ABSTRAK
Pemasangan infus adalah prosedur umum pada pasien di rumah sakit dimana komplikasi yang umum terjadi adalah
phlebitis. Tujuan penelitian: menganalisis pengaruh penggantian kateter intravena (iv) dan set infus terhadap kejadian
phlebitis. Metode: penelitian kuantitatif, desain Kohort, sampel sebanyak 247 diambil secara purposif, pasien dewasa yang
terpasang infus perifer dirawat di RS Sint Carolus Jakarta pada Bulan November 2016.. Dilakukan pengamatan tusukan
infus sejak pemasangan sampai pencabutan oleh peneliti dan dua orang asisten. Data dikumpulkan dengan melihat rekam
medis untuk melihat karakteristik pasien dan lembar observasi dan VIP score (Visual infusion phlebitis score). Uji statistik
yang digunakan adalah kendall-tau-C dan kendall-tau-B dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil: Kejadian phelebitis
5,3%. Analisis bivariate Kendal’s tau C menunjukkanada hubungan pemberian terapi iv bolus (p=0,03), lama pemasangan
kateter iv (p=0,00) terhadap terjadinya phlebitis (p<0,05). Uji regresi logistik didapatkan variabel independen memberikan
kontribusi kejadian phlebitis sebesar 24,5%. Uji probabilitas disimpulkan responden yang tidak diganti tusukan infus
rutin dan set drip secara rutin berisiko phlebitis sebesar 100%. Diskusi: Hasil penelitian ini menyimpulkan pentingnya
penggantian kateter intravena perifer dan penggantian set infus untuk pemberian terapi drip secara rutin untuk mencegah
terjadinya phlebitis. Kesimpulan: penelitian lebih lanjut menganalisis faktor risiko phlebitis di luar faktor yang telah
diteliti seperti faktor tetesan dan ketrampilan perawat dalam pemasangan infus.
Kata kunci: Kateter Intravena, phlebitis, set infus
LATAR BELAKANG
Pasien yang dirawat di rumah sakit (RS) Control Trial) oleh Webster, et al. (2015) di
sering mendapat terapi penggantian cairan klinik di RS di Australia terhadap 3.283
atau obat-obatan melalui keteter intravena pasien yang terpasang infus, didapatkan
(iv). Lebih dari 80% pasien mendapatkan kejadian phlebitis dalam 48 jam setelah
terapi melalui intravena dengan melakukan pelepasan infus ditemukan sebanyak 59
pemasangan kateter intravena (Çakar, (1,8%) pasien. Peneliti menyimpulkan ada
2008). Kateter iv perifer berukuran pendek hubungan antara phlebitis post pemasangan
ditempatkan di pembuluh darah vena perifer infus di unit emergency (p=0,03). Penelitian
untuk mengalirkan obat-obatan, cairan lainnya oleh Cicolini et al. (2014) terhadap
atau nutrisi langsung ke pembuluh darah. 1.498 responden dari 5 RS di Italia didapatkan
Pemberian terapi ini membutuhkan set infus kejadian phlebitis sebanyak 15,4% dan
sebagai penghubung antara kateter dan mayoritas (94,4%) adalah phlebitis grade
cairan infus (Webster et al., 2015). Pemberian satu. Ketiga penelitian tersebut menunjukkan
terapi iv dapat menimbulkan beberapa angka kejadian phlebitis di atas rekomendasi
komplikasi serius antara lain ekstravasasi, dari INS (Infusion Nursing Society, 2011)
eccymosis, hematoma, infeksi dan phlebitis yaitu sebesar 5%.
(Uzun, 2012). Faktor yang berhubungan dengan
Phlebitis akibat pemasangan kateter terjadinya phlebitis antara lain: (1) faktor
perifer adalah peradangan dari tunika intima kimia, akibat iritasi obat atau cairan infus;
dari vena superfisial. Peradangan terjadi (2) faktor mekanik, ukuran, lokasi dan bahan
akibat iritasi dari intima tunika oleh mekanik, kateter iv dan keahlian saat penusukan; (3)
kimia atau bakteri (Royal College of Nursing/ faktor infeksi, terkontaminasi mikroorganisme
RCN, 2010). Phlebitis didiagnosis dengan dari kulit, dan kontaminasi hub dan kateter;
satu atau lebih tanda dan gejala dari nyeri, (4) faktor pasien, adanya infeksi di tempat
tegang, bengkak, indurasi, dan kemerahan lain, usia, jenis kelamin (Wallis et al., 2014).
(Ray-Barruel et al., 2014). Angka kejadian Penelitian yang dilakukan oleh Triyanto &
phlebitis 52,2% dari 224 sample pasien yang Upoyo (2006) terhadap 74 pasien di RSUD
terpasang infus di salah satu RS di Afrika Purbalingga, faktor risiko terjadinya phlebitis
(Osei-Tutu et al., 2015). adalah ukuran kateter no 18 (p=0,01), lama
Insiden phlebitis dari penelitian pemasangan 120 jam dan 144 jam (p=0,01),
Pasalioglu & Kaya (2014) terhadap 439 tempat insersi vena fossa kubiti dan vena di
pasien terpasang infus didapatkan sebanyak kaki (p=0,03), cairan hipertonis (p=0,01),
111 responden (59,7%) terjadi pada 48 jam obat parenteral pH asam (p=0,02) dan
setelah pemasangan kateter iv, sebanyak perawatan terapi iv setiap 72 jam (p=0,03).
52 responden (37,1%) terjadi pada 49-96 Dampak terjadinya phlebitis
jam setelah pemasangan dan 18 responden mengakibatkan memperpanjang hari rawat
(15,9%) pada pemasangan 97-120 jam. pasien di RS, meningkatkan biaya perawatan
Penelitian oleh Triyanto & Upoyo (2006) dan beberapa kasus dapat menimbulkan
terhadap 74 responden di RSUD Purbalingga bakterimia atau pembentukan trombus
kejadian phlebitis sebanyak 22,9%. (Stuart, Cameron, & Scott, 2013).
Kejadian phlebitis dapat terjadi selama Prosedur pencegahan terjadinya phlebitis
pemasangan iv dan dapat juga terjadi setelah menjadi hal yang penting untuk diketahui
kateter iv dilepas. Studi RCT (Randomized dan dilakukan dalam merawat pasien yang
14
Pengaruh Penggantian Kateter Intravena dan Set Infus
menggunakan terapi iv infus. Beberapa hasil ada infeksi lokal atau infeksi darah terkait
penelitian membuktikan lamanya penempatan penusukan kateter iv pada kedua kelompok.
kateter iv secara signifikan berisiko terjadi Peneliti menyimpulkan penggantian tusukan
phlebitis. Penelitian yang dilakukan oleh infus pada indikasi klinis dilakukan pada satu
Osei-Tutu et al. (2015) terhadap 224 pasien dari dua pasien dan membutuhkan cukup satu
yang terpasang infus di unit medikal bedah, saja kateter kanul dalam terapi iv, sebaliknya
diadapatkan kejadian phlebitis lebih tinggi satu dari lima pasien menggunakan satu
di antara pasien yang terpasang kateter iv kateter kanul pada penggantian rutin. Peneliti
lebih dari hari keempat (66,3%) dibandingkan menyimpulkan penggantian berdasarkan
dengan pasien yang terpasang hingga hari indikasi klinik dapat menghemat peralatan,
keempat (44,4%) (p=0,002). Penggunaan waktu, staf dan ketidaknyamanan pasien.
kateter iv lebih dari 4 hari berisiko empat kali Penusukan kateter iv menimbulkan rasa
lebih tinggi menyebabkan phlebitis. Peneliti tidak nyaman dan menyebabkan kecemasan
menyimpulkan kejadian phlebitis secara serta stres pada pasien. Disamping itu dapat
signifikan meningkat pada hari keempat menyebabkan infeksi, phlebitis dan infiltrasi.
pasca-penusukan kateter iv. Di UK penusukan diganti tiap 72-96 jam sesuai
Penggantian kateter IV direkomendasikan dengan national guidelines (Department of
oleh Centerbury District Health Board Health (DH), 2007 dalam Bolton, 2015). Tiga
(CDHB) (2015) adalah setiap 3-4 hari untuk tahun kemudian dilakukan update guideline
mencegah iritasi pada vena atau infeksi darah dan rekomendasinya adalah penggantian
dan phlebitis. Akan tetapi prosedur tersebut tusukan bila ada indikasi dari pada rutin.
dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada Perubahan rekomendasi ini dalam 6 bulan
pasien dan biaya meningkat. Rekomendasi terakhir didapatkan tidak ada pengaruh pada
yang dikeluarkan oleh US Centers for pasien. Perubahan ini telah memberikan
Disease Control and Prevention (CDC) tidak pengaruh yang signifikan mengurangi biaya
perlu mengganti tusukan kateter intravena dan waktu. Diperkirakan dapat menghemat
dewasa setiap 72-96 jam untuk mencegah waktu 11.750 jam pada petugas yang sibuk.
phlebitis. Kateter iv diganti hanya kalau Hal yang paling penting bagi pasien adalah
perlu, sedangkan set infus diganti setiap 3-4 dia tidak harus menahan nyeri untuk tindakan
hari, dipercaya mengurangi komplikasi infeksi yang tidak penting dan risiko terjadi infeksi
(Webster et al., 2015). akibat pengulangan penusukan bila tidak ada
Bolton (2015) melakukan penelitian indikasi untuk tidak dilakukan (Bolton, 2015).
terhadap 362 pasien yang dilakukan US Centers for Disease Control
pemasangan infus, 185 sampel dilakukan Guidelines (CDC) merekomendasikan
penggantian tusukan infus bila ada kriteria penggantian tusukan kateter iv perifer tidak
dan 177 pasien dilakukan penggantian perlu rutin, dapat lebih dari 72-96 jam
tusukan infus tiap 3 hari. Dilakukan penilaian (3-4 hari). Webster et al. (2015) dalam studi
komplikasi phlebitis, infiltrasi, sumbatan, RCT dengan membandingkan penggantian
terlepas, infeksi lokal dan infeksi darah rutin kateter perifer iv dengan penggantian
akibat pemasangan kateter iv. Hasil penelitian hanya bila ada indikasi klinik pasien di RS
didapatkan komplikasi pemasangan iv yang dilakukan pemasangan infus secara
68/1000 hari (kelompok indikasi klinik) dan kontinyu terhadap tujuh penelitian dengan
66/1000 hari (kelompok penggantian rutin total sampel 4.895 pasien didapatkan tidak
(p=0,86; HR 1,03; 95% CI, 0,74-1,43). Tidak ada hubungan yang bermakna penggantian
15
JPPNI Vol.03/No.01/April-Juli/2018
secara rutin dengan penggantian sesuai perawat, meningkatkan limbah rumah sakit
dengan indikasi klinik terhadap terjadinya dan ketidaknyamanan pasien.
infeksi Catheter-related bloodstream Tujuan penelitian ini adalah untuk
infection (CRBSI) dengan p=0,64 (>0,05) menganalisis pengaruh penggantian rutin
dan juga tidak ada hubungan yang signifikan tusukan kateter iv perifer dan penggantian
kejadian phlebitis dengan p=0,75). Peneliti rutin set infus terhadap terjadinya phlebitis
menyimpulkan penggantian rutin ternyata di RS Sint Carolus Jakarta.
tidak mengurangi risiko phlebitis dan infeksi
bloodstream. Penggantian tusukan secara METODE PENELITIAN
rutin tidak penting bila fungsi kateter baik Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dan tidak ada tanda dan gejala infeksi. dengan desain prospective cohort, yang
Biaya yang dikeluarkan untuk menggantian bertujuan untuk menganalisis pengaruh
tusukan juga dapat dihemat. Peneliti juga penggantian rutin penusukan dan penggantian
menyimpulkan tidak ada fakta penggantian set infus drip terhadap kejadian phlebitis.
tusukan infus tiap 72-96 jam lebih bermakna Populasi penelitian ini adalah pasien yang
dalam pencegahan phlebitis. Penggantian dirawat di unit medikal dan bedah di RS Sint
kateter hanya bila ada indikasi klinik dapat Carolus. Sampel dalam penelitian sebanyak
menghemat biaya, waktu dan staf. 247 responden, yang dipilih secara purposive
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan sampling, berdasarkan kriteria inklusi: 1)
oleh Pasalioglu & Kaya (2014) di RS di Turki berusia lebih dari 15 tahun; 2) terpasang
dari 439 pasien yang terpasang infus, 103 kateter iv dan terpasang infus dihubungkan
responden yang memenuhi kriteria, yang dengan set infus; 3) pemberian terapi infus
menyimpulkan bahwa kateter iv dapat minimal 3 hari; sedangkan kriteria eksklusinya
digunakan dalam jangka waktu lama bila adalah 1) pemasangan infus untuk
prosedur pemasangan dan perawatan pemberian kemoterapi 2) pasien mengalami
dilakukan secara optimal dan pengkajian infeksi kulit sekitar lokasi pemasangan infus
terjadinya phlebitis dilakukan. sejak sebelum pemasangan infus.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara Lokasi penelitian ini dilakukan di
dengan perawat di RS Sint Carolus terkait delapan unit perawatan dewasa RS Sint
dengan praktik penggantian tusukan infus Carolus Jakarta pada Bulan September
dan penggantian set infus yaitu tidak semua 2016. Pengambilan data dilakukan setelah
perawat di unit perawatan medikal bedah mendapat persetujuan dari bagian penelitian
menerapkan praktik yang sama dalam STIK Sint Carolus dan persetujuan dari RS
penggantian tusukan dan penggantian set Sint Carolus. Tehnik pengumpulan data
infus. Diperlukan penelitian berapa lama dalam penelitian ini adalah menggunakan
waktu penempatan kateter iv dan penggantian rekam medis pasien untuk melihat karakteristik
set infus yang optimal dapat mencegah responden (usia, jenis kelamin, terapi yang
phlebitis. Penelitian ini ingin mengetahui didapat, jenis infus, ukuran kateter iv) dan
lamanya penggunaan kateter iv dan set lembar observasi harian. Pasien diobservasi
infus yang dapat mencegah phlebitis. Apabila sejak hari pertama pemasangan infus
penggantian kateter iv setiap 3-4 hari dan sampai dengan hari ketujuh atau sampai
penggantian set infus setiap saat pemberian dengan pelepasan dengan alasan tidak
terapi antibiotika drip maka meningkatkan menggunakan terapi cairan infus. Observasi
biaya perawatan, meningkatkan beban kerja tusukan infus dilakukan setiap hari sekali
16
Pengaruh Penggantian Kateter Intravena dan Set Infus
17
JPPNI Vol.03/No.01/April-Juli/2018
Skala Plebitis
Karakteristik Tidak Phlebitis Phlebitis Total p value
0 1 2 3
Usia
< 48 tahun 94 16 4 1 115
≥ 48 tahun 109 15 8 0 132 0,9
Total 203 31 12 1 247
Jenis kelamin
Laki-laki 94 7 5 1 107 0,05
Perempuan 109 24 7 0 140
Total 203 31 12 1 247
Terapi iv bolus
Tidak dapat 72 6 0 0 78 0,03
Satu jenis 59 10 7 0 89
>2 jenis 0 15 5 1 80
Total 203 31 12 1 247
Terapi drip
Tidak dapat 123 12 7 0 142 0,08
Dapat 80 19 5 1 105
Total 203 31 12 1 247
Lama pemasangan
3 hari 44 0 0 0 44 0,00
4 hari 54 6 2 1 63
5 hari 45 4 3 0 52
6 hari 22 7 1 0 30
7 hari 38 14 6 0 58
Total 203 31 12 1 247
Penggantian tusukan
Tidak diganti 164 3 2 0 169 0,00
Hari ke-1 0 1 0 0 1
Hari ke-2 7 7 0 0 14
Hari ke-3 8 11 8 1 28
Hari ke-4 7 6 2 0 15
Hari ke-5 15 3 0 0 18
Hari ke-6 2 0 0 0 2
Total 203 31 12 1 247
Set drip
Tidak dapat 122 13 8 0 143 0,12
Tidak diganti 12 0 1 0 13
Ganti tiap pemberian 69 18 3 1 91
Total 203 31 12 1 247
18
Pengaruh Penggantian Kateter Intravena dan Set Infus
19
JPPNI Vol.03/No.01/April-Juli/2018
20
Pengaruh Penggantian Kateter Intravena dan Set Infus
dengan mengganti set infus setiap pemberian phlebitis score 2 (CDHB, 2015). Set infus
sehingga risiko phlebitis dapat dicegah. yang digunakan dalam pemberian terapi
Department of Health, Queensland dalam bentuk drip direkomendasikan diganti
Goverment (2015) menyatakan pemberian setiap pemberian dengan tehnik aseptik.
cairan dan obat melalui infus harus selalu Cairan infus yang diberikan secara drip
dipertimbangkan karena dapat merusak memiliki tingkat osmolaritas yang lebih tinggi
pembuluh darah karena adanya perbedaan dari pada plasma, sehingga cairan tersebut
pH dan sifat kimia dari obat seperti kalium berisiko menimbulkan iritasi pada pembuluh
klorida, vancomycin dapat mengiritasi darah. Apabila set drip tidak diganti, ada
vena. Bila memasukkan terapi pada jalur kemungkinan sebagian kecil volume masih
infus iv perifer pastikan teknik asepsis dan ada di selang infus dan apabila pemberian
tepat. Perawat dalam melakukan intervensi terapi selanjutnya diberikan, maka akan
diharapkan tetap mempertahankan kepatenan masuk ke pembuluh darah yang berisiko
aliran infus, mencegah pencampuran obat tinggi mengiritasi (Loveday et al., 2014).
yang tidak kompatibel dengan cairan infus
dengan cara melakukan pembilasan dengan Anaisis Pengaruh Penggantian Rutin
menggunakan cairan NaCL 0.9% dengan Penusukan Kateter Intravena Perifer dan
cara disuntikkan atau infus dosis tunggal. Bila Set Infus Terapi Drip Terhadap Terjadinya
tidak ada aliran infus pembilasan sebanyak Phlebitis
5cc dan bila terpasang infus sebanyak 30 cc. Hasil penelitian pada uji probabilitas
secara statistik didapatkan bahwa responden
Hubungan antara Penggantian Set Drip yang tidak diganti tusukan infus secara
dengan Kejadian Phlebitis rutin dan tidak diganti set drip secara rutin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berisiko phlebitis sebesar 100%. Sebanyak
dari 247 responden yang terpasang infus, 164 responden yang tidak ada pengantian
terdapat 105 (42,5%) mendapat terapi infus tusukan kateter iv hanya 5 responden yang
dalam bentuk drip dan mayoritas pasien mengalami phlebitis yaitu pada skala 1
diganti set infus setiap pemberian terapi drip sebanyak 4 responden (2,43%). Mayoritas
(86,6%). Dalam hal ini phlebitis mayoritas penggantian tusukan infus dilakukan dengan
terjadi pada pasien yang tidak mendapat alasan karena phlebitis yaitu sebanyak 35
terapi infus drip. Hasil analisis statistik responden dan kejadian phlebitis mayoritas
menunjukkan tidak ada pengaruh bermakna pada skala satu dan penggantian tusukan
penggantian set infus drip dengan phelebitis dilakukan walaupun phlebitis skala satu
(p=0,12). Secara teoritis pada pasien yang karena aliran infus tidak lancar. Penggantian
mendapat terapi intravena secara drip bila infus dengan alasan reposisi dilakukan pada
set infus diganti setiap pemberian terapi 23 responden dan phlebitis hanya terjadi
sangat berpotensi terjadi kontaminasi pada satu responden yaitu pada skala satu.
pada saat hub dilepaskan. Bila set infus Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dilepaskan dari kateter iv maka set harus yang dilakukan oleh Salgueiro‑Oliveira,
dibuang dan diganti baru dan dipasang Parreira & Veiga (2012) terhadap 1.244
dengan tehnik aseptik dan memperhatikan responden kejadian phlebitis sebesar
standar pencegahan (O’Grady et al., 2011). 11.9%. hasil analisis multivariate didapatkan
Kateter perifer harus dilepas/diganti tidak pemberian infus KCl berpeluang OR: 2.112,
lebih sering dari 72 jam atau bila ada tanda pemberian antibiotika OR 1.877 terjadi
21
JPPNI Vol.03/No.01/April-Juli/2018
phlebitis. Penelitian Siti (2015) diperoleh faktor digunakan untuk desinfektan dan melibatkan
yang paling dominan berhubungan dengan pasien dalam perawatan.
terjadinya phlebitis adalah tehnik desinfeksi
(OR=4,567). Pada penelitian yang dilakukan DAFTAR PUSTAKA
oleh Osei-Tutu et al. (2015), penggunaan Bolton, D. (2015) Clinically indicated
kateter iv lebih dari 4 hari berisiko empat kali replacement of peripheral cannulas.
lebih tinggi berisiko phlebitis. Penempatan British Journal of Nursing, Therapy
kateter IV di pembuluh darah adalah benda Supplement, 24: S4-S1.
asing bagi tubuh dan akses masukkan kateter Bonnici, E. T. (2012). Safe patient care through
berpotensi masuknya bakteri yang ada di kulit better peripheral intravenous catheter
ke pembuluh darah. Lamanya kateter kontak management. Int J Infect Control, 8(2).
dengan pembuluh darah berpotensi merubah Çakar, V. (2008). Infection control practices
struktur intima pembuluh darah yang berisiko at peripheral venous catheters and
tinggi terjadi phlebitis, untuk itu tindakan intravasculer catheters. J Nurs Educ
penggantian rutin setiap 3 hari tusukan infus Res, 5(1):24-33.
dapat mencegah terjadinya phlebitis. Centerbury District Health Board (CDHB).
(2015). Peripheral intravenous
SIMPULAN therapy. Retrieved from http://www.
Pemberian terapi iv adalah untuk cdhb.health.nz/Hospitals-Services/
menggantikan, mengkoreksi kekurangan Health-Professionals/CDHB-Policies/
cairan, dan tranfusi darah, tetapi pasien Fluid-Medication-Manual/Documents/
berisiko mengalami phlebitis. Hasil penelitian Peripheral-IV%20therapy-Policy.pdf
ini didapatkan secara statistik ada pengaruh Cicolini, G., Manzoli, L., Simonetti, V., Flacco,
pemberian terapi iv bolus (p=0,03), lama M. E., Comparcini, D., Capasso, L., Di
pemasangan kateter iv (p=0,00) terhadap Baldassarre, A. (2014). Phlebitis risk
terjadinya phlebitis. Hasil analisis uji varies by peripheral venous catheter
probabilitas yaitu penggantian rutin kateter site and increases after 96 hours: a large
intravena dan set infus didapatkan risiko multi-centre prospective study. J Adv
phlebitis sebesar 100% bila tidak dilakukan Nurs, 70(11): 2539-2549.
penggantian secara rutin. Penelitian ini Department of Health, Queensland
merekomendasikan semua pasien dewasa Goverment. (2015). Guideline Peripheral
yang mendapat terapi cairan infus harus intravenous catheter (PIVC). Retrieved
dilakukan penggantian tusukan secara rutin from https://www.health.qld.gov.au/__
setiap tiga hari atau sebelum tiga hari bila data/assets/pdf_file/0025/444490/icare-
sudah ada tanda phlebitis dan penggantian pivc-guideline.pdf
set infus drip setiap pemberian terapi. Apabila Infusion Nurses Society (INS). (2011) Infusion
tidak memungkinkan penggantian setiap nursing standards of practice. Journal of
pemberian, peneliti merekomendasikan Infusion Nursing, 29(1S): SI-90
pembilasan dengan cairan isotonik setelah ______________ (2016). Infusion therapy
pemberian terapi drip. Penelitian lebih lanjut standards of practice. Journal of Infusion
yaitu meneliti faktor risiko lain di luar model Nursing, 39(1S): S1-S159.
yang telah diteliti, seperti ketrampilan perawat Jackson A. (1998) Infection control: A battle in
dalam melakukan insersi, cairan yang vein infusion phlebitis. Nursing Times,
94(4): 67-71.
22
Pengaruh Penggantian Kateter Intravena dan Set Infus
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Peraturan Salgueiro‑Oliveira, A., Parreira, P., & Veiga, P.
Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun (2012). Incidence of phlebitis in patients
2011 tentang keselamatan pasien di with peripheral intravenous catheters:
rumah sakit. Jakarta: Kementerian The influence of some risk Factors.
Kesehatan Republik Indonesia. Australian Journal of Advanced Nursing,
Li, X. F., Liu, W., & Qin, Y. (2016). Nurses’ 30(2): 32
perception of risk factors for infusion Stuart, R. L., Cameron, D. R., Scott, C.
phlebitis: A cross-sectional survey. (2013). Peripheral intravenous catheter-
Chinese Nursing Research, 3(1), 37-40. associated staphylococcus aureus
Loveday, H. P., Wilson, J. A., Pratt, R. J., bacteraemia: more than 5 years of
Golsorkhi, M., Tingle, A., Bak, A., prospective data from two tertiary health
Browne, J., Prieto, J. and Wilcox M. services. Medical Journal of Australia,
(2014). Epic3: National evidence-based 198(10): 551– 553.
guidelines for preventing healthcare Siti, R. (2015). Analisis faktor risiko
associated infections in NHS hospitals terjadinya phlebitis di RSUD Puri Husada
in England. Journal of Hospital Infection, Tembilahan (tesis). Universitas Andalas,
86(Supp.1): S1-S70. Padang, Indonesia.
O’grady, N. P., Alexander, M., Burns, L. A., Triyanto, E., & Upoyo, A. S. (2006). Analisis
Dellinger, E. P., Garland, J., Heard, S. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
O. & Raad, I. I. (2011). Guidelines for Terhadap Kejadian Plebitis di RSUD
the prevention of intravascular catheter- Purbalingga. Jurnal Keperawatan
related infections. Clinical infectious Soedirman, 1(1), 43-52.
diseases, 52(9): e162-e193. Uzun, S. (2012). Intravenous fluid therapy,
Osei-Tutu, E., Tuoyire, D. A., Debrah, S., In: Fundamentals of nursing, nursing
Ayetey, H. (2015). Peripheral intravenous science and art. Asti AT, Karadağ A.
cannulation and phlebitis risk at Cape (Ed.). Istanbul: Akademi Press and
Teaching Hospital. Postgraduate Publishing.
Medical Journal of Ghana, 4(1) Wallis, M. C., McGrail, M., Webster, J., Marsh,
Pasalioglu, K.B. & Kaya, H. (2014). Catheter N., Gowardman, J., Playford, E. G. R. &
indwell time and phlebitis development Rickard, C. M. (2014). Risk factors for
during peripheral intravenous catheter peripheral intravenous catheter failure:
administration Pak J Med Sci, 30(4): A multivariate analysis of data from a
725–730. randomized controlled trial. Infection
Ray-Barruel, G., Polit, D. F., Murfield, J.E., & Control and Hospital Epidemiology,
Rickard C. M.. (2014). Infusion phlebitis 35(1): 63–68.
assessment measures: A systematic Webster, J., Osborne, S., Rickard, C., New, K.
review.. Journal of Evaluation in Clinical (2015). Replacing a peripheral venous
Practice, 20(2): 191–202. catheter when clinically indicated versus
Royal College of Nursing (RCN). (2010). routine replacement.. Retrieved from
Standards for infusion therapy. London: http://www.cochrane.org/CD007798/
Royal College of Nursing. PVD_replacing-peripheral-venous-
_________________. (2016). Infusion therapy catheter-when-clinically-indicated-
standards: Rapid evidence review. versus-routine-replacement
London: Royal College of Nursing.
23