Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah S.W.T atas segala rahmat,
karunia serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja Lapang ini dengan judul “Teknik Perbanyakan Tanaman Sawo Manila
(Manilkara zapota L.) dengan Metode Cangkok Kerat di Balai Pelatihan dan
Pengembangan Masyarakat PT. Arara Abadi”. sesuai dengan waktu yang
ditetapkan. Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang mana berkat rahmat beliau kita dapat merasakan dunia
yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Ayahanda Sugianto dan Ibunda Resveri yang telah memberikan dukungan
moril maupun materil dalam penulisan laporan ini.
2. Bapak Dr. Tahrir Aulawi, S.Pt., M.Si ,selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan serta dukungan lainnya dalam
penulisan laporan ini.
3. Bapak Ir. Achmad Syafruddin, selaku Koordinator di BPPM, yang tela
memberikan ilmu serta bimbingannya selama PKL.
4. Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam, M.Si ,selaku Ketua Program Studi
Agroteknologi.
5. Teman – teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan
6. Serta seluruh karyawan dan LBS yang berada di BPPM, yang telah bersedia
bekerja sama dengan penulis.
Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi. Semoga laporan
praktek kerja lapang ini bermanfaat bagi kita semua baik masa kini maupun untuk
masa yang akan datang.

Pekanbaru, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vi

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Tujuan ........................................................................................... 3
1.3. Manfaat ......................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4


2.1. Sejarah Tanaman Sawo ................................................................. 4
2.2. Morfologi Tanaman Sawo Manila ................................................ 5
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawo Manila ........................................ 7
2.4. Teknik Perbanyakan Vegetatif Secara Cangkok ........................... 7

III. METODE PELAKSANAAN……………………………………… 9


3.1. Tempat dan Waktu ........................................................................ 9
3.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 9
3.3. Metodologi ................................................................................... 9
3.4. Pengamatan ................................................................................... 10
3.5. Kegiatan Praktek Kerja Lapang .................................................... 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………... 13


4.1. Tempat Praktek Kerja Lapang ...................................................... 13
4.2. Teknik Mencangkok pada Tanaman Sawo Manila ....................... 17
4.3. Parameter Pengamatan .................................................................. 23

V. PENUTUP…………………………………………………………… 24
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 24
5.2. Saran ............................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25


LAMPIRAN .............................................................................................. 27

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Daftar Kultivar Sawo yang Sering Dibudidayakan .............................. 4
3.1 Jadwal Kerja Lapangan Mahasiswa PKL di BPPM. ............................ 9
3.2 Jadwal Pemberian Materi Mahasiswa PKL di BPPM.......................... 10
4.3 Parameter Tingkat Keberhasilan Cangkok........................................... 21

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Morfologi Tanaman Sawo Manila ..................................................... 5
4.1. Peta Wilayah BPPM ............................................................................. 13
4.2. Struktur Organisasi BPPM PT. Arara Abadi ....................................... 14
4.3. Alat dan Bahan ..................................................................................... 16
4.4. Pemilihan Batang Tanaman Induk ....................................................... 16
4.5. Mengupas Kulit Kayu .......................................................................... 17
4.6. Membersihkan Kambium ..................................................................... 18
4.7. Penempelan Media Cangkok................................................................ 19
4.8. Pembungkusan Media Cangkok ........................................................... 19

iv
DAFTAR SINGKATAN

BPPM Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat


PKL Praktik Kerja Lapang
CD-CSR Comunity Development-Corporate Social Responsibility
UKM Usaha Kecil dan Menengah
ICDF International Coorperation and Development Found

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Agenda Kegiatan Praktek Kerja Lapang ............................................... 24
2. Dokumentasi Praktek Kerja Lapang ...................................................... 26
3. Jurnal Harian.......................................................................................... 29

vi
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya,
berbagai macam plasma nutfah dapat hidup di Indonesia. Hal itu dikarenakan
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki iklim tropis. Tanaman
yang dapat hidup di Indonesia pun berbagai macam, salah satunya adalah tanaman
sawo. Tanaman sawo banyak dikembangkan di Indonesia karena sawo merupakan
tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Sawo (Manilkara zapota L.), juga dikenal dengan nama sapodilla (Inggris)
merupakan tanaman buah yang berasal dari Amerika Tengah. Sawo tumbuh liar di
hutan-hutan Amerika Tengah dan Mexico, dimana pohonnya disadap untuk
diambil getahnya, dan getahnya diolah menjadi bahan dasar permen karet. Dari
sana Sawo tersebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia dimana merupakan
tempat sawo tumbuh secara komersial (Rozika et al, 2013).
Sawo (Manilkara zapota L.) merupakan salah satu jenis tanaman buah-
buahan yang mudah ditemukan di negara tropis terutama di Indonesia. Sawo
memiliki nilai ekonomi yang tinggi dimana seluruh bagiannya dapat
dimanfaatkan. Daging buah tebal dan memiliki citarasa yang khas menjadi daya
tarik bagi konsumen. Selain itu, kayu pohon sawo merupakan salah satu jenis
kayu mewah yang banyak digunakan oleh pengrajin kayu terutama untuk industri
ukiran, bangunan dan perabot rumah tangga. Daun dan buah sawo yang masih
mentah dapat pula dijadikan obat herbal. Getah pohon ini digunakan sebagai
bahan baku pembuatan permen karet dan menambal gigi, khususnya di Meksiko
(Kusmiyati et al, 2014)
Menurut Yuniastuti (2008) menyatakan bahwa potensi sawo belum banyak
digali dan dimanfaatkan. Hal ini karena kurangnya informasi mengenai manfaat,
kegunaan, sifat dan budidayanya. Teknik pemuliaan sawo yang tepat diperlukan
untuk mempertahankan keunggulan suatu varietas, salah satunya dengan
penyediaan bibit berkualitas sebagai upaya peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi tanaman. Upaya pemenuhan kebutuhan bibit yang berkualitas dapat

1
diperbanyak secara generatif menggunakan biji dan vegetatif seperti cangkok,
stek, okulasi, penyambungan dan kultur jaringan.
Perkembangbiakan secara vegetatif dapat dilakukan salah satu bagian dari
tanaman seperti daun, akar, batang maupun sel tanaman tersebut.
Perkembangbiakan secara vegetatif meliputi stek, cangkok, perundukan,
penyusuan, kultur jaringan dan lain sebagainya (Cahyati dan Hamawi, 2017).
Kegiatan perbanyakan tanaman dengan mencangkok merupakan kegiatan yang
biasa dilakukan di nursery tanaman buah. Tanaman induk yang akan dicangkok
dipilih karena karakternya yang diinginkan. Tanaman induk juga harus memiliki
kesehatan yang baik, agar tanaman yang dihasilkan juga tidak penyakitan maupun
abnormal dalam pertumbuhannya. Tanaman induk diusahakan setelah dicangkok
tidak mati sehingga dapat berkembang kembali dan menjadi tanaman induk untuk
dicangkok di kemudian hari lainnya (Prastowo, 2006).
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif yang
bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan (Kuswandi, 2013). Pencangkokan dilakukan
dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung
pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa
sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah
luka yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan
cangkokan cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan
kompos dan dibalut dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan
telah menghasilkan sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong
dan ditanam di lapang (Ashari, 2006).
Untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa program studi Agroteknologi
perlu adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Praktek kerja lapangan
adalah suatu kegiatan untuk menambah pengalaman kerja praktis dan
keterampilan mahasiswa yang sesuai dengan bidang studinya dan kemampuan
analisis mahasiswa berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah. Dengan dilaksanakan
kegiatan PKL ini tentunya akan membantu mahasiswa dalam mendalami
keterampilannya.

2
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang adalah di Balai Pelatihan dan
Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi. Lokasi ini dipilih karena
Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi dikenal
sebagai perintis kegiatan pelatihan dan pengembangan budidaya tanaman
hortikultura serta penggerak utama di daerah Pinang Sebatang, Kecamatan
Tualang, Kabupaten Siak. Kegiatan yang ada di BPPM PT. Arara Abadi ini
meliputi budidaya tanaman, pembuatan kompos, dan juga perbanyakan tanaman
secara vegeratif seperti cangkok, sambung pucuk, dan penyusuan.. Penulis tertarik
untuk mempelajari cangkok kerat pada tanaman sawo manila karena cangkok
merupakan salah satu perbanyakan tanaman yang akan menghasilkan tanaman
baru dengan sifat yang sama seperti induknya serta jumlah tanaman yang lebih
banyak dalam waktu singkat, cangkok juga merupakan perbanyakan vegetatif
yang memiliki tingkat keberhasilan lebih besar dibandingkan perbanyakan secara
vegetatif lainnya.. Melalui Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, diharapkan
mahasiswa memperoleh gambaran nyata tentang teknik perbanyakan secara
vegetatif khususnya perbanyakan dengan cangkok kerat pada tanaman sawo
manila di Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT.
Arara Abadi.

1.2. Tujuan
Tujuan praktek kerja lapang adalah :
1. Untuk mengetahui teknik perbanyakan tanaman sawo manila dengan metode
cangkok kerat.
2. Untuk mengetahui masalah dan kendala selama melakukan perbanyakan
tanaman sawo manila dengan metode cangkok kerat.

1.3. Manfaat
Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah meningkatkan
pengetahuan Mahasiswa Praktek Kerja Lapang tentang pencangkokan sawo
manila. Menambah pengalaman bagi penulis terkait perbanyakan vegetatif
tanaman sawo manila dengan metode cangkok kerat serta mengetahui kendala
selama pencangkokan di BPPM PT. Arara Abadi.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tanaman Sawo


Sawo merupakan tanaman endemis yang berada di kawasan tropis
Amerika Tengah, menyebar dari Meksiko hingga Guatemala, Salvador, dan
Honduras Utara. Dewasa ini, tanaman sawo sudah mulai dan banyak menyebar
hampir di seluruh kawasan tropis (Ashari, 2006). Awalnya, sawo dibudidayakan
di Chili untuk diambil lateksnya. Akan tetapi saat ini, sawo telah dibudiayakan
untuk diambil buahnya yang manis untuk di konsumsi atau sekedar untuk hiasan
(Peter et al., 2002). Menurut Paull (2012) Kultivar sawo yang biasanya di
budidayakan yaitu dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Daftar Kultivar Sawo yang Sering Dibudidayakan


Nama Kultivar Negara Asal Bentuk dan Warna Buah
Alano USA (Hawaii) Kerucut bundar dan coklat muda
Betawi Indonesia Berbentuk kerucut
Brown Sugar USA Bulat telur dan coklat muda
Gonzalez Philippines Lonjong, coklat muda dan gatal
Hasya Mexico Kerucut dan coklat muda
Makok Thailand Elips dan coklat muda
Modello USA Elips, coklat muda dan memiliki bercak
Molix Mexico Oval
Morena Mexico Oval
Oxkutzcab Mexico Agak Bulat
Profilic USA Bulat telur dan sedikit bercak
Russel USA Bulat mengerucut dan bercak coklat
Tikal USA Elips dan coklat sedikit kabur
Kecik Indonesia Bulat telur kecil
Duren Indonesia Bulat telur, hijau kekuningan
Manila Indonesia Bulat telur, bewarna coklat kemerahan

4
Menurut Irham (2006) Tanaman sawo diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae; Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji); Kelas :
Dicotyledonae ( biji berkeping dua); Ordo : Ericales; Famili : Sapotaceae; Genus :
Manilkara; Spesies : Manilkara zapota. Sawo manila adalah pohon buah yang
berumur panjang. Tanaman ini diperkirakan berasal dari Amerikatropis -seperti
Guatemala, Meksiko, dan Hindia Barat- dan di Jawa, tumbuhan ini bisa didapati
di dataran rendah. Para penjajah bangsa Spanyol membawanya dari Meksiko ke
Filipina, dan kemungkinan dari sana menyebar ke Asia Tenggara.
Dari total 16 kultivar yang ada, 4 diantaranya dibudidayakan di Indonesia
yaitu Sawo Betawi, Sawo Kecik, Sawo Duren, dan Sawo Manila. Jenis sawo yang
paling banyak di budidayakan di Indonesia adalah Sawo Manila karena Sawo
Manila merupakan buah yang sangat popular di Asia Tenggara. Sawo Manila
disukai terutama karena rasanya yang manis dan daging buahnya yang lembut.
Biasanya Sawo Manila dimakan langsung dalam keadaan segar, akan tetapi dapat
pula diolah menjadi berbagai macam makanan lainnya. Getah pohon Sawo Manila
ini dapat diolah menjadi bahan baku industry seperti lem, permen karet, dan
penambal gigi.

2.2. Morfologi Tanaman Sawo Manila


Sawo manila (Manilkara zapota L.) adalah pohon buah yang dapat
berbuah sepanjang tahun. Sawo manila memiliki pohon yang besar dan rindang,
dapat tumbuh hingga setinggi 30-40 m. Bunga tunggal terletak di ketiak daun
dekat ujung ranting, bertangkai 1-2 cm, kerapkali menggantung, diameter bunga
s/d 1,5 cm, sisi luarnya berbulu kecoklatan, berbilangan 6. Kelopak biasanya
tersusun dalam dua lingkaran; mahkota bentuk genta, putih, berbagi sampai
setengah panjang tabung (Sudrajad dan Megawati, 2010)
Daun tunggal, terletak berseling, sering mengumpul pada ujung ranting.
Helai daun bertepi rata, sedikit berbulu, hijau tua mengkilap, bentuk bundar-telur
jorong sampai agak lanset, 1,5-7 x 3,5-15 cm, pangkal dan ujungnya bentuk baji,
bertangkai 1-3,5 cm, tulang daun utama menonjol di sisi sebelah bawah.
Bercabang rendah, batang sawo manila berkulit kasar abu-abu kehitaman sampai
coklat tua. Seluruh bagiannya mengandung lateks, getah berwarna putih susu yang
kental (Rozika et al, 2013).

5
Buah buni bertangkai pendek, bulat, bulat telur atau jorong, 3-6 x 3-8 cm,
coklat kemerahan sampai kekuningan di luarnya bersisik-sisik kasar coklat yang
mudah mengelupas, sering ada sisa tangkai putik yang mongering di ujungnya.
Berkulit tipis, daging buah lembut, coklat kemerahan sampai kekuningan, manis
dan mengandung banyak sari buah. Berbiji sampai 12 butir, namun kebanyakan
kurang dari 6, lonjong pipih, hitam atau kecoklatan mengkilap, panjang lebih
kurang 2 cm, keping biji berwarna putih lilin (Rozika et al, 2013). Morfologi
sawo manila dapat dilihat pada Gambar 2.1

a).Pohon b).Daun c).Bunga

d).Buah e).Daging Buah f). Biji

Gambar 2.1. Morfologi Tanaman Sawo Manila : a).Pohon; b).Daun; c).Bunga;


d).Buah; e).Daging Buah; f).Biji. (Sumber :.faunadanflora.com)

6
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Sawo Manila
Sawo manila banyak ditanam di daerah dataran rendah, meski dapat
tumbuh dengan baik hingga ketinggian sekitar 2500 m di atas permukaan laut.
Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan
angin keras. Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada
umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak. Tanaman ini
diperkirakan berasal dari daerah Guatemala, Meksiko dan Hindia Barat. Bangsa
Spanyol sebagai penjajah membawa buah ini dari Meksiko ke Filipina, dan
kemungkinan dari sana menyebar ke Asia Tenggara. Kini sawo manila telah
ditanam di banyak daerah tropis di dunia (Kusmiyati et al, 2014)
Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung
berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase
baik. Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok
untuk ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), alluvial loams
(daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung) (Kusmiyati et al,
2014)
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan
tanaman sawo adalah antara 6–7. Kedalaman air tanah yang cocok untuk
perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm. Curah hujan
yang ideal untuk tanaman sawo adalah antara 1.250 sampai 2.500 mm/tahun dan
tersebar merata sepanjang tahun. Tanaman ini resisten terhadap kekeringan dan
memiliki toleransi terhadap salinitas tanah sampai 6 dS/m (Kusmiyati et al, 2014)

2.4. Teknik Perbanyakan Vegetatif Secara Cangkok


Perbanyakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat
oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan sel,
spora, tunas, rhizome dan geragih. pembiakan vegetatife buatan dimanfaatkan
mealui stek, cangkok, okulasi dan sambung (Gunawan, 2014)
Menurut Hani (2009) Kelebihan bibit dari hasill perbanyakan vegetatife
dibandingkan cara generatife adalah : 1) umur berbuah lebih cepat, 2) aroma dan
cita rasa buah tidak menyimpang dari sifat induknya, 3) diperoleh individu baru
dengan sifat unggul lebih banyak. Selain itu keunggulan dari perbanyakan

7
vegetatif ialah biaya lebih murah dibandingkan dengan cara perkembangbiakan
secara generatif
Perbanyakan vegetatif adalah teknik perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti tunas, batang, akar dan
kultur jaringan serta transgenik tanpa melalui perkawinan (Prastowo, 2006).
Cangkok merupakan teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara
menginduksi atau menumbuhkan perakaran dicabang atau ranting pohon sehingga
menjadi bibit tanaman atau tanaman baru. Cangkok cocok dilakukan untuk
tanaman yang sulit diperbanyak secara stek, okulasi dan sambung (Gunawan,
2014).
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif yang
bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan
mengupas kulit sekeliling batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman
yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian rupa sehingga lapisan
kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka yang dibuat
cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan cepat
berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut
dengan sabut kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan
sistem perakaran yang bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapang
(Ashari, 2006).
Cangkok cocok dilakukan untuk tanaman yang sulit diperbanyak secara
stek, okulasi dan sambung. Keunggulan perbanyakan secara vegetatif ini adalah
menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan pohon induknya.
Selain itu, tanaman yang berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih cepat
berbungan dan berbuah.Cangkok merupakan alternatif cara perbanyakan tanaman
untuk tanaman yang mudah patah. Khususnya untuk tanaman dewasa yang tidak
dapat diperbanyak secara sambung atau okulasi (Gunawan, 2014).

8
III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu


Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Balai Pelatihan
dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) yang merupakan unit kerja PT. Arara
Abadi (Sinarmas Forestry). Terletak di Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan
Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang (PKL) ini dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai pada Tanggal 8
Juli sampai dengan 7 Agustus 2019.

3.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan untuk mencangkok tanaman sawo manila adalah
pohon induk sawo manila, tanah hitam untuk media penempelan, air untuk
melunakkan tanah, plastik bening untuk membungkus dan tali rafia. Sedangkan
peralatan yang digunakan adalah gunting okulasi untuk memotong dan
memangkas dahan yang menggangu, pisau cangkok/cutter bersih untuk mengupas
kulit tanaman, ember untuk tempat media tanah dan kamera.

3.3. Metodologi
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan hasil Praktek Kerja
Lapang adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Mahasiswa melakukan pengamatan secara langsung kepada objek yang
diteliti, baik teknik mencangkok maupun keadaan tempat Praktik Kerja Lapang.
2. Metode wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan informasi dengan
melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak instansi yang
bersangkutan. Dalam hal ini penulis mewawancarai pimpinan, pembimbing
lapangan, dan karyawan ditempat Praktik Kerja Lapang.
3. Metode praktik
Praktik adalah kegiatan dimana mahasiswa terjun secara langsung dalam
kegiatan yang dilakukan oleh pihak Balai Pelatihan dan Pengembangan
Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi. Metode ini bertujuan agar mahasiswa

9
memahami dan mendapatkan ilmu serta pengalaman secara langsung dalam
bidang yang dilaksanakan.
4. Studi pustaka
Penulis mencari referensi untuk melengkapi data-data agar memperoleh
hubungan antara teori dan aplikasinya dilapangan tempat penulis melaksanakan
praktik kerja lapang. Data tersebut berupa buku, arsip, jurnal, internet, dan lain
sebagainya yang bersifat informatif dan relevan.

3.4. Pengamatan
Kegiatan pengamatan pada pencangkokan sawo manila adalah mengamati
secara langsung bagian tanaman yang akan dicangkok dengan kriteria batang
berukuran 1 – 1,5 cm, tidak terlalu tua dan terlalu muda serta terhindar dari hama
dan penyakit. Mengamat panjang batang yang akan disayat dan mengamati
media yang digunakan, dengan kriteria hitam dan berhumus.
Perlakuan yang dilakukan adalah panjang sayatan yang berbeda, yang
terdiri dari 3 macam perlakuan yaitu 3 cm, 5 cm, dan 7 cm. Percobaan dilakukan
pada masing-masing 5 sampel cabang tanaman sawo, dan total semuanya terdiri
dari 15 sampel. Hasil yang diamati adalah tingkat keberhasilan pertumbuhan akar
pada media cangkok.

3.5. Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilakukan selama satu Bulan di Balai
Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) dengan cara pembagian
wilayah kerja setiap tiga Hari dengan setiap pembimbing lapangan yang berbeda.
Dalam 1 Bulan ada total 7 materi yaitu Kebersihan dan pembungkusan buah,
Nursery/Pembibitan, Kompos, Hama dan Penyakit, Perbanyakan Tanaman
Khusus, Demplot, Perbanyakan Tanaman. Kegiatan kerja dilakukan pada Hari
Senin sampai Jum’at, sedangkan Sabtu dan minggu adalah hari libur. Waktu
kegiatan kerja dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Jadwal Kerja Lapangan Mahasiswa PKL di BPPM.
Hari Mulai Selesai
Senin – Kamis Pukul 07.00 WIB Pukul 11.30 WIB
Jum’at Pukul 07.00 WIB Pukul 11.00 WIB

10
Waktu jam kerja yaitu pada pukul 07.00 melaksanakan kegiatan rutin apel
pagi, dilanjutkan dengan kegiatan yang telah ditetapkan hingga pukul 11.30 WIB
dan pada 11.30 – 13.30 WIB adalah waktu istirahat, dilanjutkan pada pukul 13.30
– waktu Ashar tiba merupakan pemberian materi di pendopo. Kegiatan bekerja
dilakukan mulai Senin sampai dengan Jumat, sedangkan Sabtu dan Minggu,
mahasiswa praktek kerja lapang mengisi waktunya dengan olahraga dan kegiatan
lainnya. Dalam kegiatan praktik kerja lapang di Balai Pelatihan dan
Pengembangan Masyarakat (BPPM), mahasiswa lebih banyak mempelajari
perbanyakan tanaman secara vegetatif seperti cangkok, sambung susu dan
sambung pucuk dengan berbagai macam komoditi yang ada dilokasi praktek kerja
lapang.
Kemudian kegiatan praktek kerja lapang bukannya hanya sekedar bekerja
praktek di lapangan saja. Namun ada juga pemberian materi untuk menambah
wawasan Mahasiswa Praktek Lapang. Pemberian materi ini dilakukan setelah
Istirahat jam kerja atau mulai pukul 13.30 WIB. Waktu pemberian materi dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Jadwal Pemberian Materi Mahasiswa PKL di BPPM
Hari Mulai Selesai
Senin – Kamis Pukul 13.30 WIB Pukul 15.30 WIB
Jum’at Pukul 14.00 WIB Pukul 15.30 WIB

Pemberian materi kepada mahasiswa praktek kerja lapang dilakukan setiap


Hari Senin sampai Jum’at, setelah jam istirahat. Pada Hari Senin sampai Kamis,
pemberian materi dimulai pada pukul 13.30 WIB dan selesai pukul 15.30 WIB
atau sampai memasuki waktu sholat Ashar. Sedangkan pada Hari Jum’at dimulai
dengan waktu yang lebih lama yaitu, pukul 14.00 WIB dan selesai pada pukul
15.30 WIB atau sampai memasuki waktu sholat Ashar. Hal ini dikarenakan
mahasiswa yang beragama islam harus melaksanakan sholat jum’at dan yang
wanita diizinkan belanja keluar, sehingga membutuhkan waktu yang lama
dibandingkan hari lainnya.

11
Pemberian materi ini dilakukan atau dilaksanakan dipendopo. Pemberian
materi diberikan oleh pembimbing yaitu Bapak Ir. Achmad Syafruddin. Pada
waktu tertentu, pihak BPPM juga mendatangkan pihak lain untuk memberikan
materi kepada Mahasiswa Pratek Kerja Lapang. Pemberian materi berupa
cangkok tanaman pepaya, cangkok belah jambu citra, perbanyakan tanaman
durian dengan teknik sambung susu, perbanyakan tanaman jambu air dengan
teknik sambung pucuk dan yang paling menarik adalah tentang Analisis Usaha
Tani (AUT) serta masih banyak materi lainnya.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tempat Praktek Kerja Lapang


4.1.1. Sejarah BPPM PT. Arara Abadi
Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (center of training and
development of community) merupakan unit kerja PT. Arara Abadi (Sinarmas
Forestry) yang berfungsi sebagai pelatihan bagi masyarakat sebagai sarana
pendukung bagi keberhasilan program community development. Balai Pelatihan
dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) ini mulai dibangun pada Tahun 2005,
yang menempati areal seluas 20,8 Ha. di dalam konsesi PT. Arara Abadi distrik
Rasau Kuning yang terletak di Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang,
Kabupaten Siak.
Balai pelatihan ini dirancang dengan sarana gedung pelatihan dan sarana
pendukung berupa aneka tanaman hortikultura, tanaman kehutanan, tanaman obat-
obatan serta tanaman langka. Baik dari Riau maupun nasional yang berfungsi
sebagai kebun induk, demplot, serta sarana pratek bagi peserta pelatihan. Selain
didukung oleh staff perusahaan PT. Arara Abadi, pelatihan ini juga didukung
sumber daya manusia yang berkompetisi dibidangnya yang berasal dari akademisi
intansi pemerintah, penelitian, praktisi yang ditempuh melalui kerja sama secara
kelembagaan maupun kerjasama secara kegiatan pribadi.
Balai pelatihan ini dirancang untuk mampu mendukung kegiatan
community development lingkungan Sinarmas Forestry, melalui pelayanan
kegiatan masyarakat, sebagai kegiatan siswa magang baik dari tingkat SLTA
maupun tingkat Perguruan Tinggi khususnya yang ada di Riau. Sebagai central
produksi bibit unggul, serta sebagai penduk bbung program community
development di lingkungan Sinarmas Forestry di Riau, yang dibangun melalui
pendanaan dari program CD-CSR PT. Arara Abadi.
Berbagai bentuk pelatihan untuk masyarakat untuk mempersiapkan
manusia yang siap menjalankan sebagai usaha produktif tanaman dibidang
pertanian, aneka UKM, hutan rakyat serta hasil non kayu. Jenis pelatihan
disesuaikan dengan program dijalankan, mempertimbangkan potensi wilayah dan
trend usaha yang sedang berkembang.

13
Untuk mensukseskan program Riau berbuah maka BPPM memperbanyak
tanaman bibit unggul dan bantuan bibit unggul kemasyarakat khususnya desa-
desa yang berdekatan dengan PT. Arara Abadi Sinarmas Forestry. Adapun bibit
yang telah disalurkan sebagai bantuan kepada masyarakat antara lain : Jambu Air,
Jambu Biji Getas, Jambu Biji Bangkok, Durian, Buah Naga, Mangga dan lainnya.
Dengan pola bantuan one village one product yaitu suatu kawasan atau
hamparan satu jenis buah tujuanya untuk mempermudah monitoring serta
menghasilkan bibit yang mudah dalam pendistribusian. Untuk mendukung
keberhasilan program CD dibidang pertanian dan perkebunan, BPPM
memproduksi jenis bibit unggul, antara lain: Jambu Air, Jambu Biji Getas, Jambu
Biji Bangkok, Durian, Buah Naga, Mangga dan lain-lain.
Upaya penyedian bibit unggul mempunyai peran strategi karena hasil
tanaman sangat bergantung kualitas bibit yang digunakan masyarakat. Selama ini
masyarakat masih sangat kesulitan memperoleh bibit baik dengan alas an biaya
maupun ketersediaan bibit unggul. Pada pelatihan masyarakat juga disampaikan
materi-materi untuk menanamkan sikap rasa cinta lingkungan. Selain itu, di
BPPM sebagai fasilitas sarana belajar mulai dari tingkat TK (Taman Kanak-
kanak) sampai dengan mahasiswa sebagai generasi bangsa untuk mengenal
Pertanian, Perkebunan serta Kehutanan.
4.1.2. Letak geografis BPPM PT. Arara Abadi
Secara geografis lokasi kegiatan praktek kerja lapang ini berada pada
Utara 00°45`36,6” dan Selatan 101° 31` 38,9”. Secara administratif lokasi
kegiatan PKL ini berada Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau, dan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

14
Gambar 4.1. Peta wilayah BPPM
Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat ini merupakan unit kerja
dari PT. Arara Abadi (Sinarmas Foresty). Memiliki total luas areal keseluruhan
yaitu 20,8 ha. Areal tersebut terbagi atas beberapa lahan yang digunakan untuk
kebun tanaman dan untuk bangunan.
Pada kebun tanaman, Jambu Biji memiliki luas 1,2 Ha, Tanaman
Kehutanan 3,5 Ha, Jambu air 0,5 Ha, Durian 0,9 Ha, Mangga 1,2 Ha, Manggis 1,0
Ha, Tanaman asli Riau 0,4 Ha, Sukun 0,4 Ha, Tanaman langka 0,4 Ha, Tanaman
Exotic 0,6 Ha, Alpukat 0,3 Ha, Buah naga 0,1 Ha, Nursery sebagai tempat hasil
tanaman yang telah diperbanyak, serta tanaman lainnya yang dibudidayakan
disini. Fasilitas yang ada berupa Mess, Aula, Kantor, Pendopo, Rak Kompos,
Gudang Peralatan, Musholla dan Ruang TV terletak di bagian tengah areal. Semua
fasilitas yang ada dapat diakses dan digunakan ole bh mahasiswa praktek
kerja lapang.

15
4.1.3. Visi dan Misi BPPM
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi nya, Balai Pelatihan dan
Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi memiliki visi yaitu
menjadikan Riau sentra tanaman hortikultura yang berkualitas. Sedangkan misi
yang ada pada Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) ini adalah,
1) Pusat pelatihan agroteknologi dan agribisnis (education); 2) Pusat produksi
tanaman buah unggul; 3) Kerjasama dengan stakeholder dalam pengembangan
pertanian.

4.1.4. Struktur Organisasi BPPM PT. ARARA ABADI


Secara umum perusahaan atau sebuah instansi memiliki struktur organisasi
didalamnya. Hal ini dibuat untuk kepentingan perusahaan atau instansi agar
kegiatan dapat berjalan dengan baik. Di Balai Pelatihan dan Pengembangan
Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi juga memiliki struktur organisasi dalam
menjalankan kegiataannya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.2

KEPALA BPPM
Undang Nurzihad

KOORDINATOR BPPM
Ir, Achmad Syafruddin J.

LOGISTIK &
KOORDINATOR EKSTERNAL RELASI ADMINISTRASI
LAPANGAN Gegana Agung Putra, Rismayanti, S.Pi.
4.1.2. Ir, Harsono
Fasilitas BPPM S.I., Kom.

Gambar 4.2. Struktur Organisasi BPPM PT. Arara Abadi

16
Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM) PT. Arara Abadi
ini dikepalai oleh Bapak Undang Nurzihad, beliaulah yang bertanggung jawab
penuh terhadap Balai Pelatihan dan Pengembangan Masyarakat (BPPM), kepada
perusahaan. Kemudian Bapak Ir. Achmad Syafruddin J, selaku Koordinator
BPPM memiliki tugas mengawasi segala kegiatan yang ada di BPPM dan juga
sebagai pemberi materi tentang perbanyakan tanaman kepada mahasiswa PKL.
Untuk Koordinator Lapangan, dipegang oleh Bapak Ir. Harsono, beliau bertugas
sebagai pengawas dilapangan, baik untuk mahasiswa maupun karyawan setempat
dan juga sebagai pembimbing mahasiswa PKL.

4.1.5. Fasilitas BPPM


Fasilitas yang berada dalam Balai Pelatihan dan Pengembangan
Masyarakat (BPPM) meliputi Kantor BPPM sebagai sarana pendukung kegiatan
administrasi. Aula, sebagai tempat pertemuan dan seminar kegiatan pelatihan dan
pengembangan masyarakat. Mess sebagai tempat penginapan pengunjung
pelatihan. Gudang, tempat penyimpanan perlengkapan kebun, berupa pupuk,
pestisida dan alat-alat pertanian lainya. Perumahan karyawan, sebagai tempat
tinggal karyawan. Ambulans sebagai sarana pendukung kesehatan karyawan dan
mahasiswa yang PKL. Musholla tempat beribadah karyawan. Mobil untuk
mengangkut barang dan hasil produksi. Jalan sebagai akses keluar masuk area.

4.2. Teknik Mencangkok Pada Tanaman Sawo Manila


Mencangkok adalah salah satu cara pembiakan tanaman dengan menguliti
bagian cabang tanaman dan membungkusnya dengan media yang biasanya berupa
tanah dengan bantuan plastik maupun sabut kelapa. Proses ini akan berhasil jika
muncul akar dan sudah banyak. Keberhasilan dalam proses mencangkok salah
satunya yaitu pengaruh media tanam, media tanam yang murah dan mudah adalah
tanah. Saat prosesnya diperlukan beberapa tahap agar pencangkokkan ini dapat
berjalan dengan baik, diantaranya persiapan alat dan bahan, pemilihan cabang
tanaman induk, mengupas kulit kayu, membersihkan kambium, penempelan
media cangkok dan pembungkusan dengan plastik bening.

17
1. Persiapan Bahan dan Alat
Hal yang pertama kali kita persiapkan dalam kegiatan mencangkok adalah
bahan dan alat. Bahan yang akan digunakan dalam kegiatan mencangkok adalah
media yang berupa tanah hitam, plastic bening, tali rafia dan tanaman induk
sawo manila. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan cangkok ini
adalah gunting bunga, pisau okulasi, serta ember untuk tempat meletakkan
medianya. Alat dan bahan cangkok dapat dilihat pada Gambar 4.3

Gambar 4.3 Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan harus dalam kondisi baik, terutama pisau okulasi
harus benar-benar tajam agar pada proses pengikisan berjalan dengan baik dan
hasil cangkokkan menjadi rapi. Bahan yang digunakan yaitu tanah juga harus
bersih dari kotoran seperti kerikil, gulma, dan sampah lainnya.
2. Pemilihan Batang atau Cabang Tanaman Induk
Pemilihan cabang tanaman induk merupakan salah satu hal yang harus
diperhatikan dalam proses cangkok, karena hal ini dapat menunjang tingkat
keberhasilan cangkok. Pohon induk yang kita pilih harus memiliki sifat unggul
agar hasil cangkokan kita juga memiliki sifat tersebut. Pohon induk juga harus
cukup umur setidaknya sudah berusia dua tahun dan memiliki banyak
percabangan. Batang yang kita pilih adalah batang yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda, dengan ukuran diameter 1 – 1,5 cm. Batang yang dipilih pun
harus terhindar dari hama dan penyakit. Pemilihan batang atau cabang tanaman
induk dapat dilihat pada Gambar 4.4

18
Gambar 4.4 Pemilihan Cabang Tanaman Induk

Untuk menentukkan batang cangkok dari pohon induknya, harus


memperhatikan beberapa hal untuk meningkatkan keberhasilan cangkokkan.
Menurut Prameswari (2014) keberhasilan pencangkokan tanaman dipengaruhi
oleh banyak faktor antara lain : umur dan ukuran batang, media, waktu
pencangkokan dan jenis tanaman. Makin besar diameter batang , akar yang
terbentuk juga akan menjadi lebih banyak, hal ini disebabkan karena permukaan
bidang perakaran menjadi lebih luas, Umur batang sebaiknya masih cukup muda
(berwarna coklat/coklat muda) karena batang yang sudah tua umumnya lebih sulit
dan lambat membentuk akar.
3. Mengupas Kulit Kayu
Saat mengupas kulit kayu, terlebih dahulu dibuat sayatan melingkar.
kemudian diatara sayatan tersebut dibuat lagi garis secara vertical, dan harus
dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak jaringan batangnya. Setelah itu kulit
kayu bisa dilepaskan secara perlahan. Cara mengupas kulit kayu dapat dilihat dari
Gambar 4.5

Gambar 4.5 Mengupas Kulit Kayu

19
Saat proses mengupas kulit kayu, pisau yang digunakan harus benar-benar
tajam agar mudah dalam menyayat kulit kayu pohon sawo. Panjang sayatan dibuat
tidak terlalu panjang agar lebih mudah dan lebih hemat dalam penggunaan
medianya. Menurut Kuswandi (2013) Pada umumnya mencangkok biasa
dilakukan dengan cara melukai/menyayat hingga bersih dan menghilangkan
kambium pada cabang atau ranting sepanjang 5-10 cm pada tanaman dikotil.
4. Membersihkan Kambium
Kambium pada batang dbersihkan dengan cara mengikis dan mengerok
batang tanaman yang telah dikupas kulit kayunya. Pengikisan dilakukan
menggunakan pisau okulasi, dan harus dilakukan perlahan dan hati-hati agar
batang yang akan dicangkon tersebut tidak luka dan rusak. Pembersihan kambium
dapat dilihat pada Gambar 4.6.

(a) (b) (c)


Gambar 4.6 Pembersihan Kambium : (a) Sayatan 3 cm, (b) Sayatan 5 cm,
(c) Sayatan 7 cm

Pengerokan kambium harus dilakukan secara hati hati. Pembersihan


kambium ini bertujuan untuk mencegah terbentuknya kulit pada batang pohon
tersebut. Bila kulit terbentuk kembali, maka akar tidak akan terbentuk dan
cangkok pun menjadi gagal. Menurut Kuswandi (2013) Tujuan membersihkan
kambium tersebut supaya akar dapat tumbuh dengan baik. Apabila masih terdapat
sisa kambium yang tertinggal maka mungkin masih ada bagian xylem yang
tertinggal sehingga masih ada aliran bahan makanan sampai ke daun sehingga
akar tidak terbentuk. Sedangkan tujuan dari penyayatan adalah untuk memutus
jaringan floem yang mengangkut sari-sari makanan hasil fotosintesis.

20
5. Penempelan Media
Media yang digunakan adalah tanah hitam, karena tanah hitam sangat
mudah untuk dijumpai. Sebelumnya tanah tersebut dibasahi terlebih dahulu,
tujuannya adalah agar tanah menjadi lembeb dan lengket, sehingga mudah dalam
proses penempelannya. Setelah dibasahi kemudian tanah dibuat menjadi bola
kecil, lalu dibelah menjadi dua dan ditempelkan secara melingkar pada batang
yang telah dikikis tadi. Cara penempelan media cangkok dapat dilihat pada
Gambar 4.7.

(a) (b) (c)


Gambar 4.7. Penempelan Media : (a) Sayatan 3 cm, (b) Sayatan 5 cm, (c) Sayatan
7 cm

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pencangkokan adalah


media cangkok. Media yang baik harus mempunyai sifat mudah menyerap air,
menahan air dalam waktu lama, kelembabannya tinggi tetapi aerasinya baik dan
beratnya ringan. Media cangkok tidak boleh terlalu basah dan tidak mengandung
jamur yang dapat menyebabkan kerusakan dan kematian bibit. (Prameswari et al,
2014)
6. Pembungkusan Media
Pembungkusan media dilakukan dengan menggunakan plastik bening
yang dibungkuskan pada media tanam yang sudah ditempelkan sebelumnya,
kemudian diikat dengan tali rafia pada kedua sisinya. Pembungkusan media tanam
dapat dilihat pada Gambar 4.8

21
(a) (b) (c)
Gambar 4.8 Pembungkusan Media : (a) Sayatan 3 cm , (b) Sayatan 5 cm ,
(c) Sayatan 7 cm

Pertumbuhan cangkok yang lebih optimal yaitu pada perlakuan


penggunaan jenis pembungkus dari plastic bening dibandingkan dengan
penggunaan serabut kelapa. Hal ini terjadi karena penggunaan pembungkus
plastik lebih bisa menjaga kandungan air pada tanah, sehingga awet lembab dan
merangsang pertumbuhan akar pada cabang yang dicangkok, sedangkan pada
perlakuan serabut kelapa tanahnya mudah mengering. Menurut Prameswari
(2014) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut yaitu karena kegiatan
pencangkokan dilakukan pada musim kemarau sehingga pada perlakuan serabut
kelapa tanah yang didalam cepet mengering, sehingga mengurangi daya
perangsangan munculnya akar, sedangkan pada perlakuan plastic tanah awet
lembab karena lubang sedikit sehingga air terhalangi jika mau menguap, dan
hasilnya perangsangan munculnya akar lebih optimal.
Cangkok tanaman sawo manila ini akan mulai tumbuh akar pada waktu
1,5 bulan. Total target cangkok di BPPM PT. Arara Abadi ini adalah 80 cangkok
perhari atau 2000 cangkok perbulan. Tingkat keberhasilan cangkok pada tanaman
sawo di BPPM PT. Arara Abadi ini sekitar 80%. Saat kegiatan mencangkok tentu
saja akan ada kendala serta masalah yang harus dihadapi.. Kendala yang dihadapi
dalam melakukan pencangkokan yang dilaksanakan saat Praktek Kerja Lapang
(PKL) di BPPM adalah kurangnya waktu untuk mengamati petumbuhan, merawat
serta mengetahui keberhasilan hidup tanaman. Waktu yang diberikan hanya 1
bulan, sedangkan akar pada cangkok akan tumbuh optimal setelah 3 bulan.
Sehinggadiperlukannya waktu yang memadai untuk melakukan pencangkokan.

22
4.3. Parameter Pengamatan
Pada kegiatan cangkok ini dilakukan perlakuan yaitu dengan panjang
sayatan yang berbeda. Panjang sayatan yang dilakukan yaitu dengan 3 perlakuan
yaitu 3 cm, 5 cm, dan 7 cm. Kemudian cangkok dirawat dan diamati selama satu
bulan sehingga didapatkan hasil pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Parameter Tingkat Keberhasilan Cangkok


Perlakuan

Tanaman
3 cm 5 cm 7 cm
1 √ √ √
2 √ √ √
3 √ √ √
4 √ √ -
5 - √ √
Tingkat
Keberhasilan 80% 100% 80%
Keterangan : (√) Cangkok berhasil; (-) Cangkok gagal

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil cangkok pada tanaman sawo
menunjukkan hasil perlakuan 5 cm memiliki tingkat keberhasilan paling tinggi
yaitu sebesar 100 %. Walaupun tidak berbeda secara signifikan namun perlakuan
panjang sayatan 5 cm menunjukkan hasil yang terbaik, hal ini dikarenakan
perlakuan 3 cm lebih sulit dalam proses pengikisannya dan ada kemungkinan
terjadi kerusakan pada batangnya sehingga menyebabkan terjadinya kegagalan
pada cangkok. Sedangkan pada perlakuan 7 cm membutuhkan media yang sangat
banyak sehingga dibutuhkan air yang banyak pula dan juga dibutuhkan waktu
yang lebih lama dalam pengerjaannya. Kendala yang dihadapi dalam proses
cangkok sawo adalah batangnya yang memiliki getah yang menggangu saat
proses pengikisan. Menurut Christiani (2011) Salah satu faktor keberhasilan
mencangkok adalah kelembaban media cangkok tersebut. Kelembaban media
cangkok biasa dihubungkan dengan banyak sedikitnya pemberian air.

23
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan dalam Praktek Kerja Lapang untuk
perbanyakan tanaman sawo manila dengan teknik cangok kerat adalah :
1. Teknik perbanyakan tanaman Sawo Manila di BPPM PT. Arara Abadi dengan
metode cangkok meliputi : persiapan bahan dan alat, pemilihan cabang
tanaman induk, Mengupas kulit kayu, membersihkan kambium, penempelan
media, dan pembungkusan media.
2. Panjang sayatan yang paling efektif pada tanaman sawo manila adalah 5 cm.
Karena lebih mudah dalam proses pengikisan dan juga lebih hemat dalam
penggunaan media dan penyiramannya.

5.2. Saran
Penulis menyarankan untuk melakukan perbanyakan sawo manila dengan
metode cangkok, hal ini untuk mendapatkan bibit sawo manila yang memiliki
sifat unggul seperti tanaman induknya. Untuk proses pencangkokannya
membutuhkan ketelitian dan kehati – hatian sehingga proses pencangkokan dapat
berjalan dengan baik, serta memperoleh tingkat keberhasilan cangkok yang tinggi.
Dan disarankan dalam mancangkok tanaman sawo manila menggunakan panjang
sayatan 5 cm agar mendapatkan hasil yang maksimal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ashari S. 2006. Hortikultura: Aspek Budidaya. Edisi revisi. Jakarta: UI-Press

Cahyanti L.D. dan Hamawi S. 2017. Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif di


Pondok Modern Darussalam Gontor 2 dan 3. Jurnal Terapan Abdimas,
Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 54-59.

Christiani, C.A. 2011. Perbanyakan Tanaman Melinjo (Gnetum gnemon) dengan


Teknik Cangkok di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri Wonorejo
Polokarto Sukoharjo.Skripsi. Pertanian. Sebelas Maret. Surakarta.

Gunawan E. 2014. Perbanyakan Tanaman, Cangkok, Stek, Okulasi, Sambung dan


Biji. Jakarta : PT. Agromedia Pustaka Jakarta.

Hani A. 2009. Pengembangan Tanaman Penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu


Melalui Perbanyakan Vegetatif. Tekno Hutan Tanaman Vol.2 No.2,
Agustus 2009, 83 – 92.

Irham F.R. 2017. Pengaruh Lama Perendaman dan Konsentrasi Asam Nitrat
Terhadap Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Sawo Manila

Kusmiyati E.D., Trisnowati S. dan Ambarwati E,. 2014. Kajian Budidaya dan
Produktivitas Sawo (Manilkara zapota (L.) Van Royen) di Dusun
Pasutan, Bogoran dan Pepe, Desa Trirenggo, Kabupaten Bantul,
Yogyakarta. Vegetalika Vol.3 No.1, 2014 : 66-78.

Kusmiyati., Mubarok S., Sutari W., Farida., Hadiwijaya Y. dan Putri I.E. 2017.
Kualitas Sawo (Achras zapota L.) Kultivar Sukatali Selama Penyimpanan.
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (2): 90-94 ISSN 0853-2885

Kuswandi, 2013. Pelaksanaan Pencangkokan pada Tanaman Sawo.


