Anda di halaman 1dari 7

INOVASI LAYANAN

(Studi Kasus Call Center SPGDT 119 sebagai Layanan Gawat Darurat
pada Dinas Kesehatan Provinisi DKI Jakarta)

Maulana Arief Prawira, Irwan Noor, Farida Nurani


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: prawira.maulana@yahoo.com

Abstract: Service Innovation (Case Studies Call Center SPGDT 119 as Emergency Services at
Health Department Province DKI Jakarta). In improving the quality of health care, Jakarta
Provincial Government launched the service innovation Call Center SPGDT 119. This study aims
to analyze the innovation and the quality of Call Center SPGDT 119 service. This study used a
qualitative-descriptive approach with an interactive model. The results showed that the Call
Center SPGDT 119 is an innovation in emergency services to the public because it provides new
ways of delivering it services. This service has a good quality. In addition, this service has
advantages compared to other services, namely ease of access to the service by calling directly to
the number 119 and the process of service delivery 24 hours for 7 days. Advice given is the need to
make the Call Center SPGDT 119 as a national emergency system by cooperating with the Police
and Fire Department, and maintain the quality of services through performance evaluation once
every two weeks.

Keywords: service innovation, quality of services, call center SPGDT 119

Abstrak: Inovasi Layanan (Studi Kasus Call Center SPGDT 119 sebagai Layanan Gawat
Darurat pada Dinas Kesehatan Provinisi DKI Jakarta). Dalam meningkatkan kualitas
pelayanan di bidang kesehatan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meluncurkan inovasi layanan
Call Center SPGDT 119. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa inovasi dan kualitas layanan
Call Center SPGDT 119. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan
model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Call Center SPGDT 119 adalah inovasi
proses pemberian layanan kegawatdaruratan kepada masyarakat karena memberikan cara baru
dalam pelayanannya. Layanan ini berkualitas baik. Selain itu layanan ini memiliki kelebihan
dibandingkan dengan layanan lainnya, yaitu kemudahan akses layanan dengan menelepon secara
langsung ke nomor 119 serta proses pemberian layanan 24 jam selama 7 hari. Saran yang
diberikan adalah perlunya menjadikan Call Center SPGDT 119 sebagai sistem gawat darurat
secara nasional dengan bekerja sama dengan Pihak Kepolisian dan Pemadam Kebakaran, dan
menjaga kualitas layanan melalui evaluasi kinerja setiap dua pekan sekali.

Kata kunci: inovasi layanan, kualitas layanan, call center SPGDT 119

Pendahuluan Inovasi yaitu konsep yang berkembang dari


Dewasa ini persaingan semakin ketat, waktu kewaktu, sehingga dapat menyesuaikan
semua pihak dituntut untuk memberikan yang dengan kebutuhan serta perkembangan zaman.
terbaik agar menjadi nomor satu dan menjadi Menurut Damanpour, sebagaimana dikutip
pilihan masyarakat, termasuk di dalamnya adalah Suwarno (2008), inovasi organisasi sebagai
organisasi. Organisasi pemerintah yang terkenal adopsi gagasan atau perilaku baru dalam
lamban, berbelit-belit dalam pelayanan dituntut organisasi seperti produk dan jasa baru,
bergerak lebih cepat dan tepat dalam pemberian teknologi proses produksi baru, struktur dan
layanan sehingga dapat memberikan pelayanan sistem administrasi baru ataupun perencanaan
yang optimal. Organisasi pemerintah kembali atau program baru dalam organisasi.
dihadapkan pada kenyataan harus mengetahui Dinas Kesehatan sebagai organisasi publik
segala kebutuhan masyarakat sehingga perlu juga dituntut untuk memberikan pelayanan
melakukan perubahan-perubahan dalam menja- terbaik melalui sebuah inovasi. Salah satu
wab keinginan tersebut, perubahan yang inovasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
menuntut suatu hal yang baru dapat dikatakan dalam memberikan pelayanan publik adalah
sebuah inovasi.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 715


layanan Call Center SPGDT (Sistem Tinjauan Pustaka
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) 119. 1. New Public Management (NPM)
Inovasi pada bidang kesehatan di Indonesia Gelombang manajemen sektor publik
menjadi hal yang penting karena Indonesia dimulai dari dua dekade yang lalu yang
mempunyai risiko tinggi terhadap terjadinya dikembangkan di negara maju seperti Inggris,
berbagai bencana alam, antara lain gempa bumi Austaralia dan New Zealand. Adanya New
dan letusan gunung berapi karena terletak dalam Public Management atau yang biasa disingkat
rangkaian “Ring Of Fire”. Indonesia berada NPM merupakan perbaikan dari Old Public
diantara empat pusat zona aktif gunung berapi Administration, ditandai dengan munculnya
yaitu Zona Sunda, Minahasa, Halmahera, dan konsep managerialism. Konsep New Public
Banda, sehingga risiko terjadinya tsunami, Management, konsep market-based public
maupun bencana-bencana jenis lain cukup besar administration dan konsep reinventing
termasuk didalamnya Emerging Infectious government dikembangkan oleh Osborne dan
Disease (Humas Bina Upaya Kesehatan (BUK), Gaebler (1992).
2011). Ditambah lagi dengan wilayah Indonesia Osborne dan Gaebler (1992) mengajukan
yang luas dengan jumlah pulau mencapai ribuan, beberapa prinsip dan ciri utama dari NPM dan
akses transportasi yang sulit antar daerah, perlunya model baru administrasi pelayanan
perbedaan kondisi geografis antar daerah dan publik yang berdasarkan pada:
fasilitas serta tenaga medis yang kurang 1) Adanya mekanisme kompetisi dalam
memadai membuat layanan kesehatan memiliki pemberian pelayanan publik
kendala tersendiri dalam memenuhi pemerataan 2) Adanya pemberdayaan rakyat melalui
layanan kesehatan. penguatan kontrol masyarakat terhadap
Berbagai kondisi dan fenomena tersebut birokrasi
mengharuskan adanya peningkatan kualitas 3) Adanya pengukuran kinerja terhadap
pelayanan kesehatan melalui perbaikan sarana lembaga dengan fokus bukan pada sisi
dan prasarana kesehatan serta peningkatan akses input tetapi lebih pada sisi outcomes
layanan kesehatan kepada masyarakat. Sehingga 4) Lebih banyak digerakkan oleh tujuan yang
melalui inovasi layanan kesehatan berupa Call menjadi misinya, dan bukan oleh peraturan.
Center SPGDT 119 yang dilaksanakan di Dinas 5) Perlunya mengartikan ulang kelompok
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dapat menjadi sasarannya lebih sabagai konsumen dan
pionir dalam menjawab berbagai tantangan dan menciptakan adanya aneka pilihan bagi
kebutuhan tersebut. Karena dengan menelpon ke mereka dalam mendapatakan pelayanan
nomor 119 masyarakat bisa mendapatkan publik yang dibutuhkan.
berbagai informasi yang dibutuhkan seperti 6) Lebih menekankan pada upaya mencegah
jumlah kamar kosong yang terdapat di sebuah terjadinya sebuah masalah, daripada
rumah sakit, rujukan rumah sakit bagi pasien sekedar memberi layanan setelah masalah
yang sakit, sampai pada adanya layanan itu terjadi.
ambulans gratis bagi masyarakat. 7) Mendayagunakan sumber daya yang
Layanan Call Center SPGDT 119 dimiliki, kearah untuk mampu berfungsi
merupakan salah satu cara baru pemerintah menjadi sumber pendapatan baru, daripada
dalam memberikan layanan kesehatan khusunya sekedar membelanjakannya.
dalam bidang gawat darurat. Sehingga layanan 8) Banyak mengembangkan mekanisme
ini perlu dinilai apakah merupakan sebuah cara desentralisasi termasuk manajemen
baru dalam memberikan layanan kesehatan dan partisipatori
memberikan nilai tambah terhadap layanan 9) Lebih menekankan pada menggunakan
sebelumnya. Maka penulis merumuskan masalah mekanisme pasar daripada mekanisme
bagaimanakah inovasi layanan Call Center birokrasi.
SPGDT 119 dan juga bagaimana kualitas layanan 10) Lebih berfokus bukan semata-mata pada
yang diberikan. pelayanan publik yang diberikan, tetapi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk lebih pada memfasilitasi semua sektor, baik
mendiskripsikan dan menganalisa inovasi dan itu sektor publik, swasta dan masyarakat
kualitas layanan Call Center SPGDT 119. menuju kearah adanya tindakan bersama
Manfaat penelitian sebagai sumbangan masukan untuk memecahkan aneka problem
dan pemikiran bagi Dinas Kesehatan Provinsi masyarakat.
DKI Jakarta dalam kinerjanya untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan mengacu 2. Inovasi Sektor Publik
dan menerapkan prinsip-prinip pelayanan yang Inovasi menurut Rogers yang dikutip oleh
baik. Suwarno (2008, h.9), adalah sebuah ide, praktek,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 716


atau objek yang dianggap baru oleh individu satu 4. Analyzing and learning-how should we
unit adopsi lainnya. Sedangkan Damanpour yang evaluate what works and what doesn’t
dikutip oleh Suwarno (2008, h.9) menjelaskan to promote continous learning and
bahwa sebuah inovasi dapat berupa produk atau improvement.
jasa baru, teknologi proses produksi yang baru, c. Level Inovasi
sistem struktur dan administrasi baru atau Menurut Mulgan & Albury
rencana baru bagi anggota organisasi. sebagaimana dikutip Muluk (2008, h.47),
Inovasi diartikan oleh Galbraith (1973); level inovasi terbagi sebagai berikut:
Schon (1967) dalam Lukas dan Ferrel (2000, 1. Inovasi Inkremental
h.240) didefinisikan sebagai proses dari 2. Inovasi Radikal
penggunaan teknologi baru kedalam suatu 3. Inovasi Transformatif/Sistemik
produk sehingga produk tersebut mempunyai d. Faktor Pendorong Inovasi
nilai tambah. Inovasi dapat dilakukan pada Menurut Clark dkk dalam Innovation
barang, pelayanan, atau gagasan-gagasan yang Index: 2008 Summer Mini-Projects,
diterima oleh seseorang sebagai sesuatu yang menyebutkan faktor pendorong inovasi
baru, sehingga mungkin saja suatu gagasan telah antara lain sebagai berikut:
muncul di masa lampau, tetapi dapat dianggap 1. Political Push
inovatif bagi konsumen yang baru 2. Pressure for economy and improved
mengetahuinya. efficiency – ‘bang for the buck’
Inovasi di sektor publik merupakan salah 3. Pressure for improved service quality
satu jalan atau bahkan “breakthrough” untuk e. Faktor Penghambat Inovasi
mengatasi kemacetan dan kebuntuan organisasi Menurut Albury sebagaimana dikutip
di sektor publik. Karakteristik dari sistem di Suwarno (2008, h.54), faktor penghambat
sektor publik yang statis dan kaku harus mampu inovasi di sektor publik antara lain:
dicairkan melalui penularan budaya inovasi. 1. Keengganan menutup program yang
Budaya inovasi ini harus dapat dipertahankan gagal;
dan dikembangkan lebih baik lagi. Hal ini tidak 2. Ketergantungan berlebihan terhadap
terlepas dari dinamika eksternal dan tuntutan high performer;
perubahan di masyarakat dengan tingkat literasi 3. Teknologi ada, terhambat budaya dan
yang lebih baik berdampak munculnya kesadaran penataan organisasi;
(awareness) yang lebih baik akan haknya. 4. Tidak ada penghargaan atau insentif;
Dengan demikian maka sektor publik dapat 5. Ketidakmampuan menghadapi resiko
menjadi sektor yang dapat mengakomodasi dan dan perubahan;
merespon secara cepat setiap perubahan yang 6. Anggaran jangka pendek dan
terjadi (Suwarno, 2006) perencanaan;
a. Tipologi Inovasi Sektor Publik 7. Tekanan dan hambatan administratif;
Tipologi inovasi sektor publik menurut 8. Budaya risk aversion.
Muluk (2008, h.45) terbagi lima, yaitu:
1. Inovasi Produk Layanan; 3. Pelayanan Publik
2. Inovasi Poses Layanan; a. Definisi Pelayanan Publik
3. Inovasi Metode Layanan; Kurniawan (2005) mengatakan
4. Inovasi Kebijakan tentang pelayanan publik adalah
5. Inovasi Sistem pemberian pelayanan (melayani)
b. Proses Inovasi keperluan orang lain atau masyarakat
Menurut Mulgan sebagaimana dikutip yang mempunyai kepentingan pada
Noor (2013, h.94), proses inovasi sebagai organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
terdiri dari berbagai elemen sebagai berikut: dan tata cara yang telah ditetapkan
1. Generating possibilities-how can we Sinambela (2006, h.5) mengatakan
stimulate and support ideas for tentang pelayanan publik sebagai setiap
innovation? kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
2. Incubating and prototyping-what terhadap sejumlah manusia yang memiliki
mechanisms are there for developing setiap kegiatan yang menguntungkan
promising ideas and managing dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
attendant risks? menawarkan kepuasan meskipun hasilnya
3. Replicating and scaling up-how can we tidak terikat pada suatu produk secara
promote the rapid and effective fisik.
diffusion of successful innovation?

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 717


b. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik 1. Acces
Prinsip pelayanan menurut LAN 2. Reliability
(2003) sebagai berikut: 3. Responsiveness
1. Kesederhanaan; 4. Competence
2. Realibilitas; 5. Courtesy
3. Tanggung jawab dari petugas 6. Communication
pelayanan; 7. Credibility
4. Kecakapan para petugas 8. Security
pelayanan; 9. Understanding knowing the citizen
5. Pendekatan kepada pelanggan dan
kemudahan kontak pelanggan 4. Call Center
dengan petugas; Call Center menjadi sarana utama dalam
6. Keramahan; pemberian layanan SPGDT 119 yang dilakukan
7. Keterbukaan; Dinas Kesehatan Provinsi DKI. Call Center
8. Komunikasi antara petugas dan didefinisikan menurut Koole dan Avishai (2002)
pelanggan; adalah pusat aktivitas komunikasi bisnis dengan
9. Kredibilitas; pelayanan yang diberikan dalam bentuk
10. Kejelasan dan kepastian; menerima telepon (incoming call) ataupun
11. Keamanan; menelepon keluar (outgoing call) dalam volume
12. Mengerti apa yang diharapkan yang besar. Karakteristik utama call center
pelanggan; adalah menangani layanan inbound dan
13. Kenyataan; outbound. Layanan inbound menangani
14. Efisien; panggilan masuk ke pusat kontak yang meliputi
15. Ekonomis. permintaan informasi, complain dan penawaran
c. Standar Pelayanan Publik produk, sedangkan layanan outbound menangani
Menurut Keputusan Menteri panggilan keluar, panggilan yang dimulai dari
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor dalam ke pusat kontak. Layanan ini digunakan
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman dalam rangka pemasaran, promosi dan
Umum Penyelenggaran Pelayanan Publik, mempertahankan loyalitas pelanggan serta
standar pelayanan tersebut biasa disebut tagihan jasa komunikasi.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Menurut Akbar (2011), fungsi Call Center
meliputi: merupakan suatu kantor informasi terpusat yang
1. Prosedur Layanan digunakan untuk menerima dan mengirimkan
2. Waktu Penyelesaian sejumlah besar permintaan melalui telepon. Call
3. Biaya Pelayanan center dioperasikan melalui suatu perusahaan
4. Produk Layanan sebagai pengadministrasian layanan yang
5. Sarana dan Prasarana mendukung produk incoming dan menyelidiki
6. Kompetensi Petugas Pemberi Layanan informasi tentang konsumen. Call center sebagai
d. Kualitas Pelayanan Publik ruang lingkup kerja yang luas yang dikerjakan
Kualitas Goesth dan David dalam oleh sejumlah agen/operator call center,
Tjiptono (1996) diartikan sebagai suatu dilengkapi dengan sebuah work station berupa
kondisi dinamis yang berhubungan komputer (bagi setiap agen/operator) dan sebuah
dengan produk jasa, manusia, proses dan set/headset yang terhubung ke jaringan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi telekomunikasi.
harapan. Komponen Call Center menurut Koole dan
Ibrahim dalam Tjiptono (1996) Avishai (2002), antara lain:
mendefinisikan kualitas sebagai suatu 1. IVR (Interactive Voice Response)
strategi dasar bisnis yang menghasilkan 2. PaBX (Private Branch eXchange)
barang dan jasa yang memenuhi 3. CTI (Computer Telephony Integration)
kebutuhan dan kepuasan konsumen 4. Database Server
internal dan eksternal, secara eksplisit dan 5. PC (Personal Computer)
implisit. 6. Voice Recording
e. Dimensi Kulitas Pelayanan Publik
Menurut Zeithmalh, dkk sebagaimana Metode Penelitian
dikutip Hendroyono (2005) terdapat Jenis penelitian yang dipakai di dalam
beberapa dimensi utama untuk menilai penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif
kualitas pelayanan, antara lain sebagai dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nazir
berikut: (2005, h.54) Penelitian deskriptif adalah suatu

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 718


model dalam meneliti sekelompok manusia, gawat darurat yang terdiri dari unsur pra
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran Rumah Sakit (RS), RS dan antar RS.
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa Berasal dari kata gawat darurat yang
sekarang. Nazir (2005, h.54) menambahkan berarti keadaan yang tidak terpikirkan dan
penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan ada secara tiba-tiba dan mengakibatkan
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan kerugian baik materil maupun non-
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai materil. Dalam pelaksanaannya, SPGDT
fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang berpedoman pada respon cepat yang
diselidiki menekankan time saving is life and limb
Fokus dalam penelitian ini adalah: (1) saving, yang melibatkan masyarakat
bagaimanakah inovasi layanan Call Center awam umum dan khusus, petugas medis,
SPGDT 119, dilihat dari faktor a) konsep pelayanan ambulans gawat darurat dan
inovasi; b) tipologi inovasi; c) proses inovasi; d) komunikasi.
level inovasi; e) faktor pendorong timbulnya Secara umum SPGDT dapat
inovasi; f) faktor penghambat timbulnya inovasi. diartikan sebagai sistem koordinasi
(2) bagaimanakah kualitas layanan Call Center berbagai unit kerja (multi sektor),
SPGDT 119 berdasarkan dimensi kualitas didukung berbagai kegiatan profesi (multi
layanan yang disampaikan Zeithmal dkk disiplin dan multi profesi) untuk
sebagaimana dikutip Hendroyono (2005), a) selenggarakan pelayanan terpadu
Acces; b) Reliability; c) Responsiveness; d) penderita gawat-darurat, dalam keadaan
Competence; e) Courtesy; f) Communication; g) bencana maupun sehari-hari. Pelayanan
Credibility; h) Security; j) Understanding ini memberikan tiga layanan sekaligus
knowing the citizen. dalam satu akses, yaitu 1) layanan
Lokasi penelitian ini berada di Dinas informasi kesehatan; 2) layanan dukungan
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang terletak di ambulans; 3) layanan rujukan rumah
Jalan Kesehatan no. 10, sedangkan situsnya sakit, semua bisa diakses dengan
adalah Bidang Layanan Kesehatan Dinas menelepon ke nomor telepon 119.
Kesehatan, khususnya pada Seksi Gawat Darurat Layanan Call Center SPGDT 119
dan Bencana yang membawahi tim layanan Call dikatakan sebuah inovasi sektor publik
Center SPGDT 119 ini. Sumber data diperoleh karena merupakan suatu cara yang baru
dari data primer melalui wawancara dengan dalam memberikan layanan kepada
Kepala Seksi Gawat Darurat dan Bencana, masyarakat.
penanggung jawab harian Call Center SPGDT b. Tipologi Inovasi
119, supervisi Call Center SPGDT 119 dan Berdasarkan hasil dilapangan yang
operator Call Center SPGDT 119. Data sekunder menunjukkan bahwa inovasi layanan Call
berupa foto kegiatan penelitian, arsip instruksi Center SPGDT merupakan inovasi proses
kerja Call Center SPGDT 119, dokumen layanan, karena memberikan cara baru
rekapitulasi penelepon Call Center SPGDT 119, dalam memberikan pelayanan. Selain itu
dan dokumen tentang jumlah pusekesmas dan juga terdapat perubahan secara
rumah sakit yang ada di Provinsi DKI Jakarta. organisasional, prosedur dan kebijakan
Pengumpulan data dilakukan melalui ketika layanan ini diterapkan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Layanan ini juga didukung
Instrumen penelitian antara lain adalah peneliti penggunaan teknologi dan petugas yang
sendiri, pedoman wawancara, perangkat lebih baik daripada sebelumnyaDengan
penunjang lapangan dan dokumen serta arsip- adanya unit baru dan sistem yang baru,
arsip. Analisis yang digunakan adalah Model pelayanan ini juga memberikan prosedur
Interaktif dari Miles dan Hubberman yang baru dalam hal layanan.
diterjemahkan dalam Sugiyono (1992, h.20). c. Proses Inovasi
Analisis model interaktif ini melalui 3 tahap Call Center SPGDT 119 telah
yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan berbagai melalui proses sehingga dapat
kesimpulan. tercipta sampai seperti ini, prosesnya
antara lain:
Pembahasan 1. Merumuskan program SPGDT sejak
1. Inovasi Layanan Deklarasi Makassar tahun 2001
a. Konsep Inovasi 2. Peningkatan kualitas pelayanan publik
Sistem Penanggulangan Gawat menjadi visi pemimpin daerah,
Darurat Terpadu atau disingkat SPGDT sehingga SPGDT bisa segera
adalah Sistem penanggulangan pasien terlaksana.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 719


3. Ide peningkatan mutu layanan 3. Orientasi dibentuknya Call Center
kesehatan menjadi salah satu misi SPGDT 119 adalah untuk memenuhi
pemimpin daerah. kebutuhan layanan kesehatan kepada
4. Mengembangkan sistem yang ada dan masyarakat. Selain itu waktu tunggu
menambah jumlah personil untuk bisa untuk layanan yang akan diberikan
mengakomodir kebutuhan masyarakat. dikonfirmasi kembali maksimal oleh
d. Level Inovasi operator call center ialah selama 30
Layanan Call Center SPGDT 119 menit sejak waktu menelepon awal.
berada pada level inovsi radikal, karena 4. Petugas Call Center SPGDT 119 adalah
dalam pelaksanaannya layanan ini Dokter, Perawat dan ahli IT yang
mengenalkan cara-cara baru dan orientasi berkompeten dan dapat dipercayai
pelayanan adalah untuk membawa dalam melaksanakan tugasnya
perbaikan nyata dalam kinerja dan 5. Dalam menjalankan tugas, petugas
memenuhi harapan masyarakat. berpedoman pada Instruksi Kerja
e. Faktor Pendorong Timbulnya Inovasi Layanan Call Center SPGDT 119 yang
Berdasarkan hasil penelitian, yang berisi aturan tentang pemberi layanan
menjadi faktor pendorong adanya inovasi harus bersikap sopan, santun dan ramah
layanan Call Center SPGDT 119 adalah: dalam memberikan pelayanan kepada
a) Tekanan Politik (kemauan pemimpin pelanggan.
daerah untuk berinovasi); b) Kesiapan 6. Call Center SPGDT 119 dalam
Dinas Kesehatan menjawab tantangan pelaksanaannya menggunakan bahasa
kebutuhan memberikan layanan yang Indonesia agar dapat mudah dimengerti
efektif dan efisien; c) Tekanan untuk oleh masyarakat.
meningkatkan kualitas layanan 7. Menurut hasil penelitian di lapangan
f. Faktor Penghambat Timbulnya Inovasi diketahui bahwa para petugas yang
Faktor penghambat dari inovasi berada dalam unit pelayanan Call
layanan Call Center SPGDT 119 antara Center SPGDT 119 merupakan perawat
lain: dan dokter yang dalam menjalankan
1. Intergrasi antar rumah sakit dengan tugasnya memiliki kode etik sehingga
SPGDT yang membutuhkan waktu; bekerja secara professional, jujur dan
2. Penelpon iseng ke Call Center dapat dipercaya
SPGDT 119; 8. Keamanan data penelepon Call Center
3. Jumlah SDM/operator telepon yang SPGDT 119 sangat terjaga, karena
belum ideal; hanya bisa diketahui petugas dan tim
4. Penelepon bukan sesuai objek Call Center SPGDT 119. Dan biaya
layanan; dalam layanan call center ini gratis bagi
5. Penelepon dari luar DKI Jakarta. warga DKI Jakarta.
9. Petugas yang berada pada unit ini
2. Kualitas Layanan Call Center SPGDT 119 memiliki peran dalam menjawab
Kualitas layanan merupakan hal yang lebih kebutuhan masyarakat pada bidang
sulit diukur dibandingkan dengan mengukur kesehatan dengan memberikan alternatif
suatu produk, karena produk berbentuk dan solusi dari permasalahan yang ada
berwarna sedangkan kualitas tidak berbentuk dan dalam bidang kesehatan. Khususnya
tidak berwarna. dalam layanan rujukan rumah sakit,
Penelitian ini mengukur bagaimana kualitas informasi kesehatan dan dukungan
yang diberikan melalui perspektif pemberi layanan ambulans.
layanan, yaitu unit Pelayanan Call Center
SPGDT 119 Dinas Kesehatan Provinisi DKI Kesimpulan
Jakarta. Dari hasil pembahasan dapat ditarik
Berdasarkan hasil Penelitian, Kualitas kesimpulan bahwa Layanan Call Center SPGDT
layanan Call Center SPGDT 119 dikatakan baik 119 adalah pada praktek pemberian pelayanan
dengan alasan sebagai berikut: kegawatdaruratan kepada masyarakat dalam
1. Call Center SPGDT 119 dapat diakses bidang jasa. Pelayanan ini memberikan tiga
dengan mudah dengan menelepon ke layanan sekaligus dalam satu akses, yaitu 1)
nomor 119 layanan informasi kesehatan; 2) layanan
2. Call Center SPGDT 119 dapat diakses dukungan ambulans; 3) layanan rujukan rumah
24 jam selama 7 hari sakit, semua bisa diakses dengan menelepon ke
nomor telepon 119.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 720


Inovasi Layanan Call Center SPGDT 119 inovasi layanan dan dapat memenuhi kebutuhan
memiliki kualitas yang baik dilihat dari berbagai layanan kesehatan yang ada pada masyarakat.
aspek seperti Acces, Reliability, Responsiveness,
Competence, Courtesy, Communication, Saran
Credibility, Security, Understanding knowing the Peningkatan layanan kegawatdaruratan
citizen. Namun yang menjadi kelebihan dalam pada level transformatik dan menjadikannya
layanan ini ialah kemudahan dalam mengakses sistem secara nasional melalui kerja sama dengan
layanan yang ada, yaitu hanya dengan pihak Kepolisian dan Pemadam Kebakaran
menelepon ke nomor 119. Ditambah lagi dengan dalam pelayanannya.
sistem pelayanan yang bekerja 24 jam sehari Mengevaluasi kinerja layanan setiap dua
selama tujuah hari, sehingga layanan ini bisa pekan sekali untuk menjaga kualitas layanan
diakses kapanpun. yang ada. Dan menyosialisasikan fungsi Call
Kedua hal tersebut menjadikan layanan Center SPGDT 119 secara masive kepada
Call Center SPGDT 119 berbeda dengan layanan masyarakat melalui RT, RW dan Kelurahan,
publik pada umumnya yang ada. Sehingga Puskesmas dan Posyandu agar masyarakat dapat
layanan ini dapat dikatakan merupakan sebuah mendapatkan layanan yang optimal.

Daftar Pustaka

Akbar, R., Aradea, dan A.I Gufroni. (2011) Alternatif Pemilihan Sistem Antrian Call Center sebagai
Pusat Layanan Bencana Alam. Seminar Nasional Informatika. ISSN: 1979-2328.
Clark, John, Barbara Good, Paul Simmonds (Technopolis Group). (2008) Innovation Index: 2008
Summer Mini-Projects. Mini-project 4: Innovation in the public and third sectors. United
Kingdom, a report commissioned by NESTA. [Internet] Available from:
<http://api.ning.com/files/NjHDmKPq-vBcrv6PPMUGEdsV-sDsrlWdYQ8RIpkvml1PpWNEJD
szessnqcxQgkp88ej99O-VmSPNbrTL*PiIcpfe3KIdEcZU/42.InnovationinthePublicandThirdSec
torsSimmondsetal.pdf> (Accessed: 12 Januari 2014).
Hendroyono, Agus. (2005) Mutu Pelayanan Kesehatan & Service Recovery. Jakarta, Bumi Aksara.
Humas Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011) Kebijakan
Kemenkes dalam Sistem Penaggulangan Terpadu (SPGDT) dan Bencana. [Internet]
Available from: <http://buk.depkes.go.id/index.php?option=comcontent&view=article&id=134
:kebijakan-kemenkes-dalam-sistem-penanggulangan-gawat-darurat-terpadu-spgdt-dan-bencana>
(Accesed: 29 September 2013).
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63. Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Jakarta, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Republik Indonesia.
Koole, G dan Avishai, M. (2002) Queueing Models of Call Centers An Introduction. Annal of
Operations Research. 133: 41-59
Kurniawan, Agung. (2005) Transformasi Pelayanan Publik. Jogjakarta, Pembaruan.
Lembaga Administrasi Negara. (2003) Pelayanan Publik. Jakarta, STIA-LAN Press.
Lukas, Bryan A., and O.C Ferrel. (2000) The Effect of Market Orientation on Product Innovation.
Journal of The Academy Marketing Science. No. 2 Vol 28 p 239-247.
Muluk, M.R Khairul. (2008) Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah.
Malang, Bayumedia.
Nazir, Moh. (2005) Metode Penelitian. Jakarta, Ghalia Indonesia.
Noor, Irwan. (2013) Desain Inovasi Pemerintah Daerah. Malang, UB Press.
Osborne, David & Ted Gaebler. (1992) Reinventing Government: How The Entrepreneurial Spirit is
Transforming The Public Sector. New York, A William Patrick Book.
Sinambela, Lijan Poltak. (2006) Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan
Implementasinya. Jakarta, Bumi Aksara.
Sugiyono (2008) Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung, Alfabeta.
Suwarno, Yogi dan Ikhsan. (2006) Standar Pelayanan Publik di Daerah. Jurnal Inovasi Pelayanan
Publik Vol II/No.1.
Suwarno, Yogi. (2008) Inovasi di Sektor Publik. Jakarta, STIA-LAN Press.
Tjiptono, Fandy. (1996) Manajemen Jasa. Yogyakarta, Andi.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 4, Hal. 715-721 | 721

Anda mungkin juga menyukai