Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kimia Pangan
Dosen Pengampu:
Dwi Indah Suryani, M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Salma Fajrina (2281160007)
Ayunda Putri (2281160013)
Devi Febriyanti (2281160030)
Mila Dewi Laraswati (2281160032)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT, sang pencipta alam
semesta besertaisinya, yang maha perkasa dan maha bijaksana atas segala
limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan penelitian “Potensi Sumber Daya Alam Berbasis Kearifan Lokal Pada
Talas Beneng Dalam Menunjang Ketahanan Pangan Di Kelurahan Juhud
Kabupaten Pandeglang Banten” ini dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan laporan penelitian ini adalah
suatu bentuk tanggungjawab penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kimia
Pangan”. Kami menyadri bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan laporan
penelitian ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, penulis senantiasa
menanti kritik dan saran dalam upaya evaluasi diri.
Disamping masih banyak ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan
laporan penelitian kami harapkan semoga laporan penelitian ini dapat memberikan
manfaat dan hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis, dan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
ABSTRAK........................................................................................................ iv
ABSTRACT..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 3
1.3 Tujuan Masalah..................................................................................... 3
1.4 Manfaat................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4
2.1 Talas Beneng......................................................................................... 4
2.2 Ketahanan Pangan................................................................................ 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 9
3.1 DesainPenelitian................................................................................... 9
3.2 Waktu Dan Tempt................................................................................ 9
3.3 Sumber Data........................................................................................ 9
3.4 Jenis Data ............................................................................................ 9
3.5 TeknikPengumpulan Data .................................................................... 10
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN............................................................. 12
4.1 Hasil...................................................................................................... 12
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 13
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 18
5.2 Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 19
LAMPIRAN .................................................................................................... 21
ABSTRAK
iii
Talas Beneng merupakan sumber daya alam yang banyak ditemukan di sekitar
Gunung Karang di Kabupaten Pandeglang, baik berupa tanaman liar maupun hasil
budidaya. Masyarakat sudah mengolah talas beneng menjadi tepung dan berbagai
makanan olahan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah talas
beneng memiliki potensi sebagai penunjang ketahanan pangan pada Kelurahan
Juhut Kabupaten Pandeglang dan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan
sumber daya alam talas beneng pada kelurahan Juhut Kabupaten Pandenglang ini.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa talas beneng sebagai sumber daya alam yang kaya akan gizi
yang berasal dari Kelurahan Juhut ini sudah dapat dikatakan sebagai salah satu
sumber pangan berbasis kearifan lokal yang dapat menunjang ketahanan pangan
di Kelurahan Juhut Kabupaten Pandeglang Banten. Pemanfaatan sumber daya
alam talas beneng dapat dijadikan sebagai sumber peningkatan perekonomian
masyarakat di Kelurahan Juhut Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, dan juga
dapat meningkatkan nilai budaya berbasis kearifan lokal serta menjadikannya
sebagai sebuah upaya dalam meningkatkan ketahanan pangan daerah dan juga
ketahanan pangan nasional.
iv
ABSTRACT
Talas Beneng is a natural resource that is commonly found around Mount Karang
in Pandeglang Regency, both in the form of wild plants and cultivation. The
community has processed taro beneng into flour and various other processed
foods. This study aims to determine whether taro beneng has the potential to
support food security in the Juhut Village of Pandeglang Regency and to find out
how the utilization of taro beneng natural resources in the village of Juhut,
Pandenglang Regency. This study used descriptive qualitative method. The results
showed that taro beneng as a natural resource rich in nutrients originating from
the Juhut Village can be said to be one of the local wisdom-based food sources
that can support food security in the Juhut Village, Pandeglang, Banten.
Utilization of taro beneng natural resources can be used as a source of economic
improvement in the community of Juhut Village, Pandeglang Regency, Banten
Province, and also can increase the value of local wisdom-based culture and
make it an effort to improve regional food security as well as national food
security
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia.Diantara kebutuhan
lainnya pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan
hidup seseorang dapat terjamin.Pangan juga merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara
bersama-sama seperti yang tercantum dalam UU Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan, disebutkan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk.
meningkatkan kemampuan memproduksi pangan secara mandiri,
menyediakan pangan yang beraneka ragam dan memenuhi persyaratan
keamanan, mutu, dan gizi bagi konsumsi masyarakat, mewujudkan tingkat
kecukupan pangan, terutama pangan pokok dengan harga yang wajar dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu juga untuk
mempermudah atau meningkatkan akses pangan bagi masyarakat, terutama
masyarakat rawan pangan dan gizi, meningkatkan nilai tambah dan daya
saing komoditas pangan di pasar dalam negeri dan luar negeri, meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu,
dan bergizi bagi konsumsi masyarakat. Tujuan penting lainnya juga
meningkatkan kesejahteraan bagi petani, nelayan, pembudi daya ikan, dan
pelaku usaha pangan dan melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber
daya pangan nasional.
Ketahanan pangan merupakan kondisi yang terjadi apabila semua orang
secara terus menerus baik secara fisik, sosial dan ekonomi akses untuk
pangan yang memadai/ cukup, bergizi dan aman yang memenuhi kebutuhan
pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup secara aktif dan sehat.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang hingga saat ini
masih terkenal dengan sebagian besar mata pencaharian penduduknya yaitu
sebagai petani atau bercocok tanam. Kondisi ketahanan pangan di Indonesia
pada saat ini semakin memburuk, dikarenakan lahan pertanian di Indonesia
sudah beralih fungsi dan kualitas para petani untuk mengolah sumber daya
alam yang ada mengalami penurunan. Ketahanan pangan menjadi tantangan
1
bagi bangsa Indonesia. Selain itu, Indonesia sebagai negara dengan jumlah
penduduk yang besar menghadapi tantangan yang kompleks dalam memenuhi
kebutuhan pangan penduduknya. Maka dari itu permasalahan tersebut
keberhasilan pembangunan ketahanan pangan sangat ditentukan tidak hanya
oleh performa salah satu sector saja tetapi juga oleh sektor lainnya. Dengan
demikian sinergi antar sektor, sinergi pemerintah dan masyarakat (termasuk
dunia usaha), merupakan kunci keberhasilan pembangunan ketahanan
pangan.
Sehubungan dengan kondisi tersebut, setiap daerah harus mampu
mendayagunakan segala potensi yang dimilikinya untuk mengatasi
permasalahan keterbatasan yang ada. Kemudian apa yang dinamakan kearifan
local. Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakan ada level
lokal dibidang kesehatan, pertanian, budaya, pendidikan dan pengelolaan
sumber daya alam dalam kegiatan masyarakat pedesaan. Talas beneng
merupakan sumber daya alam berbasis kearifan lokal.
Talas beneng merupakan talas lokal khas dari kawasan Gunung Karang
kelurahan Juhut Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Talas beneng
memiliki keunggulan dari talas-talas yang lainnya yaitu mempunyai ukuran
yang besar dengan kadar protein dankarbohidrat tinggi serta memiliki warna
kuning yang menarik.
Memahami pola konsumsi masyarakat Kelurahan Juhut Kabupaten
Pandeglang yang terbangun dengan berbagai kondisi alam serta kearifan lokal
yang dimiliki yang dimana pada awalnya mengkonsumi jagung, singkong dan
lain-lain, berubah kepola pangan nasional yaitu beras.Sehingga perlu
dipahami bahwa struktur masyarakat yang memiliki hubungan kuat dengan
lingkungan menjadikan potensi untuk menciptakan konsumsi pangan berbasis
kearifan lokal, hal ini didukung dengan ketersediaan sumber tanaman lokal
serta lahan yang berada pada kabupaten Pandeglang.
Namun masih banyak masyarakat pandeglang ini kurang mengetahui
talas beneng ini, padahal diketahui bahwa talas beneng ini merupakan sumber
daya alam khas Banten khususnya didaerah pandeglang.
Persoalan-persoalan mengenai talas beneng, ketahanan pangan dan
kearifan lokal inilah yang menjadi sebab perlunya pembahasan dan penelitian
2
lapangan sehingga dapat muncul jawaban-jawaban dari permasalahan
tersebut, dari kearifan lokal masyarakat itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas secara umum masalah yang dikaji, adalah :
1. Apakah talas beneng memiliki potensi sebagai penunjang ketahanan
pangan pada kelurahan Juhut Kabupaten Pandeglang?
2. Bagaimana pemanfaatan sumber daya alam talas beneng pada Kelurahan
Juhut Kabupaten Pandeglang ini?
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang dikaji adalah:
1. Untuk mengetahui apakah talas beneng memiliki potensi sebagai
penunjang ketahanan pangan pada Kelurahan Juhut Kabupaten
Pandeglang
2. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan sumber daya alam talas
beneng pada kelurahan Juhut Kabupaten Pandenglang ini
1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung
maupun tidak langsung, beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh
dari penelitian in adalah:
1. Bagi pemerintah Kabupaten Pandeglang, diharapkan dapat membantu
mengeksplore dan memperkenalkan kepada masyarakat khususnya daerah
pandeglang untuk adanya sosialisasi mengenai sumberdaya alam khas
dari daerah Pandeglang.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna
menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk
penelitian berikutnya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
dalam penguatan ketahanan pangan melalui strategi diversifikasi
pangan.Kandungan zat karbohidrat yang tinggi pada talas beneng
memposisikan sebagai sumber pangan pokok subsitusi beras.(Moh. Sofyan
Budiarto dan Yunia Rahayuningsih, 2017)
Talas merupakan tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji tertutup
(Angiospermae) berkeping satu (Monocotyledone).Talas beneng tergolong
dalam genus Xanthosoma.Prana dan Kuswara (2002) dalam Mrliana (2011)
menjelaskan bahwa taksonomi tumbuhan talas beneng adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Xanthosoma
Spesies : Xanthosoma undipes K.Koch (Moh. Sofyan Budiarto dan
Yunia Rahayuningsih, 2017)
Sumber : pertanianku.com
5
lemak 0,27%, pati 15,21% dan kalori sebesar 83,7% kkal. Naamun, disisi lain
umbi talas beneng juga memiliki kandungan asam oksalat yang cukup tinggi.
Tak heran bila pangan dari umbi-umbian ini memiliki potensi yang cukup
besar untuk diangkat sebagai bahan lokal subtitusi beras. (Sintha
Wahjusaputri dkk, 2018)
Talas seringkali dibudidayaakan pada daerah tropis dengan curah hujan
cukup (17.5-250cm/tahun) serta memerlukan tanah yang subur di daerah
lembab dengan temperature sekitar 21-27˚C.Tanaman ini dapat hidup pada
dataran rendah sampai ketinggian 2700m diatas permukaan laut namun tidak
lahanterhadap temperature sangat rendah (beku).Tumbuhan ini jarang
berbunga, namun ada daerah yang mempunyai iklim sesuai, bunga dan biji
sering ditemukan, seperti di Kepulauan Solomon, PapuaNew Guinea, dan
Indonesia. Akan tetapi kemungkinan biji tumbuh menjadi tanaman dewasa
sangat kecil karena kemampuan berkecambah rendah serta pertumbuhannya
lambat (Minantyorini dan Hanarida,2002). Adapun cara budidaya talas
beneng tidaklah rumit sebab dapat tumbuh didataran rendah ataupun dataran
tinggi. Hal yang terpenting adalah kesuburan lahan yang akan dijadikan
lokasi budidaya. Dengan terlebih dahulu diolah dengan cara di cangkul
sampai tekstruk tanah menjadi halus dengan membuang sisa akar tanaman
dan batu-batu agar tidak menghambat pertumbuhan ubi dalam tanah.
Sementara untuk waktu penanaman untuk yang paling baik adalah pada awal
musim hujan, namun jika musim hujan sudah tidak teratur sehingga lahan
bisa di tanam setelah panen. Untuk penyiraman bisa dilakukan sehari sekali
tidak perlu diberikan pupuk kimia ataupun pestisida hanya perlu
membersihkan rumput pada area penanaman selama 3 bulan sekali agar
tanaman tetap dapat unsur hara yang cukup.
Karakteristik fisik talas beneng umbi talas beneng sebagai terpendam di
dalam tanah dan sebagaian lagi muncul diatas permukaan tanah berbentuk
batang, memanjang kulit berwarna coklat, dagngumbi berwarna kuning muda
dan pada pinggir batang yang berumur 9 bulan dan 12 bulan terdapat umbi-
umbi kecil menempel, dengan akar serabut berwarna putih (Yuliani,
2013;Rusbana et al, 2012). Yuliani (2013), panjang batang bisa mencapai1,2-
6
1,5m dengan bobot 35-40kg pasa umur 2 tahun. Lingkar umbi mencapai 45-
55cm. umbi ini dihasilkan daripohon setinggi 2-2,5m dengan daun raksasa
sebesar 1 m².
Menurut sangketkrit et al. (2006) melakukan proses penurunan kadar
oksalat pada umbi talas beneng dengan beberapa cara pemasakan
konvensional, yaitu dengan beberapa cara pemasakan konvensional, yaitu
dengan perebusan, pengukusan dan pemanggangan. Hasilnya, terjadi
penurunan kandungan total okslat pada umbi yang direbus dan dikukus,
namun terjadi kenaikan kandungan total oksalat pada umbi yang dipanggang.
Berdasarkan hasilpenelitian (Kartina et al, 2015) bahwakadar asam oksalat
talas beneng hasil budidaya yang rendah dibandingkan dengan tumbuh secara
liar pemanfaatan talas pada umumnya dapat dimanfaatkan melalui umbi
menjadi berbagai olahan makanan seperti kripik dan kue brownis sedangkan
untuk daunnya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran.
Rusbana et.alI (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara umur panen dengan komposisi kimia talas beneng. Semakin
tua umur panen akan meningkatkan jumlah protein, lemak, dan abu yang
dikandungnya. Akan tetapi, khusus untuk karbohidrat, mengalami fase
puncak (kandungan maksimal) pada rentang enam sampai Sembilan bulan
dan selanjutnya mengalami penurunan jumlah yang disertai dengan
peningkatan kandungan beta karoten yang dicirikan dengan pigmen berwarna
kuning pada bagian daging umbinya.
Rusbana et al.(2012) menyatakan bahwa konsentrasi beta karoten talas
beneng baik liar maupun budidaya memiliki pola yang sama yaitu kandungan
beta karoten akan meningkat sampai berumur 9 bulan dan kemudian menurun
pada umur 12 bulan. Namun demikian konsentrasi beta karoten pada talas
beneng budidaya pada umur 9 bulan lebih tinggi (0,2717 µg/gr sampel)
disbanding yang liar (0,070 µg/gr sampel).
2.2 Ketahanan Pangan
7
sejalan dengan definisi ketahan pangan menurut Food And Agriculture
Organization(FOA) dan Word Health Organization(WHO), yaitu akses setiap
rumah tangga dan individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap
waktu untuk keperluan hidup yang sehat. Sementara pada World Foof
Summittahun 1996, ketahanan pangan disebut tercapai apabila semua orang
secara terus-menerus, baik secara fisik, sosial, dan ekonomi mempunyai akses
untuk pangan yang memadai atau cukup, bergizi dan aman, yang memenuhi
kebutuhan, serta pilihan untuk hidup secara aktif dan sehat.
8
Gambar 1. Peta persebaran talas beneng disekitar kawasan Gunung Karang
(Pancasasti, R)
Gambar 2. Peta Sebaran Talas Beneng Yang Tumbuh Secara Liar Dan Alami
(Pancasasti, R)
9
Kedua, akses pangan (Food Accessibility).Yakni kemampuan rumah
tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi
sendiri, pembelian, barter, hadiah, peminjaman, dan bantuan pangan maupun
kombinasi diantara kelimanya. Ketersediaan pangan disuatu daerah boleh jadi
mencukupi, akan tetapi mungkin tidak semua rumah tangga memiliki akses
yang memadai baik secara kualitas maupun keragaman pangan melalui
mekanisme tersebut diatas.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
jenis penelitian yang peneliti pergunakan dalam penelitian ini adalah
metode deksriptif kualitatif sehingga penelitian tidak hanya menggali data-
data yang tampak berupa angka-angka seperti halnya pada metode kuantitatif,
tetapi juga menginterpretasikan data dan mencari hal-hal dibalik data disertai
dengan teori-teori yang mendukungnya (Punch, 1998)
Penelitian mengenai potensi sumber pangan berbasis kearifan lokal pada
talas beneng dalam mendukung ketahanan pangan ini akan dilaksanakan di
Kelurahan Juhut Kabupaten Pandeglang. Oleh karena itu, yang menjadi
sasaran dari penelitian ini adalah masyarat, para pengolah talas beneng dan
juga pekebun di Kelurahan Juhut Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di satu lokasi disekitar kawasan GK BTN
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, dimana lokasi penelitian talas
beneng yang tumbuh secara liar dan juga di budidayakan diKelurahan Juhut.
Waktu penelitian yaitu hari kamis pada tanggal 09 Mei 2019
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder
a. Data Primer
Data primer dalam penelitian inidiperoleh dari wawancara yang
dilakukan dengan key person, wawancara dengan informan, serta
observasi lapangan.Dalam hal ini data primer didapat dari masyarakat,
pekebun talas beneng dan juga pengolah talas beneng di Kelurahan
Juhut Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari
jurnal, buku dan studi literatur yang sesuai dengan topik dari penelitian
ini.Dalam hal ini, jurnal, buku yang ada pada lokasi tersebut.
11
Untuk memperoleh data bagipenelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data, yakni wawancara. Wawancara merupakan metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara
langsung dengan informan yang dianggap dapat mewakili sumber dalam
proses pengumpulan data (Arikunto, 1998). Wawancara dalam penelitian
ini akan dilaksanakan dengan key informant, yakni orang yang dianggap
paling mengetahui situsi dan kondisi objek yang akan dijadikan sasaran
penelitian, sehingga peneliti dapat menggali informasi-informasi yang
diperlukan secara mendalam. Selain itu, wawancara juga dilakukandengan
metode semi structured interview sehingga peneli dapat memperoleh data
secara mendalam.
.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 HASIL
1.1.1 Aspek Ketersediaan Pangan
Berdasarkan hasil wawancara yang meliputi aspek ini, semua
narasumber telah lama berkecimpung di dunia pertanian talas beneng.
Talas beneng dapat tumbuh ditanam maupun secara liar yang dipanen
jangka waktu 1 tahun sekali, dalam massa panennya talas beneng bisa
mencapai 10 ton atau lebih.
1.1.2 Aspek Akses Terhadap Pangan
Talas beneng adalah salah satu sumber daya alam yang banyak
tumbuh di daerah Pandeglang, untuk mendapatkan talas beneng sangat
mudah, hal ini didukung dengan mudahnya laju pertumbuhan talas
beneng di daerah Pandeglang. Dalam pengelolaan dan perawatan talas
beneng ini tidak sulit karena tidak ada perawatan khusus namun, jika
ingin mendapatkan hasil yang lebih bagus dapat pula ditambahkan
pupuk pada saat penanamannya. Dalam proses pemanennya pun belum
menggunakan mesin karena masih menggunakan alat-alat sederhana
dan talas beneng ini dapat tumbuh di luar daerah Pandeglang kelurahan
juhud, akan tetapi kualitas talas beneng yang dihasilkan tidak akan
sama seperti talas beneng yang ditanam atau berada di daerah
pandeglang kelurahan juhud, baik dari tekstur dan rasa talasnya.
1.1.3 Aspek Manfaat Pangan
Manfaat pangan talas beneng yang terdapat di daerah Pandeglang
kelurahan juhud biasanya dimanfaatkan sebagai olahan makanan sperti
kue, brounis, donat, kripik, mie, steak dan dapat pula dijadikan bahan
makanan pengganti nasi karena rasanya yang enak dan dapat
mengenyangkan, selain itu juga dari jaman dahulu talas beneng sudah
dijadikan makanan pengganti nasi pada saat sebelum ada nasi.
1.2 PEMBAHASAN
13
Talas beneng merupakan salah satu biodiversitas lokal yang banyak
tumbuh secara liar disekitar kawasan Gunung Karang Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Talas beneng mempunyai ukuran yang besar dengan kadar
protein dan karbohidrat tinggi serta warna kuning yang menarik sehingga
berpotensi untuk dikembangkan menjadi aneka produk pangan dalam upaya
menunjang ketahanan pangan.
Tanaman Talas Beneng atau yang lebih sering disebut sebagai talas
besar dan talas koneng ini memiliki umbi yang bisa mencapai berat hingga 20
kg dalam kurun waktu kurang lebih 1 sampai 2 tahun penanaman, dengan
nama lain Xantoshoma undipes K. Koch, umbi talas ini mempunyai
kandungan nutrisi yang cukup bagus, meliputi kandungan protein 1,9 g%,
karbohidrat 23 g%, lemak 0,2 g%, dan energi 98 kal. Namun kadar oksalat
pada talas beneng ini mencapai pada urutan tertinggi dibandingkan
kandungan oksalat pada jenis talas lainnya, jika tidak dilakukan pengolahan
yang tepat akan dapat menyebabkan munculnya rasa gatal pada individu yang
mengkonsumsi olahan dari talas beneng ini. Dari beberapa penelitian
sebelumnya didapatkan cara untuk mengurangi kadar oksalat pada talas
beneng dengan cara penggunaan air panas dengan merendamkannya selama 3
jam, perendaman dengan larutan garam, dan pengukusan serta dimakan
bersamaan dengan sour cream.
Talas beneng memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan
menjadi sumber pangan lokal khas Banten, khususnya di kecamatan Juhut,
Pandeglang. Ukurannya yang besar dengan kadar beta karoten, protein,
karbohidrat serta energi yang tinggi menjadikan talas beneng sebagai ciri
khas yang tidak dimiliki talas jenis lain, sehingga talas beneng ini dapat
dijadikan suatu kearifan lokal yang perlu dilestarikan, dijaga dan
dikembangkan menjadi sumber daya alam dalam upaya menunjang ketahanan
pangan. Beta karoten merupakan pigmen yang ditemukan dalam tanaman
yang memberikan warna buah-buahan kuning dan orange serta sayur-sayuran
dengan wrna serupa. Beta karoten dikonfersi dalam tubuh menjadi vitamin A,
antioksidan kuat yang memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan
14
mata, kulit dan fungsi neurologis. Oleh karena itu pada talas beneng memiliki
pigmen berwarna kuning didalamnya diakibatkan adanya kandungan beta
karoten. Adapun manfaat dari beta karoten yaitu menurunkan resiko penyakit
jantung, melindungi kulit, melindungi mata dan meningkatkan kesehatan
pernapasan.
Ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga meliputi dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata, serta terjangkau. Berdasarkan tujuan penelitian dan
data yang didapatkan dari hasil wawancara yaitu, untuk mengetahui apakah
talas beneng memiliki potensi sebagai ketahanan pangan pada Kelurahan
Juhut Kabupaten Pandeglang dan untuk menyelidiki bagaimana pemanfaatan
sumber daya alam talas beneng pada kelurahan Juhut Kabupaten
Pandenglang, maka didapatkan hasil analisis berkaitan dengan 3 pilar
ketahanan pangan yaitu sebagai berikut:
15
dapatnya talas beneng ini dijadikan berbagai macam bentuk olahan. Hal ini
pun dapat membantu meningkatkan upaya dalam menunjang ketahanan
pangan pada cara diversifikasi. Diversifikasi merupakan salah satu cara
mengembangkan pangan dalam menunjang ketahanan pangan dengan cara
konsumsi aneka ragam pangan dengan prinsip beragam, bergizi, berimbang.
yaitu suatu proses pengembangan produk talas beneng. Adanya kesadaran
masyarakat tentang konsumsi pangan yang berimbang dan daya beli untuk
mengakses pangan mendorong upaya penganekaragaman pangan (Widowati,
2001). Langkah nyata untuk mewujudkan penganekaragaman konsumsi
pangan dengan memanfaatkan sumberdaya dan potensi yang sangat besar
dalam menghasilkan pangan lokal di setiap wilayah. Penganekaragaman
konsumsi pangan memberikan dorongan dan insentif kepada penyediaan
produk pangan yang lebih beragam.Berdasarkan hasil wawancara, dalam
melakukan pengelolaan talas beneng masih menggunakan cara yang
konvensional seperti dalam pembuatan tepung talas beneng. Selain diolah
menjadi tepung talas beneng juga bisa diolah menjadi kripik, gaplek, kue
brownis ataupun hanya dikukus. Hal ini selaras dengan pilar ketiga yaitu,
pemenfaatan pangan (Food Utilization)meliputi penggunaan pangan oleh
rumah tangga, dan kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme
zat gizi. Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan,
dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama
proses pengolahannya serrta kondisi higiene, budaya atau kebiasaan
pemberian makan terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan
khusus. Berdasarkan hal tersebut talas beneng sudah menjalankan perannya
sebagai pendukung ketahanan daerah sebagai bahan lokal substitusi beras dan
tepung terigu.
Pembuatan tepung talas beneng ini didapatkan dengan menggunakan
peralatan yang sederhana meliputi sortasi/pemilihan talas beneng, pencucian,
pengupasan, pengirisan, pencucuian, penirisan dan pengepresan, penjemurab/
pengeringan, setelah talas kering selanjutnya penggilingan dan penepungan,
pengyakan dan terakhir adalah pengemasan. Tepung talas beneng dapat
16
diolah menjadi produk yang meliputi produk kering, produk semi basah dan
basah (Wahjusaputri, S., dkk) Produk kering dapat dibuat dengan tepung talas
100% seperti kue kering. Produk semi basah seperti brownies juga dapat
dibuat dengan 100% tepung talas. Produk basah seperti kue lumpur dapat
dibuat dengan campuran terigu atau tepung lainnya. Produk kue kering yang
dibuat dari tepung talas mempunyai ciri tekstur yang sedikit kurang renyah
namun memiliki warna yang menarik. Untuk memperbaiki tekstur, tepung
talas dapat dikompositkan dengan tepung singkong. Tepung talas juga dapat
dikompositkan dengan tepung lain untuk memperbaiki sifat-sifatnya atau
memperkaya kandungan gizinya. Sebagai contoh, tepung talas yang
dikompositkan dengan tepung pisang dan kacang hijau. Tepung talas beneng
juga dimanfaatkan untuk membuat brownies. Pembuatan brownies ini sangat
menunjang ekonomi masyarakat terlebih di era modern ini sedang marak
beranekaragam bentuk dan varian rasa brownies, sehingga berdampak positif
terhadap perkembangan pengetahuan masyarakat luar daerah terhadap potensi
talas beneng ini. Selain dibuat tepung talas beneng juga biasanya dibuat
menjadi keripik talas beneng, prinsip pembuatan talas beneng juga cukup
sederhanan meliputu proses pengupasan, pencucian, perajangan,
penggorengan dan pengemasan.
Berdasarkan hasil analisis 3 pilar ketahanan pangan, talas beneng sebagai
sumber daya alam yang kaya akan gizi yang berasal dari Kelurahan Juhut ini
sudah dapat dikatakan sebagai salah satu sumber pangan berbasis kearifan
lokal yang dapat menunjang ketahanan pangan di Kelurahan Juhut Kabupaten
Pandeglang Banten.
17
BAB V
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Talas beneng dapat dijadikan sebagai sumber daya alam yang sangat
berpotensi sebagai penunjang ketahanan pangan di Kelurahan Juhut
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
2. Pemanfaatan sumber daya alam talas beneng dapat dijadikan sebagai
sumber peningkatan perekonomian masyarakat di Kelurahan Juhut
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, dan juga dapat meningkatkan
nilai budaya berbasis kearifan lokal serta menjadikannya sebagai sebuah
upaya dalam meningkatkan ketahanan pangan daerah dan juga ketahanan
pangan nasional
1.2 SARAN
1.2.1 Bagi Pemerintah
Diharapkan untuk lebih memperkenalkan kepada khalayak tentang talas
beneng sebagai kearifan lokal provinsi Banten itu sendiri, yang dimana
hanya segelintir orang yang mengetaui talas beneng dan kurangnya
ketertarikan dari pemerintah daerah terhadap potensi pangan lokal di
daeranya sendiri.
1.2.2 Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat setempat lebih mengembangkan pangan lokal
yakni talas beneng sebagai pengganti beras dan olahan makanan lainnya
yang berasal dari talas beneng. Dengan cara memperbanyak budidaya
talas beneng yang dimana potensi tersebut dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
18
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Melisa, P,O. August, E,P. Raihana,K. 2017. Kearifan Lokal dan Ketahanan
Pangan Masyarakat Desa Werwaru Kecamatan Moa Kabupaten Maluku
Barat Daya. Jurnal Agribisnis Kepulauan. Vol.5 No.2 Juni 2017
19
Penelitian Komunikasi Kualitatif. 2007. Yogyakarta: Lembaga Kajian
Islam dan Sosial (LKIS)
20
LAMPIRAN
1. Dokumentasi
21
2. Hasil Wawancara
Narasumber: Ibu Elis
Pekerjaan: Ibu rumah tangga sekaligus pegawai pengelola talas beneng
Indikator/ Aspek
No. Pertanyaan
Ketahanan Pangan
22
beneng dapat maksimal ?
Jawaban : tidak ada perawatan khusus
23
Narasumber: Bapak Rohmat
Pekerjaan : RT Kelurahan Juhut sekaligus pengelola talas beneng
Indikator/ Aspek
No. Pertanyaan
Ketahanan Pangan
24
ditanam diluar daerah pandeglang khusunya kelurahan
juhud membutuhkan perawatan yang lebih ekstra seperti
penambahan pupuk
5. Apakah ada perawatan khusus agar hasil panen talas
beneng dapat maksimal ?
Jawaban : tidak ada perawatan khusus, namun jika ingin
mendapatkan hasi yang bagus dapat ditambahkan pupuk
25
Indikator/ Aspek
No. Pertanyaan
Ketahanan Pangan
26
olahan seperti kripik, berbagai macam produk olahan
kue, dan lain sebagainya
3. Dapatkah talas beneng dijadikan konsumsi pangan
pengganti nasi ?
4. Jawaban : bisa, karena orang jaman dulu mengkknsumsi
talas sebelum ada nasi
27
Narasumber : Ibu Nunung
Pekerjaan: Penjual Talas Beneng
Indikator/ Aspek
No Pertanyaan
Ketahanan Pangan
28
3. Pemanfaatan Pangan 1. Kenapa bapak/ibu memilih talas beneng untuk
dijadikan sebagai bahan makanan ?
Jawaban : Ibu hanya menjual talas beneng saja, tidak
pernah dimakan secara langsung karena talas beneng
ada yang menyebabkan gatal-gatal
2. Talas beneng didaerah pandeglang biasanya
dijadikan olahan makanan apa saja ?
Jawaban : Ibu hanya menjual talas beneng saja, tidak
pernah dimakan secara langsung karena talas beneng
ada yang menyebabkan gatal-gatal
3. Dapatkah talas beneng dijadikan konsumsi pangan
pengganti nasi ?
Jawaban : Ibu hanya menjual talas beneng saja, tidak
pernah dimakan secara langsung karena talas beneng
ada yang menyebabkan gatal-gatal. Ibu menjual talas
beneng dengan harga Rp. 3000/kg. Sekali panen itu
banyak jadi keuntungan yang didapat dapat
mencukupi kebutuhan sehari-hari
29
Narasumber: Rohman
Pekerjaan: pegawai pengelola talas beneng
Indikator/ Aspek
No. Pertanyaan
Ketahanan Pangan
30
4. Dapatkah talas beneng dijadikan konsumsi pangan
pengganti nasi ?
5. Jawaban : Bisa, biasanya musim paceklik tanaman talas
beneng ini dijadikan makanan pokok dengan di rebus
31
32