Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pre-eklampsia berat ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema,


dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam trimester II kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Pre-eklampsia berat
merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah dan proteinuria. Pre-eklampsia berat terjadi pada umur kehamilan 20
minggu lebih. Dikatakan pre-eklampsia berat, bila disertai tekanan darah 160/110
mmHg atau lebih, oligouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam, proteinuria lebih dari
3gr/liter, adanya gangguan serebral, gangguan virus dan rasa nyeri di epigastrium
dan terdapat edema paru dan sianosis.

Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat


kasuskematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus, tahun
2013adalah 90 kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus. Meningkat
daritahun sebelumnya. Kota Padang merupakan daerah yang memiliki kematian
ibutertinggi yaitu 16 kasus pada tahun 2013 dan 2014. Laporan Tahunan
DinasKesehatan Kota Padang penyebab kematian maternal pada tahun 2012 dan
2013adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi. Pada tahun 2014
penyebabkematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia 31,25%, perdarahan
18,75%, daninfeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap tahunnya penyebab
utama kematianibu secara langsung di kota Padang masih sama.

Begitu banyak kasus ibu hamil yang disebabkan oleh pre-eklamsi berat
tidak dapat ditangani dengan baik yang disebabkan oleh kurangnya kepedulian ibu
untuk melakukan pemeriksaan teratur.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui defenisi pre-eklamsi berat
2. Mahasiswa dapat memahami etiologi preeklampsia berat

1
3. Mahasiswa dapat memahami tanda dan gejala
4. Mahasiswa dapat memahami patofiologis preeklampsia berat
5. Mahasiswa dapat memahami Pencegahan preeklampsia berat
6. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan preeklampsia berat
7. Mahasiswa dapat memahami komplikasi preeklampsia berat
8. Mahasiwa dapat memaham pemeriksaan penunjang untuk preeklampsia
berat
9. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan paa ibu hamil yang
mengalami preeklamsia

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai


dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan atau disertai edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Niwang
Ayu, 2016)
Preeklamsia berat adalah preeklamsi dengan tekanan darah sistolik
≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5 g / 24 jam.(Sarwono Prawihardjo, 2016)

B. Etiologi preeklamsia berat


Menurut betsy b. Kennedy dalam modul manajemen intrapartum
(2013) ada beberapa faktor predisposisi preeklamsia berat yaitu :
1. Ibu yang hamil untuk pertama kalinya (primigravida)
2. Ibu hamil pada usia > 35 tahun atau hamil pada usia < 20 tahun
3. Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi kronis atau penyakit
ginjal
4. Ibu yang mengalami kehamilan kembar
5. Ibu hamil yang memiliki riwayat preeklamsia
6. Ibu hamil yang memiliki penyakit kolagen vaskular (seperti lupus
atau sindrom antibodi antifosfolipid).
C. Tanda Dan Gejala
1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg
2. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
3. Oliguria ( < 500 ml dalam 24 jam)
4. Penurunan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,
dan pandangan kabur
5. gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular) : peningkatan
kadar alanin dan aspartate aminotransferase

3
6. Nyeri epigastrum dan ikterus
7. Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mmᶟ atau penurunan
trombosit dengan cepat
8. Pertumbuhan janin terhambat
9. Mual muntah (Niwang Ayu, 2016)
10. Sakit kepala berat dan terus menerus, biasanya pada kepala bagian
frontal atau oksipital
11. Dekompensasi jantung, edema paru atau sianosis (reeder.dkk,
2011)

D. Patofisiologis Preeklamsia Berat

Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan


retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik
sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan
dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami


peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan
agregasi platelet. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas
terhadap tekana darah,seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu
ketidakseimbangan antara protstasiklin prostaglandin dan tromboksan.

Penumpukan trombus dan perdarahan dapat mempengaruhi sistem


saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit syaraf lokal dan
kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomelurus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati.

4
Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi penurunan volume
intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan
pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan
anemia dan trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam
rahim.Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada
preeklamsia dan eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya
berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi,
preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya
secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara iatrogenik
ditingkatkan oleh larutan onkotik/kristaloid intravena, dan aktifasi
endotel disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru.
2. Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak
diketahui penyebabnya. jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih
banyak pada penderita preeklamsia dan eklampsia dari pada wanita
hamil biasa atau penderita dengan hipertensi kronik. Penderita
preeklamsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna air dan garam
yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit,
kristaloid, dan protein tidak mununjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum
biasanya dalam batas normal.
3. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan
anemia pada korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat
ditemukan perdarahan.

5
4. Mata
Dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intraokuler
dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi
kehamilan.
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada
plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena
kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan
eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaan
terhadap rangsangan, sehingga terjad partus prematur.
6. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan
oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga
karena aspirasi pneumonia atau abses paru.(Niwang Ayu, 2016)

E. Pencegahan Preeklamsia Berat

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan


tanda-tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan
penanganan semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya
preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah
diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah
sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian
penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada
wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan
sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan
berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan
penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Mengenal secara dini preeklampsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat antihipertensif, memang merupakan

6
kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Niwang
Ayu, 2016)

F. Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan mediastinal pasien preklampsia berat adalah :
a) Segera masuk rumah sakit.
b) Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital perlu diperiksa setiap
30 menit, refleks patella setiap jam.
c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL
(60-125 cc/jam) 500cc.
d) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
e) Pemberian obat anti kejang magnesium sulfat (MgSO4)
1) Dosis awal sekitar 4 gr IV (20% dalam 20 cc) selama 1gr/menit
kemasan 20% dalam 25cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit).
Diikuti segera 4gr di pantat kiridan 4gr di pantat kanan (40%
dalam 10cc)dengan jarum 21 panjang 3,7 cm. Untuk
mengurangi nyeri dapat diberikan xycocain 2% yang tidak
mengandung adrenalin pada suntikan IM.
2) Dosis ulang nya diberikan 4gr IM 40% setelah 6 jam pemberian
dosis awal lalu dosis ulang diberikan 4gr IM setiap 6 jam
dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
3) Syarat-syarat pemberian MgSO4
Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calsium gluconas 10% 1 gr
diberikan IV dalam 3 menit, refleks patella positif kuat,
frekuensi pernafasan lebih 16x/menit, produksi urin lebih 100cc
dalam 4 jam sebelumnya (0,5cc/KgBB/jam.
4) MgSO4 dihentikan bila :
Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, refleks
fisiologis menutun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian.

7
bila timbul tanda-tanda keracunan MgSO4 hentikan
pemberian MgSO4, berikan calsium gluconase secara IV dalam
waktu 3 menit, berikan oksigen dan lakukan pernafasan buatan.
MgSO4 dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sudah terjadi perbaikan (normotensi)
Deuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda
edema paru, payah jantung congestif/edema anasarka.
Diberikan furosemid injeksi 40mg IM.

Anti hipertensi diberikan bila tekanan darah >180 mmHg/110 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg, sasaran pengobatan tekanan diastolik < 105
mmHg ( bukan <90mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta,
dosisnya sama dengan dengan dosis antihipertensi pada umumnya dan bila
diperlukan penurunan tekanan darah secepatnya dapat diberikan obat
antihipertensi parenteral (tetesan copntinyu), injeksi. Dosis yang bisa
dipakai 5 ampul dalam 500cc cairan infus atau disesuaikan dengan tekanan
darah. Bila antihipertensi parenteral tidak tersedia dapat diberikan tablet
secara sublingual diulang selama 1 jam, maksimal 4-5 kali. ((Niwang Ayu,
2016)

2. Perawatan aktif
Pada setiap penderita sedapat mungkin sebelum perawatan aktif
dilakukan pemeriksaan fetal assesment yakni pemeriksaan nonstrees
test (NST) dan ultrasonograft (USG), dengan indikasi (salah satu atau
lebih), yakni :
a. Pada ibu
Usia kehamilan 37 minggu atau lebih, dijumpai tanda-tanda atau
gejala impending eklamsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah
atau setelah 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status quo
(tidak ada perbaikan).
b. Janin
Hasil fetal assesment jelek (NST dan USG) yaitu ada tanda intra
uterine growth retardation (IUGR)/janin terhambat.

8
c. Hasil laboratorium
Adanya HELLP syndrome (haemolisis dan peningkatan fungsi
hepar dan trombositopenia). (Niwang Ayu, 2016)

G. Komplikasi
1). Eklamsia
2). Solusio plasenta
3). Pendarahan subkapsula hepar
4). Sindrom HELLP ( hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
count)
5). Gagal jantung hingga syok dan kematian
6). Hipoksia janin
7). Prematur
8). Gagal ginjal
9). Kebutaan
10). Kejang
11). Hipertensi permanen
12). Kematian janin dalam uterus (Niwang Ayu, 2016)

H. Pemeriksaan Penunjang Untuk Penyakit Preeklampsia Berat


1. Laboratorium
a) Pemeriksaan spesimen urine mid–stream untuk
menyingkirkan infeksi urine
b) Pemeriksaan darah lengkap khususnya : kadar ureum darah,
hematokrit, trombosit, dan kadar hemoglobin
c) Pemeriksaan fungsi hati
 bilirubin meningkat (normal : < 1 mg/dl)
 LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
 AST (aspartat aminomtransferase) > 60 ul
 SGPT meningkat (normal : 15–45 u/ml)
 SGOT meningkat(normal : < 31 u/l)
 total protein serum menurun (normal : 6,7-8,7 g/dl)

9
d) Tes kimia darah. Asam urat meningkat (normal 2,4-2,7
mg/dl)
e) Pemeriksaan retina untuk mendeteksi perubahan pada
pembuluh darah vena
f) Pemeriksaan kadar human laktogen plasenta (HPL) dan
esteriol didalam plasma

2. Radiologi
a) Elektrokardiogram dan foto dada menunjukkan pembesaran
ventrikel dan kardiomegali
b) Ultrasonografi. ditemukan retardasi pertumbuhan janin
intrauterus. Pernapasan intrauterus lambat, aktivitas jani
lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
c) Kardiotografi : diketahui detak jantung janin lemah.
(Niwang Ayu, 2016)

I. Asuhan Keperawatan Preeklampsia Berat


1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : klien mengeluh pusing, sakit kepala dan nyeri
2) Riwayat kesehatan sekarang :terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik ≥160 mmHg dan diastolik ≥110 mmHg,edema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah,penglihatan kabur, Oliguria ( <
500 ml dalam 24 jam)
3) Riwayat kesehatan sebelumnya: riwayat penyakit
ginjal,anemia,pernah preeklamsi pada kehamilan
sebelumnya,vaskular esensial,hipertensi kronik.
b. Riwayat kehamilan
Biasanya riwayat kehamilan ganda,hidatidosa serta kehamilan
preeklampsia sebelumnya dan faktor usia ibu hamil (< 20 tahun
atau >35 tahun)
c. Riwayat KB

10
Yang perlu di pertanyakan adalah:
1) Pernah mengikuti KB atau tidak
2) Jenis kontrasepsi yang digunakan
3) Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
4) Lamanya memakai alat kontrasepsi
d. Pemeriksaaan fisik
1) Sistem pernapasan
Pernapasan kurang dari 14x/menit, klien mengalami sesak
napas dan adanya edema paru.
2) Sistem kardiovaskuler
Kulitpucat, konjungtiva anemis, apakah terdapat
sianosis,terjadi peningkatan tekana darah,serta edema
periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
3) Sistem reproduksi
Ada atau tidak nya masa abnormal,nyeri tekan pada
payudara,ada tidaknya pengeluaran pervagina berupa lendir
yang bercampur darah serta diketahui tinggi fundus uteri,letak
janin,lokasi edema dan biasanya terdapat kontraksi uterus.
4) Sistem integumen dan perkemihan
Kulit tampak pucat dan Terjadi gangguan pada ginjal yang
dibuktikan dengan awitan proteinuria.(bobak, 2004)

2. Diagnosa keperawatan
a) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
hipertensi
b) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
c) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
d) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
e) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik
(oliguria,proteinuria)

11
f) Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan dengan gangguan
transpor oksigen (hipertensi)

3. Rencana Tindakan keperawatan

Diagnosa NOC NIC


keperawatan

Resiko Setelah dilakukan Pencegahan kejang


ketidakefektifan tindakan keperawatan 1 x Aktivitas-aktivitas :
perfusi jaringan otak 24 jam diharapkan pasien a. Monitor tanda tanda vital
berhubungan dengan mampu mencapai kriteria pasien
hipertensi – kriteria sebagai berikut b. Sediakan tempat tidur
: yang rendah, dengan tepat
NANDA 2015-2017
c. Bawa pasien keluar selama
a. Tekanan darah
(Hal 252)
aktiitas diluar ruangan
sistolik dalam
d. Monitor pengkonsumsian
kisaran normal
obat pasien
b. Tekanan darah
e. Menggunakan penghalang
diastolik dalam
tempat tidur pasien
kisaran normal
f. Memberikan obat
c. Sakit kepala
antikejang : MgSO4 sesuai
berkurang
orderan dokter atau obat
(NOC, hal 451)
antihipertensi
g. Memberikan pengertian
kepada pasien untuk selalu
memeriksa kandungan
(NIC, Hal 275)

Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas


pola napas tindakan keperawatan 1 x Aktivitas – aktivitas :
berhubungan dengan 24 jam diharapkan pasien
a. Memposisikan pasien
hiperventilasi mampu mencapai kriteria
semifowlert untuk

12
NANDA 2015-2017 – kriteria sebagai berikut memaksimalkan
: ventilasi
(hal 243)
b. Ajarkan pasien untuk
a. Frekuensi
bernapas dengan
pernapasan dalam
perlahan
kisaran normal
c. Pemberian pengobatan
b. Irama pernapasan
aerosol
normal
d. Memberikan oksigen
c. Kedalaman
kepada pasien
inspirasi normal
e. Memantau tanda –
d. Kepatenan jalan
tanda vital pasien
napas tidak
(NIC, Hal 186)
terganggu
e. Sesak napas
berkurang
(NOC,Hal 558)

