Anda di halaman 1dari 11

Panduan Penulisan Artikel Ilmiah untuk Antologi

Oleh
Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd.

Pendahuluan
1. Meneruskan Surat Dirjen Dikti No. 152/E/T/2012 : Wajib Publikasi Ilmiah Bagi
S1/S2/S3.
Bahwa salah satu syarat kelulusan, yang berlaku terhitung mulai kelulusan Agustus
2012, yaitu sebagaimana diuraikan berikut.
a. Untuk program S1 harus ada makalah yang terbit di jurnal ilmiah.
b. Untuk program S2 harus ada makalah yang terbit di jurnal ilmiah nasional
terutama yang terakreditasi Dikti.
c. Untuk program S3 harus ada makalah yang sudah diterima terbit di jurnal
Internasional.
2. Mempertimbangkan Peraturan Rektor UPI No. 5805/UN40/HK/2015 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan UPI.
3. Merujuk pada Peraturan Rektor UPI No. 5804/UN40/HK/2015 tentang Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah UPI.
4. Diwajibkan bagi mahasiswa sebagai syarat kelulusan untuk membuat artikel ilmiah
yang akan dipublikasikan melalui web journal dalam bentuk OJS (Open Journal
Systems).

Panduan Penulisan Antologi PGSD Bumi Siliwangi


Departemen Pedagogik FIP UPI
1. Artikel merupakan ringkasan atau bentuk pendek skripsi dengan jumlah kata: a)
untuk MIPA dan Teknologi Kejuruan (2500-5000 kata), b) humaniora (3000-6000
kata).
2. Artikel ditulis berjarak satu spasi, huruf Times New Roman 12, dan margin kiri dan
atas masing-masing 3 cm serta margin bawah dan atas masing-masing 2,5 cm.
3. Judul ditulis dengan huruf kapital jenis huruf Berlin Sans FB 16, diikuti oleh nama
penulis tanpa gelar dengan huruf Gill Sans MT14, di bawahnya dituliskan afiliasi
penulis yaitu Jurusan..., Fakultas..., Universitas Pendidikan Indonesia, dan email
penulis penanggung jawab dengan huruf Gill Sans MT 12, dengan dicetak miring.
4. Tempatkan pembimbing sebagai penulis kedua, ketiga, dst. Bubuhkan catatan
kaki di belakang nama pembimbing “Penulis Penanggung Jawab”
5. Di bawah afiliasi, tuliskan abstrak dengan huruf Times New Roman 11, dengan
inden kiri dan kanan masing-masing 1 cm.
6. Abstrak harus berisi uraian pentingnya topik yang dibahas, kesenjangan yang
ditemukan antara teori dan kenyataan atau antara harapan dan kenyataan,
penelitian yang dibahas, metode, hasil dan pembahasan, serta kesimpulan dalam
bahasa Indonesia dan Inggris.
7. Judul dan abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
8. Pada setiap halaman ganjil berikan header atau sirahan berupa Nama Jurnal,
Volume, Nomor edisi, bulan dan tahun penerbitan serta halaman artikel yang
dimuat dengan rata kiri.
9. Pada setiap halaman genap, berikan sirahan berisi nama penulis dan judul artikel
dengan rata kanan. Bila tak mencukupi, judul tidak perlu ditulis lengkap.
10. Di bawah abstrak tuliskan kata kunci tidak lebih dari lima kata.
11. Setelah kata kunci lansung uraikan mengenai latar belakang sekaligus teori yang
digunakan dalam penelitian tanpa diawali subjudul dengan panjang bagian ini tak
lebih dari 20% dari panjang seluruh tulisan.
12. Setelah uraian teori, beri subjudul METODE dengan Times New Roman 12 huruf
kapital diikuti uraian mengenai desain penelitian, responden yang terlibat,
instrumen yang digunakan, serta prosedur analisis data dengan panjang uraian
tidak lebih dari 15% dari seluruh panjang tulisan.
13. Ikuti uraian mengenai metode dengan subjdul berupa HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berisi uraian mengenai temuan dan pembahasan hasil penelitian dengan
panjang tidak lebih dari 60% panjang seluruh tulisan.
14. Ikuti uraian mengenai pembahasan dengan KESIMPULAN yang berisi ringkasan
dan komentar atas temuan penelitian panjang tidak lebih dari 5% dari total tulisan.
15. Setelah kesimpulan, masukan REFERENSI dengan menggunakan model
American Psychological Association (APA Style) dengan rata kiri.
16. Kutipan blok diberi inden 0,75cm, lebar kolom 7,43 dan jarak antarkolom 0,6 cm.
17. Gunakan garis horizontal untuk tabel (lihat tabel Model APA). Berikan nomor dan
judul tabel di atasnya.
18. Setiap sumber yang dikutip dalam naskah harus tercantum dalam Referensi;
sebaliknya rujukan yang tercantum Referensi harus muncul dalam teks.
Dilampirkan contoh, & juga bisa diakses ke alamat situs berikut.
https://antologipgsdbumsil.wordpress.com.
Catatan: Konsultasikan Secara Intensif dengan Pembimbing Masing-Masing.
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL VIDEO PADA


PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
Wawan Setiawardani, Tatang Syaripudin1 dan Isah Cahyani2

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pedagogik, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas belajar dan keterampilan


berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara melalui penerapan media audio-visual. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas, model Kemmis &
Taggart. Subjek penelitian ini 47 siswa kelas V SDN Barunagri Lembang, Bandung
Barat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan media audio-visual pada
pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Kata kunci: media audio-visual, keterampilan berbicara.

Abstract: The background of the reasearch was the low students' studying activities
and speaking skill on Indonesian Language subject. The aim of the research is
increasing speaking skill through audio-visual media. Method of the research used
was Classroom Action Research (CAR) by Kemmis and Mc. Taggart model. Subjects
of the research involves 47 students of the fifth grade semester II SDN Barunagri
Lembang Kabupaten Bandung Barat. Result of the research showed that by using
audio-visual media on learning Indonesian Language was able to increase students'
speaking skill.
Keywords: audio-visual media, speaking skill.

1
Penulis Penanggung Jawab
2
Penulis Penanggung Jawab

1
Wawan Setiawardani. Penggunaan Media Audio-Visual Video Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

PENDAHULUAN pesan tersebut disebut berbicara. Dengan


Pendidikan bahasa Indonesia di demikian, berbicara adalah keterampilan
sekolah dasar bertujuan untuk seseorang dalam menyampaikan pesan
mengembangkan kemampuan berbahasa kepada penyimak.
Indonesia siswa sesuai dengan fungsi Keterampilan berbicara harus dilatih
bahasa sebagai wahana berfikir dan melalui proses belajar dan latihan secara
berkomunikasi untuk mengembangkan berkesinambungan dan sistematis agar
potensi intelektual, emosional dan sosial. dapat memperlancar seseorang dalam
Bahasa sangat fungsional dalam kehidupan berkomunikasi. Oleh karena itu guru
manusia, karena selain merupakan alat sebagai fasilitator yang akan
komunikasi yang paling efektif, berfikir mengembangkan dua keterampilan diatas
pun menggunakan bahasa. harus menerapkan cara dan media yang
Ada beberapa aspek keterampilan efektif untuk membelajarkan keterampilan
berbahasa yang harus terus dibina untuk berbahasa. Namun, kenyataan dilapangan,
meningkatkan mutu pembelajaran bahasa kemampuan dan prestasi siswa dalam
sekarang ini. Kita mengenal ada berbagai pembelajaran bahasa Indonesia, di kelas V
macam atau beberapa macam cabang dari SDN Barunagri Kecamatan Lembang
keterampilan berbahasa, mulai dari tingkat Kabupaten Bandung Barat masih rendah.
paling sederhana yakni menyimak, Hal ini dibuktikan dari data yang diperoleh
berbicara, membaca, dan menulis. peneliti banyak siswa yang belum
Menurut Resmini (2009: 49) mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
“berbicara adalah keterampilan (KKM) yang ditentukan sebesar 65. Dari
menyampaikan pesan melalui bahasa 47 siswa, hanya 18 orang yang mencapai
lisan”. KKM. Artinya sebanyak 62% siswa belum
Berbicara tidak sekedar mencapai ketuntasan belajar Bahasa
mengucapkan kata-kata, berbicara Indonesia.
merupakan alat untuk Guru harus dapat melihat situasi kelas
mengkomunikasikan gagasan- atau siswa dan kemudian memilih media
gagasan yang disusun dan seperti apa yang akan di gunakan dalam
dikembangkan sesuai dengan pembelajarannya. Materi yang sama belum
kebutuhan sang penyimak. Berbicara tentu dapat diterapkan pada kelas yang
merupakan instrumen yang berbeda. Namun, dalam pemilihan media
mengungkapkan kepada penyimak pembelajaran tetap harus mengacu pada
hampir secara langsung apakah sang tujuan utama dalam pencapaian belajar
pembicara memahami atau tidak yaitu penekanan pada unsur pemahaman
pembicaraan yang disampaikannya siswa, bukan sekedar menghafal dan akan
maupun para penyimaknya; apakah lebih baik lagi jika dilanjutkan pada
dia bersikap tenag serta dapat praktek aplikasi dari materi yang telah
menyesuaikan diri atau tidak, pada diajarkan. Dalam pencapaian tujuan
saat dia mengkomunikasikan pembelajaran itu perlu di terapkan
gagasan-gagasannya dan apakah dia pembelajaran yang aktif, dinamis, dan
antusias atau tidak (Tarigan 1983: menyenangkan. Berdasarkan hasil
15). observasi yang peneliti lakukan diperoleh
Dalam menyampaikan pesan, informasi bahwa rendahnya hasil belajar
seseorang akan mempergunakan ragam siswa kelas V tersebut dalam mata
bahasa lisan. Tujuan seseorang pelajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh
menyampaikan pesan yaitu mengharapkan beberapa faktor diantaranya :
agar pendengar atau penerima pesan dapat 1. Kurangnya partisipasi siswa dalam
memahaminya. Proses menyampaikan pembelajaran di kelas. Siswa tidak

2
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

menggunakan kesempatan-kesempatan bervariasi dan inovatif sangat diperlukan


yang diberikan oleh guru untuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia
bertanya mengenai materi pelajaran Adapun salah satu caranya adalah dengan
yang belum dimengerti tidak menggunakan media Audio-visual.
dimanfaatkan dengan baik oleh siswa. Seperti yang diungkapkan Rusman
2. Seringnya siswa berada diluar kelas (2013: 201) manfaat penggunaan audio-
pada saat jam pelajaran yang visual meliputi : siswa dapat memperoleh
seharusnya digunakan untuk belajar persepsi yang sama dan benar dalam
dikarenakan guru yang tidak hadir. menerima materi pelajaran. Guru membuat
3. Guru mengajar dengan menggunakan siswa lebih fokus pada pembelajaran dan
metode yang monoton yaitu metode membantu mengigat kembali materi
ceramah, sehingga siswa cenderung sehingga lebih mudah berbagi pengetahuan
bosan dalam pembelajaran. dan keterampilan yang telah dipelajari.
4. Guru jarang sekali menggunakan Penggunaan media audio-visual
media pembelajaran, sehingga kurang dipandang tepat untuk memberikan
menarik minat siswa dalam proses pemahaman yang bersifat konkret,
pembelajaran. sehingga mempermudah siswa menyerap
5. Guru sering masuk terlambat dan materi yang disampaikan. Materi yang
sering membiarkan siswa berada diluar diserap selanjutnya akan disampaikan
kelas. Sehingga hal ini membuat kembali oleh siswa melalui teknik
pembelajaran tidak berlangsung sesuai berbicara. Media audio-visual ini berupa
dengan yang semestinya. media video yang ditayangkan didepan
6. Aktifitas siswa dalam menjawab, kelas melalui proyektor.
menyelesaikan tugas-tugas masih Berdasarkan uraian pada latar
sangat kurang. belakang di atas maka masalah yang akan
Bahasa Indonesia lebih sering diteliti dalam penelitian ini bisa dinyatakan
dipandang pelajaran yang sederhana dan secara umum dengan rumusan seperti
tidak terlalu penting. Bahasa Indonesia dibawah ini.
yang dipelajari di sekolah lebih banyak “Bagaimana penggunaan media
disampaikan melalui ceramah, atau audio-visual untuk meningkatkan
mengerjakan buku LKS. Guru cenderung keterampilan berbicara siswa di kelas V
hanya mentransfer ilmu dan siswa hanya SDN Barunagri dalam pelajaran bahasa
menerima dengan pasif. Padahal teori Indonesia?”
perkembangan intelektual dari Piaget, anak Rumusan masalah diatas dapat
SD berada pada periode operasional dijabarkankan menjadi pertanyaan-
konkret. Siswa SD masih terikat dengan pertanyaan sebagai berikut :
objek konkret yang dapat ditangkap oleh
panca indra. Sebab itu, pembelajaran 1. Bagaimana rencana pembelajaran
bahasa Indonesia diharapkan tidak hanya bahasa Indonesia dengan
disampaikan dengan cara ceramah akan menggunakan media audio-visual
tetapi membutuhkan objek konkret yang untuk meningkatkan keterampilan
dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam berbicara siswa di kelas V SDN
pembelajaran bahasa Indonesia, siswa Barunagri, Lembang?
memerlukan alat bantu berupa media dan 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
alat peraga yang disampaikan oleh guru bahasa Indonesia dengan
sehingga lebih cepat dipahami dan menggunakan media audio-visual
dimengerti oleh siswa. untuk meningkatkan keterampilan
Berdasarkan permasalahan diatas berbicara siswa di kelas V SDN
penggunaan media pembelajaran yang Barunagri, Lembang?

3
Wawan Setiawardani. Penggunaan Media Audio-Visual Video Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

3. Berapa besar peningkatan kemampuan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus


berbicara siswa di kelas V SDN mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan
Barunagri, Lembang dalam (planing), tindakan (acting), pengamatan
pembelajaraan bahasa Indonesia (observing), dan refleksi (reflecting)
setelah menggunakan media audio- (Emzir, 2008: 258).
visual? Subjek pada penelitian ini adalah
Penelitian yang dilakukan tentunya seluruh siswa kelas V semester 2 di SDN
memiliki tujuan. Tujuan umum Barunagri, Lembang. Dengan jumlah siswa
diadakannya penelitian ini adalah “untuk sebanyak 47 siswa, yang terdiri dari 21
mendapatkan deskripsi mengenai siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.
penggunaan media audio-visual untuk
meningkatkan keterampilan berbicara Instrumen penelitian yang dilakukan
siswa kelas V sekolah dasar”, secara dalam penelitian ini, yaitu:
khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Teknik Pengumpulan Data
1. Memperoleh gambaran proses a. Tes kompetensi berbicara
perencanaan pembelajaran siswa dan
Tes kemampuan berbicara ini
guru dalam pembelajaran bahasa
bertujuan untuk menilai kemampuan
Indonesia terutama yang berkaitan
berbicara siswa setelah mengikuti
dengan keterampilan berbicara dengan
pembelajaran. Tes kemampuan berbicara
menggunakan media audio-visual di
dalam hal ini aspek-aspek yang dinilai
kelas V SDN Barunagri, Lembang.
yaitu tekanan, tata bahasa, kosa kata,
2. Untuk mengetahui bagaimana
kelancaran, dan pemahaman.
pelaksanaan pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan media Pensekoran dilakukan dalam
audio-visual untuk meningkatkan penilaian kemampuan berbicara tersebut
keterampilan berbicara siswa di kelas kemudian akan di ubah dalam bentuk tabel.
V SDN Barunagri, Lembang.
3. Untuk mengetahui sejauh mana media b. Observasi
audio-visual dapat meningkatkan Penelitian ini berlangsung melalui
keterampilan berbicara siswa dalam proses pengamatan atau observasi yang
pembelajaran bahasa Indonesia di dilakukan baik secara langsung atau
kelas V SDN Barunagri, Lembang. melihat hasil rekaman oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi tentang siswa
dengan cara mengamati, melihat, mencatat
METODE tingkah laku dan kemampuan guru maupun
Metode penelitian yang digunakan siswa selama kegiatan pembelajaran
dalam penelitian ini adalah penelitian berlangsung. Adapun jenis yang digunakan
tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah observasi nonpartisipan, observer
merupakan terjemahan dari Classroom berada di luar subjek yang diteliti dan tidak
Action Research, yaitu Action Research ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka
yang dilakukan di kelas. Sedangkan lakukan.
menurut Wardhani (2012: 3), ‘penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang Pengolahan data yang diperoleh dari
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya hasil penelitian ini dilakukan secara
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif
untuk memperbaiki kinerjanya sebagai dalam penelitian ini berupa data yang
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi diperoleh dan di dapat dari hasil observasi
meningkat’. siswa dan guru serta hasil tes siswa pada
Penelitian tindakan ini dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan
data kuantitatif yang didapat berupa data
4
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

yang menunjukan proses interaksi yang c. Menghitung persentase


terjadi selama digunakan metode kualitatif. ketuntasan belajar (nilai > 65)
Data yang diperoleh dari kegiatan
wawancara, lembar aktifitas siswa,
observasi guru dan studi dokumentasi
tersebut kemudian diolah dan dibuat
persentasenya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perencanaan pembelajaran menjadi
1. Analisis Data Kualitatif bagian yang penting dalam upaya
Prinsip data kualitatifdalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan
analisisinya bersifat berkesinambungan, efisien. oleh karenanya perencanaan
sebagaimana yang dinyatakan oleh pembelajaran dalam setiap siklus disusun
Nasution dalam Satori dan Komariah secara sistematis. Rencana pelaksanaan
(2012: 167) “bahwa proses analisis telah pembelajaran yang disusun dalam
dimulai sejak merumuskan dan penelitian ini mengacu pada prinsip-prinsip
menjelaskan masalah, sebelum terjun penggunaan media audio-visual sebagai
meneliti hingga penulisan hasil penelitian”. sarana mendekatkan materi pelajaran
Peneliti menganalisis data observasi dengan pengalaman siswa. Untuk Indikator
dan hasil tes berbicara yang kemudian dirumuskan berdasarkan Standar
disajikan dalam bentuk table dan Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
dirangkum agar kesesuaian antara data dan diambil dari Standar Isi. Materi pada
pembelajaran yang sebenarnya dapat penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan
terlihat. mengomentari persoalan faktual untuk
setiap siklus dari I sampai III.
2. Analisis Data Kuantitatif
Perencanaan pada siklus II dan III
Data kuantitatif diperoleh dari tes
dibuat dengan mengacu pada hasil refleksi
keterampilan berbicara. Setelah data
kegiatan pada siklus I dan II, perubahan
diperoleh kemudian dilakukan analisis
lebih terlihat dari pengkondisian dan
melalui langkah-langkah berikut:
pengaturan ruangan kelas yang
a. Penyekoran hasil tes
memungkinkan siswa dapat duduk dengan
Hasil dari penyekoran akan
rapih dan mengikuti pembelajaran dengan
dihitung dengan rumus:
nyaman. Perubahan juga dilakukan dalam
Kemampuan Berbicara =
Rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
memberikan pemahaman mengenai teknik
berpidato dan berbicara efektif, memilih
Untuk mengklasifikasikan kualitas materi video yang lebih sederhana dan
kemampumpuan berbicara siswa, maka dekat dengan siswa sehingga siswa lebih
data hasil tes dikelompokan dengan mengenal tentang materi yang
menggunakan skala 10-60. disampaikan, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berfikir
b. Menghitung nilai rata-rata kelas
kritis dan menggomentari persoalan-
persoalan yang ditayangkan pada video.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Ket : X = Rata – rata Proses pembelajaran yang
= Jumlah dilakukan oleh guru pada dasarnya sudah
mengikuti prinsip-prinsip penggunaan
keseluruhan nilai yang
media pembelajaran. Namun, dalam
diperoleh pemilihan materi video pembelajaran masih
= banyak data (siswa) kurang memperhatikan perkembangan dan

5
Wawan Setiawardani. Penggunaan Media Audio-Visual Video Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

pengalaman siswa, sehingga menyulitkan terhadap hasil kemampuuan berbicara


siswa untuk memahami dan mengomentari siswa yang diperoleh dari hasil tes
persoalan-persoalan yang ada didalamnya. kemampuan berbicara setiap tindakan baik
Guru pun masih kurang memberikan siklus II maupun siklus III.
kesempatan siswa untuk mengomentari 3. Peningkatan Kemampuan Berbicara
persoalan-persoalan dalam materi itu Siswa
sendiri, guru masih membantu siswa Untuk melihat peningkatan
mengarahkan dengan pertanyaan sehingga kemampuan bericara dalam mata pelajaran
siswa lebih fokus menjawab dari pada bahasa Indonesia pokok bahasan
mengomentari persoalan-persoalan mengomentari persoalan faktual di kelas V
tersebut. Usaha yang dilakukan guru dalam SDN Barunagri pada penelitian ini, peneliti
rangka perbaikan proses pembelajaran membandingkan hasil tes kemampuan
berupa perencanaan ulang dengan mengacu berbicara pada siklus I sampai siklus III.
pada refleksi pembelajaran yang telah Peningkatan Kemampuan berbicara dapat
dilaksanakan. dilihat dari perubahan skor dan rata-rata
Hasilnya pada tindakan siklus II skor yang diperoleh oleh siswa.
dan III aktivitas guru dan siswa mulai Dari data hasil nilai siklus I
berubah. Pembelajaran berlangsung lebih menunjukan 4 siswa atau 8% siswa
baik, guru memilih materi video dinyatakan tuntas dan 47 siswa atau 92%
pembelajaran yang lebih dekat dengan siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas dari
siswa sehingga siswa lebih mudah KKM yang ditentukan sebesar 65. Hal ini
memahami materi video pembelajaran yang disebabkan karena dalam berpidato siswa
disampaikan, memberi kesempatan masih banyak yang hanya membacakan
mengomentari persoalan-persoalan yang teks dan kurang memahami tentang
ditayangkan kepada siswa serta bagaimana cara berbicara di depan umum
memberikan npemahaman mengenai teknik yang baik.
berpidato yang baik. Siswa lebih antusias “Berbicara merupakan keterampilan
menyimak video-video yang ditayangkan, menyampaikan pesan dengan lisan”
serta mulai terbiasa menyusun dan (Resmini, 2008: 35). Dalam berbicara
menyampaikan pidato dengan bahasa dan seseroang menyampaikan pesannya secara
teknik yang baik. Siswa juga lebih aktif lisan, berbeda dengan membaca. Membaca
dalam mengomentari persoalan-persoalan merupakan suatu kegiatan untuk
faktual yang sedang dibahas. Selain itu memahami arti tulisan, meskipun dalam
pemahaman dan Kemampuan berbicara prakteknya membaca menyampaikan pesan
tentang konsep materi yang diberikan secara lisan akan tetapi dalam penilaian
semakin meningkat ini menunjukan bahwa berbicara membaca tidak dibenarkan.
tingkat kemampuan berbicara siswa bisa Dari data hasil nilai siklus II
meningkat dengan menggunakan media menunjukan 27 siswa atau 57% siswa
audio-visual. dinyatakan tuntas dan 20 siswa atau 43%
Pembahasan mengenai gambaran siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas dari
pelaksanaan dan aktivitas guru dan siswa KKM yang ditentukan sebesar 65. Hal ini
dalam penelitian ini bisa dilihat dari hasil disebabkan karena dalam berpidato
observasi yang telah dilakukan oleh kemampuan berbicara siswa cukup baik,
observer. Dari hasil observasi tersebut pemilihan katanya sudah bagus, namun
dapat dilihat secara keseluruhan proses masih sering terjadi jeda karena siswa tidak
pembelajaran baik aktivitas guru maupun mampu mengingat apa yang ingin
siswa selama pembelajaran dengan disampaikan atau masih gugup dalam
menggunakan media audio-visual. berbicara yang mengakibatkan lupa
Peningkatan ini ternyata berpengaruh pembicaraan yang ingin disampaikan.

6
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

Meski terdapat beberapa siswa yang belum lain melalui penggunaan media audio-
mencapai KKM tetapi apabila visual pembelajaran tidak hanya bersifat
dibandingkan dengan data pada siklus satu verbal tetapi mampu memberikan
terjadi kenaikan yang signifikan yaitu penggambaran jelas mengenai persoalan
sebesar 49%. yang sedang dibahas.
Peningkatan ini dipengaruhi oleh Pada data hasil nilai siklus III
pemilihan materi video pembelajaran yang menunjukan 27 siswa atau 100% siswa
cukup dekat dengan siswa, sehingga dinyatakan tuntas dari KKM yang
mempermudah siswa untuk memahami ditentukan sebesar 65. Hal ini menunjukan
materi. Melalui penggunaan media audio- bahwa penggunaan media audio-visual
visual juga mampu membantu siswa (video) dalam mata pelajaran bahasa
mamahami materi. Edgar Dale (Rudi Indonesia mampu membantu meningkatkan
Susilana dan Cepi Riyana, 2008: 19) keterampilan berbicara siswa. Berikut
mengungkapkan bahwa pengetahuan akan adalah data peningkatan keterampilan
semakin abstrak apabila pengetahuan berbicara berdasarkan nilai rata-rata
disampaikan secara verbal. Dengan kata persiklus.

Gambar 1.2
Diagram Batang Rata-Rata Skor Siswa Tiap Siklus

Aktivitas guru dan siswa bimbingan dan memfasilitasi kegiatan


berpengaruh terhadap hasil yang dicapai siswa untuk belajar. Dari gambar 1.3 dapat
siswa sehingga dapat dikatakan bahwa dilihat ketuntasan belajar dari siklus ke
penggunaan media audio-visual selain siklus, dapat diambil kesimpulan bahwa
dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran Penggunaan Media Audio-visual dapat
juga dapat meningkatkan kemampuan meningkatkan keterampilan berbicara
berbicara siswa. Selain itu, pelaksanaan siswa kelas V dalam materi pokok
pembelajaran lebih berpusat kepada siswa mengomentari persoalan faktual mata
sehingga guru hanya memberikan pelajaran bahasa Indonesia.

7
Wawan Setiawardani. Penggunaan Media Audio-Visual Video Pada Pembelajaran Bahasa
Indonesia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Gambar 1.3
Diagram Batang Perkembangan Ketuntasan Kemampuan Berbicara Siswa

Dalam penelitian ini, peneliti I kegiatan pembelajaran sudah cukup


menilai hasil tes kemampuan berbicara baik namun beberapa kesalahan yang
siswa sesudah dilaksanakannya guru lakukan seperti kurangnya
pembelajaran dengan menggunakan media memberi kesempatan siswa untuk
audsio visual. Peningkatan kemampuan berfikir dan mengomentari persoalan
berbicara dapat dilihat dari persentase faktual sendiri masih terjadi, selain
siswa yang mencapai KKM. Terlihat kesalahan guru terdapat faktor yang
adanya peningkatan dari setiap siklus, berpengaruh, diantaranya pengalaman
berikut gambar peningkatan keterampilan berbicara siswa yang kurang sehingga
berbicara setiap tindakan baik siklus I kurang mampu meningkatkan hasil
maupun siklus II. belajar siswa (kemampuan berbicara)
pada siklus I. Setelah dilakukan refleksi
KESIMPULAN dari pengamatan siklus I, maka dalam
Berdasarkan penelitian yang pelaksanaan siklus II beberapa kegiatan
dilakukan, maka kesimpulan yang dapat pembelajaran dirubah, diantaranya
diperoleh adalah sebagai berikut : mengenai pemberian pemahaman
1. Perencanaan pembelajaran dengan mengenai teknik berbicara di hadapan
menggunakan media audio-visual video orang lain serta pemilihan materi video
, dibuat oleh peneliti sebaik mungkin yang lebih dekat dengan siswa. Pada
dengan mengacu kepada KTSP disertai sisklus III tidak terjadi banyak
lembar observasi guru dan siswa dan tes perubahan dari pelaksanaannya
kemampuan berbicara di akhir setiap dibandingkan dengan siklus II,
siklus. Pemilihan video disesuaikan perbedaan hanya pada materi video
dengan tujuan pembelajaran, agar materi pembelajaran.
video sesuai dengan tujuan 3. Peningkatan hasil belajar dengan
pembelajaran. Selain itu, alat-alat menggunakan penggunaan media audio-
pendukung dipersiapkan agar visual video mampu dikatakan berhasil.
menunjang berlangsungnya Dari perbaikan pembelajaran yang
pembelajaran dengan baik. dilakukan berdasarkan hasil refleksi
2. Pelaksanaan pembelajaran melalui pada siklus I, pembelajaran pada siklus
penggunaan media audio-visual video II berhasil dengan baik ditandai dengan
pada pokok bahasan mengomentari adanya peningkatan hasil tes
persoalan faktual dilaksanakan sesuai kemampuan berbicara dari 43%
rencana yang telah dipersiapkan. menjadi 57% terjadi peningkatan
Berdasarkan hasil observasi pada siklus sebanyak 14% dengan rata-rata sebesar

8
Antologi PGSD Bumi Siliwangi, Vol. I, Nomor 3, Desember 2013

66,36. Dan hasil yang signifikan terlihat Rusman dkk. 2013. Pembelajaran Berbasis
pada Siklus III tes kemampuan Teknologi Informasi dan
berbicaranya meningkat dari 57% Komunikasi.Jakarta: Rajawali Pers.
menjadi 100% dengan rata-rata 77,15.
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Rajawali Pers.
. 2012. Bahan Ajar Pendidikan
dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Sofian. 2010. Pemanfaatan Media Video
Bandung: UPI. untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa di MAN 3 Jambi.
Depdiknas. 2010. Kurikulum Tingkat Makalah Jurusan Kurikulum dan
Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Teknologi Pendidikan.
Jakarta: Depdiknas.
Susilana, Rudi. Riyana, Cepi. 2008. Media
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pembelajaran. Bandung: Juruan
Pendidikan Kuantitatif dan Kurtekpend FIP UPI.
Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Tarigan, H. G.1991. Menyimak Sebagai
Ferdiansyah, Ferda.2012. Peningkatan Suatu Keterampilan Berbahasa.
Hasil Belajar Siswa Melalui Bandung: Angkasa.
Pendekatan Matematika Realistik
Pada Pembelajaran Matematika Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara
Kelas V Sdn 3 Cikidang Pokok Sebagai Suatu Keterampilan
Bahasan Pecahan. Skripsi. Berbahasa.Bandung: Angkasa.
Jurusan Pedagogik Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Wardani, IGAK . Wihardit, Kuswaya.
2012. Penelitian tindakan kelas.
Nurgiantoro, Burhan. 2010. Penilaian Tanggerang Seltan: Universitas
Pembelajaran Bahasa Berbiasis Terbuka.
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
Winata, Udin S. 1992. Pendekatan
Resmini, Novi. 2010. Kemampuan Pembelajaran Kelas Rangkap.
Berbahasa Indonesia di SD. Bandung: UPI Jakarta: Depdikbud.
Press.

Resmini, Novi. Dkk. 2009. Pembinaan


Dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa
Dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI
Press.

Resmini, Novi. Juanda, Dadan. 2008.


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

Rofiudin, A. Zuhdi, D. 2001. Pendidikan


Bahasa dan Sastra Kelas Tinggi.
Jakarta: Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai