Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS INDONUSA Esa Unggul

Fakultas Ilmu Kesehatan/Kesehatan Masyarakat

Materi Presentasi

DINAMIKA KELOMPOK

Dosen Mata Ajaran


Drs. Apt. BADEREL MUNIR, MA, WU
Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah selesai mengikuti proses pembelajaran Dinamika Kelom-pok,


mahasiswa diharapkan mampu membangun kerjasama Tim di lingku-ngan
kerjanya.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti proses pembelajaran Dinamika Kelompok, maha-siswa


diharapkan dapat :

1. Menjelaskan Konsep Dasar Dinamika Kelompok,

2. Menjelaskan Fase-fase Pertumbuhan kelompok dengan ciri-cirinya,

3. Menjelaskan beberapa Karakteristik Individu dalam kelompok,

4. Menjelaskan beberapa peristiwa yang berpeluang terjadi dalam kelompok,

5. Menjelaskan Kepemimpinan yang efektif dalam Organisasi Kelompok.

6. Menjelaskan Kepengikutan yang efektif dalam organisasi kelompok.


PENDAHULUAN

SEJARAH SINGKAT MANAJEMEN

Manajemen dari Masa ke Masa

Tansik et al (1980), membagi sejarah manajemen dalam dua periode, yaitu


manajemen zaman purba dan zaman baru. Kuliah ini akan membicarakan
sejarah manajemen zaman baru, dimulai sejak terjadinya revolusi industri di
awal abad ke 20, yang berdampak kepada terjadinya perubahan kehidupan
sosial, dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, disertai dengan
urbanisasi penduduk dari desa ke kota secara mencolok. Pola kehidupan
sosialpun berubah dari masyarakat petani ke buruh pabrik.

Sejak itulah mulai muncul pemikiran mengenai pentingnya mengelola


organisasi secara lebih efektif, terutama organisasi industri, yang semakin
memerlukan efektivitas dan efisiensi serta produktivitas yang tinggi. Kemudian
tercipta berbagai model-model mana-jemen yang semakin menuju kearah
kesempurnaan.

Scientific Management

Muncul pada tahun 1900-an dipelopori oleh Frederick Winslow Taylor, dengan
peneka-nan pada aspek teknologi serta hubungan antara pekerja dengan
pekerjaan.

Ketika itu diyakini bahwa cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas adalah
dengan meningkatkan teknik, metoda yang harus diterapkan oleh pekerja.
Pekerja sebagai manusia tak ubahnya seperti mesin, mereka bekerja untuk
mencapai target yang telah ditetapkan dengan metoda yang telah ditetapkan
pula, ia harus bekerja tanpa perasaan.

Fungsi pemimpin adalah menetapkan dan menerapkan kriteria prestasi untuk


memenuhi tujuan organisasi.

Human Relation Management

Muncul pada dekade 1930-an, dipelopori oleh Elton Mayo, dengan penekanan
pada aspek hubungan atasan dan bawahan serta iklim pekerja, artinya selain
perlunya mencari metoda teknologi yang terbaik untuk meningkatkan
produktivitas, seorang pemimpin perlu juga memperhatikan aspek hubungan
antar manusia.

Pusat kekuasaan organisasi terletak pada hubungan antar pribadi yang berkem-
bang dalam organisasi. Untuk meningkatkan produktivitas organisasi, aspek
kemanusiaan mulai diperhatikan, pekerja tidak lagi diperlakukan hanya sebagai
mesin kerja, akan tetapi perasaan mereka sebagai manusia dengan segala
kebutuhannya mulai menjadi perhatian manajemen.

Dari hasil penelitiannya, Mayo berkesimpulan bahwa meningkatnya


produktivitas tidaklah disebabkan oleh terjadinya perubahan secara fisik yang
diperkenalkan oleh manajer, akan tetapi lebih disebabkan oleh faktor emosional
dan perilaku kerja dalam diri pekerja.

Fungsi pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan organisasi secara


kooperatif diantara para pekerja, dan pada saat yang sama menyediakan
kesempatan bagi per-tumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Fokus
utama dari teori hubungan antar manusia adalah pada kebutuhan individual,
bukan kebutuhan organisasi (Hersey dan Blanchard, 1982).
Group Dynamic Management

Menjelang tahun 1940-an berkembang Group Dynamic Management, yang


menekankan pada aspek kerjasama antar manejer dan pekerja dalam satu
kesatuan kelompok yang tak terpisahkan. Metoda dinamika kelompok ini
muncul dari kelompok ahli-ahli psikologi Jerman yang tergabung dalam
“Gestalt Psychology”.

Menurut mereka kumpulan manusia yang bekerjasama dalam sebuah kelompok


tidak lagi dipandang sebagai kumpulan individu yang lepas satu sama lain, akan
tetapi seba-gai satu kesatuan kelompok yang solid, dan menjadi sumber
kekuatan penting dalam upaya meningkatkan produktivitas kelompok.

Management Style

Pada dekade 1950-an, berkembang Management Style, dimotori oleh Robert


Blake dan Jane S. Mouton, yang menekankan pada aspek gaya-gaya
kepemimpinan berkaitan dengan hubungan antara atasan dengan bawahan.

Kesesuaian gaya kepemimpinan yang diterapkan kepada bawahan sangat


berpengaruh pada produktivitas organisasi. Dari sini muncul sebuah keyakinan
bahwa “kepemimpi-nan” merupakan sesuatu yang bisa dipelajari, bukanlah
sesuatu yang dibawa sejak lahir.

Meskipun masih banyak pihak yang percaya bahwa “leadership is born, but is
not made” (sifat kepemimpinan merupakan bakat asli seseorang yang dibawa
sejak lahir). Menurut pemahaman ini, hanya mereka yang memiliki dasar
kepemimpinan bawaan yang kuat, yang bisa dikembangkan melalui proses
pembelajaran, menyangkut gaya-gaya kepe-mimpinan yang efektif untuk
situasi-situasi tertentu di dalam organisasi.
Organization Theory

Pada tahun 1960-an berkembang Organization Theory, dengan tokohnya Henri


Fayol, penekanannya pada aspek organisasi, menyangkut bentuk organisasi
yang efisien untuk mencapai tujuannya, serta hubungan antara manejer dengan
organisasinya.

Fungsi seorang manejer meliputi: Planning, Organizing, Commanding,


Coordinating dan Controlling. Kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang
manejer sangat tergantung kepada posisinya dalam organisasi, apakah ia
seorang manejer tingkat tinggi, tingkat menengah atau tingkat rendah
(pelaksana).

Manejer tingkat rendah membutuhkan banyak keterampilan tehnis dan sedikit


keteram-pilan manajerial. Semakin tinggi posisinya dalam organisasi semakin
membutuhkan banyak keterampilan manajerial dan semakin sedikit
membutuhkan keterampilan tehnis. Mereka yakin bahwa dengan struktur
organisasi yang efisien serta pembagian tugas yang jelas, maka tujuan
organisasi akan dapat dicapai.

Total Quality Management (TQM)

Pada dekade 1970-an, sesuai dengan tuntutan terhadap peningkatan kinerja


perusa-haan, berkembang pula satu model manajemen yang dikenal dengan
Total Quality Management (TQM), yang dalam bentuk operasionalnya lebih
dikenal dengan Total Quality Cyrcle (TQC), di Indonesia dikenal sebagai gugus
kendali mutu (GKM), dengan penekanan pada aspek organisasi dan hubungan
antara manejer dan kelompok pekerja.
Pemikiran yang mendasari model manajemen ini adalah, bahwa kemajuan
sebuah organisasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemimpin, akan tetapi
menjadi tang-gung-jawab seluruh jajaran organisasi di semua level, melalui
kelompok-kelompok kecil yang bertanggung-jawab atas mutu produk di unit
kerjanya masing-masing.

Model ini terbukti telah membawa kemajuan yang sangat besar dalam
perekonomian Jepang, melalui peningkatan mutu produk industrinya, sehingga
bangsa Jepang yang hampir tidak memiliki sumber daya alam yang memadai,
mampu menjadi negara super power dunia di bidang ekonomi.
PERKEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN

SAMPAI AKHIR ABAD 20

Periode Penekanan Yang dibahas Bidang Keilmuan


pada Aspek hubungan
antar

Pekerja dan
1920-an Teknologi Manajemen Keilmuan
Pekerjaan

Pekerja dan Iklim Hubungan Antar


1930-an Manusia
Pekerjaan Manusia

Manajer dan
1940-an Kerjasama Dinamika Kelompok
Kelompok Kerja

Kekuasaan Manajer dan Gaya-gaya


1950-an
Pemimpin Bawahan Kepemimpinan

Manajer dan
1960-an Organisasi Teori Organisasi
Organisasi

Manajer dan
1970-an Organisasi Gugus Kendali Mutu
Kelompok Kerja

Anda mungkin juga menyukai