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan dengan tindakan keperawatan 1 x Aktivitas – aktivitas :
agen cidera biologis 24 jam diharapkan pasien
a. Melakukan pengkajian
mampu mencapai kriteria
(preeklamsia) terkait lokasi,
– kriteria sebagai berikut
NANDA 2015-2017 karakteristik, durasi,
:
frekuensi, kualitas dan
(Hal 469)
a. Mampu penyebab nyeri
mengenali kapan b. Mengatur kondisi
nyeri terjdi ruangan yang dapat
b. Mampu
mempengaruhi respon
menggambarkan pasien terhadap
penyebab nyeri ketidaknyamanan
c. Mampu c. Mengajarkan teknik
melaporkan nyeri napas dalam
d. Mampu d. Mendorong pasien
melakukan untuk tidur agar nyeri

13
tindakan berkurang
pengurangan e. Pemberian analgetik
nyeri tanpa dan juga pantau respon
analgetik tubuh pasien terhadap
(NOC,Hal 247) obat yang diberikan
(NIC, Hal 198)

Resiko penurunan Setelah dilakukan Perawatan jantung


curah jantung tindakan keperawatan 1 x Aktivitas – aktivitas :
berhubungan 24 jam diharapkan pasien
a. Rutin mengecek tanda-
dengan perubahan mampu mencapai kriteria
tanda vital pasien
kontraktilitas – kriteria sebagai berikut
b. Membantu pasien
NANDA 2015- :
mengurangi aktivitas
2017 a. Tekanan darah yang dapat
(hal 246) sistol dan diastol membahayakan jantung
dalam kisaran pasien
normal c. Meninstruksikan pasien
b. Frekuensi nadi untuk melaporkan
normal apabila terjadi nyeri
c. Tekanan darah dada
rata rata d. Monitor tolransi
d. PaO2 dalam aktivitas pasien
kisaran normal e. Mencatat tanda dan
e. PaCOS dalam gejala penurunan curah
kisaran normal jantung
(NOC, Hal 561) f. Monitor ekg pasien
(NIC, Hal 364)

Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Monitor cairan


urin berhubungan tindakan keperawatan 1 x Aktivitas – aktivitas :
dengan obstruksi 24 jam diharapkan pasien
a. Tentukan jumlah dan

14
anatomik mampu mencapai kriteria jenis cairan yang
(oliguria,proteinuria) – kriteria sebagai berikut dikonsumsi
NANDA 2015-2017 : b. Memantau tanda tanda
(Hal 199) vital pasien
a. Output urin
c. Memantau turgor kulit
selama 8 jam
pasien dan mukosa
normal
bibir
b. Intake output urin
d. Monitor intake dan
normal selam 24
output pasien
jam
e. Monitor nilai kadar
c. Warna urin
serum albumin dan
normal
protein dalam urin
(kekuningan)
pasien
d. Protein dalam
f. Memberikan analgetik
urin berkurang
sesuai orderan dokter
e. Hipertensi tidak
g. Monitor tekanan darah
ada
pasien
(NOC,Hal 89)
(NIC, hal 229)

Resiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan kehamilan resiko


hubungan ibu-janin tindakan keperawatan 1 x tinggi
berhubungan dengan 24 jam diharapkan pasien Aktivitas – aktivitas:
gangguan transpor mampu mencapai kriteria
a. Mengkaji kondisi
oksigen (hipertensi) – kriteria sebagai berikut
medis berhubungan
NANDA 2015-2017 :
dengan kehamilan
(hal 332) a. Denyut jantung buruk (hipertensi)
janin dalam b. Mengkaji riwayat
kisaran normal kehamilan yang
b. Frekuensi berhubungan dengan
gerakan janin faktor risiko kehamilan
dalam batas (preeklamsi,kehamian
normal ganda, dll)

15
c. Pola gerakan c. Mengkaji pengetahuan
janin normal pasien terkait
(NOC,Hal 525) kehamilan
d. Mengajarkan pasien
mengenai penggunaan
obat( antihipertensi,
antibiotik,dll)
e. Melakuka tes untuk
megetahui keadaan
janin (USG)
f. Memberikan informasi
dan pendidikan terkait
kehamilan dan resiko
gangguan kehamilan
(NIC, Hal 368)

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan


timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan atau
disertai edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.(Niwang Ayu, 2016)

Preeklamsia berat mengakibatkan pasien merasa pusing, sakit kepala,


nyeri, mual muntah dan gejala – gejala lainnya. Preeklamsia berat berpotensi
mengakibatkan kematian janin, kebutaan dan gagal jantung pada ibu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Betsy B. Kennedy. 2013. Modul Manajemen Intrapartum. Jakarta : EGC

Bobak. Lowdermilk. Jensen . 2004. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta :


EGC

Niwang, Ayu. 2016. Patologi Dan Patofisiologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha


Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka

Reeder, Sharon J. Martin . Koniak-Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas


Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai