Anda di halaman 1dari 9

Nama : Aprillia Lana N

NPM : 0116101175
Kelas : C – Seminar Akuntansi Keuangan
KERANGKA KERJA KONSEPTUAL UNTUK PELAPORAN KEUANGAN

Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar akuntansi


bagi lingkungan bisnis yang terus berubah. FASB menggunakan kerangka kerja konseptual
untuk membekali perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan
konsisten. Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan
seseorang untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan. Kerangka kerja konseptual
menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan karakteristik dari informasi akuntansi yang
baik, mendefinisikan dengan tepat istilah-istilah yang biasa digunakan seperti asset dan
pendapatan serta menyediakan petunjuk untuk pengakuan, pengukuran, dan pelaporan
keuangan yang tepat.
Dengan adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-
petunjuk dan aturan-aturan pelaporan keuangan yang berbeda dari sebelumnya, sehingga
diperlukan adanya publikasi kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar menyesuaikan
dengan peraturan baru yang berlaku.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) merupakan suatu sistem koheren
yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas
dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Kerangka konseptual memiliki manfaat yang sangat besar bagi pemakainnya. Manfaat
dari kerangka konseptual antara lain adalah untuk membangun dan menghubungkan badan
pembuat konsep dengan tujuannya, menyediakan kerangka kerja untuk memecahkan masalah-
masalah praktis baru yang muncul (masalah yang belum ada standarnya), meningkatkan
pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan tentang pelaporan keuangan, dan
menaikkan daya banding laporan keuangan antar perusahaan.

 KERANGKA KERJA KONSEPTUAL


Konsep-konsep dasar yang mendasari kerangka kerja konseptual adalah sebagai berikut:
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi
(constitution): Suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang
saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan
penentuan sifat, fungsi, serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan
(Kieso: 2013).
Conceptual Framework atau disebut dengan Kerangka Konseptual dideskripsikan
sebagai sebuah konstitusi, sistem yang koheren dari objek-objek yang saling berhubungan
dan mendasar yang menuju kepada standar yang konsisten dan menentukan sifat dasar,
fungsi batas dari akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan. Dasar-dasar ini mendasari
konsep akuntansi, konsep yang menjadi petunjuk dan prinsip bagi transaksi-transaksi
akuntansi, pengukuran transaksi-transaksi tersebut untuk sekelompok pengguna akuntansi.
Kerangka konseptual membahas laporan keuangan untuk tujuan umum, termasuk
laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-
kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai.
Kerangka konseptual berlaku untuk laporan keuangan untuk semua jenis perusahaan
komersial, baik sektor publik maupun sektor swasta. Perusahaan pelapor adalah
perusahaan yang laporan keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan
laporan keuangan tersebut sebagai sumber utama informasi keuangan perusahaan.
 PERKEMBANGAN KERANGKA KERJA KONSEPTUAL
FASB pada tahun 1976 mulai mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan
menjadi dasar bagi penetapan standar akuntansi dan pemecahan kontroversi pelaporan
keuangan. Sejak dokumen tersebut dipublikasikan, FASB telah menerbitkan
enam Statements of Financial Accounting Concepts yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan entitas bisnis, yaitu:
1. SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises,” yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
2. SFAC No. 2, “Qualitative Characteristic of Accounting Information,” yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3. SFAC No. 3, “Elements of Financial Statements of Business Enterprises,” yang
memberikan definisi dan pos-pos yang terdapat dalam lapora keuangan, seperti aktiva,
kewajiban, pendapatan, dan beban.
4. SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in Financial Statements of Business
Enterprises” yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan dalam laporan
keuangan dan kapan waktunya.
5. SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements,” yang menggantikan SFAC No. 3
dan memperluas lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi
nirlaba.
6. SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements,” yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran.

 Tingkat Pertama: Tujuan Dasar


Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk
menyediakan informasi: (1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman
memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta
kredit; (2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan
potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu dan
ketidakpastian aruskas masa depan; dan (3) tentang sumber daya ekonomi, klaim
terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
Tujuan (objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang
berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Tujuan berfokus
pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai
prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis, yaitu, arus kas yang menjadi
harapaninvestor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan
(decision usefulness).

 Tingkat Kedua: Konsep-Konsep Konseptual


Tujuan (tingkat pertama) berhubungan dengan tujuan dan sasaran dari akuntansi.
Bagaimana tujuan dan sasaran ini diimplementasikan (tingkat ketiga). Di antara kedua
tingkat ini, diperlukan tiang-tiang konseptual untuk menjelaskan karakteristik kualitatif
dari informasi akuntansi dan mendefinisikan unsur-unsur laporan keuangan.
a. Karakteristik Kualitatif dari Informasi Akuntansi
Pemilihan metode akuntansi yang tepat, jumlah dan jenis informasi yang
harus diungkapkan, serta format penyajiannya melibatkan penentuan alternatif
mana yang menyediakan informasi mengidentifikasikan karakteristik kualitatif
(qualitative characteristic) dari informasi akuntansi yang membedakan informasi
yang lebih baik (lebih berguna) dengan informasi yang inferior (kurang berguna)
bagi tujuan pelaporan keuangan. Selain itu, FASB juga telah mengidentifikasikan
kendala-kendala (biaya-manfaat dan materialitas) sebagai bagian dari kerangka
kerja konseptual.
b. Pengambilan Keputusan (Pemakai) dan Kemampuan Memahami
Agar informasi menjadi bermanfaat, harus ada hubungan (kaitan) antara para
pemakai ini dengan keputusan yang mereka buat. Kaitan ini, yaitu kemampuan
memahami (understandability), adalah kualitas informasi yang memungkinkan
pemakai merasakan signifikansi dari informasi tersebut.
c. Kualitas Primer: Relevansi dan Reliabilitas
Relevansi (relevance) dan reliabilitas (reliability) merupakan dua kualitas
primer yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan.
- Relevansi. Agar relevan, informasi akuntansi harus mampu membuat
perbedaan dalam sebuah keputusan. Jika tidak mempengaruhi keputusan,
maka informasi tersebut dikatakan tidak relevan terhadap keputusan yang
diambil. Informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi
tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan; yaitu,
memiliki nilai prediktif (predictive value). Informasi yang relevan juga
membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan
masa lalu; yaitu, memiliki nilai umpan balik (feedback value). Jadi, agar
relevan, informasi juga harus tersedia kepada pengambil keputusan sebelum
informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang
diambil; yaitu memiliki ketepatan waktu (timeliness). Agar relevan, informasi
harus memiliki nilai prediktif atau nilai umpan-balik, dan harus disajikan
secara tepat waktu.
- Reliabilitas. Informasi akuntansi dianggap handal jika dapat diverifikasi,
disajikan secara tepat, serta bebas dari kesalahan dan bias. Reliabilitas sangat
diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian
untuk mengevaluasi isi factual dari informasi.
- Daya-uji (verifiability) ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen,
dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang
serupa.
- Ketepatan penyajian (representational faithfulness) berarti bahwa angka-
angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul
ada dan terjadi.
- Netralitas (neutrality) berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk
kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang disajikan harus
factual, benar, dan tidak bisa.

d. Kualitas Sekunder: Komparabilitas dan Konsistensi


Komparabilitas. Informasi dari berbagai perusahaan dipandang memiliki
komparabilitas jika telah diukut dan dilaporkan dengan cara yang sama.
Komparabilitas memungkinkan pemakai mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan dalam peristiwa ekonomi antarperusahaan.
Konsistensi. Apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi
yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa, dari periode ke periode, maka
entitas tersebut dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi. Itu
tidak berarti bahwa perusahaan tidak boleh beralih dari satu metode akuntansi ke
metode akuntansi lainnya. Perusahaan dapat mengganti satu metode dengan
metode lainnya, tetapi perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang
baru lebih baik daripada metode sebelumnya. Kemudian sifat dan pengaruh
perubahan akuntansi, serta alasannya, harus diungkapkan dalam laporan keuangan
pada periode terjadinya perubahan. Jika prinsip akuntansi telah berubah, maka
auditor harus memberitahukannya dalam paragraf penjelasan dari laporan audit.
Paragraf ini menjelaskan sifat perubahan dan meminta pembaca melihat catatan
atas laporan keuangan untuk pembahasan yang lebih rinci tentang perubahan
dimaksud.
e. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Elemen-elemen yang berkaitan langsung dengan pengukuran kinerja dan
status dari perusahaan:
 Aktiva: Kemungkinan manfaat ekonomi di masa depan yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa
dimasa lalu.
 Kewajiban: Kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi di masa depan yang
timbul dari utang saat ini. Suatu entitas untuk mengalihkan aktiva atau
memberikan jasa kepada entitas lain di masa depan sebagai akibat dari
transaksi atau peristiwa dimasa lalu.
 Ekuitas: Kepentingan residual dari aktiva suatu entitas yang tersisa setelah
mengurangi dengan kewajibannya.
 Investasi oleh pemilik: Peningkatan aktiva bersih dari perusahaan yan
diakibatkan pengalihan sesuatu yang bernilai kepada perusahaan dari entitas
lain untuk mendapatkan atau meningkatkan kepemilikan dari perusahaan.
 Distribusi kepada pemilik: Penurunan aktiva bersih dari perusahaan yang
diakibatkan oleh pengahlian aktiva, pemberian jasa, atau timbulnya kewajiban
oleh perusahaan kepada pemilik.
 Laba komprehensif: Perubahan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan selama
periode tertentu yang diakibatkan dari transaksi dan peristiwa serta kejadian-
kejadian lain dari sumber non pemilik.
 Pendapatan: Arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva atau sebuah entitas
pelunasan kewajiban sebuah entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama
satu periode tertentu.
 Beban: Arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva dari sebuah entitas atau
timbulnya kewajiban suatu entitas (atau kombinasi dari keduanya) selama satu
periode tertentu yang dihasilkan oleh penyampaian atau produksi barang.
 Keuntungan: Peningkatan ekuitas (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
entitas yang insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa
serta kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu
yang timbul dari pendapatan atau investasi pemilik.
 Kerugian: Penurunan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi entitas yang
insidental atau sampingan dan dari semua transaksi dan peristiwa serta
kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu
kecuali yang timbul dari beban atau distribusi kepada pemilik.

 Tingkat Ketiga: Konsep-Konsep Pengakuan Dan Pengukuran


Tingkat ketiga dari kerangka kerja konseptual terdiri dari konsep-konsep yang
dipakai untuk mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep
ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur,
dan dilaporkan oleh perusahaan.
a. Asumsi-asumsi Dasar
1. Asumsi Entitas Ekonomi
Mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit
pertanggungjawaban tertentu.
2. Asumsi Kelangsungan Hidup
Sebagian besar metode akuntansi didasarkan atas asumsi kelangsungan hidup
(going concern assumption) yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur
yang panjang.
3. Asumsi Unit Moneter
Mengandung arti bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas
ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis
akuntansi.
4. Asumsi Periodisitas
Menyiratkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah perusahaan dapat dipisahkan
ke dalam periode waktu artifisial. Periode waktu ini bervariasi, tetapi yang
paling umum adalah secara bulanan, kuartalan, dan tahunan.
b. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi
1. Prinsip Biaya Histori
GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan dan
dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Hal ini seringkali disebut dengan
prinsip biaya historis (historical cost principle). Biaya (cost) memiliki
keunggulan yang penting dibandingkan penilaian yang lainnya: yaitu, dapat
diandalkan.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan dikatakan telah direalisasi (realized) jika produk (barang dan
jasa), barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau
klaim atas kas.
3. Prinsip Penandingan
Menyatakan usaha (beban) ditandingkan dengan pencapaian (pendapatan)
sepanjang hal ini rasional dan dapat diterapkan.
4. Prinsip Pengungkapan Penuh
Mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan
keuangan mencerminkan serangkaian trade-off penilaian. Trade-off ini
terjadi antara (1) kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci hal-
hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai, dengan (2) kebutuhan
untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami.
c. Kendala
Dalam menyediakan informasi yang mengandung karakteristik kualitatif
agar membuatnya menjadi berguna, dua kendala (constraints) yang dominan
harus diperhitungkan dan dua kendala penting lainnya yang kurang dominan
namun merupakan bagian dari lingkungan pelaporan:
1. Hubungan Biaya-Manfaat
Biaya penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang
bisa diperoleh dari pemakaian informasi itu. Badan-badan pembuat standar
dan badan-badan pemerintah kini menggunakan analisis biaya-manfaat
sebelum menetapkan persyaratan informasional. Dalam rangka
menjustifikasi penerbitan suatu standar pengukuran atau pengungkapan
tertentu, manfaat yang bisa didapat dari standar harus melampaui biaya yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan.
2. Materialitas
Berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah
penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Singkatnya, suatu item harus
membuat perbedaan atau, jika tidak, tidak perlu diungkapkan. Jadi aspek
yang terlibat di sini adalah ukuran dan kepentingan relatif.
3. Praktek Industri
Sifat unik dari sejumlah industry dan perusahaan terkadang memerlukan
penyimpangan dari teori dasar. Dalam industri utilitas public, aktiva tidak
lancar dilaporkan terlebih dahulu dalam neraca untuk menunjukkan
karakteristik industry utilitas yang padat modal.
4. Konservatisme
Berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi
aktiva dan laba. Perhatikan bahwa tidak ada anjuran dalam kosep
konservatisme agar aktiva bersih atau laba bersih disajikan terlalu rendah.
Konservatisme, jika diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan pedoman
yang paling rasional dalam situasi sulit: jangan menyajikan angka laba bersih
dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.

Secara umum, kerangka kerja konseptual dapat digambarkan sebagai berikut:

Kerangka Kerja Konseptual untuk Pelaporan Keuangan

 KESIMPULAN
Perumusan dari tujuan akuntansi memiliki suatu rangkaian proses yang diawali
dengan pengembangan tujuan-tujuan dari laporan keuangan dan diakhiri dengan
penurunan sebuah kerangka konseptual atau konstituisi yang akan digunakan sebagai
pedoman.
Kerangka konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan serta dijadikan acuan bagi:
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan;
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://irmajhe.blogspot.com/2016/10/kerangka-konseptual-untuk-pelaporan.html (diakses
pada hari Sabtu, 14 September 2019, pukul 13.30)

Anda mungkin juga menyukai