Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERMIOPI

Kelompok 3 :
1. Siti Fatimah (106117005)
2. Lintang Retno Rahayu (106117007)
3. Adevia Liana (106117024)
4. Erlina Aryanti (106117027)
5. Dessy Melliani (106117029)
6. Rizal Nugroho (106117030)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH
CILACAP
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Alloh S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah keperawatan Medikal
Bedah.
Dengan terselesaikannya makalah ini, tidak lupa berkat bantuan, bimbingan,
dan dorongan dari ibu Liliek Wijayanti M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah, dan teman-teman seperjuangan yang telah memberikan
bantuan tenaga, pikiran sehingga makalah dapat terselesaikan.
Apabila dalam penulisan makalah ini masih ditemukan kekeliruan, penulis
mengharap kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah ini.

Cilacap, 01 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
D. Manfaat Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ................................................................................................. 3
B. Etiologi ................................................................................................ 5
C. Pathofisiologi ....................................................................................... 5
D. Menifestasi klinis ................................................................................. 6
E. Pathway ................................................................................................ 6
F. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 7
G. Penatalaksanaan ................................................................................... 8
H. Asuhan Keperawatan ........................................................................... 8
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), saat ini terdapat 180
juta penduduk dunia yang mengalami cacat penglihatan. Sebanyak 40-45 juta di
antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan WHO juga mengungkapkan
bahwa setiap detik tambah satu penderita kebutaan di dunia.
Sembilan dari 10 penderita kebutaan tersebut berada di negara miskin dan
berkembang, terutama negara-negara Afrika dan Asia Selatan atau Asia Tenggara.
Khusus untuk Indonesia, diperkirakan 3,1 juta jiwa (1,5 persen) penduduknya
mengalami kebutaan. Penyebab utama kebutaan di dunia adalah katarak (45
persen). Penyebab lain antara lain adalah glaucoma, diabetes melitus, dan trauma
(37,5 persen); trachoma (12,5 persen); dan onchocerciasis atau river blindness (0,6
persen).
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa mata.
Lensa mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein tersusun demikian
sehingga cahaya dapat menembus lensa dan difokuskan pada retina. Kadang-
kadang protein tersebut mengumpul bersama sehingga memperkeruh atau
menutupi bagian kecil pada lensa. Itulah yang disebut katarak. Makin lama,
kumpulan protein tersebut membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda
katarak antara lain penglihatan kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang pada
malam hari, cahaya matahari atau lampu silau, dan warna tampak pudar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gangguan alam perasaan?
2. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan alam perasaan?
C. Tujuan
1. Supaya mahasiswa memahami tentang penyakit katarak secara lebih detail.
2. Supaya mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan yang benar pada
klien dengan penyakit katarak .
3. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas diskusi dan kelompok presentasi
mata kuliah KMB ( Keperawatan Medikal Bedah ).
D. Manfaat
Mahasiswa dapat dengan tepat dalam melakukan suatu indentifikasi dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami gangguan alam
perasaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina . Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Springhouse Co). Derajat disabilitas yang
ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman .
Intervensi diindikasikan jika visus menurun sampai batas klien tidak dapat
menerima perubahan dan merugikan atau mempengaruhi gaya hidup klien (yaitu
visus 5/15). Katarak biasanya mempengaruhi kedua mata tetapi masing-masing
berkembang secara independen . perkecualian ,katarak traumatic bisanya
unilateral dan katarak congenital biasanya stasioner.
Tindaka operasi mengembalikan pandangan mata kurang lebih 95% klien
(Springhouse Co). Tanpa pembedahan , katarak yang terjadi dapat menyebabkan
kehilangan pandangan komplet. Katarak terbagi menjadi jenis menurut
perkembangan (katarak congenital) dan menurut proses degenerative ( katarak
primer dan katarak komplikata).
1. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak
ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkanoleh ibu yang menderita
rubella,DM,toksoplasmosis, hipoparatiroidisme,galaktosemia.Ada pula yang
menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus,
aniridia, koloboma,keratokonus, ektopia leentis, megalokornea, hetekronia
iris. Kekeruhan dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten
,katarak Polaris anterior,posterior, katarak aksialis,katrak zonularis,katarak
stelata,katarak totalis dan katarak kongenita membranasea.
2. Katarak Primer
Katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu atarak juvenilis
(umur <20 tahun), katarak senilis (umur >50 tahun ). Katarak primer dibagi
menjadi empat stadium :
a. Stadium Insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling dini . Visus belum terganggu
, dengan koreksi masih bisa 5/5 -6/6. Kekeruha terutama terdapat pada
bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.
b. Stadium Imatur
Kekeruhan sebelum mengenai seluruh lapisan lensa , terutama
terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nucleus lensa . Shadow
test posotif . Saat ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan
lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi berubah dan mata
menjadi miopa. Keadaan ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa
akan mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan
menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma.
c. Stadium Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan
berukuran normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga
semua sinar yang masuk pipil dipantulkan kembali. Shadow tes negative
.Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
d. Stadium Hipermatur (Katarak Morgagni)
e. Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nucleus lensa
turun karena daya beratnya. Melalui pupil, nucleus terbayang sebagai
setengah lingkaran dibgian bawah dengan warna berbeda dari yang
diatasnya yaitu kecoklatan .Saat ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa
yang menjadi lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa
menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus lensa.Keadaan ini
disebut katarak morgani.
f. Katarak Komplikata
g. Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagian komplikasi dari penyakit
lain . Penyebab katarak jenis ini adalah :
1) Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaucoma, ablasio
retina yang sudah lama , uveitis, myopia maligna.
2) Penyakit siskemik , DM, hipoparatiroid, sindromdown, dermatritis
atopic.
3) Trauma , trauma tumpul, pukulan , benda asing didalam mata
terpajan panasa yang berlebihan , sinar X , radio aktif, terpajan sinar
matahari, toksik kimia.
Merokok meningkatkan resiko berkembangnya katarak, demikian pula
dengan peminum berat. Kadang-kadang katarak tejadi lagi setelah operasi jika
kapsul lensa ditinggalkan utuh selama operasi katarak (dewit,1998).
B. ETIOLOGI
1) Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis.
2) Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X
atau benda-benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti Uveitis
4) Penyakit sistemik seperti DM , Defek congenital
C. PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan
kondisi penurunan ambilan oksigen,penurunan air,peningkatan kandungan
kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak larut. Pada proses
penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam
ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral
serta lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang baru diproduksi dikorteks,serat
lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama
menyebabkan hinlangnya transparansi lensa yang tidak terasanyeri dan sering
bilateral. Selain itu berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini , menyebabkan
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya
menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian
lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk memalui kornea yang
dihalangi oleh lensa yang keruh atau huram. Kondisi ini memburamkan bayangan
semu yang sampai pada retina.Akibat otak mengiterprestasikan sebagai bayangan
yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning , bahkan menjadi coklat atau hitam dank klien
mengalami kesulitan dalam membedakan warna.
D. MANIFESTASI KLINIS
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pendangan menjadi kabur atau redup, emnyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam
akan tampak abu-abu atau putih.
E. PATHWAY
Trauma Degeneratif Perubahan Kuman

Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Jumlah protein

Keruh Densitas Membentuk massa

Keruh

Pembedahan Katarak
Pre Operasi Post Operasi Menghambat jalan cahaya

- Kecemasan - Gangguan rasa

meningkat nyaman (nyeri)


Penglihatan /Buta
- Kurang - Resiko tinggi

pengetahuan terjadinya infeksi


- Resiko tinggi - Gangguan sensori persepsi visual
terjadinya injuri : - Risiko tinggi cidera fisik
 Peningkatan TIO.
 Perdarahan
intraokuler.
F. PEMERIKSAAN
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan
refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina
2. Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih
dengan bayangan hitam disebut iris shadow.
3. Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas
dasar orange disebut fundus reflek.
4. Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris
shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja
(negatif).
5. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
G. PENATALAKSANAAN
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ke titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (ECCE)
Adalah pengangkatan korteks dan nukeus ,kapsul posterior ditinggalkan
untuk mencegah kolaps vitreus, untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet
dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intraokuler.
2. Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICCE)
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 %
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata
selama pembedahan.Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya .
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Pre Operatif
a. Subyektif : keluhan penglihatan
1. Kabur secara total
2. Hanya melihat baik pada tempat yang redup
3. Hanya dapat melihat rangsangan cahaya saja
4. Ganda / majemuk pada satu mata.
Indikator verbal dan non verbal dari ansietas.
Pemahaman tentang pembedahan katarak termasuk :
1. Sifat prosedur
2. Resiko dan keuntungan
3. Obat anestesi
4. Pilihan untuk rehabilitasi visual setelah pembedahan, seperti implan
lensa intraokuler, kontak lensa dan kacamata katarak (kacamata afakia).
Jumlah informasi yang dicari klien.
b. Obyektif :
1. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan kecuali pada katarak
komplikata yang penyakit intra okulernya masih aktif.
2. Pada pemeriksaan penyinaran lensa tampak kelabu atau kekeruhan
yang memutih.
3. Pada pemeriksaan optalmoskop pada jarak tertentu didapatkan
kekeruhan yang berwarna hitam dengan latar belakang berwarna
merah.
4. Pada pemeriksaan refraksi meningkat. Pada penderita yang tadinya
menderita presbiopia kemudian menderita katarak, pada stadium awal
dapat membaca tanpa menggunakan kacamata baca.
5. Observasi terjadinya tanda-tanda glaucoma karena komplikasi katarak,
tersering adalah glaucoma seperti adanya rasa nyeri karena peningkatan
TIO, kelainan lapang pandang.
2. Pengkajian Post Operatif
a. Data Subyektif
1. Nyeri
2. Mual
3. Riwayat jatuh sebelumnya
b. Data Obyektif
1. Perubahan tanda-tanda vital
2. Respon yang lazim terhadap nyeri.
3. Tanda-tanda infeksi
1) Kemerahan
2) Oedema
3) Infeksi kojunctiva (pembuluh darah konjunctiva menonjol).
4) Drainase pada kelopak mata dan bulu mata.
5) Zat purulen
6) Peningkatan suhu
7) Nilai lab; peningkatan leukosit, perubahan leukosit, hasil
pemeriksaan kultur sensitifitas abnormal.
4. Ketajaman penglihatan masing-masing mata
5. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur
invasive.
2) Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(bedah pengangkatan).
4) Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasive.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 60 menit
diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
- Klien dapat menunjukan perubahan skala nyeri
- Klien merasa nyaman
- Klien dapat menjelaskan factor-faktor penyebab nyeri
- Klien tidak menunjukan rasa sakit akibat nyerinya (rileks)
Intervensi :
1. Kaji nyeri secara komperehenssif (P,Q,R,S,T)
R : Untuk mengetahui Paliatif : yang bisa mengurangi nyeri, Quality : nyeri
yang dirasakan seperti apa , Region : areanya menyebar atau menetap,
Skala : dengan mendeskripsikan skala nyeri 0-10, Tiem : kapan dan
berapa lama nyeri timbul.
2. Lakukan distraksi dan relaksasi
R : Membantu klien mengurangi persepsi nyeri atau mengalihkan perhatian
klien dari nyeri.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic
R : Membantu mengurangi nyeri
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk pasien
R : Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk pasien
2. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan
ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan gangguan persepsi sensori teratasi dengan kriteria hasil :
- Mengenal perubahan stimulus yang positif dan negative
- Mengidentifikasi kebiasaan lingkungan
Intervensi :
1. Bedakan kemampuan lapang pandang diantara kedua mata
R : Menentukan kemampuan lapang pandang tiap mata
2. Anjurkan pasien menggunakan kacamata katarak, cegah lapang pandang
perifer dan catat terjadinya bintik buta.
R : Menurunkan penglihatan perifer dan gerakan.
3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sederhana seperti menonton TV,
radio, dll.
R : Meningkatkan input sensori, dan mempertahankan perasaan normal,
tanpa meningkatkan stress.
4. Observasi tanda disorientasi dengan tetap berada di sisi pasien.
R : Mengurangi ketakutan pasien dan meningkatkan stimulus.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah
pengangkatan).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi dengan criteria hasil :
- Tanda-tanda infeksi tidak terjadi
- Penyembuhan luka tepat waktu
- Bebas drainase purulen , eritema, dan demam
Intervensi :
1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan :
- Beri dorongan untuk mengikuti diet seimbang dan asupan cairan yang
adekuat
- Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah
operasi atau sampai diberitahukan.
R : - Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara
keseluruhan, meningkatkan penyembuhan luka pembedahan.
- Memakai pelindung mata meingkatkan penyembuhan dan menurunkan
kekuatan iritasi kelopak mata terhadap jahitan luka.
2. Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang dioperasi.
R : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
3. Observasi tanda dan gejala infeksi seperti : kemerahan, kelopak mata
bengkak, drainase purulen, injeksi konjunctiva (pembuluh darah
menonjol), peningkatan suhu.
R : Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk
meminimalkan keseriusan infeksi.
4. Gunakan tehnik aseptic untuk membersihkan mata dari dalam ke luar
dengan tisu basah / bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan
memasukkan lensa bila menggunakan
R : Tehnik aseptic menurunkan resiko penyebaran infeksi/.bakteri dan
kontaminasi silang.
5. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
Antibiotika (topical, parental atau sub conjunctiva)
Steroid
R : - Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih
agresif diperlukan bila terjadi infeksi
- Menurunkan inflamasi.
4. Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan
kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
diharapkan kecemasan pasien teratasi dengan kriteria hasil :
- Mengungkapkan kekhawatirannya dan ketakutan mengenai
pembedahan yang akan dijalani.
- Mengungkapkan pemahaman tindakan rutin perioperasi
dan perawatan.
Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan relaks, berikan dorongan untuk
verbalisasi dan mendengarkan dengan penuh perhatian
R : Membantu mengidentifikasi sumber ansietas.
2. Yakinkan klien bahwa ansietas mempunyai respon normal dan diperkirakan
terjadi pada pembedahan katarak yang akan dijalani.
R : Meningkatkan keyakinan klien
3. Jelaskan kepada klien aktivitas premedikasi yang diperlukan.
R : Pengetahuan yang meningkat akan menambah kooperatif klien dan
menurunkan kecemasan.
4. Sajikan informasi menggunakan metode dan media instruksional
R : Meningkatkan proses belajar dan informasi tertulis mempunyai sumber
rujukan setelah pulang.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Katarak adalah istilah medis untuk setiap keadaan keruh pada lensa mata. Lensa
mata terutama disusun oleh air, protein, dan lipid. Protein tersusun demikian
sehingga cahaya dapat menembus lensa dan difokuskan pada retina. Kadang-
kadang protein tersebut mengumpul bersama sehingga memperkeruh atau
menutupi bagian kecil pada lensa. Itulah yang disebut katarak. Makin lama,
kumpulan protein tersebut membesar dan memperkeruh lensa. Tanda-tanda
katarak antara lain penglihatan kabur, cahaya lampu kelihatan terlalu terang
pada malam hari, cahaya matahari atau lampu silau, dan warna tampak pudar.
B. SARAN
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan bisa menambah
pengetahuan tentang teori keperawatan dalam keluarga. Diharapkan para
pembaca ini bisa memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami
lebihbaik lagi dalam menuliskan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1999), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi
6, EGC, Jakarta.
Doengoes, Mariyln E., (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Sidarta Ilyas, (1997), Katarak, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Tamim Radjamin RK, Dkk, (1993), Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press,
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai