Laporan Dasar Dasar Perlindungan Tanaman
Laporan Dasar Dasar Perlindungan Tanaman
Segala puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT ,karena atas berkat rahmat dan
anugrah-Nya lah penulis dapat menyeesaikan laporan akhir pratikum mata kuliah Pengantar
Perlindungan Tanaman. Laporan ini saya selesaikan dengan tujuan untuk menuntaskan semua
praktikum Perlindungan Tanaman dan melaporkan semua hasil selama praktikum.
Saya sadari bahwa penyeleseian laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penulis sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing dan assisten labor perlindungan
tanaman dan rekan-rekan mahasisiwa yang telah memberi masukan-masukan kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mohon kritik dan sarannya kepada pembaca. Penulis berharap semoga laporan
ini dapat membantu dan berguna dalam memahami mata kuliah Pengantar Perlindungan
Tanaman.
PENDAHULUAN
Secara harfiah, perlindungan tanaman adalah segala usaha yang dilakukan manusia
untuk melindungi tanaman dari hambatan atau gangguan yang berasal dari luar yang
mengakibatkan tanaman tidak dapat menghasilkan produk sesuai dengan harapan, secara
kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Sedangkan menurut UU NO. 12 Tahun 1992 menyatakan
bahwa perlindungan tanaman adalah segala upaya mencegah kerugian pada budidaya
tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu tumbuhan.
Pertumbuhan dan hasil tumbuhan tergantung pada ketersediaan hara dan air di dalam
tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam kisaran factor-faktor
lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang mempengaruhi
kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan
produksinya, dan akan dapat menurunkan kegunaannya bagi manusia. Pathogen tumbuhan,
cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan serangga hama adalah penyebab yang sangat
umum dalam menurunkan pertumbuhan dan produksi tumbuhan.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diganggu oleh hama penyakit dan
pathogen atau oleh keadaan lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih fungsi tersebut
terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal. Penyebab utama penyakit
baik berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun faktor lingkungan fisik (fisiopath).
Mekanisme penyakit yang dihasilkan akan berbeda tergantung agensia penyebabnya dan
kadang-kdang juga bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi
terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa
reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan cepat menyebar
dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma
menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit. Berbagai macam penyakit yang dapat
menular, yaitu bakteri, jamur, virus dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang
menular adalah terjadinya interaksi yang terus meneru oleh factor biotik atau oleh factor
abiotik.
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus dengan hati-
hati dan tepat guna. Pengguanan pestisida yang berlebihan dan tidak tepat justru akan
menyebabkan bahaya lebih besar karena penggunaan pestisida secara berlebihan akan
menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu, penggunaan pestisida dan
obat-obatan anti hama dan penyakit hendaknya dipakai seminimal mungkin.
Sel dan jaringan dari tumbuhan sakit biasanya akan menjadi lemah oleh agensia
penyebab penyakit. Kemampuan sel dan jaringan tersebut dalam melaksanakan fungsi-fungsi
fisiologisnya yang normal menjadi menurun dan terhenti sehingga mengakibatkan
pertumbuhan menjadi terganggu atau menyebabkan kematian pada tumbuha itu. Jenis sel dan
jaringan yang terinfeksi akan menentukan jenis fungsi fisiologis yang mula-mula
dipengaruhinya.
Secara alamiah, hama mempunyai musuh alami yang dapat kita gunakan dalam
pengendalian hama tersebut. Namun, karena ulah manusia itu sendiri, seringkali musuh alami
hama hilang sehingga hama tersebut populasinya menjadi meledak dan tak terkendali.
Misalnya saja tikus. Musuh alami dari tikus dapat mengendalikan populasi dari tikus. Musuh
alaminya sperti ular, burung hantu dan elang. Tetapi hewan-hewan tersebut ditangkap oleh
manusia sehingga musuh alami nya mulai berkurang sehingga menyebabkan populasi tikus
menjadi banyak.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi serangga,ordo ordo
serangga,gejala serangan hama perkembangbiakan serangga,pengenalan penyakit tumbuhan
,gulma pestisida dan pengenalan OPT.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari
hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut
pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir
semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut
entomologi.
Serangga dapat merusak tanaman sebagai hama dan sumber vektor penyakit pada
manusia. Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama atau vector penyakit. Kebanyakan
serangga juga sangat diperlukan dan berguna bagi manusia. Serangga dari kelompok lebah,
belalang, jangkrik, ulat sutera, kumbang, semut membantu manusia dalam proses penyerbukan
tanaman dan menghasilkan produk makanan kesehatan (Metcalfe & William 1975). Serangga
juga sangat berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan jaring-jaring makanan di suatu
ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva serangga yang hidup di perairan) jumlahnya
sedikit, secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan dan komunitas hidup organisme
lainnya di suatu ekosistem Sungai atau Danau. Di bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk
tidak ditemukan maka keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Nazaruddin, 1993).
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasanya mencapai
lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun
sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing kelompok. Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak
memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan
keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya
disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat
oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di tiap ruas.
Tubuh serangga seperti pada belalang dan kumbang dibagi dalam tiga daerah yaitu:
Kepala, toraks, dan abdomen. Kepala terdiri dari satu segmen merupakan daerah yang jelas
pembawa kebanyakan organ sensori serangga seperti mata, antenna, dan alat mulut. Toraks
terdiri dari 3 segmen dan merupakan bagian yang terberat dari tubuh, dan pembawa kaki serta
sayap bila telah ada. Abdomen terdiri dari 11 segmen atau kurang; biasanya ia tidak mempunyai
anggota gerak, segmen pada bagian posterior mempunyai fungsi khusus untuk reproduksi.
(Triharso. 1996. 75)
Tipe perkembangan hidup serangga terbagi atas dua tipe yaitu paurometabola dan
holometabola. Pada paurometabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum
berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat
stadium dewasanya. Contoh paurometabola adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang
nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenisjenis
belalang (Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk paurometabola, nimfa dan stadium
dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama.
Dan pada holometabola. Bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenisjenis holometabola ini
sangat berbeda dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk bentuk larva seperti ulat bulu,
ulat hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan kemudian menjadi kupu-kupu indah dan
berwarna-warni. Habitat larva bisanya sangat berbeda dari habitat dewasanya. Ulat makan daun
sedangkan kupu mengisap cairan bunga. Demikian pula, larva lebah madu dipelihara oleh
pekerja (dalam koloni), makan madu; tapi lebah dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk
bunga sebagai makanannya. Contoh serangga holometabola Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu
dan ngengat (Lepidoptera) dan semut serta lebah (Hymenoptera)
Pada umumnya antena serangga terbagi menjadi 3 ruas utama yaitu scape yang merupakan
ruas pertama melekat pada kepala, ruas kedua disebut dengan pedisel, dan dan ruas ketiga
disebut dengan flagellum. Bentuk dan ukuran antena pada setiap jenis serangga berbeda beda.
Beberapa bentuk antena tersebut adalah : filiform yaitu bentuknya menyerupai benang dan pada
setiap ruas mempunyai ukuran bentuk silindris yang sama (Jumar, 2000).
Serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum, yaitu mandibulata (pengunyah)
dan haustelata (penghisap), tipe alat mulut pengunyah, mandibel bergerak secara transversal
yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah
makanannya. Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti probosis
yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap. Tipe mulut penggigit
yaitu Mulut tipe pengigit dilengkapi dengan rahang atas dan bahwa yang sangat kuat, contohnya
mulut belalang dan jangkrik. Tipe mulut penusuk-penghisap yaitu Mulut tipe penusuk-penghisap
mempunyai rahang yang panjang dan runcing . Contohnya nyamuk.
Toraks adalah bagian yang menghubungkan antara caput dan abdomen. Pada dasarnya tiap
ruas toraks pada serangga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Prothorax : bagian depan dari
thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan. Mesothorax : bagian
tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai tengah dan sepasang
sayap depan. Metathorax : bagian belakang dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi
sepasang tungkai belakang dan sepasang sayap belakang . Torak juga merupakan daerah
lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu
pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum
(Jumar, 2000).
Kata orthoptera berasal dari kata orthos (lurus) dan ptera ( sayap) . umumnya kaki
serangga ini panjang dan kuat serta dapat digunakan untuk melompat jauh. Banyak
jenis serangga ini yang dapat bersuara . suara serangga ini berasal dari bukan dari
mulut melainkan dari sayap depan yang digosokkan bersama (jangkrik). Atau sayap
muka dan sayap belakang digosok-gosokkan atau juga bagian dalam dari paha
digosok-gosokkan pada tepi sayap mukanya (belalang). Biasanya yang bersuara
hanya serangga jantan. Sayap orthoptera ada dua pasang, yaitu sepasang di depan dan
sepasang di belakang. Sayap di muka ukuranya sempit dan tebal, biasanya berwarna
seperti badannya, serta uratnya jelas. Sementara itu, sayap di belakang tipis seperti
membrane, luas, lebar dan melipat seperti kipas ketika sedang istirahat. Biasanya
terdapat satu ovipositor dan cersi. Serangga ini memiliki mulut yang berfungsi untuk
menggigit-mengunyah. Prothoraksnya besar dan jelas dan metamofosisnya bertahap.
Contohnya : bangsa belalang, jangkrik (Grylidae) dan orong-orong (Gryllotalpidae).
(Rioardi, 2009).
5. Ordo Mecoptera
Merupakan serangga-serangga bertubuh langsing, berukuran sedang dengan kepala
memanjang kebawah sebagai suatu proboscis atau rostrum, anggota ordo ini memilik
empat sayap panjang sayap belakang dan depan memiliki bentuk dan ukuran yang
sama. Larva dan imago kebanyakan bersifat predator dengan tarsus laptatorial
(anonim, 2010)
6. Ordo Coleoptera
Kata coleoptera berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu coleos yang berarti pelindung
dan ptera yang berarti sayap. Serangga ini dinamakan demikian karena sayap luarnya
mengeras seperti seludang sedangkan sayap di dalam yang tertutup tipis seperti
membran. Mulut pada tipe serangga ini adalah menggigit dan mengunyah. Makanan
imago dan larvanya berbeda, umumnya serangga dewasa memakan hewan dan
tanaman yang masih hidup maupun yang sudah mati sedangkan larvanya memakan
kompos batang dan akar pohon. Orod ini berkembang biak dengan cara holometabola
atau sempurna. Dari seluruh kelas anggota serangga 40%nya merupakan ordo
coleopteran yang terdiri dari 250 spesies lebih. Dalam ordo ini banyak yang bertindak
sebagai hama dan ada juga yang menjadi predator larva hama. Beberapa family dari
ordo ini adalah dynastidae, melolonthidae, rutelidae, lampyridae, coccinellidae,
curculionidae, histeridae, cerambycidae dan scolytidae. Contoh serangga jenis ini
adalah kumbang-kumbangan seperti kumbang kelapa, kumbang jagung, ladybug, dan
lain-lain. (Rioardi 2009)
Banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti
ekonomi penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen
tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang
sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan
tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang
berbagai macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi tersebut maka suatu
kerusakan tertentu akan tampak pada tanaman. Perkembangan selanjutnya, bagian
pathogen atau pathogen itu sendiri dapat menampakkan diri pada permukaan tanaman
inang yang abnormal. Abnormalitas atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh
tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyakit-penyakit (pathogen)
tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi
tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnya miselium jamur, spora
atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium, koloni baketri yang berupa
lendir, dan sejenisnya.
Parasit yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian
vegetatifnya di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi
walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman
yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selan itu
sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman.
Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif
dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat. Dalam
hubungan ini untuk penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen yang
terlihat:
• Mildew
• Downy Mildew
• Powdery Mildew
Merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai
lapisan pupur.
• Karat
Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora
yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan).
• Smut (Gosong)
Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ
perbungaan, batang, daun dan sebagainya.
• Kudis
Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk
agak kasar seperti kudis.
• Cacar
Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan
pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah.
Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitam. Bagian yang hitam
tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan.
Perubahan yang ditunjukkan suatu penyakit dapat hanya setempat atau menyeluruh.
Abnormalitas yang timbul hanya setempat atau hanya terbatas pada daerah tertentu
saja di bagian tubuh tanaman disebut abnormalitas lesional atau local, sedangkan
abnormalitas yang timbul pada seluruh tubuh tanaman disebut abnormalitas sistemik.
Abnormalitas yang tampak sebenarnya disebabkan oleh adanya perubahan sel-sel
bagian tanaman yang bersangkutan.
Perkembang biakan serangga umumnya secra perkawinan aseksual yang berarti sel
telur mengalami perkembangan jika bertemu dengan sperma dari yang jantan. Pada
umunya serangga betina bertelur dan serangga tersebut disebut ovipar. Ada juga
serangga yang berkembang biak tanpa pembuahan, perkembangan tersebut disebut
parthenogenesis, sedangkan perkembang biakan dari satu sel telur menjadi banyak
embrio disebut polyembriani.
Perkembangan dari setipa serangga terdiri atas tiga tahap utama embrio, masa belum
dewasa, dan masa dewasa. Serangga makan dan tumbuh menyusul penetasan,
berganti kulit beberapa waktu sampai tingkat reproduksi dewasa
tercapai.(Sunarjo.P.I.1990:147)
2.5 Pengenalan Penyakit Tumbuhan
Karakteristik
a. Jamur
Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukariotik)
biasanya berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya
mengandung kitin, selulosa atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof,
absortif dan membentuk beberapa macam spora.
Berdasarkan jumlah sel per individunya,jamur dibedakan menjadi dua
golongan yakni jamur dengan satu sel atau khamir (yeast) dan jamur beneng atau
hanya disebut jamur saja. Bagian vegetative parasit biasanya berupa benang-
benang disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium. Miselium
kebanyakan jamur adalah hialin (tidak berwarna). Jika berwarna, maka ini
mempunyai pigmen yang menyebabkan warna kelam mirip dengan melanin yang
kebanyakan terikat pada dinding sel. Hifa yang membentuk konidium atau yang
melindungi alat-alat perkembangbiakan kebanyakan berwarna kelam. Klasifikasi
Jamur :
- Zygomycota
Zygomycota adalah jamur yang disebut demikian karena
reproduksinya menghasilkan zigot. Cirinya adalah sebagai berikut:
1. Hifanya tidak bersekat
2. Intinya haploid
3. Berbentuk benang hifa yang umumnya bersekat
4. Multiseluler
5. Bersifat senositik
- Ascomycota
Ascomycota diberi nama demikian karena ia bereproduksi
menggunakan askus sebagai alatnya. Jenis ini memiliki paling banyak
jenis dibandingkan yang lainnya dan banyak dipakai di industry
makanan. Cirinya adalah sebagai berikut:
1. Hifa bersekat dan senositik
2. Bersifat saprofit, parasit, atau bersimbiosis
3. Alat reproduksi disebut askus
4. Uniseluler dan multiseluler
- Basidiomycota
Basidiomycota adalah jamur yang disebut demikian karena memiliki
alat reproduksi yang disebut basidiokarp. Cirinya adalah sebagai
berikut:
1. Hifa bersekat
2. Bersifat saprofit atau parasit
3. Dapat berbentuk lembaran atau bertudung
4. Tubuh buahnya disebut basidiokarp dengan tudungnya yang disebut
basidium, yang mengandung basidiospora.
- Deuteromycota
Deuteromycota adalah jamur yang disebut fungi imperfecti (jamur
tidak sempurna) karena tidak diketahui reproduksi seksualnya. Jamur
ini multiseluler dengan hifa bersekat dan bereproduksi vegetatif
dengan konidiospora. Hidup jamur ini bersifat saprofit atau parasit.
b. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal, tidak
berklorofil, dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Sebenarnya bakteri
termasuk tanaman tetapi tidak berklorofil, tidak berplastida, dan bersel satu
berukuran kurang lebih 0.0003-0.025 milimikron, dengan kemampuan
berkembangbiak yang sangat tinggi. Bentuknya bermacam-macam ada yang bulat
berupa kokus, diplokokus, streptokokus, tetrakokus dan stafilokokus. Batang
berupa basilus, diplobasilus, dan streptobasilus, bulat panjang, koma dan spiral.
Kulitnya lunak terdiri dari selulosa dan kitin seperti tanaman.
Pada bakteri yang menimbulkan kerusakan pada benda-benda hidup
dinamakan pathogen atau penyebab sakit. Bakteri pathogen umumnya hanya
hidup dalam bentuk sel tubuhnya yang dapat masuk kedalam tubuh tanaman
melalui luka-luka. Untuk bakteri yang memanfaatkan benda mati disebut bakteri
saprofit yang bias mengeluarkan racun agar bias mengurangi benda tersebut
menjadi humus, dan dimanfaatkan oleh tanaman hidup. Adapun bakteri yang
kerjasama (simbiose) dengan tanaman adalah bakteri rhizobium yang membentuk
bintil-bintil akar.
c. Virus
Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu
atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks.
Asam nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan
substansi viral (asam nukleat dan protein).
Virus merupakan agen penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga
hanya dapat dilihat dengan mikroskop electron. Hasil pengamatan mikroskop
electron, virus dapat dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu berbentuk batang kecil,
benang dan bola. Virus hanya dapat bertambah banyak dalam sel yang hidup.
Oleh karena hal tersebut maka virus dapat dimasukkan sebagai parasit yang
biotrof.
d. Nematoda
Tanaman-parasit nematoda dibedakan oleh ukurannya yang kecil, sekitar 1
mm panjang rata-rata, dan mulut yang dimodifikasi untuk membentuk berongga
stilet yang dimasukkan ke dalam sel tanaman. Semua parasit tanaman yang
ditempatkan ke dalam dua perintah, Tylenchida dan Dorylaimida. (Purwantisari,
2008)
Faktor Biotik
Sering disebabkan penyakit infektif. Penyebab yang bersifat biotic disebut
juga “pathogen” yang berasal dari bahasa latin “pathos” yang berarti sakit dan
“gene” yang berarti penyandi sifat. Disebabkan oleh pathogen berupa: Jamur,
baktei, mikoplasma, virus, viroid, nematode, protozoa, tanaman tingkat tinggi
(Satrahidayat, 2011)
2.7 Gulma
Pengertian Gulma
Gulma atau sering juga disebut ‘tumbuhan pengganggu’ selalu
dikendalikan oleh petani atau pekebun karena mengganggu kepentingan
petani/pekebuntersebut. Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman
utamaterhadap kebutuhan sumberdaya (resources) yang sama yaitu unsur hara,
air, cahaya, dan ruang tumbuh. Sebagai akibat dari persaingan tersebut,produksi
tanaman menjadi tidak optimal atau dengan kata lain adakehilangan hasil dari
potensi hasil yang dimiliki tanaman.
Kehilangan hasil tanaman sangat bervariasi, dipengaruhi oleh sejumlah
faktor, antara lain kemampuan tanaman berkompetisi (beda jenis/kultivar berbeda
kemampuan bersaing), jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, teknik
budidaya, dan durasi mereka berkompetisi. Kehilangantersebut terbagi dua
kategori, langsung dan tidak langsung.Gulmaberpengaruh langsung terhadap
tanaman utama dengan adanya kompetisiterhadap nutrient, air, dan cahaya.
(Edison Purba, 2009)
Gulma adalah tumbuhan yang keberadaannya dapat menimbulkan
gangguan dan kerusakan bagi tanaman budidaya maupun aktivitas manusia dalam
mengelola usahataninya (Kastono, 2004).
Gulma yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan
penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir.Adanya gulma tersebut
membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya
sasaran produksi pertanaman pada umumnya.Usaha manusia dalam mengatasi hal
tersebut dapat berupa pemberantasan atau pengendalian, tergantung pada keadaan
tanaman, tujuam bertanam, dan biaya.Budidaya pada tanaman dan pengelolaan
masih merupakan usaha yang cukup memadai dalam pertanian.Dengan
ditemukannya herbisida, peristiwa peracunan dan dosis dalam derajad
pengendalian masih perlu dipertimbangkan, demikan pula tentang selektivitas
“mode of action” dan efek residu.Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma
itu benar-benar “jahat”, tumbuh di suatu tempat tertentu dalam lintasan yang
cukup sempit dan dapat membahayakan lingkungan.Dengan demikian tujuan
pemberantasan gulma semata-mata untuk membasmi tumbuhnya tumbuhan itu
selengkapnya.
Adapun pengendalian dilaksanakan, bila gulma tumbuh pada area tertentu
disekitar pertanaman, dan tidak seluruh waktu tumbuh gulma akan mempengaruhi
pertumbuhan pertanaman seluruhnya. Hanya pada saat-saat tertentu (saat periode
kritis) saja gulma tersebut harus diberantas.Dengan demikian tujuan
pemberantasan dan pengendalian gulma berbeda. Pengendalian gulma
dilaksanakanpada saat tertentu, yang bila tak diberantas pada saat itu akan benar-
benar menurunkan hasil akhir pertanaman. Pengendalian terhadap gulma yang
berkembang luas dan sulit untuk dibasmi secara menyeluruh, bila dikerjakan akan
memakan biaya cukup mahal dan hasil pertanaman secara ekonomis tidak
memadai. Pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan jika kita telah memiliki
pengetahuan tentang gulma itu.
Bagaimana gulma itu dibiakan, disebarkan, bagaimana bereaksi dengan
perubahan lingkungan, dan bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan
tersebut, ataupun bagaiman tanggapnya terhadap perlakuan zat kimia, serta
panjang siklus hidupnya, seperti annual, biennial, dan perennial. Namun panjang
siklus hidup ini beragam dengan beda iklim.
Penggolongan Gulma
a. Berdasarkan morfologinya gulma dapat dibedakan menjadi :
1. Golongan Rerumputan (Gulma Berdaun Sempit/ Grasses)
Golongan rerumputan mencakup jenis gulma yang termasuk dalam
famili gramineae. Selain merupakan komponen terbesar dari seluruh
populasi gulma, famili ini mempunyai daya adaptasi yang cukup
tinggi, distribusi amat luas dan mampu tumbuh baik pada lahan kering
maupun tergenang. Contoh: Alang-alang, rumput pahit, jampang pahit,
kakawatan, gerinting, jejagoan, glagah, jejahean dan bebontengan.
2. Golongan Teki (Sedges)
Golongan teki meliputi semua jenis gulma yang termasuk kedalam
famili Cyperaceae. Golongan teki terdiri dari 4000 spesies, lebih
menyukai air kecuali Cyperus rotundus L. Contoh: rumput teki,
walingi, rumput sendayan, jekeng, rumput 3 segi, dan rumput knop
2.7 Pestisida
Hasil pertanian di Indonesia semakin meningkat dengan menggunakan pestisida,
Petani menjadi senang dengan melihat hasil tanam yang melimpah serta tidak rusak
diganggu dengan hama dan gulma. Penggunaan pestisida sudah sangat meluas, berkaitan
dengan dampak positifnya, yaitu meningkatnya produksi pertanian dan menurunnya
penyakit-penyakit yang penularannya melalui perantaraan makanan (foodborne diseases)
atau pun vektor (vector-borne diseases). (Weiss et al 2004).
Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida, yang berarti
pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai hama. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang
dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan, membuat
mandul, sebagai pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT.
Jenis-Jenis pestisida
Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 Tahun 1973, yang dimaksud dengan
Pestisida ialah Semua zat kimia dan bahan-bahan lain serta zasad-zasad renik dan virus
yang digunakan untuk:
• Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,
bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian.
• Memberantas rerumputan
• Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tak diinginkan.
• Mencegah hama-hama air.
• Membrantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia.
Berikut ini jenis-jenis pestisida yg umum berdasarkan kegunaanya.
1 . Orgahochlorine
Pestisida jenis ini mengandung unsur-unsur Carbon, Hidrogen, dan Chlorine.
Misal : DDT
2 . Orgahoposphate
Pestisida yang mengandung unsur : P, C, H misal : tetra ethyl phyro posphate
(TEPP )
3. Carbonate
Pestisida yang mengandung gugus Carbonate. Misal : Baygon, Sevin dan
Isolan.
4. Lain-Lain
Diluar ketiga jenis diatas, pestisida ini mengandung senyawa organik, serychin,
senyawa sulphur organik dan dinytrophenol.
Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan tidak
menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat sampingan yang
terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan merosotnya hasil panen,
penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencegah
atau mengurangi serangga hama antara lain:
• pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam,
• memilih varietas yang tahan lama,
• memanfaatkan musuh-musuh alami serangga,
• penggunaan hormon serangga,
• pemanfaatan daya tarik seks pada serangga
• sterilisasi.
b. Kultivar tahan
Dengan cara menghasilkan tanaman yang tahan terhadap penyakit ( melakukan rekayasa
pada tanaman tersebut). Contoh kapas transgenic.
c. Cultural
- Pengolahan tanah atau menggunakan tanha yang steril
- Penggunaan benih yang sehat
d. Agens Hayati
Dengan cara memanfaatkan mikroorganisme untuk mengendalikan pathogen.
e. Kimia
Dengan menggunakan pestisida.