Anda di halaman 1dari 37

MEMAKSIMALKAN WAKTU KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID

UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) UNTUK MENGURANGI KELUHAN


MUSKULOSKELETAL
(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Cable Tray Election Plan PLTU Tanjung
Jati B Unit 5 dan 6 di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah)

Disusun Oleh:
Priyanto Setyo Harbowo - 21070116130075

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melakukan suatu pekerjaan, para pekerja tentu menginginkan pekerjaan
tersebut dapat diselesaikan dengan mengeluarkan tenaga yang minimal tetapi hasil yang
akan dicapai maksimal. Untuk melakukan hal tersebut, terkadang para pekerja menemui
kendala yang sering dihadapi di lingkungan kerja. Kendala tersebut ada pada faktor
eksternal dan internal. Faktor dari luar misalnya lingkungan kerja, dan lingkungan kerja
ini meliputi kondisi atau suasana kerja yang kurang sehat, tidak nyaman, tidak
memberikan keamanan dan terkadang berpotensi menimbulkan kecelakaan dalam
bekerja. Faktor internal adalah faktor yang berada pada diri pekerja itu sendiri yang
biasanya meliputi keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaan. Kedua faktor ini
berhubungan langsung terhadap performa pekerja dalam melakukan pekerjaan dan
mempunyai efek yang berkaitan dengan konsistensi pekerja dalam melakukan
pekerjaannya.
Masalah ergonomi di tempat kerja yang paling sering ditemukan ditempat kerja
adalah Muskuloskeletal Disorders (MSDs). Menurut National Institute of Occupational
Safety and Health (NIOSH) dan World Health Organization (WHO), MSDs merupakan
gangguan yang disebabkan ketika seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi
pekerjaan yang signifikan sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus
pada sistem Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, dan otot. Dominansi MSDs
sebagai permasalahan kesehatan terkait pekerjaan dapat pula dilihat dari hasil penelitian
di berbagai negara yang menyatakan bahwa MSDs menduduki posisi pertama.
Pernyataan ini didukung oleh data dari Labour Force Survey (LFS) U.K., yang
menunjukkan MSDs pada pekerja sangat tinggi yaitu sejumlah 1.144.000 kasus dengan
distribusi kasus yang menyerang punggung sebesar 493.000 kasus, anggota tubuh bagian
atas atau leher 426.000 kasus, dan anggota tubuh bagian bawah 224.000 kasus.4 Hasil
penelitian serupa di Amerika adalah terdapat sekitar enam juta kasus MSDs pertahun atau
rata-rata 300 - 400 kasus per- 100.000 orang pekerja.

2
Permasalahan mengenai MSDs sangat sering ditemui di perusahaan manapun
yang pekerjaannya melakukan kegiatan atau gerakan yang berulang secara terus-menerus.
Salah satu contoh pekerjaan yang beresiko terkena MSDs yaitu pekerjaan pandai besi
yang mengharuskan pekerja melakukan suatu kegiatan dengan frekuensi dan durasi yang
relatif lama. Masalah yang seperti ini harus ditangani untuk menjaga konsistensi pekerja
dan dapat mengurangi resiko keluhan sakit pada bagian tertentu yang mengakibatkan
cidera yang berkelanjutan dan keluhan paling sering ditemui adalah keluhan pada bagian
pinggang (Low Back Pain) dan pada bagian bahu. Pekerjaan dengan beban yang berat
dan dilakukan secara terus-menerus dan dipengaruhi oleh perancangan kondisi kerja yang
tidak ergonomis dapat mengakibatkan berbagai keluhan diatas.
PT. Wasa Mitra Engineering adalah perusahaan yang bergerak di bidang
konstruksi yang terfokus pada pengerjaan infrastruktur pembangkit listrik. PT. Wasa
Mitra Engineering sendiri mendapatkan tugas pada proyek konstruksi pembangunan
PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6. PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 ini memiliki
kapasitas masing-masing unit 1000 MW yang merupakan proyek vital negara terutama
dalam pasokan listrik Jawa dan Bali. Proyek ini masih dalam tahap pengerjaan dan
direncanakan akan selesai pada tahun 2021.
Pada proyek konstruksi unit 5 dan 6 ini, terdapat beberapa jenis pekerjaan seperti
pemasangan kabel tray, grounding kabel, dan pemasangan panel. Untuk jenis pekerjaan
yang dianalisis pada laporan kali ini adalah pada bagian mechanical yaitu pemasangan
kabel tray khususnya saat melakukan proses drilling, cutting, dan pemindahan barang.
Proses drilling bertujuan untuk melubangi batang besi yang akan dijadikan kabel tray.
Proses cutting bertujuan untuk memotong batang besi menjadi ukuran yang sesuai.
Sedangkan proses memindahkan barang yaitu untuk memindahkan barang dari storage
menuju ke tempat drilling dan cutting. Pekerjaan drilling dan cutting dilakukan
setidaknya selama 3 jam per hari. Sedangkan untuk pemindahan barang dilakukan
setidaknya 1 jam sehari tergantung berapa banyak barang yang dipindahkan. Dengan
durasi yang cukup lama tersebut, ada kemungkinan pekerja terkena masalah MSDs
karena postur kerja yang statis dalam jangka waktu yang lumayan lama.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengatasi masalah postur kerja yang
salah satunya adalah dengan metode RULA. Metode RULA (Rapid Upper Limb

3
Assesment) adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya, dan gerakan suatu aktivitas
kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode
ini menggunakan diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan evaluasi
terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan
permasalahan yang terjadi pada pekerja bagian Mechanical di area unit 5 dan 6 PT. Wasa
Mitra Engineering adalah adanya postur kerja yang kurang baik dari pekerja sehingga
mengakibatkan munculnya keluhan muskuloskeletal. Berikut adalah tabel durasi kerja
dan frekuensi kerja dari masing-masing operator:
Tabel 1. 1 Tabel Durasi dan Frekuensi Kerja

Jenis Pekerjaan Durasi kerja per hari (jam) Frekuensi kerja per jam
Cutting 4 60
Drilling 4 60

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari kegiatan Kerja Praktek pada PT. Wasa Mitra Engineering yaitu:
1. Menganalisa postur yang dilakukan pekerja saat bekerja.
2. Merancang perbaikan waktu kerja untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal
pada pekerja
1.4 Batasan Penelitian
Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Data yang digunakan adalah hasil observasi terhadap pekerja yang bekerja di
bagian mechanical pada PT. Wasa Mitra Engineering
b. Data diambil selama 3 hari dengan ketentuan pekerja melakukan pekerjaan 8
jam per hari dalam satu minggu (6 hari kerja).
c. Peneliti menitik-beratkan pada postur yang dilakukan oleh operator.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

4
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penulisan, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi dasar teori yang dijadikan referensi peneliti dalam
menyusun laporan kerja praktek.
BAB III TINJAUAN SISTEM
Bab ini membahas mengenai profil perusahaan, logo perusahaan, visi
dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, lokasi perusahaan,
produk perusahaan, dan sistem perusahaan
BAB IV PENGUMPULAN DATA
Berisi tentang bagaimana alur penelitian atau tahapan-tahapan
penelitian yang digunakan dalam kerja praktek dan pengumpulan data
yang digunakan.
BAB V ANALISIS DATA
Berisi tentang pengolahan data serta analisis dari pengolahan data yang
dilakukan.

BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa saran yang
dapat diberikan berkenaan dengan penelitian.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ergonomi


Ergonomi berasal dari bahsa Yunani yaitu ergos yang berarti kerja dan nomos
yang berarti hukum alam. Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu mengenai penyesuaian
antara manusia dengan pekerjaannya (tugas-tugasnya, peralatan yang digunakan,
informasi yang digunakan serta lingkungan fisik dan sosialnya), dimana manusia
merupakan pusat dari ilmu ergonomi berdasarkan kemampuan dan keterbatasannya .
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. (HSE UK, 2007).
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka et al, 2004) adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan
promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas hidup yang tinggi.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi mengenai sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk menciptakan suatu system kerja yang
ENASE (Efektif, Nyaman, Aman, Sehat, dan Efisien).Ergonomi berkaitan erat dengan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Karena baik ergonomi maupun K3 melibatkan
interkasi antara manusia dengan lingkungan kerjanya, dan dituntut untuk mampu
berinteraksi dengan lingkungan kerja dengan baik sehingga mampu meningkatkan
kualitas kerja.

6
Kinerja manajemen K3 sangat bergantung pada sejauh mana ergonomi diperhatikan di
dalam perusahaan, meskipun suatu perusahaan telah dinilai baik atau sempurna dalam hal
manajemen K3, kecelakaan kerja tidk dapat dihindari terutama pada perusahaan yang
memiliki pabrik dan banyak melibatkan kinerja manusia yang membutuhkan tenaga fisik.
Seperti musculoseletal disorder (kelainan otot-rangka) yang sebenarnya menyumbang
kasus kecelakaan kerja cukup tinggi dibandingkan kecelakaan kerja yang lain.
2.2 Beban Kerja
Beban kerja (Nurmianto, E. 2008) adalah suatu kondisi dimana operator memiliki
keterbatasan kapasitas dalam mengolah pekerjaannya. Ketika melaksanakan tugasnya,
seorang operator diharapkan mampu melaksanakan tugas itu semaksimal mungkin dan
mencapai waktu yang sesingkat-singkatnya. Tetapi ketika operator tidak dapat mencapai
hasil yang diharapkan, bisa disimpulkan bahwa terjadi kesengjangan antara kemampuan
operator dengan hasil yang diharapkan. Kesenjangan (gap) ini dapat menimbulkan
kerugian dan kegagalan kerja. Oleh karena itu diperlukan adanya pemahaman dan
pengukuran mengenai beban kerja.
Webster dalam Lysaght et al (1989) memiliki sudut pandang yang berbeda dalam
mengartikan beban kerja. Beban kerja menurut Webster adalah jumlah atau waktu
pekerjaan yang diberikan dan diharapkan dari operator dan jumlah pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh operator dalam suatu periode waktu tertentu. Sementara itu, tiga
kategori beban kerja menurut Lysaght adalah : a) banyaknya pekerjaan yang harus
dilakukan operator, b) waktu atau aspek-aspek tertentu dari waaktu yang harus
diperhatikan oleh pekerja, c) pengalaman baik subyektif maupun obyektif yang dialami
oleh pekerja.
Beban kerja fisik adalah beban kerja yang diterima oleh operator akibat melakukan
pekerjaan-pekerjaan fisik. Beban kerja fisik lebih dipandang sebagai kegiatan
mengangkat (lifting), menarik, mendorong, dan kegiatan lainnya yang membutuhkan
kekuatan otot. Beban kerja sangat berpengaruh terhadap durasi pekerjanya sendiri.
Artinya, semakin berat beban yang ditanggung pekerja maka durasi kerja yang
direkomendasikan juga akan semakin singkat. Tetapi jika beban yang ditanggung ringan,
maka durasi kerja akan lebih panjang.

7
2.3 Fatigue
Fatigue (Wignjosoebroto, S. 2000) adalah suatu kelelahan yang terjadi pada
syaraf dan otot manusia sehingga tidak dapat bekerja sebagai mana mestinya. Makin berat
beban yang dikerjakan dan gerakannya tidak teratur, maka fatigue (kelelahan) akan
semakin cepat. Timbulnya fatigue perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan
otot manusia, sehingga kerja yang dilakukan atau dibebankan dapat sesuai dengan
kemampuan otot. Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal :
 Perasaan lelah
 Perubahan fisiologis
 Menurunnya kemampuan kerja
Faktor yang mempengaruhi fatigue :
 Besarnya tenaga yang dikeluarkan
 Frekuensi dan durasi kerja
 Cara dan sikap dalam melakukan aktivitas
 Jenis kelamin
 Olahraga
 Umur
2.4 Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya
pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf
dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga
dinamakan MSD (Musculoskeletal Disorder). Keluhan MSD yang sering timbul pada
pekerja industri adalah nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku
dan kaki (Sutopo Arif,2009).
Secara garis besar, keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversisble)
Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis. Namun
demikian keluhan tersebut akan segera hilang bila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistant)
Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja
dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

8
Beberapa kemungkinan penyebab atau situasi yang dapat menciptakan kekacauan
dalam sistem ini adalah:
 Lingkungan kerja yang tidak stabil – suhu tinggi atau rendah, kelembaban
 Stres berulang atau trauma di suatu daerah
 Mendorong bagian tubuh ke batas-batasnya, bekerja lebih banyak dan lebih
cepat atau lebih baik
 Postur tubuh yang buruk atau bentuk
 Kegiatan berulang (lifting, getaran, peregangan) yang menggunakan bagian
tubuh yang sama
 Ketidakmampuan tubuh untuk mengejar ketinggalan atau mengatasi kegiatan
 Ketidakmungkinan fisik tubuh untuk melakukan tugas atau pekerjaan tertentu
 Tidak cukup istirahat atau tubuh tidak diperbolehkan untuk pulih di antara
aktivitas-aktivitas kerja.
2.4.1 Faktor-Faktor Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Berikut ini merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya muskuloskeletal (Peter
Vi,2000):
1. Peregangan otot berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) kebanyakan terjadi pada
pekerja yang aktifitasnya memerlukan tenaga yang cukup besar. Karena
apabila sering dilakukan, maka memperbesar terjadinya keuhan pada otot,
bahkan mampu menyebabkan cidera pada otot.
2. Aktifitas berulang
Aktifitas berulang merupakan suatu aktifitas yang frekuensi pekerjaannya
dilakukan secara terus menerus. Suatu aktifitas yang dilakukan terus menerus
tentu akan menyebabkan keluhan pada otot muskuloskeletal karena mendapat
tekanan akibat adanya beban kerja yang terjadi dalam waktu yang cukup
lama, tanpa adanya relaksasi otot.
3. Sikap kerja tidak alamiah
Sikap yang dimaksud adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi awal. Semakin jauh posisi bagian
tubuh dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya

9
keluhan pada otot muskuloskeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini biasanya
terjadi pada orang yang kemampuan kerja nya tidak sesuai dengan tuntutan
kerja.
4. Faktor penyebab sekunder
- Tekanan
Terjadinya tekanan yang cukup berarti terutama pada jaringan otot lunak,
dapat menyebabkan keluhan pada otot muskuloskeletal.
- Getaran
Getaran yang diakibatkan adanya frekuensi tinggi menyebabkan kontraksi
otot bertambah. Kontraksi otot itu menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat hingga terjadi rasa nyeri pada otot.
- Mikrolimat
Suhu yang terlalu dingin dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan
kekuatan pekerja sehingga gerakan akan menjadi lamban, sulit bergerak dan
menurunnya kekuatan otot.
5. Faktor kombinasi
- Umur
Bertambahnya umur tentu memengaruhi tingkat keluhan seseorang.
- Jenis kelamin
Jenis kelamin juga memengaruhi tingkat keluhan otot pada seseorang.
Astarnd dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya
60% dari kekuatan otot pria.Sehingga keluhan otot lebih banyak terjadi pada
wanita dibandingkan pria.
- Kebiasaan Merokok
Kebiasaaan merokok dapat meningkatkan keluhan otot yang dirasakan.
- Kesegaran Jasmani
Tingkat kesegaran tubuh yang rendah mempertinggi resiko terjadinya
keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya
aktivitas fisik.
- Kekuatan Fisik

10
Pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah beresiko 3 kali lipat lebih besar
mengalami keluhan otot dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot
besar.
- Ukuran Tubuh
Ukuran tubuh juga menyebabkan keluhan otot muskuloskeletal.
2.4.2 Mengukur dan Mengenali Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Pengukuran muskuloskeletal disorders (Rizka, 2012): Melalui NBM dapat
diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak
sakit) sampai sangat sakit (wisuda.unud.ac.id).
Nordic Body Map merupakan salah satu metode pengukuran subyektif untuk
mengukur rasa sakit otot para pekerja. Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah
satu bentuk kuisioner checklist ergonomi. Kuisioner Nordic Body Map adalah kuesioner
yang paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja
karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Pengisian kuisioner Nordic Body Map ini
bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan
sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun kerja. Survei ini menggunakan banyak pilihan
jawaban yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian umum dan terperinci. Bagian umum
menggunakan bagian tubuh yaitu yang dilihat dari bagian depan dan belakang.
Responden yang mengisi kuisioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya
gangguan pada bagian area tubuh tersebut. Nordic Body Map memiliki 28 pertanyaan
tentang tingkat keluhan muskuloskeletal dari leher hingga ujung kaki. Masing-masing
sisi tubuh kiri dan kanan memiliki pertanyaan yang berbeda, sehingga seluruh tubuh yang
nyeri akan dinilai dengan cermat. Pada NBM terdapat empat rentang skor yaitu skor satu
untuk tidak sakit, skor dua untuk agak sakit, skor tiga untuk sakit dan skor empat untuk
sangat sakit. Setelah kuesioner diisi, skor dari masing-masing pertanyaan akan
diakumulasi untuk mengetahui tingkatan keluhan musculoskeletal yang diderita
(wisuda.unud.ac.id).

11
2.4.3 Langkah-Langkah Mengatasi Keluhan Muskuloskeletal
Berdasarkan rekomondasi dari Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) tindakan ergonomic untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui
dua cara, yaitu (Granjean,1993):
1. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternative sebagai berikut :
a. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa
dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk
menggunakan peralatan yang ada.
b. Subsitusi, yaitu mengganti alat atau bahan lama dengan alat atau bahan baru
yang aman menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan alat.
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja.
d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko sakit,
misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
2. Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut :
a. Pendidikan dan pelatihan.
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja, sehingga diharapkan dapat beradaptasi dan inovatif
dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit akibat kerja.
b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang
Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan
dangan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat
mencegah paparan yang berlebih terhadap sumber bahaya.
c. Pengawasan yang intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih
dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko akibat kerja. Sebagai gambaran,
berikut ini dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap
kemungkinan terjadi resiko kecelakaan kerja :

12
 Aktivitas angkat-angkat material secara manual :
 Usahakan minimalkan aktivitas angkat-angkat secara manual
 Upayakan agar lantai tidak licin
 Upayakan menggunakan alat Bantu kerja yang memadai, seperti crane,
kereta dorong, dan pengungkit
 Gunakan alas apabila mengangkat di atas kepala atau bahu
 Upayakan agar beban angkat tidak melebihi kapasitas angkat pekerja
 Berat beban dan alat :
 Upayakan untuk menggunakan bahan atau alat yang ringan
 Upayakan menggunakan wadah atau alat angkut dengan kapasitas <50 kg
 Alat tangan :
 Upayakan agar ukuran pegangan tangan sesuai dengan lingkar gengga,m
tangan pekerja dan karakteristik pekerjaan (pekerjaan ringan atau berat)
 Pasang alat peredam getaran pada tangan
 Upayakan pemeliharaan rutin sehingga alat selalu dalam kondisi baik
2.5 RULA
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan metode yang digunakan untuk
mendeteksi postur kerja bagian atas yang beresiko dan dilakukan perbaikan secepat
mungkin. RULA dikembangkan oleh Dr Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett.
Dengan menggunakan RULA, kita dapat mengetahui batasan maksimum dan berbagai
postur pekerja, nilai batasan tersebut berkisar 1 – 7 (Susihono, 2012)
Metode ini tidak membutuhkan peralatan yang spesial dalam penetapan penilaian
postur leher, punggung dan lengan atas. Setiap pergerakan akan diberi skor yang telah
ditetapkan. Metode ini menggunakan diagram body postures dan tiga tabel penilaian
yang disediakan guna mengevaluasi postur – postur kerja yang bahaya dalam suatu
pekerjaan. Faktor resiko yang telah diinvestigasi dijelaskan oleh McPhee sebagai factor
beban eksternal yaitu :
a. Jumlah gerakan
b. Kerja otot static
c. Tenaga/kekuatan
d. Penentuan postur kerja oleh peralatan

13
e. Waktu kerja tanpa istirahat
Menurut Mc Atamney dan Corlett, RULA dikembangkan untuk :
 Memberikan metode penyaringan terhadap suatu pekerjaan yang beresiko
yang menyebabkan gangguan pada anggota badan bagian atas.
 Mengidentifikasikan usaha otot yang berhubungan dengan postur kerja,
penggunaan tenaga dan kerja yang berulang – ulang yang bisa menimbulkan
kelelahan otot.
 Memberikan hasil yang dapat digabungkan dengan metode penilaian
ergonomic (epidomiologi, fisik, mental, lingkungan dan faktor organisasi).
Terdapat empat hal yang menjadi aplikasi utama dari RULA yakni mengukur
resiko muskeloskeletal, membandingakn beban muskeloskeletal antara rancangan stasiun
kerja yang sebelum dimodifikasi dengan yang sudah termodifikasi, mengevaluasi
produktifitas ataupun kesesuaian penggunaan peralatan dan melatih pekerja tentang
beban muskeloskeletal yang diakibatkan perbedaan postur kerja.
Penilaian postur tubuh menggunakan metode RULA dibagi ke dalam dua
kelompok yakni Grup A dan Grup B.
 Penilaian pada Grup A (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
putaran pergelangan tangan) Penilaian lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan dilakukan terhadap sudut
yang dibentuk oleh lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja. Berikut
merupakan contoh – contoh dari sudut yang dibentuk oleh anggota tubuh pada
Grup A :

14
Gambar 2.1 Postur Tubuh Bagian Lengan Atas

Gambar 2.2 Postur Tubuh Bagian Lengan Bawah

Gambar 2.3 Postur Tubuh Pergelangan Tangan

Gambar 2.4 Postur Tubuh Putaran Pergelangan Tangan

Setiap postur tubuh memiliki skor penilainnya masing – masing, skor


penilaiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.7 Skor Lengan Atas
Pergerakan Skor Skor Perubahan
200 (ke depan maupun ke 1 +1 jika bahu naik
belakangan dari tubuh)

15
> 200 (ke belakang) atau 2 +1 jika lengan berputar
200 - 450 atau bengkok
450 - 900 3
> 900 4

Tabel 2.8 Skor Lengan Bawah


Pergerakan Skor Skor Perubahan
600 - 1000 1 +1 Jika lengan bawah
< 600 atau1000 2 bekerja melewati garis
tengah atau keluar dari sisi
tubuh

Tabel 2.9 Skor Pergelangan Tangan


Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi Netral 1 +1 jika pergelangan tangan
00 - 150 (ke atas maupun ke 2 putaran menjauhi sisi
bawah) tengah
150 3

 Penilaian pada Grup B (leher, batang tubuh, kaki)


Penilaian leher, batang tubuh dan kaki dilakukan terhadap sudut yang
dibentuk oleh lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja. Berikut
merupakan contoh – contoh dari sudut yang dibentuk oleh anggota tubuh pada
Grup A :

16
Gambar 2.5 Postur Tubuh Leher

Gambar 2.6 Postur Batang Tubuh

Gambar 2.7 Postur Tubuh Kaki

Sama halnya dengan Grup A, setiap postur tubuh memiliki skor penilainnya
masing – masing, skor penilaiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.10 Skor Bagian Leher
Pergerakan Skor Skor Perubahan
00 - 900 1 +1 jika batang tubuh
100 - 200 2 bengkok
>200 3 +1 jika lengan berputar
Ekstensi 4 atau bengkok

Tabel 2.11 Skor Bagian Batang Tubuh


Pergerakan Skor Skor Perubahan
Posisi normal 900 1

17
00 - 200 2 +1 jika batang tubuh
200 - 600 3 bengkok
>600 4 +1 jika lengan berputar
atau bengkok

Tabel 2.12 Skor Bagian Kaki


Pergerakan Skor
Posisi normal/seimbang 1
Tidak Seimbang 2

Hasil skor dari analisis Grup A dan Grup B dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori level resiko, sebagai berikut (Dina Pangaribuan, 2010):

Tabel 2.13 Kategori Tindakan RULA


Kategori Tindakan Skor Tindakan
1–2 Minimum Aman
3–4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan
5–6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat
7 Tinggi Tindakan sekarang juga

18
BAB III
TINJAUAN SISTEM

3.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek


Kerja praktek ini dilakukan oleh penulis pada pabrik PT Wasa Mitra Engineering
Proyek PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 dengan keterangan sebagai berikut :
Nama Perusahaan : PT Wasa Mitra Engineering
Proyek : Proyek PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6
Divisi : Mechanical
Departemen : Health, Safety, Environment
Alamat :Desa Tubanan, Kecamatan Kembang, Sekuping, Tubanan,
Kembang, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah 59453
Waktu Pelaksanaan : 7 Januari 2019 - 7 Februari 2019
3.2 Profil Umum Perusahaan
PT Wasa Mitra Engineering merupakan sebuah perusahaan multinasional yang
bergerak dalam bidang konstruksi khususnya dalam sektor energi kelistrikan. Perusahaan ini
berasal dari negara Jepang dan mulai melakukan ekspansi ke negara Indonesia pada tanggal
25 September 1975. Perusahaan ini melayani dalam pembangunan infrastruktur vital negara,
seperti pembangkit listrik, sistem komunikasi, pengolahan air, kereta api dll. Selain itu, PT
Wasa Mitra Engineering juga membangun berbagai pabrik industri swasta, seperti pabrik
semen, peleburan logam, kimia, tekstil, dll.
Terdapat 4 fokus pekerjaan yang dapat dilayani oleh PT Wasa Mitra Engineering yaitu :
 Pekerjaan konstruksi pabrik (Instalasi peralatan, Perpipaan, Kelistrikan, Instrumentasi,
dan isolasi)
 Caribrasi Instrumen
 Maintenance Pabrik
 Konsultan penghematan listrik
3.3 Logo Perusahaan
Berikut merupakan logo perusahaan PT Wasa Mitra Engineering :

19
Gambar 3. 1 Logo Perusahaan

3.4 Lokasi Proyek


Berikut merupakan beberapa lokasi proyek yang dikerjakan PT Wasa Mitra
Engineering :
Tabel 3.1 Lokasi Pengerjaan Proyek

NO. PROJECT NAME LOCATION OWNER CUSTOMER


1 MUARA KARANG STEAM MUARA KARANG PT. PLN MARUBENI CORPORATION
POWER PLANT UNIT 1, 2 & 3 (JAKARTA) (PERSERO) MITSUBISHI HEAVY INDUS.
100 MW X 3 UNITS BABCOCK

2 GRESIK STEAM POWER PLANT GRESIK PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


UNIT 1 & 2 (EAST JAVA) (PERSERO) TOSHIBA CORPORATION
100 MW X 2 UNITS

3 ASAHAN SIGURA-GURA HYDRO NORTH SUMATERA PT. INALUM TOSHIBA CORPORATION


POWER PLANT
73.2 MW X 4 UNITS

4 BELAWAN STEAM POWER PLANT NORTH SUMATRA PT. PLN ALSHTOM ATLANTIQUE
65 MW X 2 UNITS (PERSERO)

5 SURALAYA STEAM POWER PLANT WEST JAVA PT. PLN HITACHI ZOSEN
UNIT 1 & 2 400 MW X 2 UNITS (PERSERO)

6 SAGULING HYDRO POWER PLANT WEST JAVA PT. PLN MITSUBISHI CORPORATION
17.5 MW X 4 UNITS (PERSERO) MITSUBISHI ELECTRIC CO.

7 BUKIT ASAM STEAM POWER WEST SUMATRA PT. PLN ALSHTOM ATLANTIQUE
PLANT
65 MW X 2 UNITS (PERSERO)

8 GRESIK STEAM POWER PLANT EAST JAVA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION
UNITS 3 & 4 (PERSERO) TOSHIBA CORPORATION
200 MW X 2 UNITS

20
9 KAMOJANG GEOTHERMAL WEST JAVA PT. PLN MARUBENI CORPORATION
POWER PLANT UNIT 2 & 3 (PERSERO)
55 MW X 2 UNITS

10 BAKARU HYDRO POWER PLANT SOUTH SULAWESI PT. PLN SUMITOMO CORPORATION
65 MW X 2 UNITS (PERSERO)

11 MUARA KARANG GAS TURBINE JAKARTA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


OPEN CYCLE (PERSERO) GENERAL ELECTRIC
100 MW X 3 UNITS

12 GRESIK COMBINED CYCLE EAST JAVA PT. PLN MITSUBISHI CORPORATION


POWER PLANT 3 BLOCKS (PERSERO) MITSUBISHI HEAVY INDUS.
1500 MW SIEMENS GMBH

13 PAITON STEAM POWER PLANT EAST JAVA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION
UNIT 1 & 2 (PERSERO) TOSHIBA CORPORATION
400 MW X 2 UNITS

14 TAMBAK LOROK GAS TURBINE CENTRAL JAVA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION
OPEN CYCLE (PERSERO) GENERAL ELECTRIC
100 MW X 3 UNITS

15 TANJUNG PRIOK COMBINED JAKARTA PT. PLN MARUBENI CORPORATION


CYCLE
POWER PLANT (PERSERO) ASEA BROWN BOVARY
1.5 BLOCK, 1,000 MW

16 MUARA KARANG COMBINED JAKARTA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


CYCLE
POWER PLANT (PERSERO) GENERAL ELECTRIC
158 MW X 1 UNIT

17 GRATI COMBINED CYCLE JAKARTA PT. PLN MITSUBISHI CORPORATION


POWER PLANT 1.5 BLOCKS, (PERSERO) MITSUBISHI HEAVY INDUSTRI
1,200 MW

18 SURALAYA STEAM POWER PLANT WEST JAVA PT. PLN MARUBENI CORPORATION
UNIT 5, 6, 7 (PERSERO)
600 MW X 3 UNITS

19 TAMBAK LOROK COMBINED CENTRAL JAVA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


CYCLE
POWER PLANT (PERSERO) GENERAL ELECTRIC
BLOCK 1 PHASE 2 & BLOCK 2

20 SURALAYA STEAM POWER PLANT WEST JAVA PT. PLN SAMSUNG HEAVY
INDUSTRIES
UNIT 5, 6, 7 (PERSERO)
600 MW X 3 UNITS

21
21 MUARA TAWAR COMBINED WEST JAVA PT. PLN MARUBENI CORPORATION
CYCLE
PWER PLANT (PERSERO)

22 PAITON PRIVATE POWER PLANT EAST JAVA PT. PEC SHINWA ENG. & CONST.
PHASE I 600 MW X 2 UNITS

23 WONOREJO HYDRO POWER PLANT WONOREJO PT. PLN TOSHIBA ENGINEERING CORP.
6 MW X 1 UNIT EAST JAVA (PERSERO)

24 SIPANSI HAPORAS HYDRO SIBOLGA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


POWER PLANT NORTH SUMATRA (PERSERO) TOSHIBA CORPORATION
17.6 MW X 1 UNIT
34 MW X 1 UNIT

25 SIPANSI HAPORAS HYDRO SIBOLGA PT. PLN PT. MEIDEN ENGINEERING


POWER PLANT NORTH SUMATRA (PERSERO)
17.6 MW X 1 UNIT
34 MW X 1 UNIT

26 BATUTEGI HYDRO POWER PLANT LAMPUNG PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


14.9 MW X 2 UNITS (PERSERO) TOSHIBA CORPORATION

27 RELOCATION OF PLTG/GE FROM BALI PT. INDONESIA PT. INDONESIA POWER


TJ.
PRIOK TO PEMARON, 2 X 50 MW POWER

28 TANJUNG JATI B POWER STATION TANJUNG JATI PT. PLN SUMITOMO CORPORATION
660 MW X 2 UNITS CENTRAL JAVA (PERSERO) TOSHIBA CORP.

29 PALEMBANG GFCC POWER PLANT PALEMBANG CHENGDA ENG. PT. TRUBA JURONG ENG.
150 MW SOUTH SUMATRA CORPORATION
OF CHINA

30 CILACAP CFSPP 2 X 300 MW CILACAP PT.SUMBER SEGARA CHENGDA ENGINEERING


CENTRAL JAVA PRIMADAYA CORPORATION OF CHINA

31 TANJUNG BIN CCPP 2 X 700 MW MALAYSIA METAL PIPE LINE Co. Ltd.

32 JEBEL ALI CCPP UNI EMIRAT ARAB TOSHIBA ENGINEERING Co.


Ltd.

33 BILI -BILI HYDROELECTRIC SOUTH SULAWESI PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


POWER PLANT
1 X 12.75 MW (PERSERO)
1 X 6.5 MW

34 MUSI HYDROELECTRIC POWER BENGKULU - PT. PLN MITSUBISHI CORPORATION


PLANT SUMATERA
2 X 70 MW (PERSERO)

35 TARAHAN CFSPP 2 X 100 MW LAMPUNG - PT. PLN PT. JURONG ENGINEERING


SUMATERA
(PERSERO) LESTARI

22
36 KERAMASAN GTTP 2 X 50 MW PALEMBANG PT. PLN PT. ASTA KERAMASAN
SOUTH SUMATERA (PERSERO) ENERGI

37 WAYANG WINDU GPP 1 X 110 MW PENGALENGAN PT. MAGMA SUMITOMO CORPORATION


WEST JAVA NUSANTARA
LIMITED

38 PLTU 1 JAWA TENGAH 2 X (300-400) REMBANG PT. PLN ZELAN PRIAMANAYA


MW TRONOH
CFPPP CENTRAL JAVA (PERSERO) JOINT OPERATION

39 TANJUNG PRIOK GFPPEP 720 - 780 NORTH JAKARTA PT. PLN MITSUBISHI CORPORATION
MW
(PERSERO) MITSUBISHI HEAVY
INDUSTRY

40 MUARA KARANG GFPP NORTH JAKARTA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


(PERSERO)

41 TANJUNG JATI "B" EXPANSION 2 x JEPARA PT. PLN PT. JURONG ENGINEERING
660 MW
CFPP UNIT 3 & 4 CENTRAL JAVA (PERSERO) LESTARI

42 TANJUNG JATI "B" EXPANSION 2 x JEPARA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


660 MW
CFPP UNIT 3 & 4 CENTRAL JAVA (PERSERO)

43 TANJUNG JATI "B" EXPANSION 2 x JEPARA PT. PLN CENTRAL JAVA POWER
660 MW
CFPP UNIT 3 & 4 CENTRAL JAVA (PERSERO)

44 TANJUNG JATI "B" EXPANSION 2 x JEPARA PT. PLN SUMITOMO CORPORATION


660 MW
CFPP UNIT 3 & 4 CENTRAL JAVA (PERSERO)

45 TANJUNG JATI "B" EXPANSION 2 x JEPARA PT. PLN TOSHIBA CORPORATION


660 MW
CFPP UNIT 3 & 4 CENTRAL JAVA (PERSERO)

46 PAITON III EXPANSION 1 x 880 MW EAST JAVA PT. PLN TAIHEI DENGYO KAISHA, LTD
CFPP
(PERSERO)

3.5 Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam upaya
untuk mencapai kesuksesan dan tercapainya tujuan perusahaan itu sendiri. Segala
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat berjalan dengan baik apabila perusahaan
memiliki struktur organisasi yang baik dan jelas. Struktur organisasi merupakan kerangka
yang skematis mengenai hubungan kerja antara orang-orang, bidang kerja, wewenang,

23
dan tanggung jawab yang terdapat di dalam suatu organisasi yang berfungsi untuk
mencapai tujuan organisasi.
PT Wasa Mitra Engineering dipimpin oleh Project Manager, yang membawahi
Site Manager, HSE. Site manager membawahi Plan Engineer, Kepala Lapangan, Kepala
QC, Kepala HRD. Tugas dan wewenang dalam organisasi diberikan dengan jelas dan
dapat dipahami dengan baik oleh setiap pekerja melalui sebuah deskripsi tugas. Berikut
merupakan struktur organisasi PT Wasa Mitra Engineering pada proyek PLTU Tanjung
Jati B Unit 5 dan 6 :

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Perusahaan

3.6 Produk Perusahaan


Terdapat 4 fokus pekerjaan yang dapat dilayani oleh PT Wasa Mitra Engineering
yaitu :
 Pekerjaan konstruksi pabrik (Instalasi peralatan, Perpipaan, Kelistrikan, Instrumentasi,
dan isolasi)
 Caribrasi Instrumen
 Maintenance Pabrik
 Konsultan penghematan listrik
3.7 Sistem Perusahaan
Berikut merupakan sistem alur kerja yang berlaku di PT Wasa Mitra Engineering
Proyek Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 :

24
1. Meeting Manajer, Supervisor, dan Mandor
Setiap pukul 06.30 WIB para jajaran pimpinan proyek melakukan meeting
membahas mengenai apa yang harus dikerjakan di hari itu untuk masing-masing
divisi. Site Manajer juga menyampaikan informasi dari manajemen pusat proyek
PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 mengenai perkembangan proyek dan target
pengerjaan.
2. Tool Box Meeting
Pada meeting kali ini lebih ditekankan mengenai detail pekerjaan yang harus
dilakukan. Meeting dilakukan oleh mandor dan beberapa pekerja yang tergabung
dalam divisinya. Lalu semua pekerja berkumpul untuk mendapatkan arahan dari
manajer dan divisi K3 mengenai pentingnya menjaga keselamatan kerja.
3. Persiapan Alat dan Material
Pekerja mempersiapkan segala peralatan dan material yang dibutuhkan untuk proses
pengerjaan. Pekerja diharuskan mendata segala kebutuhan dalam selembar kertas
lalu menyampaikan ke bagian warehouse untuk pengambilan alat dan material.
Setelah pemakaian, alat akan dikembalikan ke warehouse sesuai data pinjaman. Jika
ada barang yang hilang merupakan tanggung jawab pihak peminjam.
4. Pelaksaan Kerja
Setelah arahan kerja, alat, dan material sudah siap maka dilakukan pengerjaan sesuai
intruksi pada tool box meeting. Setiap pekerja langsung bekerja sesuai job desk nya
masing-masing dan mandor melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang sedang
dikerjakan.
5. Inspeksi
Pekerjaan ini dilakukan oleh divisi Plan Engineer dibawah departemen Quality
Control. Divisi ini melakukan pengecekan antara gambar rancangan dan pekerjaan
aslinya serta melakukan pencacatan progres menganai pekerjaan tersebut.
6. Laporan Progres
Setelah itu, dilakukan pelaporan progres kepada para pimpinan proyek sebagai bahan
mengukur produktivias kinerja dan evaluasi.
7. Evaluasi Kerja

25
Dilakukan evaluasi mengenai pengerjaan proyek di hari itu. Jika terdapat pekerjaan
yang tidak sesuai rencana, maka akan dilakukan lembur di hari berikutnya.

26
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Alur Penelitian


Berikut adalah flowchart dari penelitian ini:

Mulai

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Menentukan objek
penelitian

Pengumpulan Data
Postur pekerja,
Durasi dan
Frekuensi pekerjaan

Mengolah Data
menggunakan
metode RULA

Hasil
Pengolahan
Data

Analisis Hasil
Pengolahan Data

Memberikan
Kesimpulan dan
Saran

Selesai

Gambar 4. 1 Metodologi Penelitian

27
4.1.1 Studi Pendahuluan
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengenali topik dari penelitian.
Identifikasi masalah dilakukan melalui studi pendahuluan yang meliputi studi lapangan
dan studi pustaka. Studi lapangan berupa peninjauan langsung ke proyek unit 5 dan 6
terkait lingkungan kerja dan pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja, dilanjutkan dengan
wawancara dengan pekerja mengenai pekerjaan yang dilakukan dan kelelahan yang
dialami. Sementara studi pustaka dilakukan dengan mencari teori-teori yang relevan
dengan analisis kelelahan pada pekerja pada jurnal-jurnal penelitian, buku, maupun
sumber lainnya yang terkait dengan analisis pengukuran postur kerja menggunakan
metode RULA.
4.1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya, tahap
selanjutnya adalah perumusan masalah. Adapun rumusan masalah yang digunakan pada
penelitian ini adalah adanya keluhan muskuloskeletal pada pekerja bagian mechanical
khususnya pada pekerjaan drilling dan cutting. Berdasarkan keluhan tersebut maka akan
dilakukan analisis terkait faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keluhan
muskuloskeletal pada pekerja.
4.1.3 Menentukan Objek Penelitian
Setelah mengetahui kondisi lingkungan perusahaan dan masalah-masalah yang
terjadi, peneliti menentukan masalah apa yang akan diangkat dalam laporan. Masalah
yang akan diangkat adalah tentang perbaikan jam kerja untuk pekerja di bagian
mechanical khususnya pada pekerjaan drilling dan cutting.
4.1.4 Pengumpulan Data
Peneliti melakukan observasi di lapangan untuk mengumpulkan data-data yang
sekiranya dibutuhkan dalam penyusunan laporan. Adapun data yang diambil untuk
laporan ini adalah rekaman lama waktu pekerjaan dan postur kerja yang dilakukan
operator dalam melakukan kegiatan drilling dan cutting.
4.1.5 Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk kepentingan laporan,
data-data tersebut kemudian diolah. Peneliti menggunakan metode RULA untuk
mengetahui beban kerja dari pekerja bagian cutting dan drilling.

28
4.1.6 Analisis dan Pembahasan
Analisis dilakukan berdasarkan pengolahan data yang dilakukan. Analisis
meliputi pembahasan postur kerja dari operator dan mengetahui beban kerja dari operator
menggunakan metode RULA. Berdasarkan hal tersebut maka akan dicari batas waktu
kerja yang optimal untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal dari pekerja.
4.1.7 Kesimpulan dan Saran
Tahap selanjutnya adalah memberikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan
diberikan berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Selain itu, diberikan saran-saran yang dapat bermanfaat dan menjadi
pertimbangan bagi perusahaan.

29
BAB V
PENGUMPULAN DATA, PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

5.1 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di proyek PLTU Tanjung Jati B unit 5 & 6 yang
dikerjakan oleh PT. Wasa Mitra Engineering. Ada beberapa jenis pekerjaan pada area ini,
diantaranya welding, drilling, cutting, dan pemindahan barang. Ada 3 orang pekerja di
area ini. Pengumpulan data dilakukan selama 3 hari pada saat waktu kerja.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati pekerja bagian mechanical PT.
Wasa Mitra Engineering. Pada area ini, terdapat banyak pekerjaan yang dilakukan dalam
posisi lama dan berulang. Data yang diambil adalah postur pekerja, durasi kerja, dan
frekuensi kerja saat melakukan proses drilling dan cutting. Berikut adalah tabel durasi
kerja dan frekuensi kerja dari pekerja:
Tabel 5. 1 Tabel Durasi dan Frekuensi Kerja

Jenis Pekerjaan Durasi kerja per hari (jam) Frekuensi kerja per jam
Cutting 4 60
Drilling 4 60

Untuk pekerjaan drilling, durasi pekerjaannya adalah 4 jam per hari dengan
frekuensi kerja 60 kali per jam. Sedangkan untuk pekerjaan cutting, durasi pekerjaannya
adalah 4 jam per hari dengan frekuensi kerja 60 kali per jam. Setelah 3 hari melakukan
pengamatan, didapatkan beberapa kegiatan kurang baik dalam postur tubuh yang
dilakukan oleh pekerja saat melakukan pekerjaannya, berikut merupakan beberapa
kegiatan yang dilakukan pekerja :
 Posisi kerja proses drilling:

30
Gambar 5. 1 Posisi Kerja Drilling

 Posisi kerja proses cutting:

Gambar 5. 2 Posisi Kerja Cutting

31
5.2 Pengolahan Data
Setelah melakukan pengamatan dan mendapatkan beberapa kegiatan dari pekerja,
langkah selanjutnya adalah mengolah data postur tubuh pekerja menggunakan metode
RULA. Berikut adalah tabel RULA yang akan digunakan untuk pengolahan data:

Gambar 5. 3 Tabel RULA

Analisis menggunakan metode RULA digunakan untuk mengetahui seberapa


besar beban kerja dari pekerja berdasarkan postur kerja yang dilakukan. Berikut adalah
analisis postur dari pekerja.
 Kegiatan Pengeboran / Drilling

32
Gambar 5. 4 Analisis Postur Kerja Drilling

Berdasarkan gambar diatas, berikut adalah analisis RULA menggunakan Tabel


RULA:
Bagian A (Lengan bagian Atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan)
- Posisi lengan bagian atas menunjukan posisi sudut 20-45o dimana skor
adalah 2
- Posisi lengan bagian bawah menunjukan posisi sudut antara 0-60o dan
membuka dimana skornya adalah 2
- Posisi pergelangan tangan mendapatkan skor 3
- Posisi perputaran pergelangan mendapat skor 2
- Postur berlangsung lebih dari 10 menit mendapat skor 1
- Terdapat getaran pada benda kerja, mendapat skor 3
Dari hasil diatas didapat nilai pada Tabel A adalah 8
Bagian B (Leher, punggung dan kaki )
- Posisi leher menekuk 250 dengan skor 3
- Posisi punggung menunjukan sudut lebih dari 20-600 dengan skor 3
- Posisi kaki mendapat skor 1
- Postur berlangsung lebih dari 10 menit mendapat skor 1

33
- Terdapat getaran pada benda kerja, mendapat skor 3
Dari hasil diatas didapat nilai pada Tabel B adalah 8
Dengan nilai hasil table A dan B maka didapatkan nilai hasil akhir Tabel C adalah
7 dimana hasilnya yaitu perlu dilakukan perbaikan saat itu juga.

 Kegiatan Memotong / Cutting

Gambar 5. 5 Analisis Postur Kerja Cutting

Berdasarkan gambar diatas, berikut adalah analisis RULA menggunakan Tabel


RULA:
Bagian A (Lengan bagian Atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan)
- Posisi lengan bagian atas menunjukan posisi sudut 20-45o dan bahu
terangkat, mendapatkan skor 3
- Posisi lengan bagian bawah menunjukan posisi sudut antara 0-60o dan
membuka dimana skornya adalah 2
- Posisi pergelangan tangan mendapatkan skor 2
- Posisi perputaran pergelangan mendapat skor 1
- Postur berlangsung lebih dari 10 menit mendapat skor 1
- Terdapat getaran pada benda kerja, mendapat skor 3
Dari hasil diatas didapat nilai pada Tabel A adalah 8

34
Bagian B (Leher, punggung dan kaki )
- Posisi tidak terlalu menekuk dengan skor 3
- Posisi punggung menunjukan sudut lebih dari 90 dengan skor 3
- Posisi kaki lurus skor 2
- Postur berlangsung lebih dari 10 menit mendapat skor 1
- Terdapat getaran pada benda kerja, mendapat skor 3
Dari hasil diatas didapat nilai pada Tabel B adalah 9
Dengan nilai hasil table A dan B maka didapatkan nilai hasil akhir Tabel C adalah
7 dimana hasilnya yaitu perlu dilakukan perbaikan saat itu juga.

35
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan menggunakan table RULA pada 3 kegiatan yang dilakukan
pekerja pada bagian mechanical didapatkan hasil bahwa postur tubuh pada kegiatan
pemotongan / cutting memiliki nilai RULA terbesar dimana hasil dari nilainya adalah 6.
Sedangkan nilai RULA untuk kegiatan drilling dan membawa barang (batang besi)
mendapat nilai 4. Nilai nilai diatas ada yang sudah sedikit diatas batas wajar dimana
pekerjaan sebaiknya tidak dilakukan seperti hal demikian dan perlu perbaikan postur agar
mengurangi keluhan muskuloskeletal.
6.2 Saran
1. Meminimalisir kegiatan diatas agar menjadikan pekerja tidak cedera
2. Melakukan pengarahan kepada pekerja tentang kegiatan yang baik.

36
DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Deddy Yudha. Analisa Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode Rapid
Entire Body Assessment (REBA). Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008.
Chaffin, D.B. 1979. Manual materials handling the cause of overexertion injury and
illness in industry. Journal of Environmental Pathology and Toxicology.
Nurmianto, E. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. PT. Guna Widy Pratiwi,
Maya Novita. Analisa Penilaian Postur Kerja dengan Metode RULA, REBA,
dan Quick Exposure Checklist (QEC). Univerversitas Muhammadiyah
Surakarta, 2010.
Peter, V. 2000. Musculoskeletal Disorders.
Sutalaksana, Iftikar, dkk. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Tarwaka, dkk (2004). Ergonomi Untuk Kesehatan dan Kesehatan Kerja, dan
Produktivitas. Surakarta : UNIBA Press. Wignyosubroto, S. 1995. Ergonomi,
Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.
Guna Widya, Jakarta.
Tayyari, F. and Smith, J.L.,1999. Occupational Ergonomics: Principles and
Applications. Chapman & Hall. London.

37

Anda mungkin juga menyukai