Anda di halaman 1dari 13

TEORI PEMBANGUNAN

Teori pembangunan dalam ilmu sosial dapat dibagi ke dalam dua paradigma besar,
modernisasi dan ketergantungan (Lewwellen 1995, Larrin 1994, Kiely 1995 dalam Tikson,
2005). Paradigma modernisasi mencakup teori-teori makro tentang pertumbuhan ekonomi dan
perubahan sosial dan teori-teori mikro tentang nilai-nilai individu yang menunjang proses
perubahan. Paradigma ketergantungan mencakup teori-teori keterbelakangan (under-
development) ketergantungan (dependent development) dan sistem dunia (world system
theory) sesuai dengan klassifikasi Larrain (1994). Sedangkan Tikson (2005) membaginya
kedalam tiga klassifikasi teori pembangunan, yaitu modernisasi, keterbelakangan dan
ketergantungan. Dari berbagai paradigma tersebut itulah kemudian muncul berbagai versi
tentang pengertian pembangunan.

Pembangunan adalah upaya untuk meningkatkan taraf hidup serta merealisasikan potensi
yang ada secara sistematis. Menurut Easton (dalam Miriam Budiarjo, 1985) proses sistematik paling
tidak terdiri dari 3 unsur. Pertama, Adanya input, yaitu bahan masukan konservasi. Kedua, adanya
proses konservasi, yaitu wahana untuk mengolah bahan masukan. Ketiga, adanya output yaitu
sebgai hasil dari proses konservasi yang dilaksanakan.

Emil Salim (sebelumnya, sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan


Lingkungan Hidup, 1978-83) juga telah memberikan rumusan pengertian Pembangunan
Berkesinambungan (sustainable development) sebagai “suatu proses perubahan yang di dalamnya
eksploitasi sumberdaya, arah,investasi, orientasi pengembangan teknologi, dan perubahan
kelembagaan semuanya dalam keadaan yang selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan
masa depan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia

Pembangunan bersal dari kata bangun yang diberi awalan pem- dan akhiran –an. Kata
bangun memili makna empat hal. Pertama, bangun dalam arti sadar atau siuman. Kedua, bangun
dalam arti bangkit atau berdiri. Ketiga, bangun dalam arti bentuk seperti dalam ilmu ukur. Empat,
bangun dalam arti kata kerja membuat mendirikan atau membina. Dilihat dari segi etimologi,
konsep pembangunan meliputi anatomic (bentuk), fisiologi (kehidupan), behavioral (perilaku).
(Ndrha, 1987 : 1). Pengertian pembangunan sebagai suatu proses, akan terkait dengan mekanisme
sistem atau kinerja suatu sistem. Proses pembangunan sebagai proses sistemik, pada akhirnya akan
menghasilkan keluaran (output) pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan mengandung
beberapa pengertian, yaitu manusia sebagai pelaksana pembangunan, manusia sebagai perencana
pembangunan, dan manusia sebagai sasaran dari proses pembangunan (as object)
Didalam buku “Arief Budiman” Teori Pembangunan lahir dari Negara-negara Dunia Ketiga
(Negara miskin atau negar yang sedang berkembang). Teori pembangunan (dunia ketiga) yang
dipakai dalam konsep ini adalah “Teori pembangunan yang berusaha menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh Negara-negara miskin atau Negara-negara yang sedang berkembang dalam sebuah
dunia yang didominasi oleh kekuatan ekonomi dan ilmu pengetahuan.

PATRON-KLIEN

Posted by Hurin Innacc on Kamis, 25 Oktober 2012


Labels: PatronKlien

Definisi
Patron klien adalah pertukaran hubungan antara kedua peran yang dapat dinyatakan
sebagai kasus khusus dari ikatan yang melibatkan persahabatan instrumental dimana seorang
individu dengan status sosio-ekonominya yang lebiah tinggi (patron) menggunakan pengaruh dan
sumber dayanya untuk menyediakan perlindungan, serta keuntungan-keuntungan bagi seseorang
dengan status yang dianggapnya lebih rendah (klien). Klien kemudain membalasnya dengan
menawarakan dukungan umum dan bantuan termasuk jasa pribadi kepada patronnya. Sebagai pola
pertukaran yang tersebar, jasa dan barang yang dipertukarkan oleh patron dan klien mencerminkan
kebutuhan yang timbul dan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak.

Ciri Ikatan Patron Klien


Menurut James Scoot

 Terdapat ketidaksamaan dalam pertukaran (inequality of exchange) yang menggambarkan


perbedaan dalam kekuasaaan, kekayaan dan kedudukan.
 Adanya sifat tatap muka (face to face character), dimana hubungan ini bersifat instrumental
yakni, kedua belah pihak saling memperhitungkan untung-rugi, meskipun demikian masih
terdapat unsur rasa yang tetap berpengaruh karena adanya kedekatan hubungan.
 Ikatan ini bersifat luwes dan meluas (difuse flexibility), sifat meluas terlihat pada tidak
terbatasnya hubungan pada kegiatan kerja saja, melainkan juga hubungan tetangga,
kedekatan secara turun-menurun ataupun persahabatan dimasa lalu, selain itu terdapat
pertukaran bantuan tenaga (jasa), dan dukungan kekuatan selain jenis-jenis pertukaran uang
dan barang.

Menurut Eisentadt dan Roniger

 Interaksi dalam hubungan didasarkan pada adanaya pertukaran simultan dari tipe sumber
daya yang berbeda, terutama instrumental dan ekonomis, sebagaimana pada politik
(dukungan suara, kesetiaan dan perlindungan).
 Secara ideal, suatu elemen kuat dari adanya hubungan tanpa syarat dan kepercayaan jangka
panjang yang dibangun dalam hubungan ini.
 Pembentukan hubungan tidak sepenuhnya illegal, bahkan lebih banyak bersifat informal,
meskipun sangat kuat dan pengertian.
 Meskipun ikatan ini berjangka panjang namun hubungan patron-klien merupakan hubungan
suka rela dan dapat sewaktu-waktu diputuskan secara sukarela juga.
 Adanya ketidaksamaan yang merupakan elemen penting bagi monopoli patron tetapi dalam
keadaan tertentu, ketidaksamaan ini sangat penting bagi klien.

Faktor yang Membuat Patron-Klien Berkembang:

 Adanya perbedaan yang mencolok dalam penugasan kekayaan, status yang diakui oleh
masyarakat yang bersangkutan.
 Tidak adanya jaminan keselamatan fisik, status, posisi atau kekayaan.
 Kekerabatan yang ada tidak mampu lagi berfungsi sebagai sarana pelindung bagi keamanan
dan kesejahteraan pribadi.

Tujuan Dasar Patron-Klien


Tujuan dasar dari hubungan patron klien bagi klien yang sebenarnya adalah penyediaan
jaminan sosiak dasar bagi substensi dan keamanan. Apabila hubungan dagang/pertukaran yang
menjadi dasar pola hubungan patron klien ini melemah karena tidak lagi memberikan jaminan
sosial dasar bagi substensi dan keamanan maka klien akan mempertimbangkan hubungannya
dengan patron menjadi tidak adil dan eksplitatif. Yang terjadi kemudian legitimasi bukanlah
berfungsi linear dari neraca pertukaran itu. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika ada tuntutan
dari pihak klien terhadap patronnya untuk memenuhi janji-janji atau kebutuhan dasarnya sesuai
dengan peran dan fungsinya.

Pola Transaksi
Salah satu ciri hubungan patron-klien adalah adanya pola transaksi tertentu. Ada
semacam rumus baku dari pola ini yaitu take and give, siapa memberi apa dan siapa mendapat apa.
Ketika sang patron melakukan transaksi dengan sang klien maka ada kesepakatan antara meereka.
Ada hubungan mutualisme dalam hubungan patron-klien tersebut. Artinya dari pola hubungan
patron klien ini maka semua sama-sama mendapat keuntungan yang timbal balik. Si patron medapat
apa yang diinginkan dari si klien, dan tentunya si klien juga mendapatkan keuntungan dari
kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya.

Kesimpulan

1. Patron klien merupakan hubungan yang melibatkan persahabatan instrumental, dimana


seseoran dengan status sosial ekonomi lebih tinggi disebut sebagai patron, dengan
menggunakan pengaruh dan sumber daya untuk memberikan perlindungan, keuntungan,
kepada seorang dengan status lebih rendah.
2. Dalam hubungan patron-klien dapat di maknai atas dua batasan analisa antara lain:

 Patron-klien yang berfokus pada pertukaran yang tidak setara (superior dan inperior) dan
disarkan pada kepemilikan modal.
 Patron-klien yang berfokus dan menunjuk pada kriteria askripsi dalam sistem status
masyarakat. Artinya bahwa apabila seorang individu adalah bangsawan maka
otomatis/berstatus sebagai patron dan sebaliknya apabila individu adalah rakyat jelata/budak
bukan bangsawan maka ia berstatus klien.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
 Kerja sama secara internasional yang terjalin antara negara maju dan negara berkembang
berdasarkan kepada teori keuntungan komparatif yang di miliki oleh setiap negara,
mengakibatkan terjadinya spesialisasi produksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan
keuntungan komparatif yang mereka miliki.Oleh karena itu , didunia ini terdapat dua
kelompok negara :
 1. Negara yang memproduksi hasil pertanian
 2. Negara yang memproduksi barang industri
Terhadap kenyataan ini , secara umum terdapat dua kelompok teori yang muncul
berurutan , yaitu
Pertama : teori-teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan oleh
faktor-faktor yang terdapat didalam negeri negara yang bersangkutan.Teori ini dikenal
dengan Teori Modernisasi.
Kedua : teori-teori yang lebih banyak mempersoalkan faktor-faktor eksternal sebagai
penyebab terjadinya kemiskinan dinegara-negara tertentu.Kemiskinan lebih banyak dilihat
sebagai akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang menyebabkan negara yang
bersangkutan gagal melakukan pembangunannya.Teori ini disebut dengan Teori
Ketergantungan (teori dependensia).

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Teori Modernisasi
Teori modernisasi secara umum dapat diungkap sebagai cara pandang (visi) yang
menjadi modus utama analisisnya kepada factor manusia dalam suatu
masyarakat.Modernisasi kemudian menjadi semacam komoditi di kalangan masyarakat
,yang menempatkan factor mentalitas menjadi penyebab perubahan.

Kelompok Teori
Tokoh Inti Pemikiran
Induk
1. Pertumbuhan Ekonomi
Harrod Domar ditentukan tinggnya
(Ilmu Ekonomi) tabungan dan investasi
Ekonomi Economic Development suatu masyarakat dalam
in the Third World suatu negara
(1992) 2. Masalah keterbelakangan
adalah karena kekurangan
modal
3. Dunia ketiga yang ingin
maju, harus mencari
tambahan modal baik
dalam negeri maupun luar
negeri
Proses pembangunan
masyarakat adalah suatu
proses kematangan
masyarakat dari
masyarakat tradisional ke
arah modern.Gerakan
kematangan ini melalui
lima tahap yang harus
dilalui secara linier.
W.W.Rostow
1. Masyarakat Tradisional
(Ilmu Ekonomi)
2. Pra-kondisi untuk lepas
The Stages of Economic
landas
Growth , A Non-
3. Masyarakat lepas
Communist Manifesto
landas,ditandai dengan
(1960)
tersingkirnya hambatan-
hambatan yang
menghalangi proses
pertumbuhan ekonomi
4. Masyarakat bergerak ke
kedewasaan
5. Zaman konsumsi masal
yang tinggi

1. Dinamika manusia
dibentuk dari nilai-nilai
agama yang di anutnya,
sehingga melahirkan
Max Weber (Ilmu pertumbuhan ekonomi
Sosiologi) 2. Etika protestan
Non-Ekonomi The Protestan Ethic and melahirkan semangat kerja
the spirit of capitalism yang tinggi di Eropa dan
(1971) melahirkan sikap hidup
yang kapitalistik
3. Etika protestan menjadi
sebuah nilai yang bersifat
universal, yang dapat
berada diluar agama
kristen
Sebagai reaksi terhadap
teori masyarakat yang
‘lepas landas’ dari
pemikiran WW.Rostow
1. Masyarakat secara tiba-
tiba tidak akan dapat
melakukan investasi dari
Bert F. Hoselitz (Ilmu pendapatannya, dalam
Ekonomi) konsep yang dimiliki
Economic Growth and WW.Rostow
Development : Non- 2. Kondisi lingkungan itu
Economic factor in merupakan akumulasi
Economic Development aspek-aspek non-
(1971) ekonomis yang ada di
masyarakat
3. Pembangunan
membutuhkan pemasokan
dari unsure modal besar
dan perbankan dan
pemasokan tenaga ahli dan
terampil
1. Pemikiran Alex Inkeles
melanjutkan pemikiran
weber dalam etika
protestan dan McClelland
dengan need for
achievement
Alex Inkeles dan David
2. Untuk dapat menjadi
H.Smith (Ilmu Politik)
maju dalam suatu
Becoming Modern ,
masyarakat dibutuhkan
Individual Change in Six
manusia odern
Developing Countries
3. Manusia modern
(1974)
memiliki ciri-ciri :
memiliki keterbukaan
terhadap pengalaman dan
ide baru, orientasi kemasa
sekarang dan masa depan ,
punya kesanggupan untuk
merencanakan , percaya
bahwa manusia dapat
menguasai alam
4. Dengan memberikan
lingkungan yang tepat
semua orang bisa diubah
menjadi manusia modern
setelah ia mencapai usia
dewasa
5. Unsur pendidikan adalah
yang paling efektif untuk
mengubah manusia
1. Ada semangat untuk
berpikir rasional dan
bekerja keras
2. Konsep need for
achievement adalah suatu
semangat baru yang
sempurna dalam
menghadapi pekerjaan ,
yang kemudian
mendorong kebutuhan
untuk berpresentasi
3. Kemiskinan dan
keterbelakangan di
masyarakat dunia ketiga
David McClelland
berkembang adalah di
(Ilmu Psikologi)
lingkungan mereka tidak
The Achievement Society
terjangkiti virus need for
(1961)
achievement
4. Apabila di lingkungan
masyarakat terjangkiti
virus ‘n-Ach’ , maka dapat
diharapkan masyarakat
tersebut akan
menghasilkan
pertumbuhan ekonomi
yang tinggi
5. Virus need for
achievement beget panting
traumata unstuck dulia
basins ,air hares
ditingkatkan nilainya
Teori Modernisasi
(Disarikan oleh penulis AS)
Gambaran kematangan masyarakat menurut teori modernisasi , dilukiskan sebagai sebuah
model linear yang menuju perkembangan masyarakat industri.Masyarakat industri dalam
teori modernisasi dibangun dengan orientasi masa depan yang lebih baik.Teori modernisasi
berlatar belakang penetrasi kebudayaan asing yang padat modal dan teknologi untuk
dijadikan acuan bagi kemajuan masyarakat dinegara berkembang.Teori modernisasi melihat
tradisi masyarakat sebagai faktor penghambat yang harus dieleminir oleh pola pikir rational.

Menurut teori modernisasi , ukuran masyarakat modern adalah pada


1. Nilai-nilai dan sikap hidup
2. Sistem ekonomi yang menghidupkan
Sedangkan yang membedakan manusia modern dengan manusia tradisional adalah pada
orientasi masa depannya .

 Menurut Prof.DR.Selo Soemardjan (1986) , masyarakat akan mengalami tahap-tahap


modernisasi yang terjadi dihadapanny , yaitu dari taraf yang paling rendah ketingkat yang
paling tinggi.

 a. Modernisasi Tingkat Alat : Kondisi yang secara umum dialami oleh masyarakat
tradisional dengan masuknya peralatan industri maupun konsumsi modern berujud alat-alat
yang menggunakan teknologi tinggi (Mobil,Penggiling Padi,Listrik,TV,Telephone).
 b. Modernisasi Tingkat Lembaga : Modernisasi tingkat lembaga ini ditandai dengan
masuknya jaringan sistem kerja modern dikalangan masyarakat lokal.Misalnya pasar
terbuka yang menerima produk yang dihasilkan oleh industri multi nasional , masuknya
bengkel motor atau mobil dengan jaringan suku cadang asli dari pabrik perakit atau
pembuat.
 c. Modernisasi Tingkat Individu (sudah mulai mendarah daging dikalangan masyarakat) :
Masyarakat penganut modernitas fisik itu sudah bisa memperbaiki sendiri peralatan yang
dimiliki ,menyempurnakan atau menambah dengan peralatan lain.
 d. Modernisasi Tingkat Inovasi (Modernisasi yang bersifat orisinal) : Masyarakat pada
tingkat inovasi ini memiliki ciri-ciri , dapat menciptakan sendiri barang teknologi yang
dibutuhkan meskipun masih harus melalui jaringan kerja dengan masyarakat lain yang lebih
luas.
2.2. Teori Dependensia (Teori Ketergantungan)
Timbulnya tradisi dependensia adalah akibat dilepaskannya teori-teori dan strategi
pembangunan yang gagal dan ada kecenderungan orang mencari kerangka interpretasi baru
untuk memoformulasikan strategi tandingan.

Teori Dependensia
(hubungan yang tidak seimbang)

Development Countries Under Development


Countries
 Negara maju semakin maju Solusinya : Kemakmuran negara
(development of Putuskan hubungan antara berkembang terus menerus
development countries) negara maju dan negara disedot oleh negara maju
karena memiliki keunggulan berkembang (sumber daya alam & tenaga
dibidang modal dan Memperingatkan negara kerja)
teknologi maju untuk mengendalikan
 Negara maju kemakmurannya (negara Negara miskin semakin
mengendalikan negara maju menyia-nyiakan miskin karena pembangunan
berkembang sumber daya (development of under
alam,merampok development countries)
hutan,menyedot minyak dan
rakus materi)
Negara berkembang selama
ini hanya mendapat sisa dari
yang telah dikonsumsi oleh
negara maju

 Dalam konsep berpikir teori ketergantungan , pembagian kerja secara internasional


adalah yang mengakibatkan keterbelakangan bagi negara-negara pertanian .
 Teori yang memakai pendekatan struktural menjelaskan bahwa tingkah laku manusia dan
gejala atau proses social yang terjadi , teori struktural mencari faktor-faktor lingkungan
material sebagai faktor penyebabnya.

 Teori Dependensia
 (Disarikan oleh penulis AS)

Kelompok Teori Induk Tokoh Inti Pemikiran


Ekonomi Raul Prebisch (Ilmu Seorang ahli ekonomi liberal,
Ekonomi) direktur Economic
The Economic Development Commission for Latin
of Latin America and its America (ECLA) sejak 1950-
Principal Problems (1950) an dan pernah menjadi
Direktur Bank Central
Argentina (1935-1943
)
1. Menolak teori pembagian
kerja internasional : akibat
tidak seimbangnya nilai tukar
perdagangan antara negara
industri maju (negara pusat)
dengan negara berkembang
yang mengandalkan pada
kekuatan produksi pertanian
(negara pinggiran).Hal ini
akibat pola konsumsi
meningkat,sehingga
keuntungan sangat merosot
2. Solusinya : Negara
berkembang harus
melakukan industrialisasi
dimulai dari industri
substitusi import
(ISI).Barang industri yang
semula impor di-impor harus
diproduksi sendiri didalam
negeri (dalam hal ini
pemerintah harus
melindungi)
Sosiologi Teori perdebatan Marx Mengapa ada ambisi dari
tentang : Imperialisme dan bangsa Eropa , untuk
Kolonialisme. melakukan ekspansi keluar
Robin W.Winks.dkk dan menguasai bangsa-
(Ilmu Sosiologi) bangsa lain , baik secara
British Imperialism : politis, ekonomis.
Gold,God,Glory 1. Teori God : kelompok teori
(1966) yang menekankan idealisme
manusia dan keinginannya
untuk menyebarkan ajaran
Tuhan
2. Teori Glory : kelompok teori
menekankan kehausan
manusia terhadap kekuasaan
3. Teori Gold : kelompok teori
yang menekankan pada
keserakahan manusia
Paul Baran Negara berkembang yang ada
(Ilmu Politik) di status pinggiran ,
The Political Economy of perkembangan
growth (1957) kapitalismenya akan
terhambat .Tetapi negara
pinggiran ini bisa
berkembang maju asal
melalui beberapa syarat :
1. Meningkatnya produksi
harus di ikuti oleh dengan
tercabutnya masyarakat
petani dipedesaan
2. Meningkatnya produksi
komoditi dan terjadinya
pembagian kerja
mengakibatkan sebagian
besar orang menjadi buruh
yang menjual tenaga kerja
3. Akumulasi harta ditangan
para pedagang dan tuan tanah

 Dikalangan pemikir teori ketergantungan yang berkembang lebih lanjut,mereka


mengembangkan inti pemikiran yang lebih lanjut , yaitu :
 1. Negara-negara pinggiran yang prakapitalis sebenarnya memiliki dinamikanya sendiri,
yang apabila tidak berhubungan dengan sistem kapitalisme akan berkembang maju sendiri
 2. Justru karena pengaruh sistem kapitalisme negara yang telah maju ini, perkembangan
negara pinggiran menjadi terhambat.

 Perkembangan teori ketergantungan selanjutnya sangat terkait dengan upaya memahami


linkage hubungan makro antara berbagai negara dalam proses pembangunan masyarakatnya.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori moderenisasi
Teori moderenisasi secara umum dapat diungkap sebagai cara pandang (Visi) yang menjadi
modus utama analisanya diletakkan kepada faktor manusia dalam suatu masyarakat .
Moderenisasi kemudian menjadi semacam komoditi di kalangan masyarakat, yang
menempatkan faktor mentalitas menjadi penyebab perubahan .
Menurut teori moderenisasi ukuran masyarakat moderen atau masyarakat yang berbudaya
maju adalah pada nilai-nilai dan sikap hidup beserta Sistem ekonomi yang menghidupinya.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat yang termoderenisasi menghadapai beberapa tahapan
yaitu :
1. Moderenisasi tingkat alat
2. Moderenisasi tingkat lembaga
3. Moderenisasi tingkat Individu
4. Moderenisasi Tingkat Inovasi

• Teori Depedensia
Teori ini muncul di Amerika latin, yang menjadi kekuatan reaktif dari suatu kegagalan teori
moderenisasi dalam pembangunan yang sedang dijalankan, dalam konsp berfikir teori
ketergantungan, pembagian kerja secara internasional adalah yang menyebabkan
keteberlakangan negara-nagera pertanian.
1.1 dualisme TEORI

Teori dualisme menganggap perpecahan struktur ekonomi dan sosial dari sektor yang berbeda
sehingga mereka berbeda dalam organisasi, tingkat perkembangan, dan struktur tujuan. Biasanya,
konsep dualisme ekonomi (Boeke 1) membedakan antara dua sektor ekonomi:

 sektor subsisten tradisional terdiri dari skala kecil agricul mendatang, kerajinan dan
perdagangan kecil, memiliki derajat yang tinggi dari tenaga kerja Intensitas tetapi intensitas
modal yang rendah dan sedikit pembagian kerja;
 sektor modern industri padat modal dan perkebunan pertanian menghasilkan untuk pasar
dunia dengan padat modal .Cara produksi dengan pembagian tenaga kerja yang tinggi.

Dua sektor memiliki sedikit hubungan dan saling ketergantungan dan mengembangkan
masing-masing sesuai dengan pola sendiri. Sektor modern dapat dianggap sebagai kantong ekonomi
negara-negara industri, dan multipli-cator dan pertumbuhan dampaknya akan menguntungkan
negara-negara industri, tetapi memiliki sedikit efek pada pasar internal.

Beberapa penulis menekankan dualisme faktor tertentu. Eckhaus (4), misalnya,


membedakan, dalam konsep dualisme teknologi, antara tenaga kerja dan sektor padat modal.
GANNAGE (7) menjelaskan dualisme daerah sebagai kurangnya komunikasi dan pertukaran antar
daerah, ibukota kadang-kadang menjadi sebuah pulau yang, dalam hal geografis, milik negara
berkembang, dalam hal ekonomi, namun, untuk negara industri.

Ekonomi, teknologi, dan dualisme daerah seringkali merupakan konsekuensi dari dualisme
sosial, tidak adanya hubungan antara orang-orang dari ras yang berbeda, agama, dan bahasa, yang,
dalam banyak kasus, merupakan warisan kolonialisme.

Pembangunan di konsep dualisme adalah penindasan sektor tradisional dengan


berkonsentrasi pada dan memperluas sektor modern. Pada waktu itu, diasumsikan bahwa trickle
down efek akan mengurangi dan menghapuskan dualisme. Dalam garis pemikiran ini, masalah
utama adalah pembentukan modal karena derajat menentukan ruang lingkup dan kecepatan
ekspansi sektor modern. Secara umum, pertanian harus menyediakan sumber daya, tenaga kerja
serta modal, untuk memperluas sektor modern.

Secara rinci, strategi bervariasi. Beberapa penulis, seperti LEWIS (14) dan FEI / Ranis (5),
diasumsikan bahwa pengurangan tenaga kerja di bidang pertanian, karena pengangguran
terselubung luas, tidak akan mengurangi produksi pertanian. Kerja produktif buruh ini di sektor
modern akan meningkatkan total produksi prioritas ekonomi dan karenanya investasi di industri
diperlukan. Konsentrasi pada sektor modern menyebabkan kesenjangan meningkat regional,
migrasi perkotaan pedesaan, pengangguran perkotaan, penurunan produksi pertanian, dan hambatan
dalam pengembangan industri karena kurangnya daya beli di daerah pedesaan. Efek trickle down
diantisipasi hampir tidak pernah terjadi. Dalam praksis, rencana pembangunan sebagai berikut baris
ini dari pemikiran menyebabkan kegagalan seperti perencanaan pembangunan awal India. Oleh
karena itu, penulis lain, seperti Jorgenson (10), LELE (12), dan Mellor (17), menekankan peran
penting pertanian pada awal pembangunan, yaitu, sebelumnya atau sejajar dengan bangan industri ,,
ngunan dalam rangka memberikan sumber daya yang cukup internal untuk proses pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai