Alamat korespondensi: ISSN 2252-6358
Gedung A1 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: journalunnes@yahoo.com
21
Tita Febri Prastiwi / Developmental and Clinical Psychology 1 (1) (2012)
(50,74%), kanker hati 2.026 (8,37%) dan kanker dengan nilai-nilai, standart dan kekhawatiran
paru-paru 784 (3,42%). dalam hidup.
Keberadaan penyakit yang Yeh et. Al (Preedy and Watson,
mempengaruhi kondisi kesehatan fisik seseorang 2010:2472) menyatakan bahwa kualitas hidup
adalah salah satu aspek yang menentukan sebagai dampak dari penyakit dan aspek
kualitas hidup seseorang. Widiyanto (2007:1-7) kepuasan yang diukur dengan skala : fungsi fisik
menyatakan kualitas hidup penduduk Indonesia (didefinisikan sebagai status fungsional dalam
tergolong rendah, Indonesia menempati urutan kehidupan sehari-hari), disfungsi psikologis
108 dari 177 negara, peringkat ini masih di (tingkat distress emosional), fungsi sosial
bawah peringkat Negara Singapura (urutan 25), (hubungan antar pribadi yang berfungsi dalam
Brunei Darusalam (urutan 34), Malaysia (urutan kelompok), pengobatan (didefinisikan sebagai
61), Thailand (urutan 74) dan Filipina (urutan kecemasan atau kekhawatiran tentang penyakit
84). Salah satu aspek yang menjadi penyebabnya dan program perawatan), fungsi kognitif (kinerja
adalah tingkat kesehatan. Pola penyakit yang kognitif dalam pemecahan masalah).
diderita masyarakat sebagian besar adalah Saxton and Daley (2010:4) National
penyakit infeksi menular seperti ISPA (Infeksi Cancer Institute (NCI) menggambarkan “Cancer
Saluran Pernafasan Akut), malaria, diare dan Survivor” meliputi : kondisi fisik, psikososial,
penyakit kulit. Pada waktu yang bersamaan sejak proses diagnosis hingga akhir hidupnya
terjadi peningkatan penyakit tidak menular berfokus pada kesehatan, kehidupan penderita
seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker dan pada saat sedang menjalani
diabetes melitus dan kanker. pengobatan. Pengukuran mengenai kualitas
Kanker membuat penderita mengalami hidup bagi pasien kanker sangat diperlukan
penurunan dalam kondisi fisik maupun untuk melihat sejauh mana pengobatan yang
psikologis. Saba (1998:1) memaparkan salah dilakukan mempengaruhi kehidupan pasien.
satu komplikasi umum dalam kondisi fisik dari Aspek-aspek dalam kualitas hidup
keganasan kanker adalah anemia. Terkait termasuk komponen fisik, emosional dan
kanker, anemia dapat terjadi karena efek fungsional. Status fungsional mengacu pada
langsung dari sel kanker atau mungkin justru kemampuan melakukan aktifitas yang
berkembang sebagai akibat dari pengobatan berhubungan dengan kebutuhan dan ambisi atau
kanker itu sendiri. Cella et.al. (2003:511) peran sosial yang diinginkan oleh pasien, pada
mengungkapkan : Anemia is a multi-symptom tahap yang paling dasar mengacu pada
syndrome involving both physical and emotional kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Hal
problems that can be evaluated for their impact on ini juga terkait dengan cara seseorang menerima
quality of life. Pengobatan anemia dapat keadaan fisiknya.
meningkatkan kualitas hidup pada penderita Akechi et. al. (1998:238) mendeskripsikan
kanker (Cella, 1998:1). penyesuaian mental penderita kanker berkorelasi
Preedy and Watson (2010:1754) dengan kualitas hidupnya. Salah satu hal yang
mendefinisikan kualitas hidup sebagai kepuasan paling adaptif dari penyesuaian mental adalah
dalam berbagai aspek kehidupan. World Health „semangat juang‟ sedangkan salah satu yang
Organization (WHO, 1997:1), menyatakan maladaptif adalah „ketidakberdayaan / putus
Quality of life as individual’s perception of their asa‟. Jumlah anggota dalam rumah tangga,
position in life in the context of the culture and value status kinerja, dukungan dari dokter dan
system in which they live and in relation to their goals, kepuasan pada dukungan tersebut merupakan
espextation, standart and concerns. Artinya, kualitas semangat juang pada pasien kanker, sedangkan
hidup merupakan persepsi dari individu dalam usia, pendidikan, status keluarga, kinerja dalam
kehidupan dalam konteks budaya dan sistem pekerjaan dan kepuasan pada dukungan di
nilai dimana mereka hidup dan dalam kaitannya prediksi sebagai ketidakberdayaan atau putus
asa. Fisch et al (2003:2754) menambahkan
23
Tita Febri Prastiwi / Developmental and Clinical Psychology 1 (1) (2012)
lingkungan. Faktor penyebab kanker terbanyak biaya yang secara langsung mengubah ekonomi
adalah faktor keturunan dan pola hidup yang keluarga penderita kanker. Pengobatan kanker
tidak sehat. yang relatif mahal dan berlangsung lama
Kondisi pasca menderita kanker turut menimbulkan kecemasan tersendiri bagi
menambah penderitaan penderitanya. Rasa sakit penderita kanker.
yang dirasakan akibat penyakit kanker Terdapat empat aspek yang menentukan
merupakan hal yang harus dijalaninya setiap apakah hidup seseorang berkualitas atau tidak,
hari. Selain itu harapan hidup yang kecil antara lain aspek psikologis, aspek sosial, aspek,
membuat seorang penderita kanker mengalami fisik dan aspek lingkungan. Aspek yang
kecemasan akan masa depan dan ketakutan dominan dalam pembentukan kualitas hidup
menghadapi kematian yang seolah sudah penderita kanker adalah aspek psikologis,
didepan mata. Semangat hidup seolah bertolak meliputi spiritualitas, dukungan sosial dan
belakang dengan keterbatasan yang dialami kesejahteraan. Faktanya, aspek psikologis
penderita kanker. Keadaan semacam itu akan memiliki peran yang sangat signifikan dalam
mempengaruhi kualitas hidup pada penderita menentukan kualitas hidup, subyek
kanker. Penderita kanker yang mampu mendapatkan kekuatan dan merasa lebih sehat
menghadapi dan bangkit dari keterpurukan yang walaupun tanpa obat, hal ini disebabkan karena
dialami akan mendorongnya untuk memiliki adanya sugesti dalam diri individu tersebut
hidup yang lebih berkualitas, begitu pula untuk tetap sehat tanpa obat. Hal ini erat
sebaliknya, respon negatif dari seorang penderita kaitannya dengan kecerdasan spiritualitas
kanker membuat kualitas hidupnya negatif. seorang individu. Hubungan manusia dengan
Kualitas hidup adalah persepsi individu Sang Pencipta dirasa merupakan hal yang paling
mengenai keadaan dirinya pada aspek fisik, hakiki dalam aspek kehidupan. Kecerdasan
psikologis, sosial dan lingkungan untuk spiritualitas dianggap sebagai kecerdasan untuk
mencapai kepuasan dalam hidupnya. Kebaikan menghadapi dan memecahkan persoalan makna
dalam segala aspek hidup dan kepuasan hidup dan nilai yang akan membawa dalam
seseorang akan membawanya pada hidup yang kehidupan yang bermakna (Zohar dan Marshall,
berkualitas. Kebaikan tersebut akan mendorong 2000:4). Kecerdasan spiritualitas menuntun
penderita kanker untuk mencapai kehidupan subyek untuk memiliki penerimaan diri yang
yang berkualitas. Pengetahuan dan pemahaman sangat baik terhadap penyakitnya. Subyek
penderita kanker terhadap penyakitnya sangat mengalami peningkatan dalam hal spiritual
mempengaruhi kualitas hidupnya, karena tanpa dibanding saat sebelum menderita kanker.
tahu kondisinya dengan baik, penderita tidak Subyek lebih dekat dengan Tuhan dan tidak
tahu apa yang harus dilakukan atau apa yang menyalahkan Tuhan karena keadaanya,
tidak boleh dilakukan untuk meningkatkan melainkan menganggap apa yang terjadi
kesehatannya. Kualitas hidup erat kaitannya padanya sebagai sebuah anugerah dari Tuhan.
dengan kesehatan fisik dan mental seseorang. Indikator kedua yang mempengaruhi
Fisik dan mental yang baik akan mengarah pada kualitas hidup penderita kanker adalah
adanya penerimaan diri, citra tubuh yang baik, dukungan sosial. Dukungan dari orang terdekat
perasaan positif, penghargaan terhadap diri sangat penting dan berpengaruh terhadap
sendiri dan orang lain, kebahagiaan, spiritualitas kesembuhan seorang penderita kanker dalam
yang baik, kesejahteraan, dan hubungan mengurangi tingkat stres dan depresi
interpersonal yang positif. (Taylor,1991:244-246). Dukungan sosial dari
Faktor pendukung yang lain adalah faktor orang-orang disekitar subyek memberi motivasi
ekonomi. Perihal ekonomi tidak bisa dipandang dan semangat yang besar bagi subyek untuk
sebelah mata dalam pembentukan kualitas hidup sembuh dan kuat menjalani hidup. Rasa cinta,
seorang penderita kanker, hal ini dikarenakan rasa aman dan nyaman yang didapatkan oleh
keadaan penyakitnya membutuhkan banyak subyek pada akhirnya memberikan
25
Tita Febri Prastiwi / Developmental and Clinical Psychology 1 (1) (2012)
kesejahteraan yang juga menentukan kualitas kanker. Hubungan sosial yang baik dan
hidup penderita kanker. dukungan sosial yang diterima penderita dari
Indikator ketiga adalah kesejahteraan. orang-orang terdekat akan sangat berdampak
Setiap orang pasti menginginkan hidupnya positif pada kesehatan penderita kanker. Sikap
sejahtera. Usaha kesejahteraan sosial adalah dan pandangan positif dari penderita kanker
usaha yang bertujuan untuk meningkatkan akan menghilangkan respon-respon negatif yang
kualitas hidup manusia kearah kehidupan sosial muncul seiring adanya kelemahan yang
yang lebih baik. Peningkatan kualitas hidup itu dialaminya sehingga ada kesejahteraan
sendiri dapat dilakukan melalui kehidupan emosional dalam diri penderita kanker.
keluarga, kesehatan, kemampuan menyesuaikan Terpenuhinya segala aspek kehidupan pada
diri dengan lingkungan sosial (social adjustment), akhirnya akan memberikan kualitas hidup pada
pemanfaatan waktu luang, standart hidup diri individu, khususnya penderita kanker.
maupun relasi sosial (Rukminto,1994:11).
Indikator-indikator satu dengan yang lain saling SIMPULAN
berkaitan dalam membentuk kualitas hidup
seseorang, khususnya pada penderita kanker. Berdasarkan penelitian ini, pemahaman
Penderita kanker yang merasakan kesejahteraan, akan aspek-aspek kualitas hidup tidak hanya
misalnya dalam kesehatan, mereka akan tetap melahirkan sikap-sikap positif tetapi juga
mampu beraktivitas secara maksimal, memiliki perubahan pandangan subyek terhadap hal-hal
kemandirian dan menunjukkan prestasinya. yang dialaminya. Penderitaan yang dialami
Kondisi pasca menderita kanker akan seorang penderita kanker dipahami sebagai
mempengaruhi kondisi subyek secara fisik dan proses pendewasan pribadi. Ada perubahan
mental yang akan mempengaruhi kualitas pribadi ke arah yang positif yang dialami
hidupnya. Faktor pengetahuan dan pemahaman penderita kanker dalam perjuangannya untuk
subyek terhadap penyakit yang sedang bertahan hidup.
dideritanya sangat penting untuk menjadi acuan
menjaga kesehatannya. Pemahaman kualitas
hidup yang positif akan menentukan sikap DAFTAR PUSTAKA
subyek selanjutnya, hal ini dipengaruhi oleh
penerimaan diri yang baik, citra tubuh positif, Akechi, T., Okamura,H.,
perasaan positif, kebahagiaan, harga diri, Yamasaki,S.,Uchitomi,Y. 1998. Predictor
hubungan sosial, lingkungan dan spiritualitas of Patientes‟ Mental Adjustment to
subyek. Cancer: Patient Characteristics And
Saat penderita kanker memiliki kualitas Social Support. British Journal of
hidup yang positif dalam hidupnya maka sikap Cancer.16/12:2381-2385.
yang akan ditunjukkan oleh penderita adalah Bowling, A. 2005. Measuring Health : A Review of
sikap-sikap positif. Mereka akan menerima dan Quality of Life Measurement Scales. New
beradaptasi dengan keadaannya serta berusaha York : Bell & Bain Ltd.
untuk bertahan dan terus berjuang dalam Cella, D.1998. Factor Influence Quality of Life
mengusahakan kehidupan yang lebih baik. in Cancer Patients: Anemia and
Mereka mungkin pernah merasa terpuruk dalam Fatigue. Annals of Oncology. 25/6:1
kondisi penyakit yang dideritanya, tetapi ______,D., Dobrez.D., Glaspy,J.. 2003. Control
pemahaman kualitas hidup yang positif akan of Cancer-Related Anemia With
memacu mereka untuk tetap bisa Erythropoietic Agents: A Review of
mengaktualisasi dirinya, penderita kanker tidak Evidance for Improved Quality of Life
menyerah dengan keterbatasan dirinya. And Clinical Outcomes. Annals of
Kondisi lingkungan yang baik turut Oncology. 15/1:511-519.
mendukung kualitas hidup seorang penderita
26
Tita Febri Prastiwi / Developmental and Clinical Psychology 1 (1) (2012)
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2010. Zohar ,D., dan Marshall,I. 2000. SQ :
Profil Kesehatan 2009. Semarang Memanfaatkan Kecerdasan Spiritusl dalam
Ensiklopedi Nasional Indonesia. 1990. 1th ed., Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk
VIII. Jakarta: PT Rineka Cipta. Pp. 122 Memaknai Kehidupan. Bandung: PT
Ferris, A.L. 2010. Approaches to Improving the Mizan Pustaka.
Quality of Life. Online.
Available at
http://library.nu/search?q=Quality%20o
f%20life&page=2[accessed 7/10/11]
Kiple, K.F. (ed). 2003. The Cambridge Dictionary
of Disease. New York: Cambridge
University Press.
Larasati. 2009. Kualitas Hidup Pada Wanita
yang Sudah Memasuki Masa
Menopouse. Skripsi Universitas
Gunadarma.
Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitatif. (Revised Ed.).Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Preedy ,V.R., and Watson,R.R. 2010. Handbook
of Desease Burdens and Quality of Life
Measure.Online. Available at www.
Saba, Hussain. I. (n.d) Anemia of Cancer:
Direct Effects of the Neoplasm. Online
http://www.moffitt.org/moffittapps/ccj/v5ns/a
rticle1.html [accessed 06/11/11]
Salim, A. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sarafino, E.P. 1990. Health Psychology:
Biopsychosocial Interactions. United State of
America: John Wiley & Sons, Inc.
Saxton,J. and Daley,A. 2010. Exercise and Cancer
Survivorship: Impact
on Health Outcomes and Quality of Life.Online.
Available at
http://library.nu/search?q=Quality%20o
f%20life&page=2 [accessed 7/10/11]
Widiyanto, S.P. 2007. Strategi Peningkatan
Kualitas Hidup Manusia di Indonesia.
Online at
http://perpustakaan.uns.ac.id/jurnal
[accessed 15/09/11] 25/7:1-13.
World Health Organization. (1997). WHOQOL:
Measuring Quality of Life. Online.
Available
athttp://www.who.int/mental_health/m
edia/68.pdf [accessed 06/11/11]
27