BAB I
PENDAHULUAN
yang dilihat dari hasil produksinya. Kilang Cilacap ini memasok 34% kebutuhan
BBM nasional atau 67% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu, kilang ini
merRUakan satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan
base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air. Kilang Minyak
Cilacap didirikan dengan maksud untuk menghasilkan produk BBM dan Non
BBM guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selalu meningkat dan
mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri.
Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam lima tahap
yaitu Kilang Minyak I, Kilang Minyak II, Kilang Paraxylene, Debottlenecking
Project, dan Kilang LPG & SRU. Garis besar proses pengolahan minyak bumi
yang dilakukan di Pertamina RU IV Cilacap dapat ditunjukkan pada Gambar 1.
LPG
Mixed FOC II Gasoline
Crude(domestic& Kerosene
import) 230 Avtur
MBSD ADO/IDO
IFO
Naphta LSWR
LPG
Middle East Paraxylene
Crude Benzene
118 MBSD FOC I Paraxylene Raffinate
Heavy-
Aromate
Toluene
Long residue
Tabel I.2. Kapasitas desain tiap unit pada FOC I dan LOC I
Fuel Oil Complex I (FOC I) Lube Oil Complex I (LOC I)
Unit proses Kapasitas Unit proses Kapasitas
(ton/hari) (ton/hari)
Crude Distiller 13.650 High Vacuum Unit 3.184
Naphtha Hydrotreater 2.275 Propane Deasphalting 784
Unit
Gas Oil HDS 2.300 Furfural Extraction 991-1.580
Unit
Platformer 1.650 MEK Dewaxing Unit 226-337
Propane Manufacturing 43,5
Kerosine Merox Treater 1.940
Sour Water Stripper 743,469
N2 Plant
N2 gas 100Nm3/jam
N2 cair 65Nm3/jam
CRP Unit 1615,2
Kilang ini dirancang untuk mengolah minyak mentah dalam negeri yang memiliki
kadar sulfur lebih rendah dari pada ALC. Minyak mentah ini merupakan
campuran dengan komposisi 80 % Arjuna Crude dan 20 % Attaka Crude yang
pada perkembangan selanjutnya menggunakan crude lain dengan komposisi yang
menyerupai rancangan awal.
Area Kilang Minyak II meliputi:
a. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.
b. Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar minyak
pelumas dan aspal.
c. Lube Oil Complex III (LOC III) yang juga memproduksi bahan dasar minyak
pelumas dan aspal.
d. Utilitas Complex II (UTL II) yang fungsinya sama dengan UTL I.
Tabel I.3. Kapasitas desain tiap unit pada FOC II dan LOC II/III
Fuel Oil Complex II (FOC II) Lube Oil Complex II (LOC II)
Unit proses Kapasitas Unit proses Kapasitas
(ton/hari) (ton/hari)
Crude Distiller II 26.680 High Vacuum Unit 2.238
Naphtha Hydrotreater II 2.441 Propane Deasphalting Unit 538
CCR Platformer II 2.441 Furfural Extraction Unit 478-573
LPG Recovery 730 MEK Dewaxing Unit 226-337
AH Unibon 2.680
Visbreaker 8.387
Thermal Distillate HDT 1.800
Naphta Merox Treater 1.620
Dengan demikian kapasitas desain FOC I, FOC II, LOC I, II, dan III
mengalami perubahan seperti terlihat pada Tabel I.9. dan I.10. seperti di bawah
ini.
Tabel I.9. Kapasitas Desain Baru FOC I dan II Pertamina RU IV Cilacap
FOC I FOC II
Kapasitas Kapasitas
Unit Unit
(ton/hari) (ton/hari)
CDU I 16.126 CDU II 30.680
NHT I 2.805 NHT II 2.441
Gas Oil HDS 2.300 AH Unibon 3.084
Platformer I 1.650 Platformer II 2.441
Propane
43,5 LPG Recovery 636
Manufacturing
Merox Treater 2.116 Naphtha Merox 1.311
Tabel I.10. Kapasitas Desain Baru LOC I, II, & III Pertamina RU IV Cilacap
Unit Kapasitas (ton/hari)
LOC I LOC II LOC III
HVU 2.574 3.883 -
PDU I 538 784 784
FEU I 478-573 1786-2270 -
MDU I 226-337 501-841 501-841
Hydrotreating Unit - - 1700
berupa gas dengan kandungan H2S sangat rendah dari Unit LPG Recovery akan
dikirimkan keluar sebagai fuel sistem.
Letak PT. PERTAMINA RU IV Cilacap dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
b. Area 01
Tabel I.13. Fuel Oil Complex II (FOC II)
No Unit Nama Unit
008 Caustic and Storage Unit
009 Nitrogen Plant
011 Crude Distillation Unit (CDU) II
012 Naphtha Hydrotreater Unit (NHT) II
013 Aromatic Hydrogenation (AH) Unibon Unit
014 Continuous Catalytic Regeneration (CCR)
Platformer Unit
015 Liquified Petroleum Gas (LPG) Recovery Unit
016 Minimize Alkalinity Merchaptan Oxidation (Minalk
Merox) Treater Unit
017 Sour Water Stripper Unit (SWS) II
018 Thermal Distillate Hydrotreater Unit
019 Visbreaker Thermal Cracking Unit
c. Area 20
Tabel I.14. Lube Oil Complex I (LOC I)
No. Unit Nama Unit
21 Hight Vacuum Unit (HVU) I
22 Propane Deasphalting Unit (PDU) I
23 Fulfural Extraction Unit (FEU) I
24 Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) I
25 Hot Oil System I
d. Area 02
Tabel I.15. Lube Oil Complex II (LOC II)
No. Unit Nama Unit
021 Hight Vacuum Unit (HVU) II
022 Propane Deasphalting Unit (PDU) II
023 Fulfural Extraction Unit (FEU) II
024 Methyl Ethyl Keton (MEK) Dewaxing Unit (MDU) II
025 Hot Oil System II
e. Area 30
Tabel I.16. Tangki-tangki BBM
No. Unit Nama Unit
31 Tangki–tangki gasoline dan vessel penambahan TEL
FOC I dan Platformer Feed Tank
32 Tangki-tangki kerosene dan AH Unibon Feed Tank
33 Tangki-tangki Automative Diesel Oil (ADO)
34 Tangki-tangki Industrial Fuel Oil (IFO)
35 Tangki-tangki komponen IFO dan HVU Feed
36 Tangki-tangki Mogas, Heavy Naphtha dan penambahan
TEL FOC II
37 Tangki-tangki LSWR dan IFO
38 Tangki-tangki ALC, BLC dan ILC sebagai Feed FOC I
39 Tangki-tangki paraxylene dan benzene
f. Area 40
Tabel I.17. Tangki-tangki non-BBM
No. Unit Nama Unit
41 Tangki–tangki Lube Oil
42 Tangki–tangki Bitumen
43 Tangki–tangki Long Residue
44 Gasoline station, Bengkel, Gudang dan Pool Alat Berat
45 Tangki–tangki Feed FOC II
46 Tangki–tangki Feed Mixed LPG
47 Flare system
48 Drum Plant, untuk Pengisisan aspal
g. Area 50
Tabel I.18. Utilitas Complex I
No. Unit Nama Unit
51 Pembangkit tenaga listrik
52 Steam Generator Unit
53 Cooling Water System
54 Refinery Unit Air
55 Fire Water System Unit
56 Unit Sistem Udara Instrumen
57 Unit Sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak
h. Area 05
Tabel I.19. Utilitas Complex II
No. Unit Nama Unit
051 Pembangkit tenaga listrik
052 Steam Generator Unit
053 Cooling Water System
054 Refinery Unit Air
055 Fire Water System Unit
056 Unit Sistem Udara Instrumen
057 Unit sistem Pengadaan Bahan Bakar Gas dan Minyak
i. Area 60
Tabel I.20. Jaringan Oil Movement dan Perpipaan
No. Unit Nama Unit
61 Jaringan pipa dari dan ke Unit Terminal Minyak Area 70
62 Cross Country PipeLine
63 Stasiun Pompa Air Sungai
64 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG dan
Paraxylene
66 Tangki-tangki Balas dan Bunker
67 Dermaga Pengapalan Bitumen, Lube Oil, LPG, dan
Paraxylene
68 Dermaga Pengapalan LPG
j. Area 70
Tabel I.21. Terminal Minyak Mentah dan Produk
No. Unit Nama Unit
71 Tangki – tangki minyak mentah feed FOC II dan Bunker
Crude Island Berth
72 Dermaga pengapalan minyak dan penerimaan Crude Oil
k. Area 80
Tabel I.22. Kilang Paraxylene
No. Unit Nama Unit
81 Nitrogen Plant Unit
82 Naphtha Hydrotreater Unit
84 CCR Platformer Unit
85 Sulfolane Unit
86 Tatoray Unit
87 Xylene Fractionation Unit
88 Parex Unit
89 Isomar unit
l. Area 90
Tabel I.23. LPG Recovery & Sulphur Recovery Unit
No. Unit Nama Unit
90 Utility
91 Gas Treating Unit
92 LPG Recovery
93 Sulfur Recovery
94 Tail Gas Unit
95 Refrigerant
m. Area 200
Tabel I.24. Lube Oil Complex III
No. Unit Nama Unit
220 Propane Deasphalting Unit III
240 Metyhl Etyhl Ketone Dewaxing Unit III
260 Hydrotreating Unit/Redistilling Unit III
041 Pump Station and Storage Tank
n. Area 500
Tabel I.25. Utilitas IIA
No. Unit Nama Unit
510 Pembangkit Tenaga Listrik
520 Steam Generator Unit
530 Cooling Water system
560 Unit Sistem Udara Tekan
b.) KEROSENE
Tabel I.27. Spesifikasi Kerosene
Properties Unit Limits Test Methods
Min Max ASTM Others
Specific Gravity at 0.835 D-1298
60/60°C
Color Livibond 18” 2.5 IP 17
cell. Or
Color Saybolt 9 D-156
Smoke point mm 16*) D-1322
Char Value mm/kg 40 IP 10
Destination : D-86
Recovery at 2000°C % vol 18
End Point °C 310
Flash point abel, or °F 100
Alternative Flash Point °F 105
TAG
Sulphur Content % wt 0.2 D-2166
Copper Strip Corrosion No.1 D-130
(3hrs/50°C)
Odour Marketable
6. Biosolar
Biosolar merupakan blending antara minyak solar dan minyak nabati hasil
bumi dalam negeri yang sudah diproses transesterifikasi menjadi Fatty
Acid Methyl Ester (FAME).
Composition : D-2163
C1 %vol 0.2
C3&C4 %vol 97.5
C5&heavier %vol 2.0
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG
Mercaptan Added
Ethyl or buthyl.ml/1000 AG 50
Mercaptan Added
BAB II
SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Nilai–Nilai PERTAMINA
Dalam mencapai visi dan misinya, Pertamina berkomitmen untuk
menerapkan tata nilai sebagai berikut :
Clean (Bersih)
Dikelola secara professional, menghindari benturan
kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan
dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang
baik.
Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun
internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi,
membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi
pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan
bangsa.
Customer Focused (Fokus pada Pelanggan)
Berorientasi pada pelanggan dan berkomitmen untuk
memerikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial,
mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis sehat.
Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan
memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam
membangun kemampuan riset dan pengembangan.
BAB III
ORIENTASI UMUM
Long residue yang berasal dari Crude Distilation Unit (CDU) yang
terdapat pada Fuel Oil Complex I, diumpankan pada High Vacuum Unit (HVU)
yang hanya terdapat pada LOC I dan LOC II. Pada HVU terjadi proses distilasi
dalam keadaan vakum untuk mengindari terjadinya cracking. Produk atas HVU
langsung diambil sebagai produk yakni VGO. Pada HVU terjadi fraksinasi
sehingga menghasilkan beberapa produk seperti Spindle Oil (SPO), Light
Machine Oil (LMO), Medium Machine Oil (MMO). SPO diumpankan ke Furfural
Extraction Unit (FEU) yang terdapat pada LOC I, sementara itu LMO dan MMO
diumpankan ke FEU yang ada pada LOC II. Produk bawah dari HVU dinamakan
Short residue. Short residue diumpankan ke dalam Propane De-asphalting Unit
(PDU) yang terdapat pada LOC I, II, dan III. Pada PDU terjadi proses stripping
dengan low pressure steam. Produk bawah PDU dinamakan Asphalt mix yang
kemudian dicampur dengan short residue menjadi Asphalt blending. Produk atas
PDU menghasilkan De-asphalted Oil (DAO) yang kemudian diumpankan ke FEU
yang hanya terdapat pada LOC II. Pada FEU terjadi proses ekstraksi dengan
furfural. Produk bawah dari FEU adalah Minarex. LMO, MMO, dan DAO yang
berasal dari FEU II diumpankan pada Hydrotreating Unit (HTU) yang terdapat
pada LOC II dan LOC III. Pada HTU terjadi proses konversi senyawa aromat
yang terdapat pada LMO, MMO, dan DAO sehingga dihasilkan HVI-95, HVI-
160S dan HVI-650. Secara garis besar, tujuan proses pada FEU dan HTU adalah
untuk mengurangi senyawa aromat. Produk atas dari HTU adalah ADO yang
langsung diambil sebagai produk. Pada FEU I, SPO diolah sehingga
menghasilkan HVI-60 yang kemudian diumpankan pada MEK Dewaxing Unit
(MDU) yang terdapat pada LOC I. Sementara itu , produk yang berasal dari HTU
diumpankan pada MDU yang terdapat pada LOC II dan LOC III. Tujuan proses
MDU adalah untuk menurunkan angka Pour Point agar sesuai dengan spesifikasi
produk yakni pada -9 0C. Secara garis besar proses yang terjadi pada MDU adalah
proses filtrasi, dimana umpan terlebih dahulu dicampur dengan solvent MEK-
Toluene untuk memudahkan proses ekstraksi tersebut. Produk samping dari MDU
adalah Slack Wax.
blending. Pembuatan sarana pengolahan pelumas baru (LOC III) dimulai tahun
1995 dan dan selesai Maret 1999. Area untuk pembangunan Lube Oil Complex III
seluas 6,8 hektare dengan perincian 4,3 hektar untuk pembangunan kilang LOC
III dan 2,5 hektar untuk pembangunan tangki produk. Area ini diambil dari sisa
area rencana perluasan pabrik. Fasilitas untuk melindungi lingkungan dari
pencemaran pun ditambah dengan modifikasi peralatan yang ada, serta
penambahan peralatan baru.
Kilang Lube Oil Complex III ini mempunyai fungsi yang sama pada
kilang LOC I dan LOC II yaitu untuk membuat bahan baku pelumas dari short
residu dari High Vacuum Unit II. Kapasitas produksi dari LOC III ini adalah
175.400 ton/tahun produk Lube Base Oil dan 550.000 ton/tahun produk asphalt.
Proses pengolahan di LOC III ini meliputi pengolahan secara fisis dan
kimiawi. Proses pengolahan secara fisis berupa proses ekstraksi dan filtrasi terjadi
pada Propane Deaspalting Unit dan MEK (Methyl Ethyl Ketone-Toluene)
Dewaxing Unit, sedangkan proses pengolahan secara kimiawi terjadi pada
Hydrotreating Unit. Complex yaitu dengan mereaksikan LMO/MMO/DAO
dengan Hidrogen dalam suatu reaktor dengan bantuan katalis.
(secondary dillution). Pada akhir proses (setelah terbentuk wax cake), wax cake
yang melekat pada filter didorong dengan inert gas blow back yang berfungsi
untuk melepaskan cake yang melekat pada kain filter. Wax cake akan jatuh
dengan pertolongan scroll dan ditampung dalam wax boot.
Methyl Ethyl Keton berfungsi sebagai pengencer wax, sedang Toluene
sebagai pelarut minyak untuk mencegah terjadinya dua lapisan, antara pelarut dan
minyak. Selain itu untuk mencegah slack wax dengan masih mengandung kadar
minyak tinggi. Fungsi lain dari MEK adalah menjaga waxy oil tetap dalam
larutan selama proses pendinginan agar tidak terjadi pembekuan dan penyumbatan
pada chiller.
MDU III mengolah waxy raffinate yang terdiri dari LMO, MMO, dan
DAO raffinate dari HTU. Tujuan dari Dewaxing adalah memisahkan fraksi
parafin agar mempunyai pour point yang dikehendaki. Dewaxing dilakukan
dengan bantuan solvent Methyl Ethyl Keton (MEK) dan Toluene melalui proses
pendinginan dan penyaringan atau filtrasi.
Produk yang dihasilkan MDU III adalah Dewaxed Oil (lube base oil) dan
slack wax hasil recovery dengan memisahkannya dari pelarut MEK. Spesifikasi
produk yang dihasilkan dan kapasitas produknya dapat dilihat pada tabel III.8. dan
tabel III.9.
Pelarut yang digunakan dalam MDU III adalah Methyl Ethly Keton dan
Toluene. Adapun spesifikasi pelarutnya dapat dilihat pada table III.10.
BAB IV
ORIENTASI KHUSUS
CATALYST
RCH2SH + H2 RCH3 + H 2S
(CH3)2CH2
R O R
+ 4H2 CATALYST + CH4 + 2H2O
C OH
b. Terjadi peningkatan :
Respon terhadap Aditive
Napthene Content
Viscosity Index
Iso-paraffin Content
Stabilitas Oksidasi
IV.3. Desain Proses
Proses hydrotreating didalam proses Lube Oil biasanya digunakan untuk
pengolahan crude yang mempunyai kualitas rendah, menurunkan viskositas,
mengganti atau memodifikasi proses FEU, menngkatkan kualitas lube base dan
meningkatkan yield (perolehan) lube base.
IV.3.1. Block Proses Hydrotreating di Lube Oil Complex
Block HTU/RDU di Lube Oil Complex ditampilkan pada gambar di
bawah ini:
FEU MDU
SPO SPO RAFF HVI - 60
141
60% 85
82% 69,4
HTU
HVU LMO LMO RAFF LMO HDT RAFF HVI - 100
185
80% 148
85% 126
86,2% 108,5
PDU EXTRACTS
SLACK WAXES
37%
Propane Asphalt
BITUMEN
Short Residue
BLENDING
2. Sistem Reaktor
Dari 260V-101 umpan dipompakan dengan pompa tekanan tinggi 260
P-102 A/B ke reaktor 260 R-101 setelah sebelumnya dipanasi di serangkaian
heat exchanger 260 E-103, 260 E-102 ABCD dan furnace 260 F101, sampai
temperatur reaksi. Setelah dipanaskan di furnace 260 F-101 umpan kemudian
masuk ke reaktor 260 R-101 pada temperatur jenis umpan yang diolah
berkisar antara 340 - 382 oC serta keaktifan katalis. Gas Hydrogen diinjeksikan
ke umpan upstrem dan down strem Heat Exchanger 260 E-102 ABCD.
Temperatur reaktor harus dikontrol untuk mencegah Over Heating Catalys
Bed dikarenakan reaksi Hydrotreating yang Exothermis. Ada 4 Katalis Bed
terpasang dalam reaktor dimana tiap-tiap inlet katalis bed dikontrol oleh Quench
Gas dengan temperatur kontrol.
3. Sistem Separasi
Aliran keluar reaktor didinginkan 260 E-102 ABCD (reactor feed/effluent
exchanger). Aliran keluar reaktor terbentuk dalam dua fase (cair-uap) kemudian
masuk ke 260 V-102 (Hot HP Separator), dimana uap dan cairan dipisahkan. Fase
cair dialirkan ke 260 C-101 (Hot LP Separator) sedangkan uap didinginkan
menggunakan 260 E-103 (charge oil).
Pada 260 C-101 cairan hydrocarbon distripping menggunakan MPS
(Medium Pressure Steam). Aliran bottom 260 C-101 stripper dialirkan ke seksi
Redistilling Unit (RDU) sedangkan uap dari top 260 C-101 didinginkan di
260 E-121 (Low Pressure Gas Air Cooler) selanjutnya mengalir ke 260 V-105
(Cold Low Separator). Air diinjeksikan pada upstream 260 E-121 dari Utilitis
(Fresh Water) untuk menyerap garam-garam amonium dari fase uap. Temperatur
keluar 260 E-121 diatur menggunakan temperature controller yang beraksi
melalui pengaturan kecepatan fan. Sebagian Wash Water dari 260 V-105 di
pompakan ke Hot HP Vapour Effluent keluar dari 260 E-103 oleh 260 P-104
A/B (Wash Water Recycle Pump). Make Up Wash Water dikirim dari 52 P-301
A/B di Utilitas.
Effluent dingin selanjutnya masuk 260 V-104 (Cold HP Separator)
dimana gas dipisahkan dari Wash Oil dan Wash Water. Produk top dari Cold HP
Separator adalah Recycle Gas sedangkan produk bottom nya dipisahkan melalui
settling dan masing-masing fase dikirim ke 260 V-105 (Cold LP Separator). Sour
Gas teruapkan dari 260 V-105 kemudian dikirim ke Sour Gas Flare untuk
dibakar. Hydrocarbon cairan dari 260 V-105 dikembalikan melalui 260 E125
sebagai Wash Oil dengan 260 P-103 (Wash Oil Pump). Excess Wash Oil dikirim
ke FOC-1 sedangkan untuk make up dikirim dari FOC-2 jika diperlukan.
8. Sistem Overhead
Overhead Vapour dari 260 C-151 dialirkan melalui 260 E-154
(Precondensor). Uap yang tidak terkonden ditarik oleh Ejektor tiga tahap 260
J151 / J152 / J153 A/B (Vacuum Sytem Ejector) yang dilengkapi dengan 260 E-
155, 260 E-156 (Intercondensor) dan 260 E-157 (After Condensor). Waste gas
dikirim ke 260 V-154 (Waste Gas Seal) selanjutnya dikirim ke 260 V-155 (Waste
Gas KO Drum) untuk dipisahkan antara cairan dari waste gas. Waste gas dari 260
V-155 dikirim ke 260 F-101 (Reactor Feed Heater) sebagai bahan bakar setelah
melalui 260 S-153 (Flame Arrestor) untuk melindungi Overhead system bila
terjadi Flash Back.
Cairan dari setiap tahapan ejektor ditampung ke 260 E-153 (Ejektor
Effluent Separator) untuk dipisahkan antara minyak (Slop Oil) dengan air.
Air yang terkumpul dari separator dialirkan menggunakan 260 P-156 A/B
(Sour Water Pump) ke Sour Water Treater FOC-2 sebagian disirkulasikan
melewati 260 V-156, V-155 dan V-154 sebagai seal untuk menahan Waste Gas ke
atmosfer.
BAB V
UTILITAS DAN SARANA PENUNJANG
V.1. Utilitas
Unit Utilitas pada PERTAMINA RU IV Cilacap adalah semua bahan /
media / sarana yang dibutuhkan untuk menunjang operasi pengolahan kilang
seperti tenaga listrik, tenaga uap, air pendingin, air bersih, udara bertekanan,
bahan bakar dan air baku sehingga kilang dapat memproduksi BBM dan NBM.
Pengadaan utilitas dalam industri, khususnya untuk operasional kilang bahan
bakar minyak dan petrokimia Pertamina RU IV selama ini selalu diusahakan
sendiri, mengingat kebutuhan pasokan yang berkesinambungan belum dapat
diperoleh dari sumber lain.
Di PERTAMINA RU IV Cilacap, kompleks utilitas terbagi atas:
a. Utilitas I (Area 50) yang dibangun pada tahun 1973 dan mulai dioperasikan
tahun 1976 menunjang pengoperasian utilitas I, FOC I, LOC I, dan Off Site
area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan 100.000 barrel/hari.
b. Utilitas II (Area 05) yang dibagun pada tahun 1980 dan mulai dioperasikan
tahun 1983 menunjang pengoperasian utilitas II, FOC II, LOC II, dan Off Site
area 30, 40, 60, dan 70 dengan kapasitas pengolahan 200.000 barrel/hari.
c. Utilitas Paraxylene yang sebagian besar unitnya terletak di utilitas I / area 50
yang mulai dioperasikan tahun 1990 dan bertugas dalam menunjang area
kilang paraxylene dengan kapasitas produksi petrokimia sebanyak 270.000
ton/tahun.
d. Utilitas IIA (Area 500) yang mulai dioperasikan tahun 1998 dengan
penambahan sarana terbatas, khusus dibangun untuk menunjang operasi
Debottlenecking kilang Cilacap, sehingga total kapasitas pengolahan kilang
Cilacap dapat dinaikkan dari 300.000 barrel/hari menjadi 348.000 barrel/hari.
Pada saat pengembangan kilang dari tahun 1976 hingga tahun 1998 agar
kehandalan dan fleksibilitas operasi utilitas terjamin maka sebagian besar
sistemnya terintegrasi yaitu antara sistem utilitas I, II, IIA, dan utilitas paraxylene.
Sebagai bagan dari bidang produksi I di refinery unit IV Cilacap, utilties
mempunyai fungsi untuk mendukung dan menjamin berjalannya operasi kilang
secara terus-menerus dengan terjaminnya pasokan bahan bakar, listrik, air baku
dan air bersih yang cukup untuk operasi kilang. Dalam memenuhi kebutuhan
kilang Cilacap maka utilitas PERTAMINA RU IV Cilacap secara operasional
memiliki unit-unit kerja yaitu:
a. Unit 51/051/510 Unit Pembangkit Tenaga Listrik
b. Unit 52/052/520 Unit Pembangkit Tenaga Uap
c. Unit 53/053/530 Unit Distribusi Air Pendingin
d. Unit 54/054 Unit Pengadaan Air Bersih
e. Unit 56/056/560 Unit Pengadaan Udara Bertekanan
f. Unit 57/057 Unit Distribusi Bahan Bakar Cair dan Gas
g. Unit 63/063 Unit Pengadaan Air Baku
°C yang biasa disebut high pressure steam (HP steam) dengan total
kapasitas terpasang saat ini 790 ton/jam.
Keseluruhan boiler dan steam yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1) Boiler Utilitas I @ 60 ton/jam (4 boiler)
2) Boiler Utilitas Paraxylene 110 ton / jam
3) Boiler Utilitas II @110 ton / jam (4 boiler)
4) Boiler Utilitas IIA 60 ton /jam
b. Sistem Distribusi Tenaga Uap
Sistem distribusi tenaga uap di PERTAMINA RU IV Cilacap terbagi atas:
1) High Pressure Steam (HP steam) dengan tekanan 60 kg/cm2 dan
temperatur 460 °C. HP steam dihasilkan dari semua boiler di utilitas
dan Waste Heat Boiler unit 014/FOC II. HP steam digunakan sebagai
penggerak turbin generator.
2) Medium Pressure Steam (MP steam) dengan tekanan 18 kg/cm2 dan
temperatur 330 °C. MP steam dihasilkan dari ekstraksi turbin generator
dan Waste Heat Boiler unit 014/FOC II, selain itu seteam juga
dihasilkan dari letdown station HP/MP. MP steam digunakan sebagai
penggerak turbin pompa dan kompresor, pemanas heat exchanger, dan
penarik sistem vakum pada ejektor di semua proses area.
3) Low Pressure Steam (LP steam) dengan tekanan 3,5 kg/cm2 dan
temperatur 220 °C. LP steam dihasilkan dari back pressure turbin dan
let down station MP/LP. LP steam digunakan sebagai pemanas,
stripping steam, dan steam tracing
c. Sistem Condensat
Unit ini bertugas dalam menampung seluruh condensate recovery
dari seluruh area kilang ke tangki observation yang untuk selanjutnya
dimanfaatkan kembali sebagai boiler feed water untuk mengurangi water
losses. Ada tiga jenis kondensat yaitu:
1) High Pressure (HP condensate) yang berasal dari HP dan MP
steam line. Kondensat ini ditampung ke dalam satu flash drum
untuk dipisah menjadi LP steam dan LP kondensat.
2) Low Pressure (LP condensate) yang berasal dari LP steam line.
dengan tekanan 3,5 kg/cm2. Apabila tekanan lebih dari 4 kg/cm2 akan
dibuang ke flare dan apabila kurang dari 2,5 kg/cm2 akan disuplai dari
LPG vaporizer system dengan media pemanas LP steam. LPG Vaporizer
Vessel berfungsi untuk menampung dan memproses propane/butane
yang offspec. Pada sistem bahan bakar gas ini juga terdapat waste gas
compressor yang berfungsi untuk memperkecil losses gas ke flare.
2. Laboratorium
Bagian laboratorium memegang peranan penting di kilang, karena dari
laboratorium ini data-data tentang raw material dan produk akan diperoleh.
Dengan data-data yang diberikan maka proses produksi akan selalu dapat
dikontrol dan dijaga standar mutu sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
Bagian laboratorium berada di bawah Manajer Kilang yang mempunyai tugas
pokok:
Sebagai pengontrol kualitas bahan baku, apakah sudah memenuhi
persyaratan yang diperkenankan atau tidak.
Sebagai pengontrol kualitas produk, apakah sudah memenuhi standar yang
berlaku atau belum.
Bahan-bahan yang diperiksa di laboratorium ini adalah:
• Crude Oil
• Stream product FOCI/II, LOCI/II/III, dan paraxylene
• Utilitas : water, steam, fuel oil, fuel gas, chemical agent, dan katalis
• Intermediate product dan finishing product.
Dalam pelaksanaan tugas, bagian laboratorium dibagi menjadi
Laboratorium Pengamatan, Laboratorium Analitik dan Gas, Laboratorium
Litbang, dan Ren. ADM / Gudang / Statistik.
4. Peralatan Utama
a. Laboratorium Pengamatan
1). Auto flash
Alat yang digunakan untuk mengecek titik nyala api (flash point)
dimana ada dua jenis pengukur titik nyala, yaitu termometer flash
point Abel untuk fraksi ringan (bensin, kerosene) dan Flash Point Bens
Shin Marfin untuk fraksi berat.
5. Prosedur Analisis
Prosedur analisis yang digunakan pada laboratorium adalah:
a. Titrasi
b. Volumetri
c. Iodometri
d. Microkolorimetri
e. Refraksimetri
f. Viscosimetri
g. Flash point testers
h. IP Standart
i. Gravimetri
j. Potensiometri
k. Spectrofotometri
l. Distilasi
m. Chromatografi
n. ASTM Standart
o. UOP Standart
Analisa
Sampel dimasukkan pada glass hydrometer API Gravity, yang mana
tekanan uap dibawah 26 lbs. Gravity yang kemudian dibaca dengan melihat
standar table pada suhu 60oC.
i. Metode ASTM D-323 (Reid Method)
Tujuan
Menentukan tekanan uap absolut pada petroleum seperti crude oil dan
petroleum product selain LPG.
Analisa
Gasoline chamber untuk menguji appartus yang mengisi bersamaan
dengan chilled sampel dihubungkan dengan seksi udara chamber yang
bersuhu 100oF, kemudian dengan penjagaan suhu yang konstan. Saat terjadi
equilibrium kemudian sebuah manometer akan membaca skala saat akhir.
j. Metode ASTM D-2699 (Reseacrh Octane Number Method)
Tujuan
Menentukan karakteristik sifat knocking pada gasoline motor. RONC
dengan angka 100 akan menunjukkan % volume iso oktan dalam blending
dengan n-heptane. Untuk RONC diatas, akan menunjukkan perbandingan
antara iso oktan dan milliliter tetra ethyl lead.
Analisa
RONC pada gasoline dapat ditentukan dengan membandingkan
kecenderungan knocking dengan bahan bakar referensi yang telah diketahui
octan number-nya. Intensitas knocking diukur dengan electronic detonation
meter yang terdiri dari sebuah unit single cylinder engine biphenyl
menggunakan sistem colorimetric.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan oleh praktikan didasarkan pada orientasi umum dan
khusus yang diikuti praktikan selama mengikuti proses Kerja Praktek di PT.
Pertamina RU IV Cilacap, kesimpulan dari orientasi umum dan khusus adalah
sebagai berikut:
PT. Pertamina RU IV Cilacap ini terdiri dari 3 kilang utama, yaitu Kilang
Minyak I (FOC I, LOC I, dan Utilitas I), Kilang Minyak II (FOC II, LOC
II-III), Utilitas II), dan Kilang Paraxylene.
Bahan baku berupa crude oil jenis Arabian Crude Oil, Iran Crude Oil, dan
Basrah Crude Oil, kemudian diolah menghasilkan produk-produk di
bawah ini:
FOC : LPG, gasoline, kerosene, avtur, ADO/IDO, IFO, dan LSWR.
LOC : base oil paraffinic, minarex, aspal, slack wax, dan IFO.
Paraxylene : LPG, paraxylene, benzene, raffinate heavy-aromate, dan
toluene.
Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang profesional
dimana terdistribusi dalam 4 seksi yang tak hanya mempunyai fungsi
penanggulangan pencemaran dan keselamatan kerja tapi juga bertanggung
jawab pada peningkatan kualitas dari pelaksanaan perlindungan
lingkungan dan keselamatan kerja tersebut.
Feed untuk LOC III dipasok dari HVU I-II berupa short residue dan feed
rafinat LMO, MMO, dan DAO dari FEU. Kemudian produk akhir keluar
dari LOC III berupa HVI-95/100. HVI-160s, dan HVI-650.
LOC III terdiri dari 3 unit utama, yaitu Propane Deasphalting Unit (PDU),
Hydrotreating Unit (HTU), dan MEK Dewaxing Unit (MDU).
Di PDU terjadi proses ekstraksi dengan pelarut propane. Untuk HTU
proses yang berjalan adalah hidrogenasi dan distilasi untuk menghilangkan
VI.2. Saran
Peningkatan kinerja perlu dilakukan pada direktorat yang dimiliki PT.
Pertamina baik hulu maupun hilir dalam rangka professionalisme dan
profit perusahaan.
Etos kerja yang ditunjukkan karyawan pada umunya baik, walaupun
demikian realitas ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan.
Pererat jalinan kerjasama antara dunia pendidikan tak hanya melalui
kunjungan industri dan kerja praktek tapi dapat dicoba melalui proyek
penelitian.
Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa selama menjalani kerja
praktek, harapannya tidak hanya dilakukan dengan belajar konsep proses
pengolahan Crude Oil yang telah dituangkan dalam buku ‘Operating
Manual’, namun dapat berinteraksi langsung dalam pengamatan
pengolahan minyak mentah di kilang.