<https://balitbu.litbang.pertanian.go.id/index.php/hasilpenelitian/mainmen
u-46/545-pelaksanaan-pencangkokan-pada-tanaman-sawo>. Diakses 11
Agustus 2019

Paull RE, Duarte O. 2012. Tropical Fruits 2nd ed, Volume ke-II. Hulbert S,
editor. London (GB): MPG Books Ltd.

Prameswari Z.K., S. Trisnowati dan S. Waluyo. 2014. Pengaruh Macam Media


dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Keberhasilan Cangkok Sawo
(Manilkara zapota (L.) Van Royen) pada Musim Penghujan. Jurnal
Vegetalika, 3(4): 107-118

Prastowo. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah.


Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.

25
Peter A.C., Amporn W dan Pena J.E. 2002. Pets of Minor Tropical Fruits.
Tropical Fruits Pests and Pollinators : Biology, Economic Inportance,
Natural Enemies, and Control.

Rahardja P.C., dan Wiryanta W. 2003. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman.


Depok : PT.Agromedia Pustaka.

Rozika., Murti, R.H. dan Purwanti, S. 2013. Eksplorasi dan Karakterisasi Sawo
(Manilkara zapota (L.) Van Royen) Di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Vegetalika Vol.2 No.4, 2013 : 101-114

Sudrajad, D.J. dan Megawati. 2010. Keragaman Morfologi Dan Respon Perlakuan
Pra Perkecambahan Benih dari Lima Populasi Sawo Kecik (Manilkara
Kauki (L.) Dubard). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.7 No.2, April
2010, 67 – 76.

Yuniastuti E, 2009. Identifikasi dan Seleksi Keragaman Tanaman Pranajiwa


(Sterculia foetida Linn). Serta Teknologi Perbanyakan Tanaman Secara In
Vitro Untuk Penyediaan Bahan baku Biofuel.

26
LAMPIRAN

Lampiran 1. Agenda Kegiatan Praktek Kerja Lapang


Jadwal Kerja Praktik Kerja Lapang di PT. Arara Abadi BPPM
No. Hari/Tanggal Kegiatan
1 Senin , 8 Juli 2019  Mahasiswa UIN SUSKA Riau diterima
oleh Perusahaan PT. Arara Abadi
BPPM
 Pengenalan BPPM, Materi dan
pembacaaan tata tertib di BPPM
 Pemilihan Ketua
 Pembagian kelompok kerja
2 Selasa, 9 Juli 2019  Pengarahan mengenai keselamatan
kerja
 Pemberian materi
3 Rabu, 10 Juli 2019  Pemangkasan dan penyemprotan pada
tanaman buah naga
 Pemberian materi
4 Kamis, 11 Juli 2019  Pembersihan gulma dan pemupukan
pada tanaman kelengkeng
 Pemberian materi budidaya jambu getas
5 Jumat, 12 Juli 2019  Pengisian polybag dengan media
cocopeat
 Pemberian materi mengenai
perbanyakan tanaman
6 Sabtu , 13 Juli 2019  Libur kerja
 Olahraga pagi dan sore
7 Minggu, 14 Juli 2019  Libur kerja
 Olahraga pagi dan sore
8 Senin, 15 Juli 2019  Pengarungan kompos yang sudah halus
 Pemberian materi
9 Selasa, 16 Juli 2019  Penggilingan serasah yang akan
dijadikan kompos
10 Rabu, 17 Juli 2019  Pengisian polybag dengan media
cocopeat
 Pemberian materi
11 Kamis, 18 Juli 2019  Pemanenan cangkok belah pada
tanaman jambu air
 Pemberian materi
12 Jumat, 19 Juli 2019  Pengisian polybag dengan media
cocopeat
 Praktek cangkok rumpun pada tanaman
salak
13 Sabtu, 20 Juli 2019  Libur kerja
14 Minggu, 21 Juli 2019  Libur kerja

27
15 Senin, 22 Juli 2019  Pembersihan pekarangan BPPM
 Penyampaian materi
16 Selasa, 23 Juli 2019  Pembersihan pekarangan BPPM
 Membersihkan sampah dedaunan
17 Rabu, 24 Juli 2019  Praktek cangkok kerat jambu kristal
 Penyampaian materi mengenai cara
menjuall bibit
18 Kamis, 25 Juli 2019  Praktek cangkok belah jambu citra
 Penyampaian materi
19 Jumat, 26 Juli 2019  Kunjungan ke Research and
Development dan kunjungan ke pabrik
kertas PT. Indah Kiat Pulp and Paper
20 Sabtu, 27 Juli 2019  Libur kerja
 Belajar mencangkok kerat pada
tanaman sawo manila
21 Minggu, 28 Juli 2019  Libur kerja
 Lari pagi
22 Senin, 29 Juli 2019  Membuat bedengan
 Penyampaian materi
23 Selasa, 30 Juli 2019  Membersihkan gulma dan membuat
bedengan
 Ujian evaluasi akhir PKL
24 Rabu, 31 Juli 2019  Menanam rumput untuk taman
 Berfoto untuk sertifikat
25 Kamis, 1 Agustus 2019  Penyiraman tanaman dalam pot
 Persipan presentasi
26 Jumat, 2 Agustus 2019  Praktek sambung susu tanaman jambu
citra
 Proses pembuatan laporan
27 Sabtu, 3 Agustus 2019  Gotong royong
 Acara Malam perpisahan
28 Minggu, 4 Agustus  Gotong royong
2019  Olahraga
29 Senin, 5 Agustus 2019  Gotong royong dan acara perpisahan
Mahasiswa PKL
 Persiapan presentasi
30 Selasa, 6 Agustus 2019  Latihan Presentasi
31 Rabu, 7 Agustus 2019  Presentasi laporan kelompok praktek
kerja lapang dari 3 universitas, UIN,
UR, UIR, dan STTP
 Keberangkatan pulang dari BPPM ke
Pekanbaru.

28
Lampiran 2. Dokumentasi Praktek Kerja Lapang

Sosialisasi tentang lahan BPPM Kegiatan Lapangan (Hama Penyakit)

Kegiatan Lapangan (Kompos) Foto bersama pembimbing kompos

Penanaman Hasil Cangkok di nursery Pemangkasan hasil cangkok

29
Pembersihan gulma Pembuatan bedengan

Penyiraman tanaman di nursery Pengisian polybag dengan media cocopeat

Foto bersama setelah belajar Cangkok Rumpun tanaman salak

30
Kunjungan ke R&D PT.Arara Abadi Penyampaian materi di R&D

Sosialisasi keselamatan kerja Kunjungan ke PT.Indah Kiat

31

Anda mungkin juga menyukai