PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan
umur rata-rata 2,5 tahun. Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja
namun penyakit ini banyak ditemukan pada anak- anak usia 1 sampai 5 tahun.
Selain itu kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih besar
Angka kejadian SN pada anak tidak diketaui pasti, namun laporan dari luar
negeri diperkirakan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar antara 2 sampai 7
kasus per tahun pada setiap 100.000 anak (Pardede, 2002). Menurut Raja Syeh
angka kejadian kasus sindroma nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000
nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun
(Alatas, 2002). Untuk kejadian di Jawa Tengah sendiri mencapai 4 kasus terhitung
mulai dari tahun 2006. (Israr, 2008) Sifat khusus dari penyakit sindrom nefrotik
adalah sering kambuh, sering gagalnya pengobatan dan timbulnya penyulit, baik
akibat dari penyulitnya sendiri maupun oleh karena pengobatannya. Penyulit yang
1
sering terjadi pada sindrom nefrotik adalah infeksi, trombosis, gagal ginjal akut,
infeksi yang sering dijumpai pada sindrom nefrotik adalah peritonitis, infeksi
saluran kemih, dan sepsis. Obat-obat yang digunakan untuk terapi penyakit ini pada
kortikosteroid dosis tinggi dalam waktu yang lama dapat menekan sistem imun
berdasakan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari
mortalitas keseluruhan sindrom nefrotik telah menurun drastis dari lebih dari 50%
menjadi sekitar 2-5%. (Wirya, 2002) Angka kejadian sindroma nefrotik ini memang
tergolong jarang, namun penyakit ini perlu diwaspadai terutama pada anak-anak,
karena jika tidak segera diatasi akan mengganggu sistem urinaria dan akan
2
B. Batasan Masalah
Laporan ini membatasi hanya pada kesehatan Tn. S dengan diagnosa medis
C. Tujuan Umum
D. Tujuan Khusus
Sesuai dengan tujuan umum diatas, maka tujuan khusus dari laporan ini
memaparkan:
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
3
2. Manfaat Praktis
Bagi klien agar mendapatkan perawatan yang berkualitas sesuai dengan standar
pencegahannya.
b. Mahasiswa
nefrotik
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
(Panahi, 2010)
5
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih) (Speakman, 2008). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal
(ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan,
dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010).
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya
2. Fungsi ginjal
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
amoniak.
3. Fascia renalis
Fascia renalis terdiri dari: a) fascia (fascia renalis), b) jaringan lemak perirenal,
dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan
6
4. Stuktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010). Hilum adalah pinggir medial ginjal
ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang
diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang
masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari:
glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius
(Panahi, 2010).
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
7
pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus
distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan
c. Proses sekresi
6. Pendarahan
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis
7. Ureter
urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
8
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
9. Uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini
10. Urin.
b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
9
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet
b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
e. Toksin.
B. Tinjauan teoritis
1. Pengertian
Nefrotik sindrom adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injuri
yuliani, 2006).
2. Etiologi
ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini
10
resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan
pertama kehidupannya.
Disebabkan oleh:
anafilaktoid.
membranoproliferatif hipokomplementemik.
11
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom
nefrotik adalah:
periorbital.
e. Lipid uria.
4. Klasifikasi
syndrome).
sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat
12
c. Sindrom Nefrotik Kongenital
autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan
gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap
5. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah
glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilannya muatan
negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya
protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi
filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus
Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang
umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5 gram/dl.
13
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah
angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan juga akan
tetapi karena onkotik plasma berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan
2002: 383)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine
mioglobin, porfirin.
14
2) Darah
atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan
magnesium meningkat.
7. Penatalaksanaan
keadaan tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan
b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200
ml/ hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah
timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/
Trauma terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester
atau verban harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester
harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan bukan dengan cara
15
mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata
dan untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan
air hangat.
e. Kemoterapi:
umumnya sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10
dan mungkin juga muntah dan pingsan. Terapinya dengan memberikan infus
16
merupakan hal yang menganggu pada anak dengan steroid dan
siklofosfamid.
d. Dukungan bagi orang tua dan anak. Orang tua dan anak sering kali tergangu
dengan penampilan anak. Pengertian akan perasan ini merupakan hal yang
dengan masa remisi, eksaserbasi dan masuk rumah sakit secara periodik.
Kondisi ini harus diterangkan pada orang tua sehingga mereka mereka dapat
mengerti perjalanan penyakit ini. Keadaan depresi dan frustasi akan timbul
sakit.
17
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
abdomen (asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah
d. Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel
18
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi:
177)
Intervensi:
19
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia.
(Carpenito,1999: 204)
Intervensi:
1999:204).
Intervensi:
20
e. Intoleransi aktivitas b.d. kelelahan. (Wong, Donna L, 2004:550)
aktivitas
Intervensi:
Intervensi:
2004:553).
Intervensi:
21
1) gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya
Intervensi:
4. Evaluasi
f. Integritas kulit dapat terjaga denga baik dan tidak terjadi gangguan kulit.
22
BAB III
FORMAT PENGKAJIAN KLIEN
I. RIWAYAT KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
Identitas Klien
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SLTA
Alamat : Sebamban, Desa B . Kab. Tanah Bumbu.
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Suku /Bangsa : Banjar/ Indonesia
Tgl MRS : 3-11-2015
Tgl Pengkajian : 9-11-2015
Dx medis : Sindrom Nefrotik
Dokter yang merawat: dr.E
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Alamat : Sebamban, Desa B
Jenis kelamin : Laki-laki
Hub dgn klien : Ayah
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan”badan bengkak dan nyeri pada ulu hati ", Karateristik nyeri
P=nyeri tekan,Q=seperti ditusuk,R=ulu hati,S=2(0-9),T=5-10 menit.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan kurang lebih 3 hari yang lalu pada tanggal 7 – 11- 2015
badan bengkak dan lemah, kemudian keluarga membawa klien ke IGD
Rumah Sakit B untuk mendapatkan pengobatan, setelah di periksa dan
diberikan perawatan klien diizinkan pulang dan mendapatkan obat-obatan
23
untuk rawat jalan. Setelah beberapa hari keluhan tidak kunjung sembuh juga
pada tanggal 9 -11- 2015 keluarga klien membawa ke UGD RSUD U, Di
UGD klien mendapatkan perawatan dan penaganan dari dokter dan perawat,
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien didapatkan hasil T:38,5’c, P:
98x/menit, R: 40x/menit, Bp:150/100mmHg. Kesadaran: composmentis, dan
tindakan yang diberikan pemasangan infus Rl 10 tetes permenit, dan obat
yang diberikan lasix 20 mg melalui intravena. Setelah mendapatkan perawat
di UGD klien diantar oleh petugas ke bangsal PDP RSUD U di bangsal klien
mendapatkan obat-obatan yaitu lasix 20 mg, antrain 2ml, captopril,
aminefron, paractamol dan infus yang diberikan Rl 10 tetes permenit.
2. Riwayat kesehata dahulu
Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit selama
hidupnya dan klien tidak tahu bahwa ia menderita sindrom nefrotik.
Akan tetapi sejak 10 tahun yang lalu klien pernah mengalami
hipertensi.
3. Riwayat Kesehatan keluarga
Di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien,diabetes militus(-), ginjal(-), jantung(-).
24
GENOGRAM KELUARGA
Tn..S, 34th
Ketrangan: Laki-laki
Perempuan
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
Klien
Tinggal satu rumah
Menikah
4. Riwayat sosial
Di lingkungan tempat tinggal klien tidak ada menderita penyakit yang
sama dengan klien, namun di sekitar tempat klien banyak tetangga yang
mengidap penyakit ISPA karena daerah tempat tinggal klien tempat lalu
lintas mobil tambang perusahaan sawit.
25
D. Keadaan umum
1. Kesadaran
kualitatif : composmentis.
kuantitativ(Glasgow coma skala)
respon mata :4
respon verbal : 5
respon motorik: 6
jumlah :15 Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 140/100 mmhg.
b. Posisi : berbaring
c. MAP : 130 mmHg
3. Nadi
Frekuensi: 100x/menit
Irama : teratur
Volume: Lemah
4. Temperature : 36,9’C
Tempat pengukuran : axila
5. Pernapasan: Hidung
Frekuensi: 26x/menit
Irama : teratur
Jenis: Vesikuler
6. Pengukuran
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 65 kg
IMT: 46/(1,6x1,6)
:25,39
Lingkap perut : 110cm
26
E. Pengkajian Pola Kesehatan
1. Persepsi Kesehatan-Pola Pemeliharaan Kesehatan
Kebiasaan sehari-hari/keadaan sebelum sakit : Klien dalam
kesehariannya bekerja diperusahaan bibit karet, Klien tidak pernah olah
raga maupun memeriksakan kesehatannya, dan jika klien sakit biasanya
membeli obat ke warung seperti promag, atau bodrex untuk sakit kepala
atau kepuskesmas.
Keadaan klien saat ini : klien saat ini dirawat oleh dokter E dan
perawat diruang P.
3. Pola eliminasi
Kebiasaan sehari-hari/keadaan sebelum sakit : Biasanya
klien buang air besar 1-2 perhari pada pagi hari setiap bangun tidur jam 6
warnanya tergantung yang dimakan dan biasanya warnanya kuning,
jumlahnya kurang lebih 200 cc bentuknya padat, buang air kecil biasanya
4-5 kali tergantung banyak minumnya setiap 4 jam sekali jumlahnya
27
kurang lebih 1500 cc, tidak ada keluhan saat kencing, warna tergantung
yang diminum biasanya bening dan kadang kuning.
Keadaan klien saat ini : Selama sakit klien ada buang air besar 1
kali pada pagi hari setelah bangun tidur bentuknya sedikit lembek dan
berwarna coklat , buang air kecil sering bisa 5-6 kali sehari warnanya
kuning keruh.
28
7. Pola Konsep Diri
Keadaan sebelum sakit : Klien menerima dirinya dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, klien tidak malu dengan
pekerjaan maupun keadaan fisiknya.
Keadaan klien saat ini : Klien menerima dirinya yang sedang sakit,
keadaan emosi klien baik mampu beradaptasi secara perlahan baik
terhadap penyakit ataupun lingkungan klien tidak malu dan menarik diri
dari orang lain maupun perawat.
29
Keadaan saat ini : Selama sakit klien tidak mampu melaksanakan
shalat seperti biasanya namun klien tetap berdoa dalam perawatan dan
pengobatan.
F. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Keadaan kepala klien rambut tampak kurang bersih,
rambut ikal, pendek, bagian kepala tidak ada luka
maupun kelainan.
Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva berwarna merah muda
dan kelopak mata ada edema
Hidung : tidak ada benjolan dan bersih
Bibir dan mulut : bibir lembab dan berwarna kehitaman, gigi tampak
terdapat karang gigi.
Telinga : Bersih dan tidak ada gangguan pendengaran.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe maupun
parotis
Dada : I: Dada tampak simetris, pergerakan dinding dada
dengan peningkatan sternum,
P: taktil fremitus terba di dada kiri dan kanan.
P: sonor di kedua lapang paru dan redup di dada kiri
pada ics 2 sampai ics 5.
A: suara napas terdengar vesikuler dan suara jantung s1
dan s2 terdengar.
Axila : Tidak ada lesi dan tampak ada sedikit rambut axila
Abdomen : I : Abdomen tampak buncit
A: peristaltik usus terdengar 12x/menit.
P: nyeri tekan pada ulu hati, tidak ada pembesaran hepar.
P: redup.
Genitalia :-
30
Exstremitas : - kedua tangan edema grade 1 dan tangan kiri terpasang
infus NS 10 tpm di vena radialis sinistra, capilary time
<3 detik.
- Kedua kaki tampak edema grade 1, capillary time <3
detik
5 5
5 5
31
G. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
Hari/Tanggal Jenis Hasil Acuan normal Analisa
/jam pemeriksaan
12-10-2015 Darah lengkap
Hemoglobin 15.1 14.00-18.00 g/dl Normal
Leukosite 16.4 4.0-10.5 ribu/ul
eritrosit 5.43 4.50-6.00 jt/ulm Normal
Hematokrit 45.2 42.00-52.00 vol% Normal
Thrombosite 563 150-450 ribu/ul
RDW-CV 14.7 11.5-14.7
32
H. Medikasi
Nama obat,
frekuensi Indikasi Kontra indikasi Efek samping Cara kerja obat Konsiderasi perawat
pemberian dosis,
cara pemberian
Captopril 3x 12,5 hipertensi dan Penderita yang Pusing atau menghambat produksi - Berikan obat sesuai order
gagal jantung. hipersensitif limbung, terutama hormon angiotensin 2.
Peroral. dokter
untuk terhadap kaptopril saat bangkit Hasilnya akan
melindungi atau penghambat berdiri, Batuk membuat dinding - Pantau keadaan klien terhadap
jantung setelah ACE lainnya kering, Mual dan pembuluh darah lebih
efek samping obat setelah
terjadi serangan (misalnya klien muntah, Gangguan rileks sehingga dapat
jantung serta mengalami pencernaan, menurunkan tekanan diberikan terapi
menangani angioedema Konstipasi atau darah, sekaligus
- Kaji reaksi hipersensitivitas
penyakit ginjal selama pengobatan diare, Rambut meningkatkan suplai
akibat diabetes denganpenghambat rontok, Sulit tidur, darah dan oksigen ke obat
atau nefropati ACE lainnya). Mulut kering jantung
diabetes.
Ranitidin 2 mg sakit maag. rasa 1. Riwayat alergi Sakit kepala menurunkan produksi - Berikan obat sesuai order
2x1 intravena. nyeri ulu hati, terhadap Sulit buang air besar asam lambung dengan
Diare cara memblok langsung dokter
rasa terbakan di ranitidin;
dada, perut 2. Ibu yang Mual sel penghasil asam - Kaji karakteristik nyeri klien
terasa penuh, sedang Nyeri perut lambung
Gatal-gatal pada - Pantau keadaan klien terhadap
mual, banyak menyusui;
bersendawa 3. Pemberian kulit efek samping obat setelah
ataupun buang ranitidin juga
diberikan terapi
gas perlu diawasi
pada kondisi Kaji reaksi hipersensitivitas
gagal ginjal.
obat
33
- Lasix Edema, asitas, Gagal ginjal akut, Gangguan pada Merupakan obat - Berikan obat sesuai order
1x 20mg hipertensi hepokalemia, saluran cerna,
golongan diuretic. dokter
intravena. ringan sampai hiponetermia, kehabisan Ca, Na,
sedang hipovolemia K Yang bekerja di ginjal - Observasi efek samping
dengan menghambat - Bagi adanya kerusakan ginjal
penyerapan garam dan
elektrolit sehingga air
terikat dengan garam
tersebut dan tidak bisa
diserap oleh ginjal.
Akhirnya air akan
dibuang melalui buang
air kecil.
- Aminefron Untuk Penderita dengan Hiperkalsemia sebagai kofaktor - Kaji adanya reaksi
3x1 peroral pengobatan riwayat mungkin dapat esensial pada berbagai hipersensitivitas
kelainan fungsi hipersensitivitas terjadi sistem enzim.
ginjal kronik terhadap komponen
bersamaan dari produk ini,
dengan diet tinggi hiperkalsemia.
kalori rendah
protein, dalam
retensi yang
terkompensasi
atau yang
dekompensasi
34
I. Tindakan /terapi yang diberikan
Terapi infus yang diberikan adalah RL 10 tetes permenit melalui vena
radialis sinistra
35
Analisa data
Q:seperti ditusuk ,
S:2(0-9) ,
T:2-3 menit hilang
timbul .
36
Data subjektif : Hipoalbumin Kelebihan
Klien mengatakan “seluh volume cairan
bagian tubuh bengkak” Tekanan osmotik plasma
menurun
37
Diagnosa keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam jaringan ditandai dengan klien
mengatakan“seluruh bagian tubuh bengkak”, T: 36’C P : 100 x/m R : 26x/m BP : 140/100 mmHg, Piting edema skala 1
Hasil yang Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
diharapkan
Setelah dilakukan 1. Observasi 1. mengetahui keadaan umum 1. Mengukur tanda-tanda vital S : Klien mengatakan
tindakan selama 6 tanda-tanda klien. Klien : T=36.9°c, P=100x/m, badan bengkak
2. Pemantauan membantu masih ada.
jam diharapkan vital. menentukan status cairan R=26x/m, Bp=140/100
Kelebihan volume 2. pantau asupan klien. mmHg.(jam 9.00 Am)
O : tampak odema
cairan terkontrol dan haluaran 3. Penimbangan berat badan 2. Mencatat minum klien 800cc seluruh tubuh terutama
dengan Kriteria cairan harian adalah pengawasan dan kencing 500cc. .(jam
status cairan terbaik. pada kaki kanan dan
Hasil: 3. Timbang berat Peningkatan berat badan lebih 13.30pm) kiri,
a. Klien tidak badan tiap hari dari 0,5 kg/hari diduga ada 3. Menimbang berat badan Bb: 65 kg. minum
menunjukan 4. Kaji kulit, retensi cairan. klien didapatkan hasil 65 klien 800cc dan
tanda-tanda wajah, area 4. Edema terjadi terutama pada kg.(jam 9.00 Am) kencing 500cc,
jaringan yang tergantung pada tanda-tanda vital Klien
akumulasi cairan tergantung tubuh. 4. Mengkaji warna turgor dan
: T=36.9°c, P=100x/m,
seperti edema untuk edema. 5. Suatu diet rendah natrium edema klien.(jam 9.10 Am) R=26x/m, Bp=140/100
atau bengkak. 5. Anjurkan klien dapat mencegah retensi cairan 5. Menganjurkan untuk mmHg
b. Klien pada diet 6. Diberikan dini pada fase makanan maupun minuman A : masalah belum
oliguria untuk mengubah ke
mendapatkan rendah natrium yang rendah natrium seperti teratasi , kelebihan
fase nonoliguria, untuk
volume cairan selama fase melebarkan lumen tubular dari garam, susu kacang- volume cairan masih
yang tepat. edema debris, menurunkan kacangan.(jam 9 .25 Am) ada.
hiperkalimea, dan P : Intervensi 1,2,3,4
c. tanda tandavital 6. kolaborasiobat 6. Berikan obat lasix 20
meningkatkan volume urine dan 5 dilanjutkan
dalam batas normal. sesuai indikasi adekuat. mg.(jam 9.00 Am) perhari. perawatan bangsal.
38
Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa gaster ditandai dengan klien mengatakan “nyeri pada ulu
hati saat ditekan,P=nyeri tekan,Q=seperti ditusuk,R=ulu hati,S=2(0-4),T=5-10 menit.
Hasil yang Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
diharapkan
Setelah diberikan 1. Observasi 1. Mengetahui keadaan 1. Mengukur tanda-tanda vital Jam 10.00 pm.
tindakan tanda-tanda umum klien. Klien : T=36.9°c, P=100x/m,
keperawatan vital. 2. Tingkat nyeri klien R=26x/m, Bp=140/100 S : Klien mengatakan
nyeri sudah berkurang.
selama 1 jam nyeri 2. Kaji dapat membantu mmHg.(jam 9.00 Am)
dapat berkurang karakteristik dalam menentukan 2. Mengkaji karakteristik nyeri : O : Tanda-tanda vital
dan hilang dengan nyeri. tindakan. P=nyeri tekan,Q=seperti P=92x/m, R=24x/m,
kriteria hasil 3. Ajarkan teknik 3. Menurunkan ditusuk,R=ulu hati,S=2(0- Bp=130/80 mmHg.
- Klien dapat relaksasi dan ketegangan dan 9),T=5-10 menit.(jam 9.15 Karakteristik nyeri
mengetahui cara distraksi. mengalihkan Am) A : masalah masih nyeri
mengatasi nyeri. 4. Berikan perhatian terhadap 3. Mengajarkan kepada klien akut.
- Tanda-tanda vital lingkungan nyeri. tarik nafas dalam dan P=nyeri tekan,Q=seperti
dalam batas yang tenang. 4. Meminta keluarga menganjurkan kepada klien ditusuk,R=ulu
normal T=36º, 5. Kolaborasi klien yang jaga untuk tidur saat nyeri tidak hati,S=1(0-9),T=5-10
P=80x/m pemberian diruangan untuk hilang-hilang. (jam 9.25 Am) menit.
R=20x/m, obat. tidak ribut dan 4. Meminta keluarga klien yang
Bp=120/80 membatasi jumlah jaga diruangan untuk tidak P : Intervensi 1,2,3,4 dan
mmHg pengunjung. ribut dan membatasi jumlah 5 dilanjutkan
pengunjung. (jam 9.35Am) perawatan bangsal.
- Skala nyeri 1 (0- 5. Mempercepat
5. Memberi obat ranitidin
4) ringan atau menurunkan nyeri.
12,5mg lewat intravena. (jam
hilang.
9.00 Am)
39
Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan klien mengatakan tidak bisa
beraktivitas karena badan saya lemah dan bengkak,tampak klien terbaring ditempat tidur, tanda-tanda vital
T=36.9°c, P=100x/m, R=26x/m, Bp=140/100 mmHg.
Hasil yang Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
diharapkan
Setelah diberikan 1. Observasi 1. Mengetahui keadaan 1. Mengukur tanda-tanda vital .(jam 14.00 pm)
tindakan tanda-tanda umum klien. Klien : T=36.9°c, S : Klien mengatakan
keperawatan vital. 2. Mengetahui P=100x/m, R=26x/m, badan lemah masih dan
tidak bisa melakukan
selama 7 jam 2. Kaji sekala kegiatan yang bisa Bp=140/100 mmHg. .(jam
aktivitas.
kelemahan klien aktivitas dilakukan klien 9.00 Am)
dapat teratasi dan 3. Ajarkan teknik 3. Mengurangi 2. Mengkaji skala aktivitas O : Tampak klien masih
dktivitas dapat menghemat kelelahan. klien skala 2 (0-4) (jam 9.10 lemah terbaring,
dengan kriteria energi 4. Membantu Am) ditempat tidur, Tanda-
hasil : 4. Bantu klien menghemat eneri 3. Anjurkan untuk tidak tanda vital
Klien tampak segar dalam klien dan kebutuhan beraktivitas berlebihan dan T: 36 ‘C, P=92x/m,
Dapat melakukan memenuhi klien dapat tidak mengejan saat BAB.
R=24x/m, Bp=130/80
.(jam 10.00 Am)
aktivitas ADL klien terpenuhi. mmHg.
4. Mengambil dan
sederhana, TTV: 5. Kolaborasi 5. Meningkatkan Mendekatkan makanan Skala aktivitas 2(0-4)
T=36.°c, P=80x/m, pemberian sirkulasi dan energi klien. .(jam 8.00 Am) A : Masalah belum
R=20x/m, oksigen klien. 5. Memberikan oksigen 4 liter. teratasi.
Bp=120/80 mmHg. .(jam 8.10 Am) P : Intervensi 1,2,3,4 dan
5 dilanjutkan
perawatan.
40
DAFTAR PUSTAKA
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica
Ester. Jakarta: EGC.
41