Anda di halaman 1dari 11

EduMa Vol. 6 No.

1 Juli 2017
ISSN 2086 – 3918 85

PEMBENTUKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PADA


PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL SAVI BERBASIS DISCOVERY
STRATEGY MATERI DIMENSI TIGA KELAS X.

Hendri Handoko
Tadris Matematika, IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Kota Cirebon
handoko.hendri@ymail.com

ABSTRAK
Pembelajaran matematika materi dimensi tiga sering mengalami kesulitan, salah satu faktor
penyebabnya adalah karena rendahnya kreativitas siswa dalam belajar. Salah satu alternatif yang
diberikan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan cara menentukan strategi
pembelajaran yang inovatif. Salah satu pembelajaran inovatif yang akan dijadikan alternatif untuk
mengatasi permasalahan tersebut yaitu pembelajaran model SAVI berbasis discovery strategy yang
diartikan sebagai teknik pengajaran yang melibatkan semua indera siswa dalam mencari dan
menemukan suatu konsep matematika melalui cara berpikir kreatif. Kegiatan pembelajaran ini
memfokuskan siswa pada proses penemuan suatu konsep matematika. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis hasil dari proses yang berdampak pada pembentukan karakter kreatif
pada diri siswa pada pembelajaran matematika materi dimensi tiga dengan pendekatan model SAVI
berbasis discovery strategy. Subjek penelitian diambil dari 6 siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda (heterogen) yaitu dengan pengelompokan kelompok atas (kemampuan tinggi), tengah
(kelompok sedang), dan bawah (kelompok bawah). Teknik Pengambilan data diperoleh dengan
observasi, wawancara, dokumentasi. Instrumen yang digunakan lembar observasi dan pedoman
wawancara, dokumentasi. Sedangkan teknik pengolahan data dengan uji gain dan triangulasi. Hasil
pengamatan kemandirian pada penelitian ini menunjukan bahwa rata-rata peningkatan karakter
kreatif siswa dari pertemuan I sampai V pada subjek terpilih dihasilkan sebesar 78,20 artinya
peningkatan pembentukan pada kriteria baik.

Kata Kunci: Pembelajaran Model SAVI berbasis discovery strategy, Keterampilan Berpikir Kreatif

PENDAHULUAN sistematis, logis, kreatif, disiplin dan


Salah satu ciri dari pembelajaran kerjasama yang efektif dalam kehidupan
matematika masa kini adalah yang modern dan kompetitif. Begitu
penyajiannya didasarkan pada teori-teori pentingnya peran matematika dalam
psikologi pembelajaran yang dilahirkan kehidupan manusia maka dibutuhkan
oleh para pakar pendidikan. Dengan strategi dalam pembelajarannya.
menguasai psikologi pembelajaran, guru Hal penting yang menjadi catatan
bisa mengetahui kemampuan yang telah Postman (2002 : 1) bahwa dalam
dimiliki siswa dan bagaimana proses menyelenggarakan pendidikan ada dua
berpikirnya. Selain itu guru juga dapat persoalan yang harus diselesaikan,
mengetahui bagaimana menciptakan Pertama menyangkut keahlian teknis yaitu
kegiatan pembelajaran sesuai dengan cara (metode) penyampaian, kapan, dimana
kondisi siswa dan tujuan pengajaran. dan bagaimana metode tersebut
Peran matematika sebagai induk dilaksanakan. Kedua persoalan yang
ilmu oengetahuan, alat bantu, pembimbing bersifat metafisik yaitu menyangkut
pola pikir maupun pembentuk sikap oleh motivasi, kreativitas, psikologi, kemauan
sebab itu proses pembelajaran matematika dari siswa maupun guru.
harus dapat dilakukan dengan baik. Persoalan menyangkut keahlian
Matematika dapat difungsikan untuk teknis berupa cara penyampaian
mengembangkan kemampuan berfikir yang (model/metode) menuntut seorang guru
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
86 ISSN 2086 – 3918

untuk dapat melakukan inovasi dalam Masalah yang muncul pada


memilih metode pembelajaran. Kenyataan pembelajaran materi Dimensi Tiga
dilapangan menunjukkan bahwa banyak diantaranya, (1) Pemahaman gambar dan
terdapat guru yang belum mampu Dimensi Tiga dalam bidang dimensi dua
melaksanakan pembelajaran dengan membutuhkan tingkat abstraksi yang
pendekatan metode yang disesuaikan oleh cukup tinggi; (2) Konsep-konsep yang harus
kemampuan siswa, bahkan masih ada guru diberikan kepada siswa juga mempunyai
yang sama sekali tidak pernah menerapkan tingkat kesulitan yang tinggi karena harus
model pembelajaran. Akibatnya fungsi dikaitkan dengan konsep-konsep lain
guru yang seharusnya dapat mengarahkan, dalam matematika seperti trigonometri dan
membimbing dan memberikan jalan keluar segitiga; (3) Pola dan metode pengajaran
agar segala sesuatu yang dilakukan oleh yang digunakan masih lebih banyak
siswa tidak dapat berjalan dengan baik dan menggunakan metode ceramah atau
maksimal. strategi konvensional; (4) Media dan
Persoalan kedua menyangkut sumber belajar yang digunakan masih
metafisik diartikan sebagai faktor yang sangat terbatas, baik dari sisi kuantitas
berada dalam diri siswa, yaitu persoalan maupun kualitas. Oleh karena itu, siswa
psikologis. Salah satu persoalan metafisik cenderung merasa kesulitan dalam
yang sering ada dalam diri siswa adalah memahami materi ini sehingga tingkat
motivasi siswa dalam belajar. Indikator keberhasilan atau prestasi belajar siswa
bahwa siswa mempunyai motivasi yang pada materi ini relatif rendah. Siswa
tinggi dalam pembelajaran dapat dilihat mengalami kesulitan dalam menganalisa,
dari kesadaran diri untuk mencari atau menggambar dan memahami konsep untuk
menemukan hal-hal baru sesuai dengan menyelesaikan soal-soal cerita dimensi tiga
daya nalar dan kritis serta kreatif siswa. karena minimnya kreativitas siswa dalam
Dalam kegiatan pembelajaran, kreativitas memecahkan masalah. Menurut Baker dkk
siswa sangat penting karena kreatif (2001), kreativitas dibutuhkan siswa dan
diartikan sebagai berfikir melakukan dianggap penting untuk meningkatkan
sesuatu untuk menghasilkan atau hasil kapasitas siswa serta merangsang
baru dari sesuatu yang telah dimiliki peningkatan kemampuan prestasi
(Pusat Kurikulum dan Perbukuan akademik. Oleh karena itu dibutuhkan
Kementerian Pendidikan Nasional, 2011). strategi agar pembelajaran matematika
Sehingga perlu didesain pembelajaran yang diorientasikan pada kegiatan pembentukan
lebih melibatkan metafisik siswa agar kreativitas siswa.
pembelajaran tersebut menjadi lebih Menurut Davis (Siswono, 2008)
bermakna. Peran guru hanya sebagai terdapat 6 alasan mengapa pembelajaran
fasilitator pendidikan yang bertugas untuk matematika perlu menekankan pada
membimbing, mengarahkan dan kreativitas, yaitu: (1) Matematika begitu
memotivasi siswa serta jika diperlukan kompleks dan luas untuk diajarkan dengan
untuk memberikan pemahaman baru hafalan, (2) Siswa dapat menemukan
kepada siswa. solusi-solusi yang asli (original) saat
Kenyataan dilapangan memecahkan masalah, (3) Guru perlu
menyebutkan bahwa pembelajaran saat ini merespon konstribusi siswa yang asli dan
masih didominasi oleh paradigma teacher mengejutkan (surprised), (4) Pembelajaran
centered. Pembelajaran yang bersifat matematika dengan hafalan dan masalah
searah ini membuat siswa selalu rutin akan membuat siswa tidak
bergantung pada pekerjaan guru, sehingga termotivasi dan mengurangi
selama pembelajaran berlangsung siswa kemampuannya, (5) Keaslian merupakan
cenderung pasif. Siswa hanya sesuatu yang perlu diajarkan, seperti
mendengarkan, mencatat dan dituntut membuat pembuktian asli dari teorema-
menghafal lalu disuruh mengerjakan soal- teorema, (6) Kehidupan nyata sehari-hari
soal latihan. Sehingga menyebabkan siswa memerlukan matematika serta
menjadi bosan dengan pelajaran memerlukan kreativitas dalam
matematika, karena siswa tidak dilibatkan menyelesaikannya.
secara aktif dalam proses belajar. Tayor dkk (Wang 2011)
mengatakan bahwa potensi berpikir kreatif
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
ISSN 2086 – 3918 87

ada pada semua orang dan dapat siswa dalam menyelesaikan suatu
ditingkatkan melalui pembelajaran permasalahan.
sehingga dalam dunia pendidikan berpikir Sumalee (2012) menyatakan
kreatif dianggap sebagai elemen untuk bahwa kreatif adalah perilaku seseorang
dapat disinergikan dengan pencapaian untuk menemukan hal-hal baru yang
tujuan belajar mengajar. Sifat dan sikap digunakan dalam memecahkan masalah.
siswa dapat dibentuk dengan Dengan demikian, berpikir kreatif adalah
memunculkan daya imajinasi dan daya kemampuan otak seseorang pada tingkat
kreatif sebagai basis untuk menemukan tertinggi yang diperlukan untuk
hal-hal baru, inovatif serta kritis. membangun pengetahuan pada dirinya.
Model pembelajaran SAVI dapat Manusia kreatif acapkali memiliki
digunakan untuk mengatasi kurangnya kehidupan sosial yang mengasyikkan dan
daya kreatif siswa karena pembelajaran merangsang berinteraksi dengan banyak
SAVI menekankan bahwa belajar haruslah orang, dengan demikian mereka terus
memanfaatkan semua alat indra yang menerus belajar dan berbuat dengan ide
dimiliki peserta didik. Istilah SAVI sendiri baru (Ayan, 2002 : 26)
adalah kependekan dari: Somatic yang Menurut Davis (Mahmud, 1990),
bermakna gerakan tubuh (hands-on, apabila ditinjau dari pengertian dasar
aktivitas fisik) di mana belajar dengan tentang kreativitas dapat dilihat dari ciri-
mengalami dan melakukan; Auditory yang ciri orang kreatif yaitu meliputi tujuan,
bermakna bahwa belajar haruslah dengan nilai dan sejumlah sifat-sifat pribadi yang
melalui mendengarkan, menyimak, bersama-sama membekali seseorang untuk
berbicara, presentasi, argumentasi, berfikir bebas, luwes dan imajinatif.Inti
mengemukakan pendapat, dan dari semua konsep kreativitas adalah
menanggapi; Visualization yang bermakna adanya unsur kebaruan.Hasil dari
belajar haruslah menggunakan indra mata kreativitas berwujud cara-cara berpikir
melalui mengamati, menggambar, atau melakukan sesuatu yang bersifat
mendemonstrasikan, membaca, baru, orisinil dan bebas.
menggunakan media dan alat peraga; dan Dalam dunia pendidikan
Intellectualy yang bermakna bahwa belajar kreativitas dianggap sebagai elemen untuk
haruslah menggunakan kemampuan dapat disinergikan dengan pencapaian
berpikir (minds-on) belajar haruslah tujuan belajar mengajar. Sifat dan sikap
dengan konsentrasi pikiran dan berlatih siswa dapat dibentuk dengan
menggunakannya melalui bernalar, memunculkan daya imajinasi dan daya
menyelidiki, mengidentifikasi, kreatif sebagai basis untuk menemukan
menemukan, mencipta, mengkonstruksi, hal-hal baru, inovatif serta kritis.
memecahkan masalah, dan menerapkan. Seorang siswa yang mampu
berpikir kreatif harus dapat diarahkan
KAJIAN PUSTAKA melalui proses yang berkesinambungan.
Menurut Wallas (Munandar, 2002: 59)
a. Keterampilan Berpikir Kreatif langkah-langkah proses berpikir kreatif
Keterampilan merupakan meliputi empat tahap, yaitu;
kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. 1) Tahap Persiapan, yaitu proses tahapan
Keterampilan berpikir kreatif (creative seseorang mempersiapkan diri untuk
thinking) yaitu keterampilan individu memecahkan masalah dengan belajar
dalam menggunakan proses berpikirnya berpikir, mencari jawaban, bertanya
untuk menghasilkan gagasan yang baru, kepada orang lain dan sebagainya.
konstruktif berdasarkan konsep-konsep 2) Tahap Inkubasi, yaitu kegiatan
dan prinsip-prinsip yang rasional maupun mencari dan menghimpun
persepsi, dan intuisi individu (Ahmadi, data/informasi tidak dilanjutkan. Pada
dkk, 2011: 111). Keterampilan berpikir tahap ini, individu seakan-akan
kreatif dibangun oleh konsep-konsep yang melepaskan diri untuk sementara dari
sudah tertanam pada diri siswa yang masalah tersebut dalam arti bahwa ia
kemudian konsep serta prinsip-prinsip tidak memikirkan masalahnya secara
yang sudah ada tersebut diaplikasikan sadar, tetapi menyimpannya dalam
alam pra-sadar. Tahap inkubasi
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
88 ISSN 2086 – 3918

penting artinya penting artinya dalam diikuti oleh proses konvergensi


proses timbulnya inspirasi yang (pemikiran kritis)
merupakan titik mula dari suatu
penemuan atau kreasi baru yang
berasal dari daerah pra-sadar atau Keterampilan berpikir kreatif
timbul dalam keadaan ketidaksadaran dalam penelitian ini sebagaimana yang
penuh. diungkapkan oleh Munandar (2009: 192)
3) Tahap Iluminasi, adalah tahap antara lain; (1) Keterampilan berpikir
timbulnya “insight” atau “aha-erlebnis”. lancar (Fluency), (2) Keterampilan berpikir
Saat timbulnya inspirasi atau gagasan luwes (Flexibility), (3) Keterampilan
baru, beserta proses-proses psikologis berpikir orisinil (Originality), (4)
yang mengawali dan mengikuti Keterampilan memperinci (Elaboration), (5)
munculnya inspirasi atau gagasan Keterampilan mengevaluasi (Evaluation).
baru. Sedangkan menurut Arikunto (2012: 198)
4) Tahap Verifikasi, atau disebut juga menyatakan bahwa pengukuran ranah
tahap evaluasi adalah tahap dimana psikomotorik dilakukan terhadap hasil-
ide atau kreasi baru ter sebut harus hasil belajar yang berupa penampilan.
diuji terhadap realitas. Disini Adapun Indikator keterampilan
diperlukan pemikiran kritis dan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel
konvergen. Dengan kata lain, proses dibawah ini:
divergen (pemikiran kreatif) harus
Tabel. 1
Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
Jenis Ketrampilan Berpikir Kreatif Indikator
Keterampilan berpikir lancar (Fluency) 1. Mengajukan banyak pertanyaan.
2. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika
ada pertanyaan.
3. Mempunyai banyak gagasan mengenai
suatu masalah.
4. Lancar mengungkapkan gagasan-
gagasannya.
5. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
banyak daripada anak-anak lain.
6. Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau
kekurangan pada suatu objek atau situasi.
Keterampilan berpikir luwes (Flexibility) 1. Memberikan aneka ragam penggunaan yang
tidak lazim terhadap suatu objek.
2. Memberikan macam-macam penafsiran
(interpretasi) terhadap suatu gambar,
cerita, atau masalah.
3. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan
cara yang berbeda-beda.
4. Memberi pertimbangan terhadap situasi,
yang berbeda dari yang diberikan orang
lain.
5. Dalam membahas/mendiskusikan suatu
situasi selalu mempunyai posisi yang
berbeda atau bertentangan dari mayoritas
kelompok.
6. Jika diberikan suatu masalah biasanya
memikirkan macam-macam cara yang
berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
7. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian
(kategori) yang berbeda-beda.
8. Mampu mengubah arah berpikir spontan.
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
ISSN 2086 – 3918 89

Keterampilan berpikir orisinil (Originality) 1. Memikirkan masalah-masalah atau hal-hal


yang tidak pernah terpikirkan oleh orang
lain.
2. Mempertanyakan cara-cara lama dan
berusaha memikirkan cara-cara baru.
3. Memilih a-simetri dalam menggambar atau
membuat disain.
4. Memiliki cara berpikir yang lain dari yang
lain
5. Mencari pendekatan yang baru dari yang
stereotip.
6. Setelah membaca atau mendengar gagasan-
gagasan, bekerja untuk menemukan
penyelesaian yang baru.
7. Lebih senang mensintesis daripada
menganalisa situasi.
Keterampilan memperinci (Elaboration) 1. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap
jawaban atau pemecah masalah dengan
melakukan langkah-langkah yang
terperinci.
2. Mengembangkan atau memperkaya gagasan
orang lain.
3. Mencoba atau menguji detil-detil untuk
melihat arah yang akan ditempuh.
4. Mempunyai rasa keindahan yang kuat
sehingga tidak puas dengan penampilan
yang kosong atau sederhana.
5. Menambahkan garis-garis, warna-warna,
dan detil-detil (bagian-bagian) terhadap
gambarnya sendiri atau gambar orang lain.
Keterampilan mengevaluasi (Evaluation) 1. Memberi pertimbangan atas dasar sudut
pandangnya sendiri.
2. Menentukan pendapat sendiri mengenai
suatu hal.
3. Menganalisis masalah atau penyelesaian
secara kritis dengan selalu menanyakan
“Mengapa?”.
4. Mempunyai alasan (rasional) yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk mencapai
suatu keputusan.
5. Merancang suatu rencana kerja dari
gagasan-gagasan yang tercetus.
6. Pada waktu tertentu tidak menghasilkan
gagasan-gagasan tetapi menjadi peneliti
atau penilai yang kritis.
7. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

b. Pembelajaran Model SAVI semua indera, dan segenap kedalaman


serta keluasan pribadi, menghormati gaya
Pembelajaran SAVI menganut belajar individu lain dengan menyadari
aliran ilmu kognitif modern yang bahwa orang belajar dengan cara-cara yang
menyatakan belajar yang paling baik berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan
adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh,
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
90 ISSN 2086 – 3918

hakikat realitas yang nonlinear, ketika menggunakan kecerdasan untuk


nonmekanis, kreatif dan hidup. merenungkan suatu pengalaman dan
Sesuai dengan singkatan dari menciptakan hubungan, makna, rencana,
SAVI, yaitu: Somatic, Auditory, dan nilai dari pengalaman tersebut.Hal ini
Visualizationdan Intellectualy, maka diperkuat dengan makna intelektual
karakteristiknya ada empat bagian yaitu: adalah bagian diri yang merenung,
1) Somatic mencipta, dan memecahkan masalah.
”Somatic” berasal dari bahasa
yunani yaitu tubuh – soma.Jika dikaitkan Model pembelajaran SAVI dapat
dengan belajar maka dapat diartikan digunakan sebagai alternatif untuk
belajar dengan bergerak dan menumbuhkan sikap kreatif siswa karena
berbuat.Sehingga pembelajaran somatic pada pembelajaran model SAVI
adalah pembelajaran yang memanfaatkan Pembelajaran SAVI menekankan bahwa
dan melibatkan tubuh (indera peraba, belajar memanfaatkan semua alat indra
kinestetik, melibatkan fisik dan yang dimiliki siswa.
menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan
pembelajaran berlangsung). c. Discovery Strategy
2) Auditory
Belajar dengan berbicara dan Discovery strategy merupakan
mendengar.Pikiran kita lebih kuat salah satu metode yang memungkinkan
daripada yang kita sadari, telinga kita para anak didik terlibat langsung dalam
terus menerus menangkap dan menyimpan kegiatan belajar mengajar, sehingga
informasi bahkan tanpa kita sadari.Ketika mampu menggunakan proses mentalnya
kita membuat suara sendiri dengan untuk menemukan suatu konsep atau teori
berbicara beberapa area penting di otak yang sedang dipelajari (Illahi, 2012: 33)
kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan Aplikasi pembelajaran discovery
dalam pembelajaran siswa hendaknya strategy menitikberatkan pada kemampuan
mengajak siswa membicarakan apa yang anak didik dalam memecahkan persoalan
sedang mereka pelajari, menerjemahkan yang dihadapi pada saat proses
pengalaman siswa dengan suara. Mengajak pembelajaran melalui pendekatan inkuiri.
mereka berbicara saat memecahkan Selain itu, discovery strategy juga juga
masalah, membuat model, mengumpulkan menekankan pada proses pengembangan
informasi, membuat rencana kerja, diri yang menuntut mereka bisa mengolah
menguasai keterampilan, membuat pikiran dan mengoptimalkan potensinya
tinjauan pengalaman belajar, atau yang terpendam.
menciptakan makna-makna pribadi bagi Hamdani (2010: 184) mengatakan
diri mereka sendiri. bahwa discovery strategy adalah proses
3) Visualization mental ketika siswa mengasimilasikan
Belajar dengan mengamati dan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses
menggambarkan. Dalam otak kita terdapat mental tersebut antara lain, mengamati,
lebih banyak perangkat untuk memproses menjelaskan, mengelompokkan, membuat
informasi visual daripada semua indera kesimpulan dan sebagainya.
yang lain. Setiap siswa yang menggunakan
visualnya lebih mudah belajar jika dapat METODE PENELITIAN
melihat apa yang sedang dibicarakan
seorang penceramah atau sebuah buku Penelitian ini merupakan
atau program komputer. Secara khususnya penelitian kualitatif dengan subjek
pembelajar visual yang baik jika mereka penelitian enam siswa pilihan. Instrumen
dapat melihat contoh dari dunia nyata, penelitian yang digunakan untuk
diagram, peta gagasan, ikon dan mengumpulkan data terdiri dari lembar
sebagainya ketika belajar. observasi ketrampilan berfikir kreatif dan
4) Intellectualy pedoman wawancara. Teknik
Belajar dengan memecahkan pengumpulan data dengan observasi,
masalah dan merenung.Tindakan wawancara dan dokumentasi. Analisis
pembelajar yang melakukan sesuatu data dengan menggunakan uji gain dan
dengan pikiran mereka secara internal triangulasi.
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
ISSN 2086 – 3918 91

Analisis data validitas instrumen mana responden atau subyek 1 dan 2


yaitu data hasil penilaian para ahli untuk diperoleh dari siswa yang kemampuannya
setiap aspek berdasarkan skor rata-rata. tinggi (kelompok atas) dengan kode S-01
Analisis data keterampilan berpikir kreatif dan S-02, subyek 3 dan 4 dari siswa yang
diperoleh melalui pengamatan dianalisa kemampuannya sedang (kelompok
dengan menggunakan rating scale. Skor menengah) dengan kode S-03 dan S-04
tertinggi tiap butir pertanyaan adalah 5 sedangkan subyek 5 dan 6 dari siswa yang
dan terendah 1. kemampuannya rendah (kelompok bawah)
dengan kode S-05 dan S-06. Data yang
HASIL DAN PEMBAHASAN terkumpul dari hasil pengamatan maupun
wawancara kemudian diolah dan dianalisa
Pengambilan data keterampilan secara deskriptif.
berpikir kreatif dilakukan melalui Indikator pencapaian
pengamatan dan wawancara. Teknik keterampilan berpikir kreatif sebelum atau
pengambilan data melalui pengamatan sesudah kegiatan pembelajaran
yaitu pengamat atau observer melakukan berlangsung menggunakan model SAVI
pengamatan serta memberi penilaian berbasis discovery strategy yang dilakukan
terhadap keterampilan berpikir kreatif terhadap 6 siswa pilihan meliputi; Fluency
selama proses kegiatan belajar dengan (Keterampilan berpikir lancar), Flexibility
menggunakan lembar observasi. (Keterampilan berpikir luwes), Originality
Sedangkan proses wawancara dilakukan (Keterampilan berpikir orisinil),
setelah kegiatan pembelajaran berakhir Elaboration (Keterampilan dalam
dengan tujuan untuk memperoleh data memperinci), Evaluation (Keterampilan
tentang kendala yang dihadapi siswa pada mengevaluasi)
saat pembelajaran. Data hasil wawancara Setelah melakukan observasi/pengamatan
digunakan sebagai masukan bagi guru agar secara langsung, peneliti dapat
pada kegiatan pembelajaran berikutnya menganalisis tentang keterampilan
dapat berjalan lebih baik lagi berpikir kreatif yang dimiliki masing-
Pengamatan keterampilan masing subjek penelitian.
berpikir kreatif dan wawancara difokuskan Contoh data pengamatan
pada 6 siswa pilihan yang dipilih melalui keterampilan berpikir kreatif subyek 3 (S-
perangkingan. Pemilihan siswa 03) dari pertemuan I sampai pertemuan V
berdasarkan keterwakilan kemampuan disajikan dalam bentuk gambar berikut:
kognitif dari hasil ulangan harian
matematika antara kelompok siswa kelas
atas, kelas menengah dan bawah. Masing-
masing kelompok dipilih dua orang siswa di
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
92 ISSN 2086 – 3918

Gambar 1
Hasil Pengamatan Keterampilan berpikir kreatif S-03

Dari data diatas dapat diperoleh menerapkan model SAVI berbasis discovery
penjelasan bahwa pada pertemuan I, S-03 strategy. Hal ini pula ditunjukkan dengan
memperoleh rata-rata nilai hasil hasil perhitungan gain selama proses
pengamatan pada semua indikator cukup pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
tinggi yaitu pada angka diatas 3,00, hal ini Hasil pengamatan keterampilan
menunjukan bahwa, S-03 sudah berpikir kreatif S-03 yang diperoleh dari
mempunyai keterampilan berpikir kreatif lembar pengamatan keterampilan berpikir
belajar yang cukup baik. Setiap indikator kreatif yang selanjutnya diolah dengan
dari pertemuan I sampai pertemuan V rumus gain ternormalisasi, ditunjukkan
rata-rata mengalami peningkatan yang oleh tabel berikut:
bervariasi, meskipun ada juga indikator
yang statis seperti terlihat pada indikator Tabel.2
elaboration (keterperincian) pada Gain Ternormalisasi Keterampilan berpikir
pertemuan III sampai pertemuan V. Secara kreatif S-03
keseluruhan grafik diatas tidak ada Gain
Perhitunga Kriteri
penurunan pada tiap-tiap indikator, hal ini Ternormalisa
n a
menunjukan bahwa S-03 mempunyai si
progress yang cukup baik dalam kaitannya Gain I (dari
dengan strategi peningkatan keterampilan pertemuan 1 ke 0,09 Rendah
berpikir kreatif belajar. 2)
Peningkatan besar terjadi pada Gain II (dari
indikator evaluation di pertemuan II yang 0,43 Sedang
pertemuan 2 ke 3)
semula 3,20 menjadi 4,00 pada pertemuan
III, peningkatan ini menandakan bahwa Gain III (dari
0,00 Rendah
pada pertemuan II sampai pertemuan III pertemuan 3 ke 4)
S-03 telah mampu menunjukan bahwa Gain IV (dari
dirinya terampil dalam menyimpulkan 0,12 Rendah
pertemuan 4 ke 5)
atau mengevaluasi hasil kerja penyelesaian
masalahnya.
Untuk selengkapnya mengenai
Berdasarkan penjelasan diatas
perhitungan indeks gain S-03 dapat dilihat
bahwa hampir semua indikator
pada lampiran D.4 mengenai rekapitulasi
keterampilan berpikir kreatif pada S-03
indeks gain keterampilan berpikir kreatif
mengalami peningkatan dalam
S-03.
pembelajaran matematika dengan
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
ISSN 2086 – 3918 93

Berdasarkan tabel diatas, hampir keterampilan berpikir kreatif belajar.


semua peningkatan gain dari S-03 Terdapat banyak faktor yang
berkategori rendah bahkan gain III mempengaruhi peningkatan normalitas
(pertemuan 3 ke pertemuan 4) besar nilai gain. Faktor-faktor tersebut dibahas
gain hanya 0,00 namun bukan berarti melalui wawancara.
bahwa pada pertemuan tersebut S-03 tidak
mampu berpikir kreatif hanya saja Dari pengumpulan data melalui
mungkin tidak ada perubahan atau sangat pengamatan ataupun wawancara secara
statis mendalam diperoleh informasi bahwa S-03
Sedangkan untuk gain II merupakan siswa yang mempunyai
mencapai peningkatan sebesar masing- keterampilan berpikir kreatif cukup baik,
masing 0,43 dengan kriteria sedang. Hal ini hal ini dibuktikan dari lembar jawaban
menunjukan adanya loncatan yang cukup dari soal yang diberikan oleh peneliti
signifikan tentang peningkatan

Fluency
(Mengidentifika
si masalah)
Flexibil
ity Oraginal
(Meny ity &
usun Elaborati
Langka on
h-
langka
h)
Evaluati
on

Gambar 2.
Hasil keterampilan berpikir kreatif S-03

Dari gambar diatas diperoleh Lebih lanjut mengenai analisa


informasi bahwa S-03 sudah terampil tentang keterampilan berpikir kreatif S-03
dalam menuliskan apa yang diketahui dan dapat dilihat dari hasil wawancara antara
ditanya. Hal ini sudah memenuhi indikator peneliti dengan S-03, sebagai berikut:
berpikir lancar (fluency) yaitu keterampilan
untuk mengidentifikasi permasalahan. P : “ Pada saat mengerjakan soal,
Selain itu, S-03 juga terampil melukiskan kamu mengerjakan dengan runtut atau
gambar kubus pada lembar jawaban tidak?” (dari menuliskan
sebagai wujud ide dari keterampilan diketahui, ditanyakan dan dijawab)
flexibility yaitu keterampilan dalam S-03 : “ Iya pak, kan disuruh pak guru
menginterpretasikan/menafsirkan suatu gitu”.
permasalahan dengan bantuan gambar. P : “ Owh begitu yah, kamu merasa
S-03 mampu menggunakan kesulitan gak disuruh mengerjakan
konsep mengevaluasi jawaban ditandai secara runtut?”
dengan menuliskan rangkuman dari S-03 : “ Gak pak”.
jawaban yang telah dikerjakan, artinya S- P : “ Bagaimana cara kamu
03 memiliki keterampilan mengevaluasi memahami pertanyaan-pertanyaan
(evaluation). Namun keterampilan dalam yang ada
memperinci jawaban secara runtut disertai pada soal?” (memberikan
langkah-langkahnya kurang tepat. penafsiran/interpretasi terhadap
soal)
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
94 ISSN 2086 – 3918

S-03 : “ Dibaca pelan-pelan pak sambil strategy pada materi dimensi tiga kelas X
dipikirkan apa yang ditanyakan.” dalam penelitian ini memfokuskan subjek
P : “ Digambar tidak? Kalau iya, penelitian pada enam siswa pilihan
tujuannya apa?” penelitian Instrimen yang digunakan pada
S-03 : “ Iya pak, biar lebih jelas”. penelitian pembentukan karakter
P : “ Apakah diakhir penyelesaian kemandirian yaitu menggunakan lembar
soal, kamu selalu menyimpulkan jawaban observasi dan pedoman wawancara. Teknik
yang sudah kamu temukan?” pengolahan data dengan menggunakan uji
S-03 : “ Iya pak”. gain dan triangulasi. Berdasarkan teknik
pengumpulan dan pengolahan data
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa keterampilan berpikir
maupun wawancara dan cuplikan lembar kreatif dapat dibentuk dengan
jawaban, S-02 telah memiliki keterampilan menggunakan pendekatan model SAVI
berpikir kreatif cukup baik terbukti dari berbasis discovery strategy yang
hasil pengamatan yang menunjukan pembelajarannya disusun sedemikian rupa
peningkatan keterampilan dari tiap agar siswa mampu berinteraksi dengan
pertemuan sampai pada analisa hasil baik , berantusias, berimajinasi tinggi
lembar jawaban dan wawancara meskipun untuk menemukan hal-hal baru dan dapat
terkadang S-03 masih ceroboh/kurang rinci mengembangkan pemahamannya dalam
dan salah dalam menentukan langkah- menyelesaikan masalah.
langkah penyelesaian.
Sedangkan secara keseluruhan SARAN
hasil pengamatan dan wawancara terhadap Dari hasil penelitian penelitian dapat
6 siswa pilihan adalah sebagai berikut: memberikan saran yaitu instrumen yang
Tabel 3. dikembangkan seharusnya dibuatkan
Rekapitulasi Nilai Keterampilan pedoman penskoran yang baik dan tepat
Berpikir Kreatif disesuaikan dengan kemampuan siswa,
Pertemuan Ju pengambilan data penelitian dapat
Sub dilakukan dengan bantuan guru atau orang
No II I ml
jek tua siswa terkait dengan pembentukan
I II I V V ah
karakter kemandirian.
1 S-01 80 87 89 95 98 449
2 S-02 71 86 89 90 94 430 DAFTAR PUSTAKA
3 S-03 67 70 83 83 85 388
Ahmadi. IK., Setyono, H.A., dan Amri, S.
4 S-04 68 70 76 80 88 382 2011. Pembelajaran Akselerasi
5 S-05 55 68 70 75 80 348 (Analisis Teori dan Praktek Serta
6 S-06 60 65 71 75 78 349 Pengaruhnya Terhadap
66 74 79 83 87 Mekanisme Pembelajaran dalam
,8 ,3 ,6 ,0 ,1 Kelas Akselerasi). Jakarta:
Rata-rata 3 3 7 0 7 Prestasi Pustaka Publisher.
Rata-rata
Keseluruha 78,20 (Baik) Baker, M., Rudd, R., and Pomeroy, C. 2001.
n Relationship Between Critical and
Creative Thinking. Journal of
Southern Agricultural Education
Dari data tabel diatas, peneliti
Research.Volume 51. No. 1.
menyimpulkan bahwa terdapat
peningkatan keterampilan berpikir kreatif
Mudjiman, H. 2009. Belajar mandiri.
pada pembelajaran dengan menggunakan
Surakarta: UNS Press
model SAVI berbasis discovery strategy
materi dimensi tiga kelas X pada subyek
Postman, N. 2002. Matinya Pendidikan,
kelompok tertentu.
Redifinisi Nilai-Nilai Sekolah. Yogyakarta:
Jendela
SIMPULAN
Pembelajaran matematika dengan
pendekatan model SAVI berbasis discovery
EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
ISSN 2086 – 3918 95

Rochmad. 2009. Pengembangan Model


Pembelajaran : Mengacu Pada
Plomp. http://Rochmad-
unnes.blogspot.com .

Siswono, T. 2008. Model Pembelajaran


Matematika Berbasis Pengajuan
dan Pemecahan Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa
University press

Sudjana. 2005A. Metode Statistika.


Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian


Pendidikan Pendeketan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta.

Sukestiyarno. 2012. Olah Data Penelitian


Berbantuan SPSS. Semarang :
Universitas Negeri Semarang.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran


Terpadu dalam Teori dan Praktek.
Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wang, A.Y. 2011. Contexts of Creative


Thinking: A Comparation on
Creative Performance of Student
Teachers in Taiwan and United
States. Journal of International
and Cross-Cultural Studies.
Volume 2, No.1. Hal 1-14.

Anda mungkin juga menyukai