Anda di halaman 1dari 3

Clara angelia – lala ( sigadis yang pandai menyimpan perasaan )

Theodore Liam – Theo ( sipria yang sekali memiliki perempuan akan sangat setia )

Glen Alexander – glen ( junior Lala yang suka curi curi pandang )

Shasya anastasya – shasya ( sahabat setia Lala )

Gamaliel Fernando – gama ( Pacar Shasya sekaligus temannya Theo )

Hannah Betanie – Hana ( udah taulah siapa )

Gangga Abigail – Gangga (temennya Theo sama Gama kalo lagi main )

One

“Sorry. Gue sering liat lo merhatiin gue. Gue udah ada Hana. Gue harap lo ga banyak berharap
ke gue.”

Lala menatap laki laki yang baru saja seakan menolaknya tanpa ditembak. Laki laki itu pergi
begitu saja setelah mengucapkan kata yang lumayan menyobek hati.

“Apa gue gak bisa menyukai seseorang? Apa gue salah suka sama lo? Gue ga pernah deketin
lo!” Lala bergumam ditempatnya berdiri. Air matanya menetes.

“Gue tau lo punya Hana, The. Gue tau. Gue gak mau ganggu hubungan lo dengan Hana. Gue
bukan orang yang suka ngusik kebahagiaan orang lain.” Lala menangis dalam gumaman
kecilnya.

***

Perkuliahan akhirnya dimulai setelah berjalannya liburan dalam waktu yang lumayan lama.
Akhirnya dulu junior yang merasakan beratnya menjadi junior yang selalu diospek senior
menjadi senior.

Lala berjalan menyusuri lorong kampusnya. Clara Angelia. Sianak teknik kimia yang sudah
menjadi senior alias menginjaki semester 3. Tiba tiba sebuah tangan menepuk pundak Lala.

“Hei! Senior!” sebuah suara mengagetkan Lala.

“Astaga! Sha!” Lala berusaha untuk tidak berteriak keras.


Shasya Anastasya. Teman sekelas Lala yang sudah setahun menjadi teman akrab Lala. Setahun
menjadi maba sudah mereka lewati bersama. Lala mengenal Shasya begitu pula dengan Shasya.

“Eh, lo tau ga, dijurusan kita banyak maba ganteng loh. Lo gamau ngebet satu?” Kata Shasya.

Lala tertawa kecil. “Otak lo cowok aja Sha. Pikirin tuh Gama” ujarnya.

“Gama mah special, kaya nasi goring” tutur Shasya yang kembali membuat Lala melemparkan
tawanya.

“Lo tau ga, kita bakalan ngospek junior jadi harus agak garang kalau mereka minta kenalan
dengan kita” jelas Shasya.

Dijurusan teknik sudah sangat mendarah daging ospek seperti ini. Maba harus bisa mengenal
kakak tingkatnya. Caranya yah dengan minta kenalan dan dituliskan dalam sebuah buku. Kakak
tingkatnya tidak akan mudah memberikan nama mereka. Dan itu yang harus dilakukan Lala dan
Shasya. Mereka sudah pasti mengalami pada masa ospek mereka dulu.

“Kasian tau kalau digarang-garangin” kata Lala.

“Gausah jaga jaga image deh. Siapa tau ada yang nyantolkan”

Tiba tiba langkah mereka dihentikan oleh seorang laki laki yang memiliki kepala plontos alias
botak. Diteknik, maba dikenal dengan kepala botak.

“Maaf kak, saya mau nanya administrasi teknik kimia dimana ya kak?” kata dia dengan sopan.
Lala dan Shasya terdiam. “Eh, maaf kak. Saya maba kak. Nama saya Glen Alexander” katanya
lagi dengan sopan. Matanya menatap Lala.

“Oh, iya. Kamu bisa jalan lurus aja sampai mentok trus belok kiri ya” jawab Lala.

Maba yang bernama Glen itu tersenyum pada Lala. “Makasih ya Kak” lalu dia berjalan ketempat
yang ingin dia tuju.

Shasya menyenggol lengan Lala pelan. “Lo liat ga. Dia liatin lo tau. Gue aja ga dianggep disini”.

“Apasih Sha. Dia maba jangan dianggap macem macem” ujar Lala.

Anda mungkin juga menyukai