TAHUN 2017
6130015055
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
HUBUNGAN GEJALA KLINIS (BATUK) DENGAN HASIL
TAHUN 2017
6130015055
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
Skripsi ini disusun
Fakultas Kedokteran
Oleh :
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 6130015055
Disetujui oleh:
Pembimbing I,
NPP. 1409971R
Pembimbing II,
Mengetahui,
Ketua Prodi S1 Pendidikan Dokter,
iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Dinyatakan lulus
Tanggal 21 Juni 2019
Penguji Statistik,
Wiwik Afrida, S.KM., M.Kes :………………………….
NPP. 0004666
Pembimbing I,
Utami Ambarsari, dr., Sp.Rad : ........................................
NPP. 1409971R
Pembimbing II,
Aditya Bhayusakti, dr., Sp.B : …………………………
NPP. 1409962R
Mengetahui,
Ketua Prodi S1 Pendidikan Dokter,
v
LEMBAR PERLINDUNGAN HAK CIPTA
sepenuhnya karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku.
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
vi
Sebagai sivitas akademika Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
NIM : 6130015055
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya berhak
menyimpang, mengalih media / formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis / pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Surabaya
Yang menyatakan,
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul: “Hubungan Gejala Klinis (Batuk) dengan
Hasil Pemeriksaan Foto Toraks dalam Mendiagnosis Tuberkulosis di RSI
Jemursari pada Bulan Juli-Desember Tahun 2017“ sebagai persyaratan
Pendidikan Akademik untuk menyusun skripsi dalam rangka menyelesaikan
Program Pendidikan S1 Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini terselesaikan karena
adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Handayani, dr., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Nadhlatul Ulama Surabaya yang senantiasa mendukung, memberi saran, serta
memotivasi dalam menyusun skripsi ini.
2. Ardyarini Dyah Savitri, dr., SpPD selaku Ketua Prodi SI Pendidikan Dokter
yang senantiasa mendukung dan memfasilitasi penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Utami Ambarsari, dr., Sp.Rad selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan serta memberikan masukkan dalam membimbing
serta mengarahkan saya dalam menyusun skripsi ini.
4. Aditya Bhayusakti, dr., Sp.B selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluang kan waktu dan penuh kesabaran membimbing serta mengarahkan
saya dalam menyusun skripsi ini.
5. Agus Aan Adriansyah, S. KM., M. Kes, selaku pembimbing statistika yang
senantiasa membantu memberikan arahan terhadap skripsi ini sehingga
skripsi ini dapat berjalan dan terselesaikan dengan baik
6. Kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Tambo Lestari S.Ag dan Ibunda
Zulaicha Syarif, atas seluruh bantuan dan dorongan yang selalu diberikan
viii
7. baik secara moral, material, maupun spiritual kepada penulis selama
melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat Tersayang Atina, Hida, Lia, Saadah, Ikbar, Iyzki, Ainun
yang telah mengingatkan dan mendoakan, memberi motivasi dan semangat
kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman Sepembimbing proposal Wahyu dan Hafiz, yang selalu
mengingatkan serta mendukung terhadap kelancaran dalam menyusun skripsi
ini.
10. Teman-teman terbaik angkatan 2015, yang selalu mengingatkan serta
mendukung terhadap kelancaran dalam menyusun skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
Penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan
kelemahan dalam penyusunannya, sehingga penulis dengan tangan terbuka
menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam menyempurnakan
tugas ini. Penulis juga berharap semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, dan bagi semua pihak. Amin Yaa Robbal’Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
ix
ABSTRAK
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
Halaman
xii
A. Kerangka Konseptual................................................................... 33
B. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 33
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................. 35
A. Jenis dan Rancangan Bangun Penelitian ..................................... 35
B. Populasi Penelitian....................................................................... 35
C. Sampel, Besar Sampel, dan Cara Pengambilan Sampel .............. 35
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 37
E. Kerangka Operasional Penelitian ................................................ 37
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................. 38
G. Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ..................... 39
H. Pengolahan Data .......................................................................... 39
I. Analisa Data................................................................................. 40
J. Etika Penelitian ............................................................................ 41
BAB 5 HASIL PENELITIAN .................................................................. 42
A. Gambaran Karakteristik Responden ............................................ 42
B. Identifikasi Gejala Klinis TB Paru (Batuk) ................................ 43
C. Identifikasi Hasil Pemeriksaan Foto Toraks ................................ 43
D. Hubungan Gejala Klinis (Batuk) dengan Hasil Pemeriksaan Foto
Toraks .......................................................................................... 44
BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................ 45
A. Pembahasan ................................................................................. 45
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 49
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 50
A. Kesimpulan .................................................................................. 50
B. Saran ............................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 51
LAMPIRAN ................................................................................................ 53
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
DAFTAR SINGKATAN
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan laporan WHO tahun 2015, pada tahun 2014 terdapat 9,6 juta
kasus TB paru didunia, 58% kasus TB berada di Asia tenggara dan kawasan
pasifik barat serta 28% kasus berada Afrika. Pada tahun 2014, 1.5 juta orang
penderita TB Paru terbanyak kedua di dunia yaitu sebanyak 10% dari total
penderita TB Paru yang terdata pada tahun 2012 yaitu sebanyak 202.301
penyakit TB paru kasus baru di Kota Surabaya pada tahun 2014 sebanyak
2.054 orang.
Barat dalam jumlah penderita TB BTA positif kasus baru, sedangkan untuk
semua tipe TB Provinsi Jawa Timur menempati urutan ketiga setelah Provinsi
Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2010 jumlah seluruh kasus
kasus TB paru BTA Positif. Jumlah penemuan kasus tersebut masih sebesar
1
2
Jatim yaitu sebesar 70%. Sementara itu data dari RSI jemursari periode 2017
yang berhasil terdiagnosis di poli spesialis paru sebanyak 1.186 untuk pasien
rawat jalan.
sangat diperlukan dalam memutus rantai penularan TB paru. Hal ini ditunjang
berdahak, batuk darah, demam lebih dari 1 bulan, penurunan berat badan,
Sumatera Barat tahun 2012 menunjukkan bahwa keluhan utama yang paling
sering ditemukan pada pasien tuberkulosis paru BTA (+) adalah batuk
tuberkulosis paru BTA (+). Batuk terjadi akibat proses iritasi pada bronkus.
berlanjut, sekret terus menerus timbul sehingga batuk akan semakin sering
lesi tuberkulosis adalah pemeriksaan foto toraks. Menurut data dari evidence
based guide book, hanya 5% pasien TB paru reaktif yang mempunyai foto
3
obyektif. Foto rontgen yang dibuat pada suatu saat tertentu dapat merupakan
dokumen yang abadi dari penyakit seorang penderita ,dan setiap waktu dapat
dilakukan antara lain penerapan batuk efektif pada pasien TB paru dengan
B. Rumusan Masalah
2017?”.
C. Tujuan Penelitian
pemeriksaan foto toraks pada pasien di RSI Jemursari pada tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
diagnosis TB paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Definisi
membentuk afek primer. Afek primer bias timbul dimana saja dalam
paru berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari afek primer ini diikuti
3. Menyebar
a. Perkontinuatum (sekitarnya)
sebelahnya)
5
6
B. Klasifikasi
1. Berdasarkan lokasi
a. BTA (+)
(+)
b. BTA (-)
mengkonsumsi OAT.
(+) atau kembali lagi menjadi (+) pada akhir bulan ke 5 atau
f. Kasus bekas TB
8
1) BTA (-), radiologi lesi tidak aktif atau foto serial gambara
berikut:
positif.
(+).
C. Anatomi Paru
ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri.
pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura (Guyton & Hall,
bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan cabang-
D. Etiologi
tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x
0,3-0,6 mikron dan bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau
mempunyai lapisan luar yang tebal yang terdiri dari lipoid (terutama
asam mikolat). Sifat dari bakteri ini agak istimewa, karena bakteri ini
sehingga sering disebut dengan bakteri tahan asam (BTA). Selain itu
bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan dingin. Bakteri ini
dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang lembab dan
gelap bisa sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau
dapat mati apabila terkena sinar, matahari atau aliran udara (Widoyono,
2011).
11
E. Patogenesis
1. Tuberkulosis primer
primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda
primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut (PDPI,
2006):
(restitution ad integrum)
berakhir dengan :
ensefalomeningitis, tuberkuloma)
tuberkulosis primer.
2. Tuberkulosis postprimer
F. Cara Penularan
infiltrat dan kaverna lobus atas yang luas, produksi sputum encer banyak
sekali, dan batuk berat serta kuat. Faktor lingkungan terutama sirkulasi
jarang menginfeksi anak lain atau orang dewasa (Enarson, et al, 2004).
G. Gejala Klinis
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
2. Batuk, gejala ini banyak ditemukan. Batuk dimulai dari batuk kering
perlunakan.
yang berlebihan.
H. Diagnosis
penunjang lainnya.
1. Gejala klinik
yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah
paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai
a. Gejala respiratorik:
2) Batuk darah
17
3) Sesak napas
4) Nyeri dada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
b. Gejala sistemik:
1) Demam
gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
2. Pemeriksaan Jasmani
(S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada
3. Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam
dahak
1) Mikroskopik
Kinyoun Gabbett
kemudian
Gambar 2.3 Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior
(PDPI, 2006).
4. Pemeriksaan Radiologis
2007).
1. Fibrotik
2. Kalsifikasi
BTA negatif):
1. Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua
paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume
2. Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal (PDPI,
2006).
yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui
atau fokal pada segmen apikal dan posterior dari lobus atas, serta
tersebar, dan lebih sering terlihat pada bagian atas lobus. Lesi
satelit yang berupa nodul kecil yang tersebar dapat terlihat pada
Gambaran ini mengikuti jalan nafas yang seperti anak sungai dan
2008).
menjadi tiga berdasarkan lokasi relatif dalam paru, yaitu (Jeong &
Lee, 2008).
5. Pemerikaan khusus
a. Pemeriksaan BACTEC
oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif
diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah
(PDPI, 2006).
lain tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil
3) Mycodot
penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat
terdeteksi.
eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan
(KGB)
terbuka).
d) Otopsi
3) Pemeriksaan darah
pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap
4) Uji tuberkulin
pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan
konversi, bula atau apabila kepositivan dari uji yang didapat besar
I. Komplikasi
1. Batuk darah
2. Pneumotoraks
3. Luluh paru
4. Gagal napas
5. Gagal jantung
A. Kerangka konseptual
Pemeriksaan Radiologi:
1. Infiltrat
Gejala klinis : Batuk 2. Kavitas
3. Nodul retikuler
4. Fibroinfiltrat
Diagnosis TB paru
Keterangan :
Variabel bebas :
Variabel terikat :
Hubungan :
B. Hipotesis
H1: Terdapat hubungan gejala klinis (batuk) dengan hasil pemeriksaan foto
33
34
H0: Tidak terdapat hubungan gejala klinis (batuk) dengan hasil pemeriksaan
METODE PENELITIAN
B. Populasi penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan TB yang ada di
RSI Jemursari pada bulan juli-desember tahun 2017 dengan seluruh populasi
sebesar 166
1. Sampel
Kriteria Inklusi
e. TB paru
Kriteria Eksklusi
a. Penyakit PPOK
b. Bronkiektasis
c. Bronkitis
d. Ca Paru
e. Tidak ada data foto toraks
35
36
2. Besar Sampel
Besar sampel (n) ditentukan berdasarkan jumlah populasi yang
diketahui, yaitu data rekam medis di RSI Jemursari pada bulan Juli-
2011).
n = N
1+Ne2
166
𝑛=
1 + 166 × 0,12
166
𝑛=
2,66
𝑛 = 62,4
Keterangan :
n = besar sampel
a. Lokasi Penelitian
b. Waktu penelitian
Persiapan
Analisis Data
38
Variabel bebas pada penelitian ini adalah Gejala Klinis (Batuk) pada
jumlah 63 sampel.
RSI Jemursari.
a. Pengolahan data
penelitian
entry data.
b. Analisa data
Analisa Univariat adalah untuk menjelaskan atau
variabel yang diuji. Sedangkan jika nilai p > 0,1 maka Ho diterima
berikut:
7) Seluruhnya: 100%
8. Etika penelitian
Ethical clearance diperoleh dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Sampel pada penelitian ini akan diberi jaminan atas data-data yang
penelitian.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
1 Laki-laki 29 46,0
2 Perempuan 34 54,0
Total 63 100,0
Total 63 100,0
42
43
1 Batuk 43 68,3%
Total 63 100%
1 + 42 66,7%
2 - 21 33,3%
Total 63 100%
Toraks
Tabel 5.5 Hubungan Gejala Klinis (Batuk) dengan Hasil Pemeriksaan Foto
Toraks
N % n % N %
signifikansi sebesar 0,848 (> 0,1) yang artinya Ho diterima dan H1 ditolak
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Data umum penelitian
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada wanita yang disebabkan
responden pada kelompok usia 40-49 tahun. Dimana dapat diketahui usia
rentan mengalami tuberkulosis paru yaitu pada usia 40-49 tahun. Hasil
ini sesuai dengan hasil Riskesdas tahun 2013 yang melaporkan bahwa
kelompok umur >45 tahun memiliki pevalensi yang lebih tinggi diantara
45
46
kelompok yang lainnya. Hal ini diduga karena orang yang produktif
dan masih aktif untuk bekerja dan melakukan aktivitas baik itu didalam
akan aktif kembali dalam tubuh yang cenderung terjadi pada usia
produktif.
keluhan utama batuk > 3 minggu sebesar 7 7,6% dan terendah dengan
yang timbul paling sering dan paling cepat. Sifat batuk dimulai dari batuk
sangat keras, sering dan paroksimal. Gejala utama adalah batuk berdahak
signifikansi sebesar 0,848 (>0,1) yang artinya dari penelitian ini tidak
belum ada gejala. Sebaliknya bila tidak ada kelainan pada foto roentgen
belum berarti tidak ada tuberkulosis, sebab kelainan pertama pada foto
2017 dengan hasil penelitian melalui uji analisis chi-square pada derajat
2 sampel dengan BTA positif namun ronsen negatif hal itu kemungkinan
paru dapat sembuh kembali tanpa meninggalkan cacat sarang tadi mula
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran (PDPI, 2002). Selain itu juga menurut data dari evidence
merupakan odds ratio dari pasien yang batuk dengan pasien yang tidak
batuk terhadap hasil foto toraks positif. Pasien yang batuk lebih memiliki
kecenderungan hasil foto toraks positif sebesar 1,1 atau lebih besar
dengan pasien yang tidak batuk. Relative risk spss foto toraks positif
mendapatkan hasil pemeriksaan foto toraks yang positif 1,038 atau satu
kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang tidak batuk. Untuk
B. Keterbatasan Penelitian
Kurangnya kelengkapan data sekunder menjadi penghambat proses
pengerjaan pada penelitian ini, tidak adanya keterangan gejala atau keluhan
pasien yang tertera pada data rekam medik dan juga sering kali tidak adanya
keterangan hasil pemeriksaan foto toraks yang tercantum pada data rekam
medik dan mengakibatkan banyak data yang tereksklusi dari penelitian ini
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
adalah:
66,7%.
gejala klinis (batuk) dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Yang mana
B. Saran
data yang tepat dan akurat guna penelitian medis yang berikutnya
50
DAFTAR PUSTAKA
51
Wahid & Suprapto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: TIM.
WHO. 2011. Global Tuberculosis Control. Switzerland:WHO
WHO. 2014. Global Tuberkulosis Control. Switzerland: WHO
WHO. 2015. Global Tuberculosis Report 2105. Switzerland: WHO
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
52