Hakikat Semantik Dan Semiotika
Hakikat Semantik Dan Semiotika
Disusun oleh :
Adi Gunawan
Eristian Anggriawan
Pengertian Semantik
Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna / arti yang terkandung
dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Dengan kata lain, semantik
adalah studi tentang makna. Semantik biasanya berhubungan dengan dua aspek lain:
sintaks, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, dan
pragmatis, penggunaan praktis simbol oleh rakyat dalam konteks tertentu.
Beberapa ahli ikut mempunyai pengertian berbeda-beda dari semantik yang justru
diharapkan dapat mengembangkan disiplin ilmu linguistik yang amat luas
cakupannya. Berikut pendapat para ahli mengenai pengertian semantik, yaitu
diantaranya;
1. Abdul Chaer
Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti. Yaitu salah satu dari 3
(tiga) tataran analisis bahasa (fonologi, gramatikal dan semantik).
2. Lehrer (1974: 1)
Semantik adalah studi tentang makna. Bagi Lehrer, semantik merupakan bidang
kajian yang sangat luas, karena turut menyinggung aspek-aspek struktur dan
fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan psikologi, filsafat dan
antropologi.
2. Makna Konstektual
- Adik jatuh dari motor
- Aku jatuh cinta
- Harga dirinya jatuh
Ketiga kata jatuh tersebut memiliki makna yang berbeda-beda. Makna tersebut
berbeda tergantung dengan proses yang ada.
HAKIKAT SEMIOTIKA
Semiotika adalah studi tentang makna keputusan. Ini termasuk studi tentang tanda-
tanda dan proses tanda (semiosis), indikasi, penunjukan, kesamaan, analogi,
metafora, simbolisme, makna, dan komunikasi. Semiotika berkaitan erat dengan
bidang linguistik, yang untuk sebagian besar, mempelajari struktur dan makna
bahasa yang lebih spesifik. Namun, hal itu berbeda dari linguistik, semiotika juga
mempelajari sistem tanda non-linguistik. Semiotika sering dibagi menjadi tiga
cabang:
- Semantik: hubungan antara tanda dan hal-hal yang mereka lihat; denotata mereka,
atau makna
- Sintaksis: hubungan antara tanda-tanda dalam struktur formal
- Pragmatik: hubungan antara tanda dan tanda-menggunakan agen
2. Van Zoest seperti dikutip oleh Rahayu S. Hidayat Menjelaskan bahwa semiotika
meneliti tanda, penggunaan tanda-tanda, dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan tanda. Berbicara tentang kegunaan semiotika tidak dapat dipisahkan dari
pragamatik, yaitu untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dengan tanda, apa
reaksi manusia ketika berhadapan dengan tanda.
4. Semiotik Kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa
masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah
turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam
masyarakat juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu
yang membedakannya dengan masyarakat yang lain. Contoh: budaya orang NU
adalah adanya tahlilan, sholawatan dan lain-lain.
5. Semiotik Naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan
cerita lisan, ada di antaranya memiliki nilai kultural tinggi. Itu sebabnya Greimas
(1987) memulai pembahasannya tentang nilai-nilai kultural ketika ia membahas
persoalan semiotik naratif. Contoh: pohon beringin yang rindang dan lebat di
percayai orang-orang bahwa pohon itu keramat atau angker.
6. Semiotik Natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan,
dan daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak
bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya
memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam.
7. Semiotik Normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah tanda yang dibuat
manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. Di
ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
8. Semiotik Sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem yang tanda
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata
maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku
Halliday (1978) itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata lain,
semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. Contoh:
lagunya Nidji yang berjudul “Laskar Pelangi” yang mempunyai makna kata yang
baik dan indah.
9. Semiotik Struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dima nifestasikan melalui struktur bahasa. Baik itu bahasa verbal maupun
bahasa non verbal.
Adapun contoh tanda bahasa nonverbal yang dihasilkan dari bahasa tubuh,
yaitu:
a. Acungan jempol sebagai tanda hebat atau bagus
b. Bersalaman sebagai tanda persahabatan atau pernyataan iya
c. Angguka kepala sebagai tanda hormat
d. Gelengan kepala sebagai tanda pernyataan tidak atau bukan
Contoh tanda yang bersifat nonverbal melalui suara atau bunyi yaitu:
a. Siulan sebagai tanda gembira, memanggil
b. Jeritan sebagai tanda sakit, ada bahaya, atau permintaan pertolongan
c. Batuk kecil sebagai tanda ingin berkenalan,ada orang lewat