Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

PSIKOLOGI SOSIAL 1

DOSEN PENGAMPUH:

1. Dr. Ichlas Nanang Affandi, MA


2. Yassir Arafat, S. Psi.,M.Psi., Psikolog
3. Triani Arfah, S. Psi., M. Psi., Psikolog

ANALISIS VIDEO & TEORI PERAN

KELOMPOK 4
1. Farah Fadilah Hasyim (C021181004)
2. Rifdayanti Bakri (C021181327)
3. Andi Sitti Isnaniah Nurul Danisa (C021181503)
4. Muh Iqbal Baharudin (C021181341)
5. Muh Fadlurrahman Imran (C0211504)

PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2019
A. PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL
Secara umum, interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan
kelompok. Interaksi sosial juga dapat diartikan sebagai suatu pondasi dalam
hubungan dimana di dalamnya terdapat tindakan yang berdasarkan norma dan
nilai sosial yang berlaku dan diterapkan dalam masyarakat.
Interaksi sosial tidak selalu ditandai dengan mengadakan kontak muka
atau berbicara, tetapi bisa juga terjadi manakala masing-masing sadar akan
adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan
orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan, misalnya karena bau
minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Hal itu bisa menimbulkan
kesan dalam pikiran seseorang yang kemudian menentukan tindakan apa yang
akan dilakukan.

B. PENGERTIAN INDIVIDU
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, individu merupakan
pribadi orang (terpisah dari yang lain): tindakan yang demikian itu berarti
mengutamakan kepentingan belaka.
Individu berasal dari kata latin “Individuum” yang artinya tidak terbagi,
sehingga kata individu itu sendiri merupakan sebutan yang dapat digunakan
untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata
individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat
dibagi, melainkan suatu kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia
perseorangan.
Individu adalah seroang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-
peranan yang khas dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai
kepibadian serta pola tingkah laku spesifik dari dirinya.

C. TEORI PERAN
Teori peran atau Role Theory memberi penelaahan terhadap perilaku
sosial dengan penekanan pada konteks status, fungsi, dan posisi sosial yang
terdapat dalam masyarakat (Stephan & Stephan,1990). Peran adalah
sekumpulan norma yang mengatur individu-individu dalam suatu posisi atau
fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk berperilaku tertentu (Myers,
2002). Perilaku sosial seseorang pada sebuah kelompok merupakan hasil
penyesuaian dari suatu peran tertentu.
Menurut Kozier, Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya
dalam suatu sistem. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari
seseorang pada situasi sosial tertentu. Jadi, peran adalah deskripsi sosial
tentang siapa kita dalam konteks sosial.
Setiap peran sosial adalah seperangkat hak, kewajiban, harapan, norma
dan perilaku seseorang untuk menghadapi dan memenuhi. Model ini
didasarkan pada pengamatan bahwa orang berperilaku dengan cara yang dapat
diprediksi, dan bahwa perilaku individu adalah konteks tertentu, berdasarkan
posisi sosial dan faktor lainnya.
Berdasarkan dari teori peran, pergaulan sosial sebetulnya sudah ada
dalam skenario yang disusun oleh masyarakat yang menjadi pengatur tentang
apa dan bagaimana peran setiap orang dalam sebuah pergaulan. Menurut teori
ini, jika seseorang sudah patuh terhadap skenario, maka hidupnya dapat
berjalan secara harmoni. Namun jika menyalahi skenario, maka hanya
mendapat cemooh.
Menurut teori peran, seseorang akan memiliki peran tertentu yang
diharapkan seseorang bisa berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Contoh
lainnya adalah seseorang yang mengobati orang lain dilakukan karena ia
merupakan seorang dokter sehingga status tersebut membuat individu merasa
harus mengobati pasien.
Setiap peran terdiri atas berbagai harapan yang melekat pada ciri-ciri
perilaku individu yang seyogianya dilakukan oleh individu yang memiliki
posisi atau status sosial tertentu pada lingkungan masyarakat. Misalnya, peran
seorang guru, atasan, bawahan, presiden, dan orang tua. Setiap individu
memiliki peran dan tugas-tugas yang wajib dilaksanakan sebagai upaya untuk
mengembangkan dirinya dalam menjalani sebuah peran (Fattah, 2015).
Harapan-harapan yang ada dan ditujukan kepada individu itu dapat
berasal dari peran itu sendiri, masyarakat, atau pihak lain yang memiliki
kepentingan terhadap peran tersebut. Konflik dapat terjadi pada diri individu
ketika individu mendapat terlalu banyak tekanan yang terjadi secara
bersamaan. Jika perilaku peran tidak berjalan dengan konsisten atau tidak
sesuai dengan harapan yang ada, individu akan mengalami stress, depresi,
merasa tidak puas, dan kinerja mereka akan menurun.
Dalam berperan, individu juga dapat mengalami ambiguitas peran.
Ambiguitas peran dapat meningkatkan kompleksitas peran melebihi
pemahaman individu tersebut yang berperan.

Scott et al. (1981) dalam Kanfer (1987: 197) mengemukakan bahwa


ada 5 aspek penting dari peran, yaitu:
1. Peran bersifat impersonal, dimana posisi peran tersebut akan
menentukan harapannya,
2. Peran berkaitan dengan perilaku kerja (task behaviour), yaitu perilaku
yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu,
3. Peran sulit dikendalikan,
4. Peran dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa
perubahan perilaku,
5. Peran dan pekerjaan tidak sama. Seseorang yang melakukan satu
pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

D. ANALISIS VIDEO
Dalam video kami, terdapat seorang guru sekolah dasar yang tengah
mendidik murid-murid baru yang duduk di bangku kelas satu. Terdapat
beberapa siswa baru yang dapat berpisah dengan ibunya, tetapi terdapat salah
seorang siswa yang sulit untuk melepaskan ibunya (meninggalkannya dalam
kelas) maka guru kemudian memberikan nasihat kepercayaan kepada ibunya
dan tentu kepada muridnya tersebut.
Ketika guru memulai kelas dengan memberikan segelas jus kepada
murid-muridnya secara bergantian. Kemudian, salah seorang muridnya lari
terbirit-birit dan menyambar teman-temannya sehingga jus dalam secangkir
gelas mereka tumpah. Kemudian guru mengajari kepada muridnya itu untuk
meminta maaf kepada teman-teman yang telah dia sambar tadi. Guru
mengajarkan sikap sopan santun, meminta maaf dan saling memaafkan
kepada murid-muridnya dengan penuh kesabaran dan lemah lembut tanpa
memarahi mereka.
Secara umum, guru adalah sebagai pengajar di sekolah untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Namun, disatu sisi guru adalah sosok
teladan yang bisa dijadikan contoh oleh murid-muridnya.
Berkenaan dengan paragrap diatas, dapat dikatakan bahwa antara aktor
dan target terjadi hubungan interaksi sosial. Dimana dalam interaksi sosial
tersebut terdapat hubungan antara guru sekolah dasar dengan peserta didik
yang terjadi dalam lingkungan sekolah dasar. Masing-masing dari mereka
menjalani peran sesuai status sosialnya.
REFERENSI

Kulsum, Umi dan Mohammad Jauhar. 2014. Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta:
Prestasi Pustaka Raya.

Hanurawan, Fattah. 2015. Suatu Pengantar Psikologi Sosial. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyah Vol 3, Nomor 1-22: 1-26 juni 2018. Peran
dan Wewenang Majelis Tuha Peut dalam Membuat Kebijakan Partai Aceh.

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/dow
nload/pdf/11730081.pdf&ved=2ahUKEwiI2820-
rPkAhVUDrkGHWV2CvAQFjABegQIARAB&sqi=2&usg=AOvVaw3KYefcefaq
2YsJJS6cYur7

Anda mungkin juga menyukai