Maternitas Bu Febri
Maternitas Bu Febri
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diseelesaikan pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “Maternitas dengan materi Komplikasi
Post Partum)”. Adapun makalah ini mengenai Subinvolution Of Uterus.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan, maka kami
dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan
makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya Mahasiswa
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Mataram. Akhir kata, melalui kesempatan ini
penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang subinvolusi uterus
penangananya dan pencegahanya.
2. Tujuan khusus :
Untuk mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, diagnosis, klasifikasi,
pencegahan, penatalaksanaan, prognosis dan komplikasi pada Subinvolusi
Uterus.
D. Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa
Diharapkan mahasisiwa Kepetawatan untuk mengerti dan memahami
tentang subinvolusi uterus sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami permasalahan yang terkait
terkhususnya subinvolusi uterus dan juga memberikan pengalaman
menyususn sebuah makalah tentang menyikapi kasus dengan lengkap dan
tersusun.
b. Masyarakat
Diharapkan masyarakat bisa mengerti dan memahami tentang subinvolusi
uterus sehingga menambah wawasan masyarakat mengenai permasalahan
kasus yang terkait, bisa mengantisipasi terjadinya permasalahan kasus yang
terkait yaitu subinvolusi uterus.
c. Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang
subinvolusi uterus sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil atau pasien yang mengalami subinvolusi
uterus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
a. Status gizi ibu nifas buruk (kurang gizi)
b. Ibu tidak menyusui bayinya.
c. Kurang mobilisasi.
d. Usia
e. Parietas
f. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar.
g. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus sehingga proses involusi
uterus tidak berjalan dengan normal atau terlambat.
h. Tidak ada kontraksi
i. Terjadi infeksi pada endometrium
j. Inflamasi
k. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya
l. Terdapat bekuan darah
m. Mioma uteri
3. Patofisiologi
Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya
karena kontraksi dan retraksi yang cukup lama, tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam perut ibu hamil, karena
uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk
memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan keuterus dapat mengadakan
hipertropi dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka
pengaliran darah berkurang, kembali seperti biasa. Demikian dengan adanya
hal-hal tersebut uterus akan mengalami kekurangan darah sehingga jaringan
otot-otot uterus mengalami atrofi kembali ke ukuran semula.
5. Klasifikasi
a. Subinvolusi Tempat Plasenta
Kegagalan bekas tempat implantasi untuk berubah.
1) Tanda dan Gejala
- Tempat implantasi masih meninggalkan parut dan menonjol
Perdarahan
2) Penyebab
- Tali pusat putus akibat dari traksi yang berlebihan Inversio uteri
sebagai akibat tarikan,
- Tidak ada regenerasi endometrium ditempat implantasi plasenta,
Tidak ada pertumbuhan kelenjar endometrium Perdarahan
b. Subinvolusi Ligamen
Yaitu kegagalan ligamen dan diafragma pelvis fasia kembali seperti sedia
kala
1) Tanda dan Gejala
Ligamentum rotundum masih kendor Ligamen, fasia dan jaringan alat
penunjang serta alat genitalia masih kendor.
2) Penyebab
- Sering melahirkan
- Faktor umur
- Ligamen , fasia dan jaringan penunjang serta alat genitalia sudah
berkurang elastisitasnya.
c. Subinvolusi Serviks
Kegagalan serviks berubah kebentuk semula seperti sebelum hamil
1) Tanda dan Gejala
- Konsistensi serviks lembek
- Perdarahan
2) Penyebab
- Multi paritas
- Terjadi ruptur saat persalinan
- Lemahnya elastisitas serviks
d. Subinvolusi Lochea
Yaitu tidak ada perubahan pada konsistensi lochea. Seharusnya lochea
berubah secara normal sesuai dengan fase dan lamanya postpartum.
1) Tanda dan gejala
- Perdarahan tidak sesuai dengan fase
- Darah berbau menyengat
- Perdarahan
- Demam, menggigil
2) Penyebab
- Bekuan darah pada serviks
- Uterus tidak berkontraksi
- Posisi ibu telentang sehingga menghambat darah nifas untuk
keluar
- Tidak mobilisasi
- Robekan jalan lahir
- Infeksi
e. Subinvolusi Vulva Vagina
Tidak kembalinya bentuk dan konsistensi vulva dan vagina seperti semula
setelah beberapa hari postpartus.
1) Tanda gejala
- vulva dan vagina kemerahan
- terlihat oedem
- konsistensi lembek
2) Penyebab
- Elastisitas vulva dan vagina lemah
- Infeksi
- Terjadi robekan vulva dan vagina saat partus
- Ekstrasi cunam
f. Subinvolusi Perinium
Tidak ada perubahan perineum setelah beberapa hari persalinan.
1) Tanda dan Gejala
- Perineum terlihat kemerahan
- Konsistensi lembek
- Udem
2) Penyebab
- Tonus otot perineum sudah lemah
- kurangnya elastisitas perineum
- infeksi
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan penunjang
USG
Radiologi
Laboratorium (Hb.golongan darah, eritrosit, leukosit, trombosit,
hematokrit, CT, Blooding time)
b. Terapi
Pemberian Antibiotika
Pemberian Uterotonika
Pemberian Tansfusi
Dilakukan kerokan bila disebabkan karena tertinggalnya sisa – sisa
plasenta
8. Penatalaksanaan
a. Dapatkan sampel locea untuk kultur
b. Pemerksaan USG dapat dilakukan untuk mengidentifikasi fragmen yang
tertahan didalam uterus
c. Methergin atau ergotrate, 0,2 mg setiap 3-4 jam selama 3hari dapat
diprogramkan. Antibiotik spektrum luas bisa ditambahkan jika uterus nyeri
tekan setelah 2 minggu.
- Beberapa praktisi merekomendasikan terapi awal dengan antibiotik,
dengan pertimbangan teryata infeksi merupakan faktor yang sering
ditemukan pada involisi yang terlambat
d. Pengobatan alternatif:
- kupuntur digunakan dalam terap lokia yang berlebihan
- Refleksologi: terapi pada hipofisis dan zona uterus dikaki dapat
meredakan subinvolusi sehingga tidak perlu ditemukan intervensi medis.
9. Pencegahan
Pencegahan terjadinya Subinvolusi uterus adalah melakukan pengecekan
perkembangan nifas dan ibunya, baik dari segi kesehatan dan fungsinya, sejak
awal mulainya proses nifas dalam kandungan ibu. Sehingga pemeriksaan
terhadap bagian-bagian yang berpengaruh dalam proses nifas bisa di lihat
perkembanganya.
Dan khusus untuk wanita yang mengalami proses nifas harus sering
mengkomsumsi zat-zat yang bergizi atau berguna untuk kesehatan bayi dan
ibunya itu sendiri dan masih banyak cara-cara untuk melancarkan proses nifas
antara lain: senam ibu hamil, vitamin dan lain-lain.
10. Mapping
Proses Nifas
Keterangan
Bagan diatas menunjukkan bagaimana proses atau mekanisme terjadinya
penyakit Subinvolusi uterus itu, mulai dari awal melahirkan kemudian adanya
pendarahan yang abnormal dan postpartum yang membuat placenta ikut
membeku dengan darah, sehingga proses involusi uterus tidak terjadi. Bahkan
bisa mengakibatkan peradangan pada endomatrium rahim di akibatkan infeksi
pada rahim yang membuat proses subinvolusi uterus terjadi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Subinvolusio Uteri
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record, dll.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini: pengeluaran lochia yang tetap
berwarna merah (dalam bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau
lebih dari 2 minggu postpartum adanya leukore dan lochia berbau
menyengat
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik
hemofilia, mioma uteri, riwayat preeklamsia, trauma jalan lahir
kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta
retensi sisa plasenta.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada riwayat keluarga yang pernah/sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung dan preeklamsia, penyakit keturunan
hemofilia dan penyakit menular.
3) Riwayat obstetrik
- Riwayat menstruasi meliputi : menarche ,lamanya siklus, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid.
- Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa,
usia mulai hamil
- Riwayat hamil,persalinan dan nifas yang lalu
- Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus.
- Riwayat persalinan meliputi:
Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup/mati, BB &
panjang anak waktu lahir.
- Riwayat nifas meliputi:
Keadaan lochia,apakah ada perdarahan, ASI cukup/tidak, kondisi
ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
Riwayat kehamilan sekarang
Hamil muda:Keluhan selama hamil muda
Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu nadi,
pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual
atau keluhan lain.
- Riwayat ANC meliputi:
Dimana tempat pelayanan, berapa kali, perawatan serta
pengobatannya yang didapat.
- Riwayat persalinan sekarang meliputi:
Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
apakah ada penyulit dalam persalinan (misal: retensio plasenta,
perdarahan yang berlebihan setelah persalinan, dll), anak lahir
hidup/mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum ibu
Tanda-tanda vital meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan.
Kulit : dingin, berkeringat, pucat, capilary refil memanjang, kering,
hangat, kemerahan.
Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.
2) Pemeriksaan khusus
Uterus
Meliputi: tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
Lochia
Meliputi: warna, banyaknya dan baunya.
Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan
Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
Payudara
Dilihat kondisi aerola,konsistensi dan kolostrum
Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1.DS: Klien mengatakan banyaknya Perdarahan Gangguan perfusi
pendarahan yang keluar dan pervaginam jaringan
mengeluh pusing
DO: Pasien mengeluh pusing dan
terlihat pucat
2. DS: Klien mengatakan demam Sisa plasenta dan Infeksi
DO:Meningkatnya temperatur dan selaput ketuban.
Leukosit
3.DS: Klien mengatakan bahwa klien Perdarahan Kekurangan
sangat lemah pervaginam volume cairan
DO: Bibir kering, turgor kulit jelek,
dan tonus otot lemah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
pervaginam
b. Infeksi berhubungan dengan adanya sisa plasenta dan selaput ketuban.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
pervaginal.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan perfusi Perfusi jaringan - Monitor tanda-tanda - Perubahan perfusi
jaringan menjadi adekuat vital jaringan menimbulkan
berhubungan Kriteria hasil : perubahan pada tanda
dengan Klien tidak vital
perdarahan terlihat pucat,
pervaginam HB meningkat - Catat perubahan - Dengan adanya
warna kuku,mukosa perdarahan maka
bibir,gusi dan volume darah
lidah,suhu kulit. disirkulasi menjadi
berkurang sehingga
sirkulasi di jaringan
perifer pun berkurang
hal inilah yang
menyebabkan cyanosis
dan kulit yang dingin.
- Berkolaborasi
- Kolaborasi :
Cairan intravena
Pemberian dapat meningkatkan
Infus/cairan volume intravascular
intravena
Uterotonika
Pemberian merangsang kontraksi
uterotonika uterus dan
Pemberian mengontrol
Transfusi whole perdarahan
blood (bila perlu) Whole blood
membantu
menormalkan volume
cairan tubuh
4. Implementasi
Pelaksanaankeperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
dilakukan secara langsung kepada pasien. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling membantu,
kemampuan tekhnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi sistematis,
kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan
evaluasi. Tahap pelaksanaan keperawatan meliputi: fase persiapan (preparation),
tindakan dan dokumentasi.Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada
pasien pasca persalinan berbeda dengan orang yang menderita penyakit lain.
Kemampuan perawat dalam berkomunikasi yang baik dengan Ibu sangat
diperlukan karna jika tidak bisa berkomunikasi dengan baik dikhawatirkan dapat
menyinggung perasaan ibu pasca persalinan karena seperti yang kita ketahui ibu
yang mengalami masa nifas sangat sensitive dan perasaannya mudah untuk
down.
5. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu:
a) Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencanan keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi
formatif ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
yakni Subjektif (data berupa keluhan klien), Objektif (data hasil
pemeriksaan), Analisa data (perbandingan data dengan teori), dan Planning
(perencanaan).
b) Evaluasi Sumatif
Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
wawancara pada akhir layanan, menanyakan respon pasien dan keluarga
terkait layanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan.
BAB
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nifas merupakan proses alamiah yang dialami seorang wanita setelah
persalinan, yang berlangsung kira-kira 6 minggu, yang dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil, namun ada kalanya masa nifas tidak berjalan dengan normal
dikarenakan sebab yang abnormal seperti terjadinya sub involusi, yang
menyebabkan kondisi ibu memburuk.
Sub involusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi/proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga
proses pengecilan uterus terhambat.
Maka dari itu seorang dokter harus memahami tentang masa nifas baik
fisiologis maupun patologis, dan mengetahui sebab akibat, penatalaksanaan,
manifestasi klinisnya, klasifikasi penyakitnya, dan pencegahan bahkan
mengetahui penangan yang baik, sesuai klasifikasi sub involusi yang terjadi.
Supaya seorang dokter harus bisa lebih mengerti proses nifas bukan hanya
pada kelahiran bayi tetapi juga memproritaskan kesehatan ibu. Sehingga dapat
memberikan asuhan dengan tepat sesuai dengan standar asuhan kedokteran
yang baik dan benar sesuai kode etik dan aturan-aturan dalam kedokteran.
2. Saran
Seorang dokter ataupun bidan harus memahami tentang masa nifas
baik fisiologis maupun patologis sehingga dapat memberikan asuhan
kebidanan dengan tepat sesuai dengan standar asuhan kebidanan sehingga
diharapkan akan meurunkan angka kematian ibu. Dan semua bisa terjamin
bukan hanya kesehatan bayi tapi dari ibunya juga aman.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida bagus gede. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC
Mescher, L. Anthony. 2011. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas edisi 12.
Jakarta : EGC
Mochtar,Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC