bergerak seperti biasa
e. Mengembangkan perencanaan asuhan komprehensif
1) Menetapkan kebutuhan test laboratorium
Tujuan test laboratorium adalah untuk mendeteksi komplikasi-
komplikasi dalam kehamilan. Macam-macam test laboratorium adalah:
a) Test Hemoglobin darah (Hb)
Tujuan: untuk mengetahui kadar Hb pada ibu hamil dan untuk
mendeteksi anemia gravidarum
b) Test Urine Protein
Tujuan: untuk mengetahui kadar protein dalam urine dan untuk
mendeteksi pre eklampsia dalam kehamilan
c) Test Glukosa Urine
Tujuan: untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine dan untuk
mendeteksi diabetes melitus gravidarum
2) Menetapkan kebutuhan Belajar
Penuntun belajar digunakan untuk melatih keterampilan dalam
pencapaian elemen-elemen kompetensi oleh mahasiswa secara
individual. Mulai dari latihan di laboratorium keterampilan sampai saat
melaksanakan praktik klinik kebidanan. Bimbingan keterampilan untuk
mencapai kompetensi di laboratorium keterampilan asuhan kebidanan
baru bisa dilaksanakan atau diikuti oleh seorang mahasiswa bila
mahasiswa tersebut telah mengikuti perkuliahan seluruh materi kuliah
asuhan kehamilan (mata kuliah asuhan ibu I). Dalam perkuliahan
tersebut mahasiswa mendapat teori tentang fisiologi kehamilan,
pertumbuhan kehamilan dari bulan ke bulan, kebutuhan fisik dan
psikologis ibu selama kehamilan, perubahan fisik dan psikologis ibu
selama hamil, perubah fisik dan psikologis ibu dalam masa kehamilan,
teori tentang pendekatan dalam asuhan kehamilan (manajemen Vaney)
dan dokumentasi asuhan kehamilan. Dalam perkuliahan juga dilakukan
demonstrasi dan simulasi keterampilan yang mendukung kompetensi
yang akan dilatih atau dipelajari.
3) Menetapkan kebutuhan untuk komplikasi ringan
Dengan menetapkan kebutuhan untuk pengobatan komplikasi ringan
dalam kehamilan harus berdasarkan Kep Menkes No 900 tahun 2002
tentang registrasi dan kewenangan praktik bidan dan standar pelayanan
kebidanan (SPK). Diantaranya yaitu penanganan abortus iminens, pre
eklampsia, Hyperemesis gravidarum dan anemia dalam kehamilan.
4) Menetapkan kebutuhan konsultasi atau rujukan pada tenaga profesional
lainnya apabila terjadi komplikasi dalam kehamilan bidan perlu
menetapkan kebutuhan konsultasi atau rujukan dengan tenaga
profesional lainnya untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
5) Menetapkan kebutuhan untuk konseling spesifik atau anticypatory
guidence
