Anda di halaman 1dari 17

KELEMBAGAAN AGRRIBISNIS USAHATANI PADI ORGANIK DI

KABUPATEN TASIKMALAYA
(disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah manajaemen agribisnis)

Disusun oleh:

Dede Aulia Rahma 165009070


Nirmala Khaerunisa 165009037
Rini Apriyani 165009106
Rulli R 165009086
Muhammad Husein S 155009198

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIERSITAS SILLIWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas segala nkmat dan
karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Kelembagaan Usahatani Padi Organik di
Kabupaten Tasikmalaya” bisa tersusun dengan baik. Makalah ini disusun guna
melengkapi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Agribisnis di Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Siliwangi.

Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari bantuan semua pihak, oleh
karenanya penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Hj. Candra Nuraini M.si., S.P. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Manajemen Agribisnis.
2. Seluruh anggota kelompok yang selalu kompak dan saling melengkapi.
3. Teman-teman sekelas dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
sehingga masukan serta saran yang sangat membangun senantiasa penulis nantikan untuk
perbaikan. Semoga hasil penulisan ini memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Tasikmalaya, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
D. Manfaat ............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3

A. Agribisnis ......................................................................................................... 3
B. Kelembagaan .................................................................................................... 4
C. Kelembagaan Agribisnis .................................................................................. 4
D. Usahtani ........................................................................................................... 4
E. Padi Organik..................................................................................................... 5

BAB III METODE PENGAMBILAN DATA.................................................................. 6

BAB IV PROFIL PELAKU USAHA ............................................................................... 7

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................................. 8

A. Kelembagaan Subsistem Agribsnis Hulu............................................................. 8


B. Kelembagaan Subsistem Agribisnis Usahatani.................................................... 8
C. Kelembagaan Subsistem Agribisnis Hilir ............................................................ 9
D. Kelembagaan Subsistem Agribisnis Pemasaran .................................................. 9
E. Kelembagaan Subsistem Penunjang Agribisnis ................................................. 10

BAB VI PENUTUP ........................................................................................................ 11

A. Simpulan ........................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh


setiap manusia. Adanya peningkatan kebutuhan pangan di dunia akibat
pertambahan penduduk telah mendorong adanya Revolusi Hijau. Namun, saat ini
disadari revolusi hijau banyak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan
termasuk manusia. Hal ini mendorong adanya sistem pertanian yang selaras
dengan alam yang dikenal dengan pertanian organik. Beras sebagai salah satu
komoditas pangan utama dunia telah banyak di budidayakan dengan sistem
pertanian organik. Kebutuhan beras organik di dunia termasuk di Indonesia, terus
meningkat dengan pesat seiring dengan meningkatnya permintaan bahan pangan
organik, namun ketersediaan beras organik saat ini belum dapat mencukupi
seluruh permintaan yang ada.

Luas lahan sawah di Kabupaten Tasikmalaya seluruhnya seluas 134.921


ha dengan total produksi 845.027 ton (DDA Kab. Tasikmalaya 2013). Total
produksi padi di Kab. Tasikmalaya merupakan kapasitas produksi nomor 6 di
Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, luas lahan sawah organik baru mencapai
7.102 ha dan luas lahan sawah organik yang tersertifikasi baru seluas 352 ha.
Gapoktan Simpatik didasari oleh kebutuhan pemasaran kelompok-kelompok tani
yang sudah melakukan budidaya organik sejak tahun 2000. Terbentuklah
Gapoktan Simpatik pada tahun 2009 yang terdiri dari 25 kelompok tani yang
tersebar di 8 kecamatan di Kab. Tasikmalaya. Setiap tahun keanggotaan selalu
bertambah. Pada tahun 2009 Gapoktan Simpatik berhasil mendapatkan sertifikasi
organik internasional dari lembaga sertifikasi IMO (Institute For Marketcology)
Swiss sehingga berhak untuk mengekspor ke seluruh dunia.

Luas lahan sawah yang telah disertifikasi organik internasional oleh IMO
Swiss seluas 320 dan sebagian oleh BioCert untuk SNI Organik. Bulan Mei 2010
anggota Gapoktan Simpatik bertambah 6 kelompok tani setelah disertifikasi
Organik Indonesia oleh Lembaga Sertifikasi Sucofindo sehingga total areal sawah
organik Gapoktan Simpatik mencapai 352 ha.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelembagaan subsistem agribisnis padi organik ?

2. Bagaimana keterkaitan setiap lembaga dalam menjalankan subsistem


agribisnis padi organik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kelembagaan subsistem agribisnis padi organik

2. Untuk mengetahui keterkaitan setiap lembaga dalam menjalankan subsistem


agribisnis

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan memberikan kegunaan baik secara teoritis


maupun praktis. Secara teoritis, makalah ini berguna untuk menambah wawasan,
terutama tentang hal yang berkaitan dengan pertanian organik. Secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang pertanian organik.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang padi organik secara teoritis
maupun praktik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. AGRIBISNIS
Soekartawi (1993) Agribisnis berasal dari kata agri dan bisnis. Agri
berasal dari bahasa Inggris, agricultural (pertanian). Bisnis berarti usaha komersial
dalam dunia perdagangan. Agribisnis adalah kesatuan kegiatan usaha yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil
dan pemasaran produk-produk yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti
luas. Strategi pembangunan yang berwawasan agribisnis pada dasarnya
menunjukan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya yang
sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu: menarik dan mendorong
munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur pertanian yang
tangguh, efesien dan fleksibel, menciptakan nilai tambah, meningkatkan
penerimaan devisa, menciptakan lapangan pekerjaan dan memperbaiki pembagian
pendapatan (Soekartawi, 2001:1).
Pengertian Agribisnis Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) Agribisnis
adalah setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi pertanian, yang
meliputi pengusahaan input pertanian dan atau pengusahaan produksi itu sendiri
atau pun juga pengusaha pengelolaan hasil pertanian. Agribisnis, dengan
perkataan lain, adalah cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan.
Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi memperoleh keutungan
dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses
pengolahan, hingga tahap pemasaran. Pengertian Agribisnis Menurut Wibowo
dkk, (1994) Pengertian agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari
pengadaan, prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Dengan
demikian agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistim pertanian yang memiliki
beberapa komponen sub sistem yaitu, sub sistem usaha tani/ yang memproduksi
bahan baku sub sistem pengolahan hasil pertanian, dan sub sistem pemasaran hasil
pertanian

3
4

B. KELEMBAGAAN
Kelembagaan ialah sekumpulan jaringan dan relasi sosial yg melibatkan
orang, memiliki tujuan tertentu, memiliki norma, serta memiliki struktur.
Kelembagaan mengandung dua aspek yakni ”aspek kultural” dan ”aspek
struktural”. Aspek kultural terdiri dari hal-hal yang lebih abstrak yang
menentukan “jiwa” suatu kelembagaan yaitu nilai, norma, dan aturan,
kepercayaan, moral, ide, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi, dan
lain-lain Sementara, aspek struktural lebih statis, yang berisi struktur, peran,
hubungan antar peran, integrasi antar bagian, struktur umum, struktur
kewenangan, hubungan kegiatan dengan tujuan, aspek solidaritas, keanggotaan,
profil, kekuasaan, dan lain-lain.

C. KELEMBAGAAN AGRIBISNIS
1. Kelembagaan Usaha Tani umumnya terdiri dari :
a. Rumah Tangga Petani
b. Kelompok Petani
c. Perusahaan Budidaya
2. Kelembagaan Pasca panen umunya terdiri dari :
a. Jasa Pengolahan hasil
b. Usaha Agroindustri
3. Kelembagaan Pemasaran Hasil terdiri dari :
a. Kelembagaan pemasaran di lokasi
b. Kelembagaan pemasaran di luar wilayah
4. Kelembagaan Penunjang umumnya terdiri dari :
a. Kelembagaan Permodalan
b. Kelembagaan Penyuluh pertanian

D. USAHATANI
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola
input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,
benih, dan pestisida) dengan efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan
produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Adapun
5

pengertian usahatani lainnya dapat dilihat dari masing-masing pendapat sebagai


berikut.
Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan,
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi
seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan
pendapatan petani yang lebih besar. Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai
ilmu mengenai cara petani mendapatkan kesejahteraan (Wanda, 2015 : 602)
Prasetya (2006) menyatakan usahatani adalah ilmu yang mempelajari
norma-norma yang dapat dipergunakan untuk mengatur usahatani sedemikian
rupa sehingga dapat diperoleh pendapatan setinggi-tingginya. Sementara menurut
Daniel (2001) usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara petani untuk
mengkombinasikan dan mengoperasikan berbagai faktor-faktor produksi (tanah,
tenaga kerja, modal dan manajemen) serta bagaimana petani memilih jenis dan
besarnya cabang usahatani berupa tanaman atau ternak yang dapat memberikan
pendapatan yang sebesar-besarnya dan secara kontinyu.
Menurut Efferson (2001), usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-
cara pengorganisasian dan pengoperasian di unit usahatani dipandang dari sudut
efisiensi dan pendapatan yang kontinyu.
Menurut Soekartawi (2002), usahatani biasa diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu
tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang
mereka miliki (kuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).

E. PADI ORGANIK
Padi merupakan salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan secara
organik. Pertanian organik merupakan jawaban atas dampak revolusi hijau yang
digalakkan pada era 60-an yang telah menyebabkan kesuburan tanah berkurang
dan kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak
terkendali. Sistem pertanian yang berbasis bahan high input energy (bahan fosil)
sperti pupuk kimia dan pestisida dapat merusak sifat-sifat tanah dan pada akhirnya
akan menurunkan produktifitas tanah untuk beberapa waktu yang akan datang
6

(Utami dan Handayani, 2003). International Rice Research Institute (2007)


menyebutkan bahwa padi organik adalah padi yang disahkan oleh suatu badan
independen, ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan.
BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA

Metode yang digunakan adalah dengan mencari informasi di jurnal dan website
yang ada di google.
BAB IV
PROFIL PELAKU USAHA

Gapoktan simpatik merupakan pelaku usaha yang bergerak di bidang


pertanian organik. Komoditas yang dibudidayakan adalah tanaman pangan berupa
padi organik. Gapoktan simpatik terdiri dari gabungan dari 25 kelompok tani yang
bersatu kemudian terbentuklah pada tahun 2009. Alasan dibentuknya gapoktan
simpatik karena didasari oleh kebutuhan pemasaran kelompok-kelompok tani
yang sudah melakukan budidaya organik sejak tahun 2000. Lokasi budidaya padi
organik berada di Kp. Cidahu Tonggoh RT.3 RW.7 Desa Mekarwangi
Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya. Dalam praktiknya gapoktan
simpatik menjalankan budidaya padi oganik dengan membentuk koperasi
GAPOKTAN SIMPATIK. Koperasi gapoktan simpatik melakukan kerjasama
dengan lembaga sub sistem hulu sampai lembaga subsistem penunjang untuk
mendukung kelancaran dan kesuksesan budidaya padi organik nya seperti poktan
penyedia input usahatani, perusahaan swasta (CV. Alam subur), PT.PMA(Paket
Mitra Abadi), PT Bloom Agro, kerjasama dengan SOGO dan Rans Market,
Superindo dan Yogya Supermarket.

8
BAB V
PEMBAHASAN

Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu Kabupaten penghasil padi


organik di Indonesia dengan luas areal 120,245 Ha dan telah melakukan ekspor ke
berbagai negara. Kelembagaan merupakan basis terbentuknya modal sosial yang
dapat menfasilitasi kerjasama dalam aktivitas agribisnis padi organik. Dukungan
kelembagaan dalam pengembangan sistem pertanian organik mempunyai peranan
penting dalam setiap aktivitas masing-masing subsistem agribisnis.Penelitian ini
difokuskan pada Gapoktan Simpatik yang merupakan organisasi petani padi
organik di Kabupaten Tasikmalaya dan produsen utama beras organik yang telah
disertifikasi internasional. Berikut merupakan beberapa lembaga agribisnis padi
organik di Kabupaten Tasikmalaya.

A. Kelembagaan Subsistem Agribisnis Hulu


Kelembagaan pada subsistem agribisnis hulu bertujuan untuk menjamin
terpenuhinya input yang dibutuhkan petani untuk usahatani padi organik seperti
pupuk organik, benih dan pestisida organik. Kelembagaan penyedia input terdiri
dari gapoktan, kelompok tani, agroindustri kelapa dan kelompok peternak.
Gapoktan Simpatik selain berperan sebagai pembeli padi organik dari petani, juga
sebagai penyedia input, antara lain benih dan pupuk organik. Hasil olahan pupuk
organik oleh Gapoktan Simpatik, dibagikan pada kelompok-kelompok yang
membutuhkan pupuk organik. Untuk menjaga kontinuitas penyediaan pupuk
organik, perlu upaya pemberdayaan kelompok tani sebagai penyedia pupuk
organik untuk anggotanya melalui pengelolaan peternakan sapi. Dengan demikian
kelompok tani padi organik dapat berperan sebagai produsen pupuk organik.

B. Kelembagaan Subsistem Usahatani (On Farm Agribusiness) Padi Organik


Pada kelembagaan ini, kelompok tani adalah pelaku utama yang terdiri
dari petani padi organik, baik petani yang disertifikasi dan petani non sertifikasi.
Kelompok tani yang disertifikasi internasional tergabung dalam Gapoktan
Simpatik dan telah menerapkan manajemen modern dalam kegiatan usahataninya,
antara lain adanya pencatatan dalam berbagai aktivitas usahataninya. Aktivitas
usahatani dari pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemupukan,

9
pemeliharaan sampai dengan pasca panen telah sesuai dengan manajemen mutu
secara standar internasional. Kontrol terhadap kualitas budidaya dilakukan secara
rutin oleh ICS (Internal Control System). Sertifikasi internasional dilakukan 1-2
kali dalam setahun oleh IMO. Hal ini dilakukan sebagai persyaratan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas sesuai standar internasional. Keterkaitan
antara kelompok tani, gabungan kelompok tani, penyuluh pertanian, perusahaan
beras organik, NGO dan lembaga pensertifikasi sangat erat dalam proses budidaya
padi organik. Lembaga-lembaga tersebut bersinergi untuk menghasilkan dan
menjamin produk dari subsistem usahatani agar memenuhi standar internasional.

C. Kelembagaan Subsistem Agribisnis Hilir


Produk primer yang dihasilkan oleh subsistem usahatani (on-farm) padi
organik adalah gabah. Selanjutnya produk primer tersebut (gabah) diproses oleh
subsistem agribisnis hilir. Hal ini bertujuan untuk memberikan nilai tambah dari
padi produk primer tersebut (padi/gabah). Produk yang dihasilkan dari proses
pengolahan ini adalah beras organik yang sesuai standar internasional. Pelaku
utama pada subsistem agroindustri untuk padi organik yang tersertifikasi ini
adalah gabungan kelompok tani, perusahaan swasta CV. Alam Subur, lembaga
pensertifikasi, dan perusahaan eksportir.

D. Kelembagaan Subsistem Agribisnis Pemasaran


Subsistem agribisnis pemasaran adalah subsistem yang melakukan aktivitas
pemasaran produk beras organik sampai ke tangan konsumen. Pada subsistem
terdapat beberapa lembaga pemasaran yang terlibat dalam pelaksanaan
pendistribusian produk dari produsen ke konsumen. Pelaku pada subsistem ini,
untuk beras organik yang tersertifikasi adalah kelompok tani, gabungan kelompok
tani Simpati (beras organik sertifikasi internasional), perusahaan swasta (CV.
Alam subur), PT.PMA(Paket Mitra Abadi), PT Bloom Agro, kerjasama dengan
SOGO dan Rans Market, Superindo dan Yogya Supermarket. Sementara itu,
untuk beras organik non sertifikasi dilakukan oleh kelompok tani dan perusahaan
penggilingan di tingkat desa (huller). Dalam perkembangannya pemasaran oleh
Gapoktan Simpati dilakukan oleh koperasi yang didirikan oleh gapoktan (Simpati)
untuk beras organik yang disertifikasi nasional. Peran koperasi adalah melakukan
pembelian gabah dari petani dan melakukan pemasaran produk dari Gapoktan ke

10
grosir dan konsumen. Dalam penelitian ini ditemukan adanya koperasi desa yang
terlibat dalam pemasaran padi organik dengan melakukan kerjasama dengan
Gapoktan Simpati. Peran dari koperasi ini adalah melakukan pembelian gabah
dari petani dan selanjutnya didistribusikan ke Gapoktan Simpati.

E. Kelembagaan Subsistem Penunjang Agribisnis Padi Organik


Peran dari subsistem penunjang pada agribisnis padi organik adalah
memberikan dukungan terhadap kelembagaan subsistem yang lainnya.
Kelembagaan penunjang yang terpenting adalah lembaga keuangan, perkumpulan
petani pemakai air, ataupun lembaga penyuluh pertanian., lembaga sertifikasi baik
internasional maupun nasional. Agribisnis padi organik juga didukung oleh NGO
(internasional) dan Aliansi Organik Indonesia. Peran kelembagaan adalah
memberikan berbagai pelatihan-pelatihan kepada petani maupun kelompok tani
pertanian organik. Pada subsistem ini, keberadaan koperasi juga memiliki peran
yang penting dalam memberikan kredit kepada petani. Berikut merupakan gambar
model kelembagaan agribisnis padi organik.

11
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Usahatani padi organik merupakan salah satu budidaya dengan prinsip
menggunakkan bahan-bahan yang berasal dari alam sehingga kesehatan nya. Jawa
barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia dengan luas lahan dan
produksi padi sawah terbesar ke 3 setelah jawa timur dan jawa tengah. Desa
Mekarwangi Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya merupakan daerah
yang ada di provinsi jawa barat yang terkenal sebagai daerah sentra padi organik
nya yang sudah mendunia. Di desa tersebut terdapat satu gapoktan yaitu
GAPOKTAN SIMPATIK yang bergerak dibidang usahatani padi organik sejak
tahun 2000. Gapoktan simpatik memiliki manajemen dan kelembagaan
agribisnisnya yang baik. Kelembagaan agribisnis padi yang terjalin berupa
kerjasama dengan lembaga penyedia input atau saprotan, lembaga on farm/
budidayanya, lembaga pengolahan, lembaga pemasaran, dan lembaga penunjang.

B. Saran
1. Lembaga pendidikan harus berkontribusi lebih banyak didalamnya, terutama untuk
menciptakan SDM yang lebih unggul dalam bidang penyuluhan sehingga bisa
tercipta GAPOKTAN lainnya yang mampu berkembang seperti GAPOKTAN
SIMPATIK yang berhasil mendapat perhatian dan penghargaan Internasional.
2. Lembaga penelitian dan pengembangan teknologi dituntut harus lebih
mengembangkan jenis varietas padi organik yang bisa menangani masalah jangka
waktu dari tanam hingga panen supaya mampu bersaing dengan padi komersial
lainnya.
3. Lembaga pemerintahan diusulkan untuk menjadikan GAPOKTAN SIMPATI
menjadi percontohan bagi tiap daerah di Kab. Tasikmalaya khususnya serta
membuat rencana Lokalisasi usahatani komoditas organic lainnya di tiap
desa/kecamatan dengan masing-masing desa/kecamatan mengunggulkan komoditas
yang berbeda dan kedepannya tidak hanya padi organic yang mampu di ekspor
melainkan komoditas pertanian.

12
DAFTAR PUSTAKA
Candra nuraini. 2016. Model Kelembagaan pada Agribisnis Padi Organik
Kabupaten Tasikmalaya. DOI:10.18196/agr.2121
Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 92-101RANCANG
BANGUN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS PADI ORGANIK DALAM
MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai