9565-Article Text-18905-2-10-20180102
9565-Article Text-18905-2-10-20180102
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej
1079
Muiz, A., dkk / Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)
1080
Muiz, A., dkk / Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)
kali. Konsep merupakan abstraksi dari kejadian, seorang warga negara (OECD, 2013: 7). Seorang
objek, maupun fenomena yang terjadi. Konsep yang memiliki literasi sains dituntut memiliki
memiliki lima unsur unsur penting yaitu nama, kompetensi sebagai berikut.
definisi, sifat, nilai dan contoh. Hukum dan prinsip a) Menjelaskan suatu fenomena secara ilmiah.
lebih umum dibandingkan dengan fakta dan konsep, b) Mengevaluasi dan mendesain pemahaman IPA
tetapi dibatasi pada kondisi serta dihubungkan ke melalui inkuiri.
fenomena yang dapat teramati. Teori merupakan c) Menginterpretasi data dan menunjukkan bukti
sebuah penjelasan dari fenomena yang terjadi di ilmiah.
alam. Model merupakan sebuah representasi dari Peserta didik yang memiliki scientific literacy
fenomena yang tidak dapat kita lihat atau amati seperti yang dikemukakan National Education
secara langsung. Standards (1996) mempunyai ciri sebagai berikut.
IPA pada zaman sekarang sangat erat kaitannya a) Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
dengan masyarakat dan teknologi. IPA dengan konsep ilmiah, dan proses yang diminta untuk
masyarakat dan teknologi saling mempengaruhi satu berpartisipasi dalam era masyarakat digital.
sama lain. Ketika ilmuwan bekerja, maka dia terlibat b) Dapat meminta, mencari, atau menentukan
dengan aktivitas yang ada dalam masyarakat seperti jawaban atas pertanyaan yang berasal dari rasa
bekerja sama. Selain itu, dampak yang ditimbulkan ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari.
dari penggunaan teknologi yang dihasilkan sebagai c) Memiliki kemampuan untuk menggambarkan,
perkembangan IPA dapat mempengaruhi kondisi menjelaskan dan memprediksi fenomena
sosial masyarakat. Proses pembelajaran IPA harus nasional.
memperhatikan karakteristik IPA sebagai proses dan d) Mampu membaca dan memahami artikel tentang
IPA sebagai produk. Karaketristik ini disebut juga IPA yang ada di media cetak dan untuk terlibat
dengan objek IPA. Objek proses belajar IPA adalah dalam percakapan sosial tentang validitas
kerja ilmiah (prosedur), sedangkan objek produk IPA kesimpulan.
adalah pengetahuan faktual, pengetahuan e) Dapat mengidentifikasi masalah ilmiah dalam
konseptual, pengetahuan prosedural dan lingkup nasional maupun lokal yang
pengetahuan metakognitif IPA (Wisudawati & diinformasikan melalui IPA maupun teknologi.
Sulistyowati, 2014: 27). f) Mampu mengevaluasi kualitas informasi ilmiah
Pembelajaran IPA di SMP dilaksanakan secara berdasarkan sumbernya dan metode yang
terpadu dengan mengintegrasikan berbagai bidang digunakan untuk menghasilkan itu.
kajian. Puskur (2007) menyatakan bahwa tujuan g) Memiliki kemampuan untuk menunjukkan dan
pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara terpadu mengevaluasi pendapat berdasarkan bukti serta
di SMP tidak jauh berbeda dengan tujuan pokok menyimpukannya (Adolphus, Telima, &
pembelajaran terpadu yaitu meningkatkan efisiensi Arokoyu (2012).
dan efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat PISA 2006 mendefinisikan scientific literacy dan
dan motivasi, serta tercapainya beberapa kompetensi pertanyaan dalam assesmen dengan sebuah kerangka
sekaligus (Trianto, 2012: 155). Trianto (2012: 143) yang terdiri dari empat aspek yaitu konteks ilmiah
menyatakan bahwa hakikat dan tujuan pembelajaran (scientific contexts); kompetensi ilmiah (scientific
IPA yaitu kesadaran akan keindahan dan keteraturan competencies); pengetahuan ilmiah (the domains of
alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap scientific knowledge) dan sikap ilmiah (student attitudes
Tuhan Yang Maha Esa; Pengetahuan; Keterampilan; toward science). Empat aspek dari konsep PISA 2006
Sikap ilmiah; Kebiasaan mengembangkan digambarkan sebagai berikut (Bybee, Mccrae, And
kemampuan analisis deduktif dan induktif; Laurie, 2009).
Apresiatif terhadap IPA. Communication and Collaboration
Dalam pendidikan IPA, scientific literacy menjadi Dari beberapa aspek yang menjadi tujuan
tujuan pembelajaran pada masa sekarang. OECD pembelajaran IPA terkait literasi sains, maka
(2013: 7) mendefinisikan scientific literacy dengan keterampilan yang terkait dengan kompetensi yang
makna kemampuan untuk menggunakan harus dimiliki pada abad XXI yaitu komunikasi dan
pengetahuan mengenai masalah yang berhubungan kolaborasi. Kereulik et al. (2013) membagi
dengan IPA, dan dengan konsep IPA, sebagai refleksi
1081
Muiz, A., dkk / Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)
keterampilan abad XXI menjadi tiga (Gambar 2), Ketika kita menekankan pentingnya
yaitu foundational knowledge (to know), humanistic keterampilan komunikasi, sulit untuk
knowledge (to value),dan metaaknowledge (to act). memisahkannya dari keterampilan kolaborasi.
Seperti yang dijelaskan The 21st Century Skills
Framework, komunikasi dimana penyampaian ide
dilakukan melalui berbicara dan menulis sangat
dekat hubungannya dengan keterampilan kolaborasi,
seperti bekerja secara efektif dengan membagi tugas,
saling berkompromi untuk mencapai tujuan, dan
membagi tanggung jawab untuk bekerja secara
kolaborasi. Komunikasi tidak akan menjadi efektif
Gambar 1. Kerangka Asesmen PISA 2006 kecuali penyampaian ide/pesan dapat diterima dan
dipahami (National Education Association: 14)..
Keterampilan kolaborasi memiliki kontribusi yang
sangat penting bagi individu seperti fleksibilitas,
kemauan untuk berpartisipasi dalam kelompok,
penghargaan kepada usaha dan kesuksesan
kelompok maupun individu (Kereulik et al., 2013).
Johnson & Johnson (2004) menyatakan bahwa
pembelajaran dengan kolaborasi memberikan peserta
didik pemahaman, keterampilan dan sikap sebagai
hasil dari interaksi yang terjadi saat kerja kelompok
Gambar 2. Kompetensi Abad XXI
(DeWitt, Siraj, & Alias: 2014). Kozulin, Gindis,
Ageyev & Miller (2003: 41) menyatakan bahwa
Kompetensi yang penting dimiliki oleh peserta
sesuai tahapan zona perkembangan proksimal
didik yaitu communication and collaboration skills.
Vigotsky seseorang mampu melakukan sejumlah
Sharma & Anderson (2009) menyatakan bahwa
tugas tertentu, tetapi melalui kolaborasi mampu
communication and collaboration merupakan
melakukan tugas yang lebih besar. Pembelajaran
keterampilan yang diperlukan di kehidupan nyata
dengan kolaborasi terbukti membantu peserta didik
dalam IPA, karena penemuan ilmiah terjadi di antara
mendapatkan pencapaian yang lebih baik untuk
ilmuwan yang berinteraksi satu sama lain (DeWitt,
mengembangkan psikologis dan hubungan sosial,
Alias, & Siraj: 2013). Keterampilan communication
meningkatkan penghargaan diri, dan meningkatkan
and collaboration ini penting dikembangkan sehingga
keterampilan pemecahan masalah. Melalui
peserta didik dapat bekerjasama dalam perbedaan
kolaborasi peserta didik dilatih untuk bekerja sama
kelompok sebagai bekal untuk menghadapi era
dalam kelompok, mengkonstruksi pengetahuan,
globalisasi abad XXI.
berpartisipasi untuk membuat keputusan, mencari
Komunikasi yang terjadi pada proses
kesimpulan yang tepat untuk memecahkan masalah,
pembelajaran baik antara guru dengan peserta didik
dan meningkatakan kontrol dalam proses
maupun antar peserta didik dapat berupa komunikasi
pembelajaran (Sporea, Sporea, & Pais: 2015).
verbal atau komunikasi nonverbal. Jenis komunikasi
Keterampilan kolaborasi yang efektif seperti
ini disebut dengan komunikasi interpersonal. De Vito
dinyatakan Johnson & Johnson (2001: 12-13)
(2013: 5) menyatakan bahwa komunikasi
mempunyai ciri saling ketergantungan secara positif,
interpersonal merupakan komunikasi baik verbal
adanya interaksi saling bertatap muka dalam
maupun nonverbal antara dua orang atau lebih yang
bekerjasama, rasa tanggung jawab individu untuk
saling berhubungan. De Vito (1992: 92) menyatakan
menyelesaikan tugas bersama, dan dibutuhkannya
bahwa karakterikstik komunikasi interpersonal yang
keterampilan interpersonal dan kerjasama kelompok
efektif ditandai dengan lima ciri yaitu Openness
kecil.
(Keterbukaan), Empathy (Empati), Supportiveness
(Dukungan), Positiveness (Rasa positif), dan Equality
Model Susan Loucks-Horsley
(Kesetaraan). Salah satu cara dalam menumbuhakan
1082
Muiz, A., dkk / Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)
1083
Muiz, A., dkk / Unnes Science Education Journal 5 (1) (2016)
belajar); explore, discover, create (menantang peserta Bybee, R., Mccrae, B., & Laurie, R. (2009). PISA 2006: An
Assessment of Scientific Literacy. Journal of
didik untuk menjawab pertanyaan yang mereka
Research in Science Teaching, 46 (8), 866–867.
ajukan); propose explanation and solutions (peserta didik
mengusulkan penjelasan dan solusi); dan take action Chiappetta, E.L., & Koballa, T.R. (2010). Science
(menantang peserta didik untuk mengambil tindakan Instruction in The Middle and secondary School 7 th
Edition. Boston: Allyn And Bacon.
terhadap apa yang mereka pelajari) (McCormack,
1992). Pada tahap invitation, aktivitas yang konsisten DeWitt, D., Alias, N., & Siraj, S. (2013). Online
yaitu merangsang motivasi, rasa ingin tahu, Communication: The Implementation of the
merangsang terjadinya percakapan, mengajukan Collaborative mLearning Science Module in a
Malaysian Secondary School. Life Science Journal, 10
pertanyaan dan memperoleh respon dari pertanyaan (1), 1352.
yang diajukan. Pada tahap exploration, discovery, and
creativity aktivitas mendorong peserta didik belajar DeWitt, D., Siraj, S., & Alias, N. (2014). Collaborative
mLearning: A Modul for Learning Secondary
bersama, menyediakan sebanyak-banyaknya
School Science. Journal Educational Technology &
kesempatan dan pengalaman untuk mengeksplorasi Society, 17 (1), 89–101.
ide, strategi maupun konsep. Mengobservasi dan
mendengarkan sekaligus berinteraksi, menyelidiki De Vito, J.A. (1992). The Interpersonal Communication
Book 6th Ed. New York: Harper Collins Publisher.
pertanyaan yang diajukan melalui proses investigasi
dan diskusi dengan kelompok, memberikan ___________. (2013). The Interpersonal Communication
kesempatan peserta didik untuk mencari pemecahan Book 13th Ed. Boston: Pearson Education.
masalah, melakukan tindakan yang mampu
Johnson, D.W., & Johnson R.T. (2001). Learning Together
memberikan alternatif pemecahan masalah. Pada and Alone: An Overview. Minnesota: Interaction
tahap proposing explanations and solutions aktivitas Book Company.
mendorong peserta didik menjelaskan konsep dan
Kereulik, K., Mishra P., Fahnoe, C., Terry, L. (2013). What
definisi dengan bahasa mereka sendiri, menanyakan
Knowledge is of Most Worth: Teacher Knowledge
bukti dan mengklarifikasi jawaban, secara formal For 21st Century Learning. Journal of Digital
memberikan definisi dan penjelasan, serta Learning in Teacher Education, 29 (4), 127-140.
menggunakan pengalaman sebelumnya yang
Kozulin, A., Gindis, B., Ageyev, V.S., & Miller, S.M.
diperoleh untuk menjelaskan konsep (Loucks-
(2003). Vigotsky’s Educational Theory in Cultural
Horsley, et al., 2010). Context. Cambridge: Cambridge University Press.
Melalui pembelajaran dengan model SLH,
communication and collaboration skills dapat Loucks-Horsley, S., Stiles, K.E., Mundry, S., Love, N., &
Hewson, P.H. (2010). Designing Professional
ditingkatkan melalui tahap pembelajaran pada SLH. Development for Teacher of Science and
Hubungan antara Model SLH serta comunication and Mathematics. California: Corwin.
collaboration skills dijabarkan dalam Gambar 3.
McCormack, A. J. (1992). Science Curriculum Resource
Handbook. New York: Kraus International
SIMPULAN Publications.
Berdasarkan kajian, dapat disimpulkan bahwa Santrock, J.W. (2011). Educational Psychology 5th Ed.
New York: Mc Graw Hill.
pembelajaran dengan model SLH dapat
meningkatkan keterampilan communication and Slavin, R.E. (2006). Educational Psychology Teory and
collaboration melalui tahap pembelajaran pada SLH. Practice 8th Edition. Boston: Pearson Education.
1084