Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama : Amri Arrusdi
NIM : B0A014001
Rombongan : 1 ( Satu )
Kelompok : 2 ( Dua )
Asisten : Ma’rifah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDALHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ginjal adalah organ penting yang melakukan berbagai fungsi untuk


menjaga darah tetap bersih dan seimbang secara kimiawi. Ginjal tersusun atas
kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula), dan rongga ginjal (pelvis).
Ginjal berbentuk seperti biji kacang merah. Panjangnya sekitar 10 cm,
beratnya kurang lebih 170 gram, dan terletak di dalam rongga perut. Ginjal
berjumlah 2 buah dan berwarna merah keunguan. Ginjal bagian kiri letaknya
lebih tinggi daripada ginjal bagian kanan. Nefron terdapat di kulit ginjal dan
berfungsi sebagai alat penyaring darah. Korteks mengandung lebih kurang
satu juta nefron. Setiap nefron tersusun atas badan malphighi dansaluran
panjang (tubulus) yang berkelok-kelok. Badan malpighi tersusun atas
glomerulus dan kapsul Bowman. Glomerulus merupakan untaian pebuluh
darah kapiler tempat darah disaring. Glomerulus dikelilingi oleh kapsul
Bowman (Poedjiadi, 2009).
Umumnya jumlah ginjal sepasang (dua buah) yang terdapat di dalam
rongga perut, mempunyai bentuk menyerupai kacang buncis dengan hilus
renalis yakni tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter,
mempunyai permukaan yang rata, kecuali pada sapi ginjalnya berlobus.
Selubung ginjal (Ren) disebut kapsula ginjal, tersusun dari campuran jaringan
ikat yakni serabut kolagen dan beberapa serabut elastis (Asmoro, 2012).
Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi,
absorpsi aktif maupun pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal
dapat mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini
akan difiltrasi oleh glomeruli dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat
glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli setiap 24 jam pada ke dua ginjal.
Dari jumlah ini beberapa bagian di resorpsi lagi keluar dari tubulus
(Nurcahyo, 2012). Untuk mengetahui fungsi ginjal dalam melakukan filtrasi
maka dilakukanlah praktikum analisis fitrasi ginjal ini sebagai gambaran dari
fungsi filtrasi ginjal pada mamalia.
.2 Tujuan

Menganalisis senyawa yang dapat melewati filter sebagai gambaran


fungsi filtrasi ginjal manusia.
II. MATERI DAN CARA KERJA

.1 Materi

Alat yang dipakai dalam praktikum adalah rak tabung, gelas beker,
pemanas air, corong, spuit, pipet tetes, almunium foil, Gf/C 1,2 mikrometer.
Bahan yang digunakan ialah larutan biuret, larutan benedict’s, larutan
protein 1%, larutan glukosa 1%, larutan lugol 1%, akuades dan larutan
amilum 1%.
.2 Cara Kerja

1. Tabung reaksi dan semua larutan disiapkan.


2. Larutan protein, glukosa, amium, dan akuades dimasukkan ke dalam
tabung reaksi masing-masing 3 ml.
3. Setiap tabung reaksi dan diberi label sesuai dengan isi larutan uji.
4. Sebanyak 1 ml larutan Biuret ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisi
larutan protein 1%. Perubahan yang terjadi diamati.
5. Sebanyak 1 ml larutan Benedict ditambahkan ke dalam tabung reaksi
berisii larutan glukosa 1%. Tabung reaksi tersebut di masukkan dalam
pemanas air selama 5 menit, kemudian dikocok dan diamati perubahannya.
6. Sebanyak 1 ml larutan lugol ditambahkan ke dalam tabung reaksi berisii
larutan amilum dan amati perubahan yang terjadi. Setelah disaring, larutan
ditetesi reagen.
7. Larutan Biuret dan Benedict yang ditambahkan ke tabung reaksi masing-
masing 1 ml.
8. Kertas filter whatman dan corong dipersiapkan di atas labu Erlenmeyer.
Ketiga larutan uji kemudian difilter pada ketiga labu Erlenmeyer.
9. Larutan uji difilter pada empat tabung Erlenmeyer menggunakan corong
yang dilengkapi dengan kertas filter.
10. Hasil pengamatan dicatat dan dimasukin kedalam data pengamatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

.1 Hasil

Table 1. data percobaan uji filtrasi menggunakan kertas saring

Intensitasi warna (control) Intensitas warna ( uji)


Uji
(sebelum filtrasi tab.reaksi) (setelah filtasi)
Protein ++ +
Glukosa +++ ++
Amilum +++ ++
Akuade + _

Keterangan
- : tidak ada perubahan
+ : intensitas warna lemah
++ : intensitas warna sedang
+++ : intensitas warna kuat

Gambar 3.1.1 larutan protein gambar 3.1.2 larutan glukosa


Gambar 3.1.3 larutan amilum gambar 3.1.4 larutan akuades

.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan analisis filtrasi ginjal, didapatkan hasil


yaitu tabung kontrol yang berisi larutan protein yang ditambahkan dengan
larutan biuret berwarna keunguan lebih pekat jika dibandingkan dengan
dengan larutan control protein. Larutan akuades kontrol berwarna sedikit
lebih pekat jika dibandingkan dengan hasil filtrat akuades, perubahan warna
yang terjadi pada akuades ini tidak terlalu berbeda dari sebelumnya. Larutan
glukosa kontrol akan berwarna merah bata jika dipanaskan sedangkan larutan
glukosa filtrat akan berwarna hijau muda jika dipanaskan. Hasil percobaan
tersebut sesuai dengan pernyataan Linder (2012), yang menyatakan bahwa
protein dan glukosa akan tersaring hingga menyisakan 0,03% pada urin
primer hasil filtrasi ginjal dan sisa dari zat-zat tersebut akan di reabsorbsi
hingga tidak tersisa lagi pada pembentukan urin sekunder, sedangkan air
hanya akan mengalami sedikit penyaringan dan akan direabsorbsi kemudian.
Reabsorbsi air tergantung dari kebutuhan tubuh, jika tubuh sudah
mengandung banyak air maka air tidak akan mengalami reabsorbsi.
Reabsorbsi air pada tubulus ginjal akan dipengaruhi oleh hormon antidiretik
(ADH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis.
Percobaan filtrasi ginjal yang dilakukan merupakan contoh salah satu
cara dari kerja ginjal di dalam tubuh. Larutan glukosa, protein, dan akuades
yang di tuang ke tabung reaksi dianalogikan sebagai senyawa atau zat–zat
yang terdapat di dalam tubuh dan kertas saring Gf/C dianalogikan sebagai
ginjal yang akan melakukan filtrasi, perbedaan warna yang terjadi ketika
larutan filtrat dibandingkan dengan larutan kontrol itu memberikan bukti
bahwa larutan tersebut mengalami penyaringan atau filtrasi atau tidak
sehingga kandungan zat yang terdapat pada larutan tersebut akan berkurang
pada larutan hasi filtrat, hal tersebut dapat dilihat dari warna larutan filtrat
yang lebih pudar atau lebih jernih dari pada larutan kontrol.
Ginjal adalah organ penting yang melakukan berbagai fungsi untuk
menjaga darah tetap bersih dan seimbang secara kimiawi. Ginjal tersusun atas
kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula), dan rongga ginjal (pelvis).
Ginjal berbentuk seperti biji kacang merah. Panjangnya sekitar 10 cm,
beratnya kurang lebih 170 gram, dan terletak di dalam rongga perut. Ginjal
berjumlah 2 buah dan berwarna merah keunguan. Ginjal bagian kiri letaknya
lebih tinggi daripada ginjal bagian kanan. Nefron terdapat di kulit ginjal dan
berfungsi sebagai alat penyaring darah. Korteks mengandung lebih kurang
satu juta nefron. Setiap nefron tersusun atas badan malphighi dansaluran
panjang (tubulus) yang berkelok-kelok. Badan malpighi tersusun atas
glomerulus dan kapsul Bowman. Glomerulus merupakan untaian pebuluh
darah kapiler tempat darah disaring. Glomerulus dikelilingi oleh kapsul
Bowman (Poedjiadi, 2009).
Alat ekskresi pada manusia terdiri dari ginjal, kulit, hati, dan paru –
paru. Air dapat diekskresikan melalui semua organ tersebut, tetapi setiap
organ ekskresi mengeluarkan zat sisa metabolisme yang berbeda. Ginjal
merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi. Fungsi ginjal
secara umum adalah :
1. Mengeksresikan zat sisa seperti urea, asam urat, kreatinin, kreatin, dan zat
lain yang bersifat racun.
2. Mengatur volume plasma darah dan jumlah air di dalam tubuh.
3. Mengatur tekanan osmosis.
4. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan mengekskresikan urin yang
bersifat basa.
5. Menjalankan fungsi sebagai hormon dengan menghasilkan dua macam zat,
yaitu renin dan eritropoietin yang diduga memiliki fungsi endokrin.
Pembentukkan urin sebagai hasil kerja ginjal dalam membersihkan
darah meliputi 3 proses, yaitu:
a. Filtrasi (tahap penyaringan) terjadi di sel-sel nefron antara glomerolus dan
simpai bowman pada proses ini dihasilkan Urin Primer
b. Reabsorbsi (tahap penyerapan kembali), terjadi pada saluran pengumpulan
dari Simpai Bowman terhadap zat-zat seperti glukosa dan bahan lain
diserap kembali ke aliran darah. Zat-zat yan tidak direabsorbsi seperti urea,
garam dan lain-lain bercampur dengan air menjadi urine.
Reabsorbsi terjadi di Tubulus Kontortus Proksimal dan dihasilkan Urin
Sekunder.
c. Augmentasi (tahap pembuangan), terjadi di piramida pada medula
ginjal.Tepatnya di Tubulus Kontortus Distal dan Tubulus Kolektivus.
(Arisworo dan Yusa, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah atau keadaan urine yaitu
diantaranya, jumlah air yang diminum, keadaan sistem syaraf, hormon ADH,
banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan menjadi
osmotic, pada penderita diabetes melitus pengluaran glukosa diikuti kenaikan
volume urine (Thenawijaya, 1995).
Gangguan lain pada fungsi ginjal yaitu nefritis merupakan kerusakan
bagian glomerulus ginjal akibat alergi racun kuman, antara lain:
a. Diabetes melitus yaitu kadar gula darah yang tinggi akibat dari proses
pengubahan gula menjadi glikogen terhambat karena produksi hormone
insulin terhambat.
b. Albuminuria yaitu urin banyak mengandng protein, karena protein lolos
dalam penyaringan.
c. Glikosuria yaitu ditemukannya gluksa pada urin. Hematuria yaitu
ditemukannya sel darah merah dalam urin.
d. Ketosis yaitu ditemukannya senyawa keton dalam darah. Diabetes
insipidus urin sangat encer dan jumlahnya meningkat.
e. Gagal ginjal kronis (chronic renal failure) dalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dimana kemampuan tubuh gagal ginjal untuk
mempertahankan metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia(retensi urea dan sampah).
f. Glukosuria adalah penyakit yang di tandai adanya glukosa dalam urine.
Penyakit tersebut sering juga di sebut penyakit gula atau kencing manis.
Kadar glukosa dalam darah meningkat karena kekurangan hormon insulin.
Nefron tidak mampu menyerap kembali kelebihan glukosa, sehingga
kelebihan glukosa di buang bersama urine.
g. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam
rongga ginjal, saluran ginjal, atau kandung kemih. Batu ginjal berbentuk
kristal yang tidak bisa larut dan mengandung kalsium oksalat, asam urat,
dan kristal kalsium fosfat. Penyebabnya adalah karena terlalu banyak
mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air. Batu
ginjal tersebut lebih lanjut dapat menimbulkan hidronefrosis.
Hidronefrosis adalah pembesarannya salah satu ginjal karena urine tidak
dapat mengalir keluar. Hal itu akibat penyempitan aliran ginjal atau
tersumbat oleh batu ginjal.
h. Nefritis adalah kerusakan bagian glomerulus ginjal akibat alergi racun
kuman. Nefritis biasanya disebabkan adanya bakteri streptococcus
dibagain nefron ginjal.
Menurut Davey (2005), kandungan senyawa-senyawa dalam urin
dapat diuji menggunakan berbagai reagen salah satunya Biuret sebagai
bahan penguji kandungan protein di dalam urin, hal ini didasarkan
pada pereaksi larutan Biuret merupakan larutan berwarna biru yang akan
diubah menjadi nampak berwarna violet pada saat terkena kontak dengan
protein, atau zat lain yang memilikiikatan peptida. Pada pengujian yang
dilakukan reagen tidak benar-benar mengandung Biuret, mereka
dinamakan demikian karena baik pada larutan Biuret dan protein memiliki
respon yang sama terhadap proses pengujian filtrasi yang dilakukan.
Pemeriksaan glukosa urin dengan tes reduksi atau menggunakan
Benedict ini memanfaatkan sifat glukosa sebagai pereduksi. Zat yang
paling sering digunakan untuk menyatakan adanya reduksi adalah yang
mengandung garam cupri. Reagen terbaik yang mengandung garam cupri
adalah larutan Benedict.Prinsip kerja larutan Benedict terhadap glukosa
dalam urin akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict) menjadi
kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan Benedict
tersebut. Ketika reagen benedict dicampurkan dan dipanaskan dengan
glukosa, di mana glukosa memiliki elektron untuk diberikan, tembaga
(salah satu kandungan di reagen benedict) akan menerima elektron
tersebut dan mengalami reduksi sehingga terjadilah perubahan warna. Jadi,
bila urin mengandung glukosa, maka akan terjadi reaksi perubahan warna
seperti yang dijelaskan di atas. Namun, bila tidak terdapat glukosa, maka
reaksi tersebut tidak akan terjadi dan warna dari benedict tidak akan
berubah (Carlton, 1995)
Lugol sering digunakan sebagai antiseptik, desinfektan, dan
sebagai reagen untuk deteksi pati di laboratorium rutin dan tes medis
lainnya. Lugol juga telah digunakan untuk mengisi kekurangan yodium.
Pada umumnya Lugol terdiri dari 5 gr yodium (I 2) dan 10 gr kalium iodida
(KI), dan kadar yodium total 150 mg/mL. Iodida kalium murni yang
terdapat di dalam Lugol merupakan ion iodida yang relatif jinak tanpa
unsur yodium yang bersifat toksik, maka dari itu Lugol lebih sering dan
banyak disukai untuk tujuan pengujian filtrasi ginjal (Rhoades, 2009).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum yang kami lakukan analisis filtrasi ginjal didapat
kesimpulan bahwa :
1. Kertas filtrasi Gf/C cukup efektif menyaring ketiga larutan, dan cukup
menggambarkan mekanisme kerja ginjal. Larutan yang telah mengalami
filtrasi cenderung menghasilkan warna yang lebih cerah di bandingkan
dengan larutan control
2. proses filtrasi ginjal bertujuan untuk menyaring senyawa-senyawa yang
sudak tidak diperlukan oleh tubuh untuk dikeluarkan melalui sistem
ekskresi.
3. Fungsi ginjal ialah Mengeksresikan zat sisa seperti urea, asam urat,
kreatinin, kreatin, dan zat lain yang bersifat racun, Mengatur volume
plasma darah dan jumlah air di dalam tubuh, Mengatur tekanan osmosis,
Mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan mengekskresikan urin yang
bersifat basa, Menjalankan fungsi sebagai hormon dengan menghasilkan
dua macam zat, yaitu renin dan eritropoietin yang diduga memiliki fungsi
endokrin
DAFTAR PUSTAKA

Arisworo, Djoko dan Yusa. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk


Kelas IX Sekolah Menengah Pertama. Bandung : Grafindo
Media Pratama.

Asmoro, Galay B. 2012. http://www.slideshare.net/GalayBintangAsmoro /ginjal-1.


Diakses tanggal 25 mei 2015.

Carlton WW, Mc Gavin MD. 1995. Special Veterinary Pathology. 2nded. United
State of America : Mosby.
Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Linder, S. 2012. Uji Faal Ginjal, Bersihan dan Laju Filtrasi Glomerulus.
Pendidikan Berkesinambungan Patologi Klinik. Departement Patologi
Klinik Kedokteran Universitas Indonesia.

Nurcahyo, Heru. 2012. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogyakarta.

Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.

Rhoades, RA dan Bell, DR. 2009. Medical Physiology : Principles for Clinical
Medicine. Lippincott williams and willugolsns, a wolter kluwer business.
Thenawijaya dan Maria C. 1995. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : UI
Press.
Tojo, Akihiro and Satoshi Kinugasa.2012. Mechanisms of Glomerular Albumin
Filtration and Tubular Reabsorption. International Journal of
Nephrology.pp.1-9.
Yaswir, Rismawati and Afrida Maiyesi.2012. Pemeriksaan Laboratorium Cystatin
C Untuk Uji Fungsi Ginjal. jurnal kesehatan. 1.pp.10-15

Anda mungkin juga menyukai