Dalam menetapkan kebutuhan untuk konseling spesifik, harus di
sesuaikan dengan permasalahan yang di hadapi oleh ibu hamil
berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjang yang telah dilakukan oleh bidan. Beberapa kebutuhan
konseling yang perlu diberikan pada setiap ibu hamil pada kunjungan
awal adalah pendidikan kesehatan tentang:
a) Tanda bahaya dalam kehamilan
b) Gizi pada ibu hamil
c) Persiapan persalinan
d) Imunisasi TT
e) Olahraga
f) Istirahat
g) Kebersihan
h) Pemberian asi
i) Aktivitas seksual
j) Kegiatan sehari-hari dan pekerjaan
k) Obat-obatan dan merokok
l) Body mekanik
m) Pakaian dan sepatu
6) Menetapkan kebutuhan konseling HIV/PMS
Untuk menetapkan kebutuhan konseling HIV/PMS hanya diberikanpada
ibu hamil dengan riwayat maupun resiko HIV/PMS.
7) Menetapkan jadwal kunjungan sesuai dengan perkembangan kehamilan
Menurut standar WHO bahwa dalam kehamilan, minimal kunjungan
ANC adalah 4 kali selama kehamilan dengan penjelasan sebagai berikut:
a) Kunjungan I : dilakukan sebelum minggu ke-14 (trimester I)
b) Kunjungan II : dilakukan sebelum minggu ke-26 (trimester II)
c) Kunjungan III : dilakukan antara minggu 28-36 (trimester III)
d) Kunjungan IV : dilakukan setelah minggu ke-36 (trimester III)
f. Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi. Aspek-aspek yang menonjol
pada wanita hamil
1) Oleh karena telah banyak dilakukan pengkajian mengenai riwayat ibu
dan pemeriksaan lengka selama kunjungan antenatal pertama, maka
kunjungan ulang difokuskan pada pemeriksaan fisik yang terfokus dan
pembelajar.
2) Pada tahap ini bidan menginventarisasi beberapa masalah yang terjadi
beserta aspek-aspek yang menonjol yang membutuhkan penanganan dan
pemberian KIE.
g. Anamnesa Kunjungan Awak
1) Tahap preinteraksi
a) Menyambut klien dengan ramah
b) Perawat mengenalkan diri
c) Mempersilahkan klien duduk dan komunikatif
d) Perawat tanggap terhadap reaksi klien
e) Perawat sabar sabar terhadap reaksi klien
2) Tahap interaksi
a) Mengkaji riwayat kehamilan sekarang
b) Riwayat Haid
c) Mengkaji riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
d) Riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan lalu
e) Menanyakan riwayat perkawinan
f) Menanyakan respon klien dan keluarga terhadap kehamilannya
g) Menanyakan riwayat KB
h) Menanyakan pola nutrisi dan eliminasi
i) Menanyakan pola aktivitas dan istirahat
j) Menanyakan kebiasaan merokok, minuman keras, konsumsi obat
terlarang
k) Dokumentasi

3) Penampilan
a) Perawat menanyakan secara sistematis
b) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
c) Memberikan perhatian pada setiap jawaban
d) Penuh percaya diri dan tidak ragu-ragu
h. Praktik pemeriksaan
1) Fisik
a) Tinggi badan tubuh yang pendek dapat menjadi indikator gangguan
genetik. Karena tinggi yang pasti sering kali tidak diketahui dan
tinggi badan berubah siring peningkatan usia, tinggi badan harus
diukur pada saat kunjungan awal.
b) Berat badan
Berat badan ditimbang pada kunjungan awal untuk membuat
rekomendasi penambahan berat badan pada wanita hamil dan untuk
membatasi kelebihan atau kekurangan berat
c) Tekanan darah
Penentuan tekanan darah (TD) sangat penting pada masa hamil
karena peningkatan TD dapat membahayakan kehidupan ibu
d) nadi
denyut nadi maternal sedikit meningkat selama hamil, tetapi jarang
melebihi 100 denyut permenit (dpm). Curigai hipotiroidisme jika
denyut nadi lebih dari 100 dpm. Periksa adanya eksoflatmia dan
hiperrefleksia yang menyertai
e) refleks
terutama refleks lutut. Refleks lutut negativ pada hypovitaminose dan
penyakit urat saraf
f) pemeriksaan Kulit
perubahan kulit yang sering terjadi pada masa hamil mencakup
hiperpigmentasi pada wajah (kloasma), pada areola dan puting susu,
serta gravidarum, spider nevi, serta linea nigra. Periksa warna kulit,
adanya ruam, massa, lesi jaringan parut, tanda penganiayaan fisik,
dan bukti penyalahgunaan obat. Beri perhatian khususuntuk melihat
suatu ruam di telapak tangan dan telapak kaki yang merupakan tanda
sifilis. Jaringan parut menunjukan pernah dilakukan prosedur bedah
atau, pada kasus yang jarang, menunjukan praktik seksual yang
berkaitan dengan ritual sadomasokistik.
g) Pemeriksaan Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid sedikit membesar selama masa hamil akibat
hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularitas. Namun,
perubahan anatomi ini tidak menyebabkan trimegali yang signifikan
dan setiap pembesaran yang signifikan perlu diteliti. Hipotiroidisme
sulit di deteksi selama masa hamil karena banyak gejala
hipotiroidisme, yakni keletihan, penambahan berat, serta konstipasi,
yang menyerupai gelaja-gejala kehamilan.
h) Pemeriksaan Paru
Pemeriksaan paru harus mencakup observasi sesak nafas, napas
dangkal, napas cepat, pernapasan yang tidak teratur, mengi, batuk,
dan dispnea. Pemeriksaan paru biasanya merupakan tindakan yang
sangat membantu dalam menegakkan diagnosis atau pneumonia.
i) Pemeriksaan Jantung
Pada akhir kehamilan, 45% volume darah wanita hamil lebih tinggi
dari pada volume darah wanita tidak hamil (pritchard, 1965).
Peningkatan volume darah ini menyebabkan uterus membesar dan
melindungi ibu ketika darah keluar saat melahirkan. Pada wanita
tidak hamil, murmur jantung sistolik bermakna. Pada wanita hamil
yang asimptomatik, murmur derajat 1/6 atau 2/6 umumnya dianggap
ringan. Apabila murmur sistolik lebih dari 2/6 atau terdengar bunyi
murmur lain, dilakukan ekokardiogram jika tersedia dana yang
cukup.
j) Pemeriksaan Payudara
Payudara harus diperiksa untuk mendeteksi setiap massa yang
mungkin ganas dan setiap kondisi yang dapat mengganggu proses
menyusui. Pastikan anda memeriksa puting dengan cermat, terutama
jika klien berkeinginanmenyusui bayinya. Tes “Protaklitas” harus
menjadi bagian pemeriksaan payudara pada wanita yang sebelumnya
tidak mampu menyusui dengan baik.
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Protrin urine: hasil penelitian menunjukan bahwa penipisan rutin
protrin urine merupakan cara efektif mendeteksi pre eklampsi
b) Glukosa: ibu hamil harus diperiksa terhadap kemungkinan diabetes
3) HB Sahli
Jenis pemeriksaan Hb yakni dengan cara sahli. Pemeriksaan Hb
dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksa
menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk
mendeteksi anemia pada ibu hamil.
4) Urine Reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi
penyakit gula/diabetes melitus atau riwayat penyakit gula pada keluarga.
Bila hasil pemeriksaan urine reduksi positif perlu diikuti pemeriksaan
gula darah untuk memastikan adanya Diabetes Miletus Gestasional
(DMG). Diabetes Mietus Gestasional pada ibu dapat meningkatkan
adanya penyakit berupa preeklampsia, polihidramnion, bayi besar
5) Protein Urine
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui adanya protein dalam ibu
hamil. Adapun pemeriksaannya dengan asam asetat 2-3% ditujukan pada
ibi hamil dengan riwayat tekanan darah tinggi, kaki oedema.
Pemeriksaan urine protein ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah
preeklampsia.

B. Asuhan Kehamilan Kehamilan Kunjungan Ulang


Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah
kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan
1. Mengevaluasi Data Dasar
Pada tahap ini bidan melakukan evaluasi data dasar yang dipertimbangkan
dalam menegakkan diagnosis pada kunjungan yang pertama. Evaluasi tersebut
dapat dicermati pada tabel berikit ini:

Data Dasar Pertimbangan


Amenore Diagnosis Kehamilan
Tanggal menstruasi terakhir Diagnosis Kehamilan
Keluhan yang disampaikan pasien Memberikan konseling
Hasil pemeriksaan fisik Diagnosis Kehamilan
Kenaikan BB
Tes urine kehamilan (Tes HCG)
Positif
Cloasma Gravidarum
Perubahan pada payudara
Linea Nigra
Tanda Chadwick
Tanda Hegar

2. Mengevaluasi keefektifan Manajemen atau Asuhan


Bidan melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan yang sudah dilakukan
pada kunjungan sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang
efektif yang dilakukan pada asuhan sebelumnya tidak terulang lagi serta
memastika aspek mana yang efektif agar tetap dipertahankan. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan oleh bidan adalah:
a. Menanyakan kembali kepada pasien mengenai apa yang sudah dilakukan
pada kunjungan sebelumnya
b. Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal-hal yang berfokus pada
pemantauan kesehatan ibu dan janin
Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain sebagai
berikut:
1) Kesan pasien secara keseluruhan mengenai proses pemberian asuhan
pada kunjungan sebelumnya
2) Hal-hal yang membuat pasien kurang merasa nyaman
3) Peningkatan pengetahuan pasien mengenai perawatan kehamilan hasil
dari proses KIE yang lalu
4) Berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan pada kunjungan yang
lalu setelah dilakukan penatalaksanaan
c. Pengkajian Data Fokus
Riwayat
1) Riwayat untuk deteksi komplikasi dan ketidaknyamanan
a) Menanyakan bagaimana perasaan pasien sejak kunjungan
terakhirnya
b) Menanyakan apakan pasien mempunyai pertanyaan atau
kekhawatiran yang timbul sejak kunjungan terakhir
c) Gerakan janin dalam 24 jam terakhir
Deteksi Ketidaknyamanan

1) Menanyakan keluhan-keluhan yang biasa dialami oleh ibu hamil


2) Menanyakan kemungkinan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu
Pemeriksaan Fisik

Pada tiap kunjungan ulang antenatal pemeriksaan fisik berikut dilakukan


untuk mendeteksi tiap tanda-tanda keluhan ibu dan evaluasi pada janin:

1) Denyut jantung janin. Normal DJJ 120-160 kali per menit. Apakah
kurang dari 120 x/menit disebut Bradikardi, sedang lebih dari
160x/menit disebut tathicardi.
2) Ukuran janin
3) Letak dan presentasi
a) Leopold I : untuk mengetahui tinggi fndus uteri dan bagian yang
berada pada bagian fundus
b) Leopold II : untuk mengetahui letak janin memanjang atau
melintang dan bagian janin yang teraba disebelah kiri atau kanan
c) Leopold III : untuk menentukan bagian janin yang ada dibawah
(presentasi)
d) Leopold IV : untuk menentukan apakah bagian bawah janin sudah
masuk panggul
d. Aktivitas/Gerakan Janin
Dikenali adanya gerakan 10, yang artinya dalam waktu 12 jam normal
gerakan janin minimal 10 kali

e. Mengembangkan rencana sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan


kehamilan
1) Jelaskan mengenai ketidaknyamanan normal yang dialaminya
2) Sesuai dengan usia kehamilan ajarkan ibu tentang materi pendidikan
kesehatan pada ibu
3) Diskusikan mengenai rencana persiapan kelahiran dan jika terjadi
kegawatdaruratan pada ibu
4) Ajari ibu untuk mengenal tanda-tanda bahaya, pastika untuk
memahami apa yang dilakukan jika menemukan tanda bahaya
5) Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kunjungan awal adalah adalah suatu kunjungan yang dilakukan pertama kali
saat ibu hamil. Hal-hal yang ada dalam kunjungan awal antara lain tujuan
kunjungan, pengkajian data kesehatan ibu hamil, pengkajian fetal, menentukan
diagnosa, mengembangakan perencanaan asuhan yang komprehensif,
mengevaluasi, penemuan masalah yang terjadi, aspek-aspek yang menonjol pada
wanita hamil, anamnesa kunjungan awal dan praktik pemeriksaan.
Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan
setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan. Hal-hal yang
ada dalam kunjungan akhir antara lain mengevaluasi data dasar, mengevaluasi
keefektifan menejemen/asuhan, pengkajian data fokus, mengembangkan rencana
sesuai dengen kebutuhan dan perkembangan kehamilan.

B. Saran
Sebaiknya kunjungan atau pemeriksaan selama masa hamil dilakukan secara rutin
dan ibu hamil harus berkonsultasi segera apabila terjadi sesuatu keluhan.
DAFTAR PUSTAKA

Irianti, Bayu. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti (Paradigma Baru Dalam
Asuhan Kebidanan). Jakarta. Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai