I MADE NURIYASA
FAKULTAS PETERNAKN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
KATA PENGANTAR
Adaptasi ternak merupakan salah satu bahan ajar yang dapat memperdalam
pemahaman mahasiswa dan pembaca lain dalam hal proses aklimatisasi yang
dilakukan oleh ternak jika berada pada kondisi hipotermia dan hipertermia. Bagi
mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Udayana pada semester IV bahan ajar ini
berguna untuk mempermudah mahasiwa mempelajari Ilmu Lingkungan Ternak dan
meningkatkan kompetensi lulusan .
Dengan membaca Bahan Adaptasi Ternak, mahasiswa diharapkan mampu
berpikir rasional, sistematik, kritis dan berwawasan luas tentang cara penanganan
ternak yang mengalami cekaman (hipotermia atau hipertermia). Diharapkan pula
mahasiswa dapat mengenal beberapa permasalahan yang berkaitan dengan proses
adaptasi ternak kemudian dapat mengambil keputusan yang tepat sehingga pengeruh
lingkungan yang tidak nyaman pada ternak dapat diminimalkan.
Bahan ajar ini disusun berdasarkan pengalaman mengasuh mata kuliah
Klimatologi, Elektif Iklim dan Nutrisi serta mata kuliah Ilmu Lingkungan Ternak .
Bahan Ajar ini juga mangambil bahan dari tex boox, jurnal , majalah ilmiah dan
sumber yang lain.
Dalam penyusunan bahan ajar ini, penulis sangat menyadari adanya banyak
kekurangan sehingga perbaikan merupakan hal yang berkelanjutan dan sangat
diperlukan. Kritik dan saran yang konstruktif akan dapat memperkaya khasanah
bahan ajar ini.
Akhirnya penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
pihak-pihak yang telah memberikan sumbangan moral dan material dalam
penyusunan bahan ajar ini. Semoga amal baik yang telah diberikan mendapat
penghargaan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa (Ide Sanghyang Widi Wase).
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………….......…..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………......………ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
I.PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
II. UNSUR FISIK .................................................................................................. 4
2.1. Radiasi Matahari ................................................................................. 5
2.2. Suhu Udara ..........................................................................................5
III. PRINSIP ADAPTASI........................................................................................12
3.1.Adaptasi .................................................................................................12
3.2.Penyesuaian Diri.................................................................................... 12
IV. PENGATURAN SUHU TUBUH .................................................................... 15
4.1. Adaptasi terhadap Cekaman Panas ...................................................... 15
4.2. Suhu Tubuh .......................................................................................... 19
4.3. Produksi Panas ..................................................................................... 21
4.4. Panas yang Hilang ................................................................................ 23
4.5. Keseimbangan Panas ............................................................................ 23
4.6. Adaptasi terhadap Cekaman Dingin...................................................... 23
4.7. Mempertahankan diri terhadap Cekaman Panas................................... 26
4.8. Pengaturan Panas Tubuh....................................................................... 30
4.9. Mekanisme Kerja Hipotalamus ............................................................ 32
4.10. Aklimatisasi dan Pembatasannya ....................................................... 34
V. PENUTUP ...................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................40
I. PENDAHULUAN
Matahari
Atmosfer
Bumi Pertumbuhan
Air Tanaman
Produktivitas
Iklim
Ternak
Bentuk Tanah
Geologi
Pengaruh langsung
Pengaruh tidak lanngsung
Gambar 1. Skema sederhana hubungan matahari, Bumi dan iklim dengan pertumbuhan tanaman dan
peretumbuhan terna
lingkup yang sempit seperti dalm sebuah kandang atau areal penanaman pakan ternak
dikatakan sebagai iklim mikro. Geiger (1959) menyatakan bahwa iklim mikro
tersebut adalah iklim dalam ruangan terkecil dekat permukaan tanah (sampai
ketinggian 2m). Gates (1968) berpendapat bahwa iklim mikro adalah iklim yang
mengitari obyek seperti misalnya iklim di sekitar seekor ternak. Mc. Dowell (1972)
menyatakan iklim mikro sebagai faktor bioklimatik dari obyek. Esmay (1978)
berpendapat bahwa iklim mikro itu merupakan fisiko termal pada areal yang terbatas.
Rozari (1987) menyatakan bahwa sesungguhnya ilim mikro adalah keadaan serta
struktur renik, proses fisik di dekat permukaan hingga batas dimana pengaruh
permukaan masih dapat dirasakan
II. UNSUR FISIK
Dari gambar 2 nampak bahawa distribusi iklim dan cuaca yang terjadi di permukaan
bumi dipengaruhi oleh banyak faktor. Kondisi atmosfer, jauh atau dekat jarak
matahari dengan bumi akan menentukan intensitas radiasi matahari yang diterima
oleh permukaan bumi. Besaran intensitas radiasi matahari ini akan mempengaruhi
kondisi unsur-unsur iklim permukaan bumi. Keadaan unsur-unsur illim ini akan
menentukan tife iklim suatu daerah di permukaan bumi.Nilai rata-rata jangka panjang
unsur-unsur iklim kita namai iklim (climatic element). Aktivitas dan gerakan
atmosfer lebih jauh dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti fisiografi bumi, posisi
tempat dan pencampuran udara dengan atmosfer lain pada lintasanya. Faktor
lingkungan tersebut selanjutnya disebut faktor pengendali cuaca atau faktor
pengendali iklim (climatic controls).
5
F = E T4
Dimana :
F : Pancaran radiasi (W m -2)
E : Emisivitas permukaan, bernilai satu untuk benda hitam, benda alam berkisar 0,9 - 1,0.
: Tetaapan Stefan Boltzman (5,67 x 10 -8 Wm-2).
T : Suhu permukaan (derajat Kalvin)
Qn = Qs + Ql - Qs - Ql
Dimana :
Qn : Radiasi netto (Wm-2)
Qs dan Qs : Radiasi surya gelombang pendek yang datang dan ke luar (Wm-2)
Ql dan Ql : Radiasi surya gelombang panjang yang datang dan ke luar (Wm2)
Besarnya radiasi neto (Qn) yang diterima oleh permukaan bumi tergantung
pada total radiasi yang datang berupa gelombang pendek dan panjang, disamping itu
tergantung pula pada total radiasi gelombang pendek dan panjang yang dipantulkan
(direfleksikan). Perbandingan antara radiasi gelombang pendek yang dipatulkan
dengan yang datang disebut albedo.
Uap air, partikel debu dan uap air adalah komponen penyerap radiasi
gelombang panjang di atmosfer. Energi radiasi yang diserap tersebut akan
dipancarkan kembali ke permukaan bumi yang diindikasikan dengan peningkatan
suhu bumi. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan istilah pengaruh rumah kaca
(green house effect). Kejadian yang sama terjadi pula pada rumah kaca penelitian.
Dalam rumah kaca, radiasi matahari mampu menembus atap kaca karena energinya
besar, sedangkan radiasi gelombang panjang dari dalam rumah kaca tidak mampu
menembus atap kaca sehingga terjadi penimbunan energi yang berlebihan di dalam
rumah kaca tersebut yang mengakibatkan peningkatan suhu dalam rumah kaca.
Ek = ½ m v2 = 3/2 NkT
Dimana :
Ek : Energi kinetik rata-rata dari molekul gas
m : Massa sebuah molekul
v2 : Kecepatan kuadrat rata-rata dari gerakan molekul
N : Jumlah molekul per satuan volume
k : Tetapan Boltzman
T : Suhu mutlak (oK)
7
Persamaan di atas menunjukkan hubungan yang linier antara energi kinetik dengan
suhu (suhu mutlak). Berdasarkan hal ini, suhu merupakan gambaran umum keadaan
energi suatu benda. Namun demikian, tidak semua bentuk energi yang
dikandungsuatu benda dapat diwakili oleh suhu seperti halnya pada energi kinetik
tersebut. Di atmosfer hal ini kita jumpai bahwa peningkatan panas laten akibat
penguapan justrumenurunkan suhu udara karena proporsi panas terasa (sensible heat)
menjadi berkurang.
X oC = ( 9/5 X + 32 ) oF
= ( 4/5 X ) oR
= ( X + 273) oK
dinyatakan dengan tekanan uap aktual (Ea) maka kapasitas udara untuk menampung
uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh (Es). Sehingga kelembaban nisbi (Rh)
dapat dituliskan dalam persen (%) sebagai berikut :
Rh = Ea/Es x 100%
proses yang sederhana. Para ahli meteorologi telah lama mengatahui bahwa angin
merupakan proses interaksi yang rumit dari pola angin umum dunia, angin-angin yang
berhubungan dengan perpindahan simtem tekanan dan angin –angin yang ditimbulkan
oleh kondisi lokal. Pola angin umum dunia, demikian juga dengan aliran angin di
sekitar sitem tekanan yang berpindah biasanya disebut skala makro karena
dimensinya lebih besar. Sistem skala meso hanya bertahan untuk beberapa hari dalam
suatu waktu tertentu dan hanya meliputi daerah yang lebih kecil. Angin lokal seperti
angin laut dan angin darat, angin lembah dan angin gunung masuk dalam skala meso.
Sistem angin yang berskala mikro merupakan angin yang bertahan beberapa menit,
termasuk diantaranya olak (”eddies”), hembusan (”gust”) dan putaran debu (”dust
devils”).
yang lebih tinggi. Gerakan udara ke atas ini menyebabkan udara menjadi dingin
secara adiabatik kemudian kelembaban udara mencapai keadaan jenuh dan
membentuk awan. Setelah mencapai titik kondensasi awan ini akan turn sebagai
presipitasi (hujan).
Tek.
Rendah
h
Daerah tropis
3.1. Adaptasi
Adaptasi biologi adalah hasil penyesuaian diri terhadap kondisi biologis ternak.
Adaptasi ini menghasilkan perubahan yang khas pada ternak seperti perubahan
anatomi tubuh, perubahan biokimia tubuh dan perubahan tabiat makan dan hubungan
sosial ternak.
Adaptasi genetik merupakan keberhasilan adaptasi yang dihubungkan dengan sifat
keturunan (gen) dari ternak baik karena seleksi secara alami maupun seleksi terencana
oleh manusia.
Adapasi fisiologi adalah keberhasilan ternak menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang menyangkut proses pengaturan fisiologi di dalam tubuhnya.
Aklimatisasi (” aclimatitation”)
Aklimatisasi merupakan hasil penyesuaian diri dalam waktu lama terhadap
perubahan iklim yang komplek sehingga daya adaptasi ternak tersebut menjadi lebih
tinggi .
Aklimasi ( ”aclimation”)
Aklimasi adalah merupakan hasil penyesuaian diri terhadap rangsangan satu
unsur iklim, yang biasanya dilakukan pada kandang fisiologis ((” climatic chamber”).
Habituasi (” habituation”)
Dapat dibedakan menjadi dua yaitu habituasi umum dan habituasi khusus.
Habituasi umum merupakan hilangnya daya tanggap (respon) seluruh bagian tubuh
secara perlahan-lahan, sebagai akibat rangsangan yang diberikan berulang-ulang.
Habituasi khusus adalah menurunnya secara perlahan-lahan daya tanggap dari salah
satu bagian tubuh karena diberikan rangsangan yang khas pada bagian tersebut secara
berulang-ulang.
13
Rn = a + r + t
Dimana :
Rn : Radiasi matahari neto (total radiasi yang sampai di permukaan bumi
a : besaran radiasi matahari yang diserap oleh awan (absorbsi)
r : besaran radiasi matahari yang dipantulkan kembali ke atmosfer (refleksi)
t : besaran radiasi matahari yang berhasil menembus awan (transmisi)
Radiasi matahari yang mampu memenbus awan ini akan mempengaruhi suhu
permukaan bumi pada musim hujan. Di negara yang bermusim dingin, suhu
lingkungan terendah terjadi pada bulan-bulan musim dingin dan tertinggi selama
musim panas.
Suhu tubuh ternak dalam keadaan sehat lebih tinggi daripada suhu
linglkungan. Berdasarkan hal tersebut maka terjadilah perpindahan panas dari tubuh
ternak ke lingkungan di sekitar ternak. Keberhasilan proses pemindahan panas
tersebut sanat tergantung pada unsur-unsur iklim seperti kecepatan angin, kelembaban
udara dan gradien (perbedaan) suhu antara ternak dengan lingkungan. Kecepatan
angin memberikan andil pengaruh pada proses pelepasan panas secara konveksi
sesuai dengan formulasi :
17
Hcv = A x k ( T1 - T2 ) √ V
Dimana :
Hcv : besaran panas yang dapat diantarkan secara konveksi
A : luas permukaan yang kontak
k : konveksivitas dai media (konstanta konveksi)
T1 : Suhu sumber (benda atau media yang akan memindahkan panas)
T2 : Suhu lingkungan
V : Kecepatan angin.
Homeoterm
40
30
Suhu tubuh
Hibernasi
20
10
0 Poikiloterm
-10
Dari tabel 1 nampak bahwa ternak babi mempunyai suhu normal lebih tinggi
daripada kambing, sapi dan kuda. Suhu tubuh normal ini berkaitan pula dengan
ukuran tubuh dan jenis makanan yang diberikan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi suhu tubuh normal ternak antara lain : aktiuvitas tubuh, keadaan
birahi, keadaan laktasi, puasa pencukuran bulu, pakan dan iar minum. Suhu tubuh
ternak dalan keadaan bekerja atau aktivitas lain lebih tinggi daripada dalam keadaan
istirahat. Aktivitas otot ternak menimbulkan panas mekanik sehingga suhu tubuh
ternak sedikit menjadi lebih tinggi. Hal yang sama terjadi pula pada ternak dalam
keadaan birahi atau hamil. Dalam keadaan puasa, suhu tubuh ternak menjadi lebih
rendah karena panas dari metabolisme zat-zat makanan lebih rendah. Pencukuran
bulu pada domba meningkatkan suhu tubuhnya . Bulu merupakan insulasi (tahanan)
pada ternak terhadap perubahan lingkungan. Kehilangan bulu pada domba
menyebabkan limpahan (”flux”) radiasi matahari lebih tinggi mengenai ternak.
Radiasi matahari ini akan menambah beban panas pada ternak domba sehingga suhu
tubuh meningkat. Berdasarkan penelitian terdapat perbedaan suhu rektal, suhu otak
dan suhu kulit dari pedet yang dijemur pada suhu lingkungan 40 oC kemudian pada
menit ke 140 diberi minum 21 liter air bersuhu 5 Oc. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa pada pedet yang dijemur pada suhu lingkungan 40 oC terjadi peningkatan
suhu pada rektal, otak maupun pada kulit. Kenaikkan suhu rektal selalu lebih tinggi
daripada suhu otak dan suhu kulit. Setelah diberi minum air 21 liter, suhu otak dan
suhu kulit segera mengalami penurunan namun suhu rektal akan tetap lebih tinggi.
Suhu kulit terendah tercapai setelah ternak minum yaitu mencapai suhu 36 oC. Suhu
otak turun mencapai suhu 38,3 oC dan suhu rektal turun pada suhu 37,7 oC. Fluktuasi
suhu tubuh harian umumnya terendah pada pagi hari sekitar pukul 4.00 wita dan
tertinggi pada siang hari sekitar pukul 14.00 wita. Fluktuasi suhu tubuh ternak pada
periode yang lebih panjang (satu tahun) sangat tergantung pada pergantian musim
dalam setahun. Pada daerah bermusim empat, suhu terendah terjadi pada musim
dingin dan suhu tubuh tertinggi terjadi pada musim panas. Pada daerah tropis suhu
tubuh tertinggi terjadi pada saat musim kemarau dan suhu terendah terjadi pada
musim penghujan. Pada musim kemarau langit umumnya lebih cerah sehingga
intensitas radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi meningkat. Radiasi
matahari (gelombang pendek) yang sampai ke permukaan bumi akan dirubah oleh
bumi menjadi gelombang panjang berupa panas sehingga suhu lingkungan
21
pembakaran tertinggi pada organ tubuh otak. Keadaan ini dapat dimengerti karena
otak memerlukan energi yang tinggi untuk berfikir. Konsumsi Oksigen paling rendah
terjadi pada urat daging disekitar tulang yaitu sebesar 0,4 ml per 100 gram per menit.
Pada daerah ini pembakaran yang terjadi relatif kecil sehingga produksi panas juga
kecil.
Tabel 2. Keragaman konsumsi Oksigen dari berbagai organ tubuh ternak kelinci
dan anjing Yang sedang istirahat
Jumlah panas yang diproduksi tergantung pada ukuran tubuh ternak. Ternak
yang berukuran lebih besar, akan menghasilkan panas lebih kecil per satuan berat
badan yang sama dibandingkan ternak berukuran kecil. Dari beberapa hasil
percobaan didapatkan bahwa laju metabolisme dapat diduga dengan formulasi sebagai
berikut :
M = W 0,75
Dimana :
M adalah laju metabolisme (Kcal/menit)
W adalah bobot badan (Kg)
0,75 adalah konstanta berdasarkan hasil percobaan.
Selain ukuran tubuh, produksi panas juga dipengaruhi oleh faktor jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi. Makin banyak konsumsi makanan maka makin
banyak pula produksi panas yang dihasilkan dari proses metabolisme dalam tubuh
ternak. Jenis bahan makanan yang dicerna juga mempengaruhi produksi panas pada
tubhu ternak. Bahan dari nabati menghasilkan panas lebih rendah dibandingkan
dengan bahan dari hewani. Meningkatnya kerja mikroorganisma di dalam rumen
akan dapat meningkatkan produksi panas. Ternak dalam keadaan
23
4.5.Kesimbangan Panas
Ternak di daerah tropis umumnya lebih banyak mengalami cekaman pnas
daripada cekaman dingin. Penyesuaian diri terhadap cekaman panas pada prinsipnya
merupakan hasil keseimbangan antara panas yang dihasilkan dengan panas yang
hilang. Secara sederhana keseimbangan panas dapat digambarkan sebagai berikut :
Keseimbanagan akan terjadi apabila jumlah panas yang diproduksi sebanding dengan
jumlah panas yang dilepas ke lingkungan. Pada posisi seperti ini, ternak dikatakan
berada dalam kondisi nyaman (”comfort”). Panas yang ada dalam tubuh ternak dapat
berasal dari panas hasil metabolisme zat-zat makanan atau dari beban panas
lingkungan ternak (radiasi matahari). Panas akan dilepas ke lingkungan dengan
berbagai cara seperti radiasi, konduksi, konveksi dan penguapan. Jika jumlah panas
yang diproduksi lebih tinggi daripada jumlah panas yang dilepaskan ke lingkungan
maka ternak dikatakan dalam keadaan cekaman panas (”hipertermia”). Sebaliknya
jikan produksi panas lebih kecil daripada jumlam panas yang dilepaskan maka ternak
dikatakan mengalami cekaman dingin (”hipotermia”).
Hubungan antara semua faktor yang terkait dalam hal penyesuaian diri
terhadap suhu lingkungan ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut :
Tc - Ta
M = ----------------------- + E
It + Icl + Ia
Dimana :
M : Laju metabolisme
Tc : Suhu tubuh ternak
Ta : Suhu lingkungan di sekitar ternak
It : Insulasi (tahanan tubuh) pada jaringan daiging
Icl : Insulasi dari tebal bulu
Ia : Insulasi dari udara sekitar (“ insulationboundry layer”)
E : Penguapan dari kulit
Makin tinggi selisih suhu tubuh dengan suhu lingkungan berarti suhu
lingkungan semakin rendah . Penurunan suhu lingkungan menyebabkan laju
metabolisme semakin tinggi. Keadaan sebaliknya yang terjadi berarti suhu
lingkungan akan makin tinggi dan laju metabolisme semakin renadah. Ketebalan
lemak sub cutan, keadaan bulu dan kecepatan angin merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap laju metabolisme. Makin tebal lemak sub cutan dan bulu serta
kecepatan angin yang rendah menyebabkan menyebabkan laju metabolisme semakin
rendah. Hal ini berarti panas tubuh dapat dipertahankan agar tidak banyak panas
tubuh yang hilang.
Penguapan merupakan proses pendinginan, baik dengan jalan berkeringat
maupuj pernafasan. Makin tinggi penguapan maka suhu tubuh akan semakin dingin
yang berarti pula ada peningkatan laju metabolisme.
yang ada dipermukaan tubuh ternak sehingga proses pengantaran panas secara
konduksi, konveksi dan radiasi dapat dikurangi.
Faktor cuaca seperti hujan, angin atau keterpaduannya akan berpengaruh
terhadap tebal bulu. Hubungan antara tebal buludan keadaan cuaca terhadap panas
yang hilang dari tubuh ternak disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hubungan antara tebal bulu dan keadaan cuaca terhadap panas yang hilang
Pada ternak domba black face.
Ketebalan bulu dapat meningkatkan insulasi (tahanan) tubuh ternak. Pada table 3
nampak bahwa ketebalan bulu dapat mengrangi panas yang hilang dari tubuh ternak
karena meningkatnya insulasi tubuh. Hal ini disebabkan karena bulu merupakan
pembungkus permukaan luar ternak. Bulu yang tebal menyebabkan daya sangga
aliran panas ke lingkungan akan makin besar. Pada bulu yang tipis keaadaan
sebaliknya akan terjadi. Kecepatan angin juga berpengaruh terhadap panas tubuh
yang hilang ke lingkungan. Pada tabel 3 nampak bahwa makin tinggi kecepatan
angin pada ketebalan bulu dan intensitas hujan yang sama, maka makin meningkat
pula panas tubuh yang hilang ke lingkungan. Kecepatan angin akan berhubungan erat
dengan proses pengantaran panas secara konveksi. Panas tubuh ternak yang ada di
permukaan tubuh terluar akan berdifusi dengan udara sekitarnya (”boundry layer”)
kemudian pergerakan udara akan membuang panasa yang berdifusi tersebut menjauh
dari tubuh ternak. Keadaan cuaca yaitu saat hujan pada kecepatan angin dan
ketebalan bulu yang sama menyebabkan panas tubuh yang hilang sedikit lebih tinggi
dibandingkan saat tidak hujan. Kondisi hujan menyebabkan suhu lingkungan lebih
rendah sehingga pangantaran panas dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan
penguapan menjadi lebih rendah.
Berkeringat
Terengah- engah
Dimana:
M: panas yang diproduksi oleh tubuh ternak
H : panas yang dilepaskan ke lingkungan
S : panas yang tersimpan dalam tubuh ternak
Gerakan mekanik seperti aktivitas otot yang dilakukan oleh ternak mempengaruhi
besarnya panas yang tersimpan dalam tubuh ternak. Besarnya jumlah panas yang
tersimpan dalam tubuh ternak tergantung pula dengancara apa ternak tersebut
melepaskan pnas tubuh (efektivitas pelepasan panas). Sebagai contoh ternak yang
melakukan kerja (berlari) denga kecepatan 10 Km/jam pada suhu udara lingkungan
22 oC akan mentimpan panas berbeda sesuai dengan jenis ternaknya. Kambing
melepas panas dengan berkeringat (”sweating”) akan menyimpan panas 70% dari
panas yang diproduksi. Anjing melepaskan panas dengan cara ter engah-engah
(”panting”) menyimpan panas 4% dari panas yang diproduksi. Produksi panas,
pemanfaatan panas tubuh dan cara pelepasan panas tubuh disajikan pada gambar 5.
31
Konsumsi
ransum
Radiasi
Panas Maintenance
Konduksi
Panas aktiviotas
Radiasi
Matahari
Pengukuran suhu tubuh yang cukup akurat dengan tidak mengukur seluruh jaringan
tubuh dapat diestimasi dengan formula sebagai berikut :
Berke
Ringat
Penerima panas luar Hipota
K lamus
Anterior Ter
engah
U engah
L
I Penyekat
T Pening
katan
Hipota Konsum
Penerima panas luar Lamus si
Poste Ransum
rior
Menggi
gil
Puasat pengaturan suhu tubuh ternak terletak pada hipotalamus yamg merupakan
bagian dari otak. Hipotalamus terdiri dari dua bagian yaitu bagian anteriao dan
bagian posterior. Bagian anterior bertugas untuk memerintahkan organ tubuh yang
berfungsi untuk mengatur pelepasan panas dengan cara berkeringat, ter engah-engah
atau dengan perubahan tingkah laku ternak. Bagian posterior berfungsi untuk
mengatur produksi panas dengan cara meningkatkan konsumsi ransum,
meningkatkan insulasi tubuh atau merespon dengan perubahan tingkah laku.
Diantara bagian anterior dan posterior terdapat bagian “reciprocal inhibition” yang
merupakan penyekat kerja hipotalamus bagian anterior dengan bagian posterior. Jika
bagian anterior bekerja maka bagian posterior tidak akan aktif, demikian pula
sebaliknya.
Bagian anterior dari hipotalamus bekerja jika suhu lingkungan meningkat dari
kebutuhan optimal. Peningkatan suhu lingkungan diterima oleh sensor yang ada
pada kulit. Rangsangan ini disampaikan ke sistem saraf pusat . Rangsangan ini
kemudian dilanjutkan ke hipotalamus bagian anterior. Penerima rangsangan panas di
34
Termo Netral
Nyaman
D” C” B” A” A B C D
Produksi panas
merupakan batas suhu kritis ke perubahan suhu lingkungan yang lebih rendah. Titik
B’ merupakan batas suhu kritis ke perubahan suhu yang lebih tinggi. Keadaan suhu
di bawah titik B merupakan suhu dimana ternak sudah mengalami cekaman dingin.
Sebaliknya suhu di atas titik B’ merupakan suhu dimana ternak mengalami cekaman
panas. Daerah dengan rentangan C – C’ merupakan daerah penyesuaian diri baik
terhadap cekaman dingin maupun cekaman panas (”zone of homeothermy”). Pada
selang suhu penyesuaian diri ini, ternak masih dapat bertahan hidup walaupun sudah
mengalami cekaman panas atau dingin.
Ternak masih dapat mempertahankan agar suhu tubuh tetap normal walaupun
suhu lingkungan telah turun cukup rendah. Keadaan ini dapat dipertahankan dengan
meningkatkan konsumsi ransum sehingga produksi panas meningkat. Demikian pula
bila suhu lingkungan terus meningkat, suhu tubuh ternak masih dapat dipertahankan
dengan menurunkan konsumsi ransum dan meningkatkan konsumsi air.
Penyesuaian diri terhadap cekaman panas lebih cepat dibandingkan dengan
penyesuaian diri terhadap cekaman dingin. Ternak tidak mampu bertahan terhadap
cekaman dingin yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Pada titik C’ keadaan
suhu terendah dimana ternak masih mampu menyesuaikan diri terhadap suhu
terendah. Jika penurunan suhu dilakukan di bawah titik C maka suhu tubuh dan
produksi panas ternak akan turun. Dalam keadaan ini ternak akan pingsan karena
pengaruh suhu yang terlalu rendah. Penyesuaian diri dari ternak terhadap suhu
lingkungan tinggi (cekaman panas) hanya mampu sapai titik C’. Di atas titik
tersebut, jika suhu lingkungan terus meningkat, ternak tidak mampu lagi
menyesuaikan diri. Dalam kondisi seperti itu, suhu tubuh akan naik demikian juga
produksi panasnya kemudian ternak akan pingsan karena suhu lingkungan tinggi.
Daerah D – D’ disebut daerah dimana ternak masih dapat hidup meskipun pada
daerah D – C dan D’ – C’ ternak sudah mu;ai pingsan. Penurunanan suhu lingkungan
di bawah titik D menyebabkan ternak akan mati karena suhu dingin (hipotermia).
Peningkatan suhu lingkungan di atas titik D’ ternak akan mengalami kematian
kareana suhu tinggi (hipertermia).
Suhu titik terendah dan titik tertinggi dimana makhluk hidup masih bisa
bertahan ternyata berbeda-beda tergantung pada sifat genetik makhluk hidup tersebut.
Batas suhu lingkungan terendah dan tertinggi yang mampu di atasi oleh makhluk
hidup disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Batas suhu lingkungan terendah dan perbedaan suhu tubuh dengan suhu
Suhu lingkungan yang masih dapat diatasi oleh mahkluk hidup
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa bebek mempunyai daya adaptasi yang paling tinggi
yaitu masih sanggup bertahan hidup pada suhu -100oC dengan perbedaan suhu tubuh
dengan suhu lingkungan sebesar 140 oC. Manusia merupakan makhluk hidupyang
paling lemah daya adaptasinya terhadap cekaman dingin. Manusia masih dapat
bertahan hidup pada suhu -1oC dengan selisih suhu tubuh dengan suhu lingkungan
sebesar 38oC.
39
V.PENUTUP