Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara garis besar, materi pelajaran Matematika di kelas V sekolah dasar
dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu bilangan, geometri dan
pengukuran. Materi bilangan, peserta didik dituntut mampu melakukan
operasi hitung bilangan bulat dan bilangan pecahan serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah. Sedangkan materi pembelajaran geometri dan
pengukuran, peserta didik dituntut mampu menghitung jarak, waktu, berat,
luas volum, dan sifat-sifat bangun datar.

Prestasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri 200210 Padangsidimpuan


dalam mengikuti pembelajaran Matematika rendah. Banyak materi
pembelajaran yang belum dapat dicapai secara tuntas. Konsep materi
pelajaran bangun datar belum dikuasai secara mendalam. Peserta didik merasa
berkesulitan dalam menghitung luas dan menentukan sifat-sifat bangun datar.

Di samping itu, guru kurang bervariasi dalam menyampaikan materi pelajaran


tentang bangun datar. Sering terjadi anggapan oleh guru bahwa materi yang
diajarkan sangat mudah sehingga penyajian materi pelajaran bangun datar
cukup hanya dengan cerita. Peserta didik hanya sebagai pendengar. Peserta
didik pasif, kurang tertarik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan
oleh guru. Materi pembelajaran disampaikan secara abstrak.

Banyak upaya untuk mengatasi kendala yang ada. Salah satu usaha
Mengatasi Berbagai Kesulitan Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Kerangka Berfikir Siswa Dengan Materi Pelajaran Bangun Datar Di
Kelas V SD Negeri 200210 Padangsidimpuan Model Pembelajaran STAD
Dengan Menggunakan Alat Bantu MBDW (Model Bangun Datar Warna-
Warni) Tahun Ajaran 2014/2015. Model-model bangun datar tersebut
merupakan upaya konkritisasi dari bentuk abstrak bangun datar. Dengan alat

1
2

bantu model bangun datar tersebut, peserta didik dapat menyerap materi
pelajaran dari guru sesuai dengan perkembangan daya nalarnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dalam penelitian
dapat dirumuskan, sebagai berikut.
1. Apakah Materi Pelajaran Bangun Datar Di Kelas V SD Negeri
200210 Padangsidimpuan Model Pembelajaran STAD Dengan
Menggunakan Alat Bantu MBDW (Model Bangun Datar Warna-Warni)
Tahun Ajaran 2014/2015 menyenangkan?
2. Apakah pembelajaran dengan Materi Pelajaran Bangun Datar Di
Kelas V SD Negeri 200210 Padangsidimpuan Model Pembelajaran STAD
Dengan Menggunakan Alat Bantu MBDW (Model Bangun Datar Warna-
Warni) Tahun Ajaran 2014/2015 efektif?

C. Tujuan
Penelitian tentang pembelajaran bangun datar dengan alat bantu model bangun
datar ini bertujuan, sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran bahwa dengan Materi


Pelajaran Bangun Datar Di Kelas V SD Negeri 200210 Padangsidimpuan
Model Pembelajaran STAD Dengan Menggunakan Alat Bantu MBDW
(Model Bangun Datar Warna-Warni) Tahun Ajaran 2014/2015
menyenangkan.

2. Mendeskripsikan efektivitas pembelajaran dengan Materi Pelajaran


Bangun Datar Di Kelas V SD Negeri 200210 Padangsidimpuan Model
Pembelajaran STAD Dengan Menggunakan Alat Bantu MBDW (Model
Bangun Datar Warna-Warni) Tahun Ajaran 2014/2015.
3

D. Manfaat
Manfaat dari hasil penelitian ini, sebagai berikut.
1. Bagi guru
a. Sebagai bahan perbaikan pembelajaran yang dikelolanya, sehingga
proses dan hasil dari pembelajaran mengalami peningkatan.
b. Sebagai wahana dalam peningkatan profesionalitas guru karena
mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
c. Sebagai wahana penumbuhan rasa percaya diri bagi guru.

2. Bagi peserta didik


a) Peserta didik meningkatkan prestasi belajarnya.
b) Peserta didik dapat mengikuti pembelajaran yang menarik.

3. Bagi sekolah
a. Memiliki guru yang profesional dalam mengelola pembelajaran di
depan kelas.
b. Sekolah dapat berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.
4

BAB II
KAJIAN TEORETIS

A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika

Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak


dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu
adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya
pada mata pelajaran matematika.

“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and
relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan
satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of
thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan
mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3).
Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi
internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan
didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan
untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu
sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang
dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian
matematika sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )

“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih
antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika
yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan
intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi 199 : 1).

Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep


pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual
siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna
4
5

untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru
dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan
yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pemblajaram
matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh
siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat
menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna
untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.

“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari
sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat
dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis,
dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus
berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif
belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi
yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima,
atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi.
(Bonwell dan Eison, 1991:1).

Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan


penjelasan yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka
siswa dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus
terjun dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses
pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses
pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.

Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang


hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan
bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan
kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika,
dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
6

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan


tepat dalam pemecahan masalah.
.
B. Srtategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-
pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy
and Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan
mencakup keempat hal sbb :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti
apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan
aspirasi dan selera masyarakat.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang
dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan
ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang
harus dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha
tersebut.

Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat


disimpulkan sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak lepas dari peran serta guru
dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan
suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan
menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD


7

Definisi Pembelajaran Cooperative Tipe STAD

Metode pengelompokan siswa berdasarkan tingkat prestasi ( Student Team


Acheivement Division ; STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin. Metode ini
dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan
pembelajaran cooperative. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu kepada
belajar kelompok siswa menggunakan presentasi verbal atau test. Siswa dalam
kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan 4 sampai 5 orang, setiap
kelompok haruslah heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki
kemampuan akademis yang tinggi, sedang dan rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan


materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk
mamahami bahan pelajaran melalui lembar kegiatan siswa.
Inti dari STAD adalah guru menyampaikan materi kemudian siswa bergabung
dalam kelompoknya yang terdiri atas 4 sampai 5 orang untuk memdiskusikan
pelajaran dan menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru, setelah mereka
menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga
membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

a. Perangkat pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan
perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP),
Buku siswa, Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Membentuk kelompok kooperatif


Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam
kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan
kelompok lainnya relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok
8

kooperatif perlu memperhatikan ras, agama, jenis kelamin dan latar


belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri atas ras dan latar belakang
yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada
prestasi akademik, yaitu:

1. Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian


dalam mata pelajaran matematika. Tujuannya adalah untuk
mengurutkan siswa sesuai kemampuan matematikanya dan digunakan
untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok

2. Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,


kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak
25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa yang rangking satu,
kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan
setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25%
dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah diambil kelompok atas
dan kelompok menengah.

c. Menentukan skor awal


Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai
ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis.
Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka
hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.

d. Pengaturan tempat duduk


Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif juga perlu diatur dengan
baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran
kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan
kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas
kooperatif.

e. Kerja kelompok
9

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe


STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini
bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam
kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada


langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau fase. Fase-fase
dalam pembelajaran ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Kegiatan Guru


Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi Menyampaikan semua tujuan pelajaran
siswa yang ingin dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan/menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan mendemonstrasikan atau
lewat bahan bacaan
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam Menjelaskan kepada siswa bagaimana
kelompok-kelompok belajar caranya membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efesien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan Membimbing kelompok-kelompok
belajar belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka
Fase 5
Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah diajarkan atau
masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya

Fase 6 Mencari cara-cara untuk menghargai


Memberikan penghargaan baik upaya maupun hasil belajar
individu dan kelompok

Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru


dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
10

a) Menghitung skor individu


Menurut Slavin (dalam Trianto,2007) untuk memberikan skor perkembangan
individu dihitung seperti dalam tabel berikut:

Tabel 2.2 Prosedur Penentuan Nilai Perkembangan Siswa

Langkah Indikator Operasional


1 Menetapkan skor Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor
dasar kuis yang lalu
2 Menghitung skor Siswa yang memperoleh poin untuk kuis yang
kuis terkini berkaitan dengan pembelajaran terkini
3 Menghitung skor Siswa mendapatkan poin perkembangan yang
perkembangan besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini
menyamai atau melampaui skor dasar, dengan
menggunakan skala yang diberikan di bawah
ini

Tabel 2.3 Perhitungan Skor Perkembangan

Nilai Tes Skor Perkembangan


Lebih dari 10 poin di bawah skor awal... 0 poin
10 poin di bawah sampai 1 poin 10 poin
dibawah skor awal …
Skor awal sampai 10 poin di atas skor 20 poin
awal…
Lebih dari 10 poin di atas skor awal... 30 poin
Nilai sempurna (tanpa memperhatikan 30 poin
skor awal)

b) Menghitung skor kelompok


Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang
diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai
dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok
seperti dalam tabel.
11

Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata tim Predikat


0≤x ≤5 -
5 ≤ x ≤ 15 Tim baik
15 ≤ x ≤ 25 Tim hebat
25 ≤ x ≤ 30 Tim super

c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok


Masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan
hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.
Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang
cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang
dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensial. Hal ini dapat
dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya
penyajian informasi atau materi pelajaran.

Selanjutnya, sebelum pembelajaran kooperatif dimulai sebaiknya kepada


siswa diperkenalkan terlebih dahulu apa itu pembelajaran kooperatif dan
bagaimana aturan-aturan yang harus diperhatikan. Agar pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar, sebaiknya pada siswa diberitahukan petunjuk-petunjuk
tentang yang akan dilakukan. Petunjuk-petunjuk itu antara lain sebagai berikut:

1. Tujuan pelajaran
2. Apa saja yang akan dikerjakan siswa dalam kelompok
3. Batas waktu untuk menyelesaikan tugas
4. Jadwal pelaksanaan kuis
5. Jadwal persentasi kelas
6. Prosedur pemberian penghargaan individu dan kelompok
7. Format persentasi laporan
12

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang pembelajarannya berpusat pada
siswa sekaligus juga merupakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa, sehingga
siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD


Setiap model pembelajaran selalu memiliki kelebihan dan kekurangan oleh
karena itu yang menjadi kelebihan model pembelajaran Student Team
achievement Divisions (STAD) yaitu:

 Arah pelajaran akan lebih jelas karena pada tahap awal guru
terlebih dahulu menjelaskan uraian materi yang dipelajari
 Membuat suasana belajarlebih menyenangkan karena siswa
dikelompokkan dalam kelompok yang heterogen . jadi ia tidak cepat bosan
sebab mendapat kawan atau teman baru dalam pembelajaran
 Pembelajaran lebih terarah sebab guru terlebih dahulu menyajikan
materi sebeum tugas kelompok dimulai
 Dapat meningkatkan kerja sama diantara siswa sebab dalam
pembelajarannya siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam suatu
kelompok
 Dengan adanya pertanyaan model kuis akan dapat meningkatkan
semngat anak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
 Dapat mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap materi ajar ,
sebab guru memberikan pertanyaan kepada seluruh siswa, dan sebelum
kesimpulan diambil guru terlebih dahulu melakukan evaluasi pembelajaran
Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran tipe STAD :
 Tidak mudah bagi guru dalam menentukan kelompok yang
heterogen.
 Karena kelompok ini bersifat heterogen, maka adanya
ketidakcocokan diantara dalam 1 kelompok, sebab siswa yang lemah meras
minder ketika digabungkan dengan siswa yang kuat.atau adanya siswa yang
merasa tidak pas,jika ia digabungkan dengan yang dianggapnya
bertentangan dengannya.
 Dalam diskusi ada kalanya hanya dikerjakan oleh beberapa siswa
saja, sememntara yang lain hanya sekedar pelengkap saja.
13

 Dalam evaluasi sering kalisiswa mencontek dari temannya


sehingga tuidak murni berdasarkan kemampuannya sendiri.

D. Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibentuk dari 3 kata, yang memiliki
pengertian sebagai berikut :

1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek


dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh
data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan
untuk siswa.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan
tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
siswa.

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata


dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan


pembelajaran
di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
14

3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan


4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga

tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan


pembelajaran secara berkelanjutan.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang
penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang
harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin


Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi
rutin, karena jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak
dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata
lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal
yang sudah ada.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja


Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka
dengan hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih
baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus
menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena
dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul
menyusul. Penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis,
tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan
menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut
penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi,
pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah
kegiatan uji coba atau eksperimen.

E. Alat Pembelajaran
15

Alat yang digunakan adalah model bangun datar, persegi panjang, persegi,
belah ketupat, segitiga, terapesium, jajaran genjang, layang-layang, dan
lingkaran.

F. Pengertian bangun datar


Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis
lurus atau lengkung (Imam Roji, 1997) Bangun datar dapat didefinisikan
sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan
lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Julius Hambali, Siskandar,
dan Mohamad Rohmad, 1996)

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar


merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar,
yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.

G. Jenis bangun datar dan sifat-sifatnya


Bangun datar di kelas V SD terdiri atas persegi panjang, persegi, segitiga,
trapesium, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran
(Julius Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad, 1996). Uraian lebih
lanjut tentang sifat-sifat bangun datar disarikan, sebagai berikut.

a. Persegi panjang
Panjang mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang dan 4 sudut yang
sama besar, yaitu sudut siku-siku. Diagonalnya sama panjang dan saling
memotong sama panjang sehingga membagi dua sama panjang.

b. Segitiga
Memiliki berbagai jenis, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama kaki,
segitiga siku-siku, segitiga sembarang, dan segitiga lancip. Segi tiga memiliki 3
sudut dan 3 buah sisi.
16

c. Trapesium
Memiliki sepasang sisi yang sejajar. Jumlah besar sudut yang
berdekatan di antara sisi sejajar pada trapesium adalah 1800.

d. Jajaran Genajang
Memiliki sisi yang berhadapan sejajar sama panjang, sudut yang
berhadapan sama besar. Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang.

e. Belah ketupat
Memiliki empat sisi sama panjang, kedua diagonalnya merupakan sumbu
simetri, sudut yang berhadapan sama besar, diagonalnya saling berpotongan tegak
lurus.

f. Layang-layang
Mempunyai satu sumbu simetri, memiliki dua pasang sisi yang sama
panjang, terdapat sepasang sudut yang berhadapan yang sama besar.

g. Lingkaran
Memiliki sebuah titik pusat, memiliki garis tengah yang panjangnya dua
kali jari-jari, banyak sumbu simetri lingkaran tidak terbatas.

H. Kerangka Berpikir
Pembelajarn bangun datar harus dengan menggunakan alat bantu model
bangun datar. Alat bantu model bangun datar warna-warni merupakan bentuk
bangun datar dengan memberi warna-warna yang berbeda pada bagian-bagian
(unsur) bangun datar yang memiliki karakter khusus. Dengan bangun datar warna-
warni tersebut merupakan upaya mengarahkan peserta didik untuk berpikir
konkrit. Belajar secara konkrit lebih menyenangkan, mengaktifkan, dan mudah
dipahami.

I. Hipotesis Tindakan
17

Hipotesis penelitian tindakan ini, sebagai berikut,

a) Pembelajaran materi pelajaran bangun datar dengan alat bantu


MBDW (Model Bangun Datar Warna-warni) menyenangkan.

b) Proses pembelajaran metode STAD dengan alat bantu model


bangun datar warna-warni efektif.
18

BAB III
PELAKSANAAN TINDAKAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 200210 Padangsidimpuan.
Alasan penulis memilih tempat ini karena sepengetahuan penulis belum
ada penelitian yang sejenis dilakukan.Untuk waktu pelaksanaan dilakukan
pada tahun pelajaran
Tempat : SD Negeri 200210 Padangsidimpuan
Waktu : Penelitian dimulai bulan Maret 2015 – April 2015

B. Subjek Penelitian
Peserta didik kelas V SD Negeri 200210 Padangsidimpuan berjumlah 23
orang peserta didik tahun pelajaran 2014/2015.

C. Sumber Data
1. Hasil tes siklus I kompetensi dasar; mengidentifikasi sifat-sifat
bangun datar
2. Hasil tes siklus II kompetensi dasar; menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan bangun datar.
3. Hasil angket pengamatan proses pembelajaran siklus I dan II.

D. Indikator Kinerja
Pembelajaran dianggap efektif jika telah memenuhi ketuntasan
individual 65% dan ketuntasan klasikal 75%. Diharapkan hasil meningkat
pada tes siklus ke II menjadi 80% secara klasikal.

E. Instrumen Penelitian
1. Model Bangun Datar Warna Warni
2. Lembar pengamatan
3. Lembar Evaluasi

18
19

F. Tindakan
Siklus 1
a. Perencanaan
1. Pedoman Guru
a. menentukan kompetensi dasar
b. merencanakan metode/pendekatan
c. menentukan kelompok diskusi
d. menyusun skenario pembelajaran
e. menyiapkan sumber materi
f. menyusun LKS
g. menyusun lembar observasi
h. menyusun perencanaan pemantauan individual maupun
kelompok
i. menyusun soal evaluasi
2. Pedoman Peserta didik
a. memperhatikan pejelasan guru tentang cara kerja peserta
didik
b. mengerjakan LKS secara berkelompok sesuai petunjuk
c. melaporkan hasil diskusi/kerja kelompok
d. mengerjakan soal evaluasi

b. Tindakan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran.

c. Pengamatan
1. Pengamatan proses pembelajaran secara kolaborator
dengan lembar observasi
2. Menilai hasil pembelajaran materi sifat-sifat bangun datar
dengan soal tes yang telah disediakan.

d. Refleksi
PelaksanaanTin
AlternatifPemecahan
Permasalahan
(Rencanatindakan I)
20

Dalam tahap ini peneliti menguji apakah hasil belajar siswa sudah tuntas
atau belum. Dan apakah
Refleksi I motivasi belajar siswa sudah Analisis
sesuai dengan
data I yang Observas
diharapkan atau belum. Jika masih belum tuntas maka dilanjutkan siklus
yang ke II yang tahap pelaksanaannya sama dengan pelaksanaan tahapan
siklus I

1. Mengevaluasi tindakan siklus I


2. Mendiskusikan hasil evaluasi siklus I dengan kolaborator
3. Memperbaiki pelaksanaan untuk siklus berikutnya.

Siklus yang terdiri dari beberapa tahap tersebut dapat dilihat pada skema berikut
ini :

SIKLUS I
BelumTerselesaikan AlternatifPemecahan
PelaksanaanTin
(Rencanatindakan II)

Terselesaikan

Refleksi II Analisis data II Observas


SIKLUS II

BelumTerselesaikan Siklus selanjutnya

Terselesaikan
21

Siklus 2
1. Perencanaan
a. Pedoman Guru
a. pemantauan individual/kelompok
b. pendampingan pada kelompok-kelompok tertentu
c. menyusun skenario pembelajaran
d. menyusun LKS
e. Menyusun pemantauan individual dan klasikal
f. menyusun soal evaluasi
b. Pedoman Peserta didik
1) memperhatikan pejelasan guru tentang cara kerja peserta
didik
2) mengerjakan LKS secara berkelompok sesuai petunjuk
3) melaporkan hasil diskusi/kerja kelompok
4) mengerjakan soal evaluasi

2. Tindakan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran.

3. Pengamatan
a. Pengamatan proses pembelajaran secara kolaborator
dengan lembar observasi
b. Menilai hasil pembelajaran materi sifat-sifat bangun datar
dengan soal tes yang telah disediakan.

4. Refleksi
a. Mengevaluasi tindakan siklus II
b. Mendiskusikan hasil evaluasi siklus II dengan kolaborator
c. Menyimpulkan pelaksanaan tindakan dari hasil 2 siklus
22

G. Analisis Data
Data dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif.
23

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua siklus, dengan hasil tindakan berupa
hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil belajar Matematika,
kompetensi dasar mengidentifikasikan sifat-sifat bangun datar, dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar sebagai berikut:

Siklus 1
Hasil pengamatan kolaborator terhadap proses pembelajaran pada siklus 1
ditunjukkan tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Rambu-rambu Pengamatan Proses Pembelajaran

Skor
No Aspek Pengamatan Jml
1 2 3 4
Kesungguhan selama mengikuti
1
pelajaran
Keaktifan mengemukakan pendapat
2
dalam mengikuti diskusi kelompok
3 Keceriaan dalam mengikuti pelajaran
4 Kerjasama dalam kelompok
5 Kompetisi antarkelompok diskusi

Berdasarkan indikator pengamatan tersebut, tiga orang pengamat


mengamati proses pembelajaran Matematika. Hasil pengamatan berupa
nilai. Nilai tersebut selanjutnya dirata-rata dan direkap sebagaimana pada
tabel berikut.

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran siklus 1


22
24

Pengamat
No Aspek Pengamatan Jml R
1 2 3
Keaktifan dan ketertarikan
peserta didik dalam mengikuti
1 15 15 15 45 15
proses pembelajaran

Berdasarkan data tersebut dapat ditunjukkan persentase hasil


pengamatan setelah direkapitulasi dari tiga pengamat, yakni seperti tabel
berikut.

Tabel 3. Persentase Hasil Pengamatan Pembelajaran Siklus 1

No Aspek Persentase Kriteria


Keaktifan dan ketertarikan
peserta didik dalam mengikuti 75% Baik
1
proses pembelajaran

Perolehah persentase dihitung berdasarkan perbandingan skor


maksimal dengan skor yang diperoleh dari pengamatan. Perhitungannya
sebagai berikut.
(Skor Hasil : Skor Maksimal) x 100% = Persentase Pengamatan. Berikut
ini disajikan besar persentase interval masing-masing kriteria.
1. 1% - 25%: kurang
2. 26% - 50%: cukup
3. 51% - 75%: baik
4. 76% - 100%: amat baik
Data hasil evaluasi pembelajaran siklus 1 disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Rentang Hasil Evaluasi Pembelajaran Siklus I

No Rentang Nilai Jumlah Persentase Kriteria


1 < 65 11 47.8% Tidak tuntas
25

2 65 – 74 6 26.1% Tuntas
3 75 – 84 5 21.7% Tuntas
4 ≥ 85 1 4.3% Tuntas
Ketuntasan
Jumlah 23 100%
52,2%

Tingkat perbandingan perolehan hasil evaluasi masing-masing rentang, lebih


jelas disajikan gambar berikut.
Gambar 1 Diagram Perbandingan Hasil Evaluasi Siklus I

4,3% 47,8%

Siklus 2

26,1%
21,7%

Berdasarkan indikator pengamatan dari tiga orang pengamat


kolaborator mengamati proses pembelajaran Matematika. Hasil pengamatan
berupa nilai. Nilai tersebut selanjutnya dirata-rata dan direkap sebagaimana
pada tabel berikut.

Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran siklus 2

Pengamat
No Aspek Pengamatan Jml R
1 2 3
Keaktifan dan ketertarikan peserta
didik dalam mengikuti proses
1 18 17 17 53 17,67
pembelajaran

Berdasarkan data tersebut dapat ditunjukkan persentase hasil


pengamatan setelah direkapitulasi dari tiga pengamat, yakni seperti tabel
berikut.
26

Tabel 6. Persentase Hasil Pengamatan Pembelajaran Siklus 2

No Aspek Persentase Kriteria


Keaktifan dan ketertarikan
peserta didik dalam mengikuti
1 88,33% Amat Baik
proses pembelajaran

Perolehah persentase dihitung berdasarkan perbandingan skor


maksimal dengan skor yang diperoleh dari pengamatan. Perhitungannya
sebagai berikut.

(Skor Hasil : Skor Maksimal) x 100% = Persentase Pengamatan.


Berikut ini disajikan besar persentase interval masing-masing kriteria.

1. 1% - 25%: kurang
2. 26% - 50%: cukup
3. 51% - 75%: baik
4. 76% - 100%: amat baik

Data hasil evaluasi pembelajaran siklus 2 disajikan Sebagai berikut.

Tabel 7. Rentang Hasil Evaluasi Pembelajaran Siklus 2

No Rentang Nilai Jumlah Persentase Kriteria


1 < 65 2 8.7% Tidak tuntas
2 65 – 74 9 39.1% Tuntas
3 75 – 84 5 21.7% Tuntas
27

4 ≥ 85 7 30.4% Tuntas
Ketuntasan
Jumlah 23 100%
91,3%

Tingkat perbandingan perolehan hasil evaluasi masing-masing rentang, lebih


jelas ditunjukkan gambar berikut ini.
Gambar 2. Diagram Perbandingan Hasil Evaluasi Siklus II

8,7% 21,7%
30,4%

39,1%

B. Pembahasan
Siklus 1
Perencanaan
Pada siklus 1 guru memberi penegasan tentang konsep bangun

datar, bahwa bangun datar terdiri atas sisi, sudut, dan diagonal. Metode

pembelajaran adalah STAD, untuk itu peserta didik dalam proses

pembelajaran secara berkelompok. Masing-masing kelompok

berkerjasama dengan bersungguh-sungguh. Setiap kelompok bertanggung

jawab terhadap anggota kelompoknya. Kelompok-kelompok belajar

tersebut bersaing, baik secara individual maupun secara kelompok.


28

Tindakan

Peserta didik belajar berdasarkan lembar kerja siswa (LKS).

Berdasarkan LKS tersebut Peserta didik belajar memecahkan masalah

dengan alat bantu Model Bangun Datar Warna Warni. Dengan waktu yang

telah ditentukan, peserta didik melaporkan hasil kerja kelompoknya.

Setiap anggota, mempunya tanggung jawab yang sama untuk melaporkan

hasil kerja kelompoknya. Dengan demikian, masing-masing kelompok

memiliki tanggung jawab terhadap anggotanya agar mampu memecahkan

masalah dalam diskusi, agar kelompok belajarnya dapat unggul dalam

persaingan. Pada akhir pertemuan, peserta didik secara individu

mengerjakan evaluasi.

Pengamatan

Berdasarkan pengamatan guru secara kolaborator, tampak bahwa

peserta didik yang bodoh cenderung pasif dan peserta didik yang pintar

cenderung mendominasi kelompok diskusi. Secara keseluruhan, skor

pengamatan dapat dijelaskan bahwa kesungguhan dan keaktifan masing-

masing skor 9, keceriaan dan kompetisi antar kelompok dengan skor 10,

dan kerja sama memperoleh skor terendah, yakni 9, sehingga diperoleh

jumlah skor 45 dengan rata-rata skor 15. Persentase ketertarikan peserta

didik dalam mengikuti proses pembelajaran 75%, dengan demikian

kriteria proses pembelajaran baik.


29

Hasil evaluasi pada akhir proses pembelajaran diperoleh data bahwa dari 23

peserta didik, ada 11 anak dinyatakan belum tuntas, 12 anak dinyatakan telah

tuntas. Peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari 85 ada 1 anak. Secara

klasikal, tingkat ketuntasan minimal yang telah ditentukan 75% belum tercapat,

yakni 52,2%. maka data hasil pengamatan dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 8 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Pertemuan Rata-
Kegiatan Guru Keterangan
1 2 rata
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa.
2 3 2,5 Cukup Baik
 Menginformasikan tujuan pembelajaran
2 3 2,5 Cukup Baik
 Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
3 3 3 Baik
 Melakukan apersepsi.
3 3 3 Baik
 Memotivasi siswa
Fase 2 : Menyajikan informasi.
 Menguasai bahan. 3 3 3 Baik
 Menyajikan secara jelas. 3 3 3 Baik
 Menyajikan secara sistematis 3 3 3 Baik
Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
 Menjelaskan bagaimana caranya 3 3 3 Baik
membentuk kelompok.
 Membantu setiap kelompok agar melakukan 3 3 3 Baik
kerjasama yang efisien.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
3 3 3 Baik
 Menertibkan siswa
3 3 3 Baik
 Melibatkan siswa dalam pembelajaran.
3 3 3 Baik
 Membantu kelompok yang bermasalah
30

Fase 5: Evaluasi.
 Memanfaatkan media pembelajaran.
 Memberikan kesempatan kepada siswa 3 3 3 Baik
untuk mempresentasikan hasil diskusi 3 3 3 Baik
kelompok.
 Memberikan kesempatan kepada kelompok 3 2 2,5 Baik
lain untuk menanggapi
Fase 6: Memberi penghargaan
 Memberikan penghargaan bagi kelompok
3 3 3 Baik
yang mempresentasikan hasil kerjanya di
depan kelas.
3 3 3 Baik
 Memberikan penghargaan bagi kelompok
yang mendapatkan skor terbaik
Jumlah 49 50
Rata – Rata 2,88 2,94
Rata- rata Keseluruhan 2,91
Keterangan Cukup Baik

Refleksi

Refleksi dilakukan oleh guru dengan kolaborator, yakni


menyepakati adanya pendampingan kelompok-kelompok diskusi yang di
dalamnya terdapat peserta didik yang masih belum mampu secara aktif
mengikuti proses pembelajaran. Serta adanya kontrol individu selama
proses pembelajaran berjalan.

Siklus 2
Perencanaan

Perencanaan sesuai dengan siklus 1 dengan menambah


pendampingan terhadap kelompok yang terdapat peserta didik yang
kurang dapat mengikuti kerja kelompok secara baik. Guru memberi
31

pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atau penjelasan-


penjelasan yang mengarah pada materi pelajaran. Pertanyan-pertanyaan
tersebut sekaligus sebagai kontrol individual maupun melompok.
Tindakan

Pelaksanaan siklus 2 merupakan kelanjutan dari siklus 1. Dari dua


siklus tersebut ada tiga kali pertemuan. Materi siklus pertama yang belum
dikuasai oleh peserta didik secara mendalam dibahas ulang, baru
kemudian disajikan materi selanjutnya. Sedangkan utuk pertemuan 2, pada
akhir pertemuan dilaksanakan evaluasi. Evaluasi tersebut untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran peserta didik.

Pengamatan

Berdasarkan hasil pengamatan guru secara kolaborator, suasana


proses pembelajaran siklus 2 ada peningkatan. Proses pembelajaran
berjalan lebih aktif daripada pembelajaran siklus 1. Kesungguhan
memperoleh skor 10, keaktifan dan kerjasama skor 9, keceriaan dan
kompetisi antarkelompok belajar skor 12.

Dengan adanya penghargaan terhadap kelompok yang paling


berhasil, ternyata dapat berdampak pada peningkatan usaha untuk dapat
menjadi kelompok yang terbaik. Jumlah skor keseluruhan 53 dengan rata-
rata skor 17,67. Persentase ketertarikan peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran 88,33%, dengan demikian kriteria proses
pembelajaran mengalami peningkatan dengan kriteria amat baik.

Hasil evaluasi pada akhir proses pembelajaran diperoleh data


bahwa dari 23 peserta didik, ada 2 anak dinyatakan belum tuntas, 21 anak
dinyatakan telah tuntas. Peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari 85
ada 7 anak. Secara klasikal, tingkat ketuntasan minimal yang telah
32

ditentukan 80% telah dapat dicapai, yakni 91,3%. data hasil pengamatan
dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 9 Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Pertemuan Rata-
Kegiatan Guru Keterangan
1 2 rata
Fase 1: Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa.
4 4 4 Sangat Baik
 Menginformasikan tujuan pembelajaran
3 3 3 Baik
 Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.
4 4 4 Sangat Baik
 Melakukan apersepsi.
3 3 3 Baik
 Memotivasi siswa
Fase 2 : Menyajikan informasi.
 Menguasai bahan. 3 4 3,5 Sangat Baik
 Menyajikan secara jelas. 3 4 3,5 Sangat Baik
 Menyajikan secara sistematis 3 4 3,5 Sangat Baik
Fase 3: Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
 Menjelaskan bagaimana caranya 3 3 3
Baik
membentuk kelompok.
 Membantu setiap kelompok agar 3 3 3
Baik
melakukan kerjasama yang efisien.
Fase 4: Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
3 4 3,5 Sangat Baik
 Menertibkan siswa
3 4 3,5 Sangat Baik
 Melibatkan siswa dalam pembelajaran.
3 4 3,5 Sangat Baik
 Membantu kelompok yang bermasalah
Fase 5: Evaluasi.
 Memanfaatkan media pembelajaran. 4 3,5 Sangat Baik
 Memberikan kesempatan kepada siswa 3 3 3 Baik
untuk mempresentasikan hasil diskusi 3
kelompok. 4 3,5 Baik
33

 Memberikan kesempatan kepada


3
kelompok lain untuk menanggapi

Fase 6: Memberi penghargaan


 Memberikan penghargaan bagi kelompok
4 3 3,5 Baik
yang mempresentasikan hasil kerjanya di
depan kelas.
3 3 3 Baik
 Memberikan penghargaan bagi kelompok
yang mendapatkan skor terbaik
Jumlah 56 59
Rata – Rata 3,29 3,47
Rata- rata Keseluruhan 3,38
Keterangan Sangat Baik

Refleksi

Refleksi guru dan pengamat kolaborater sepakat bahwa hasil


belajar cukup signifikan, tujuan tercapai, efektivitas tindakan
pembelajaran pada siklus 2 tinggi. Pendampingan terhadap peserta didik
yang kurang dapat bekerja secara kelompok dan kontrol individual secara
berkelangsungan sangat diperlukan.
34

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan perolehan hasil pengamatan dan hasil evaluasi siklus 1 dan siklus
2 dapat dikemukakan bahwa,

1. Proses pembelajaran dengan metode STAD dan alat bantu model


bangun datar warna warni ternyata menyenangkan. Keaktifan peserta
didik ditunjukkan dengan skor nilai pengamatan 75% dan 88,33%
kriteria amat baik.

2. Dengan metode STAD dan alat bantu belajar model bangun datar
warna warniefektivitas pembelajaran Tinggi, indikator kerja yang
diharapkan dapat dipenuhi, rata-rata perolehan nilai dari siklus 1 dan
siklus 2 berturut-turut mengalami peningkatan yaitu dari 52,2%
meningkat menjadi 91,3%, secara individual tinggal 2 orang anak yang
belum tuntas, secara klasikal telah dinyatakan tuntas dengan indikator
kerja 80%.

B. Saran
Metode STAD dengan alat bantu model bangun datar warna
warniefektif membantu peserta didik dalam memecahkan masalah
pembelajaran Matematika. Akan tetapi, sering terjadi monopoli dari salah satu
peserta didik pada kelompok belajar. Untuk menghindari hal tersebut
disarankan

1. Masing-masing kelompok hendaknya tidak hanya 1 alat


bantu model bangun datar warna warni,
2. Mengingat pembuatan alat bantu model bangun datar
warna warnimembutuhkan biaya, hendaknya ada anggaran dana dari
sekolah.

33
35

3. Pembelajaran dengan alat bantu serupa hendaknya perlu


dikembangkan pada mata pelajaran yang lain.
36

DAFTAR PUSTAKA

Imam Roji. 1997. Materi Penataran Guru Pemandu Matematika. Semarang:


Proyek SD Jateng

Julius Hambali, Iskandar, dan Mohamad Rohmad. 1996. Materi Pokok


Matematika Modul 1 – 9. Jakarta: Universitas Terbuka

Nurhadi, Yasin B., dan Senduk GS. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Standar Isi (Standar Kompetensi dan


Kompetensi Dasar untuk Tingkat SD dan MI. Jakarta: Depdiknas
37

Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas/ Semester : V / Genap
Alokasi : 2 X Pertemuan ( 4 x 35 Menit)

Standar Kompetensi :
6. Memahami Sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun.

Kompentensi Dasar
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.

I. Tujuan
1. Menyebut
kan sifat bangun datar sederhana.
2. Membeda
kan sifat-sifat antarbangun datar.
3. Memecah
kan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan sifat bangun datar.

II. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar sederhana

III. Metode Pengajaran : Metode Students Teams Achivement Devisions


(STAD)

IV. Langkah Pembelajaran


A. Kegiatan awal : Penjelasan tentang konsep bangun datar
B. Kegiatan inti : Peserta didik berdiskusi tentang sifat-sifat bangun
datar dengan alat bantu MODEL BANGUN DATAR WARNA WARNI
pada tim belajarnya
C. Kegiatan akhir : Siswa mempresentasikan hasil diskusi dan
membuat kesimpulan
38

V. Sumber Belajar
Buku-buku paket dan lingkungan sekitar
(Model Bangun Datar Warna-warni)

VI. Penilaian :
Jenis tagihan : Tugas individu dan kelompok
Bentuk instrument : Format pengamatan, naskah soal

Observer Peneliti

EVI DEVIANI TANJUNG, S.Pd ARWAN HARAHAP, S.Pd


NIP. 19721008 201406 2 001 NIP. 19680717 199203 1 006
39

Lampiran 2
Soal Latihan
Lingkarilah huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang kau anggap benar!

1. Berikut ini adalah sifat-sifat bangun datar persegi panjang, kecuali ….


a. keempat sudutnya siku-siku
b. keempat sisinya sama panjang
c. sisi yang berhadapan sejajar
d. sisi yang berhadapan sama besar

2. Sudut yang berhadapan sama besar merupakan salah satu ciri bangun datar
berikut kecuali ….
a. trapesium b. segitiga c. jajargenjang d. lingkaran

3. Sisi yang berhadapan sejajar, merupakan ciri bangun datar berikut kecuali

4. Bangun tersebut memiliki sifat-sifat berikut kecuali


….

a. mempunyai dua pasang sisi yang berdekatan sama panjang


b. sudut yang berhadapan sama besar
c. diagonalnya saling berpotongan tegak lurus
d. sisi yang berhadapan sejajar

5. Berikut ini adalah bangun datar trapesium kecuali ….

6. Bangun datar terbentuk dari dua segitiga sama kaki yang kongruen
kemudian diimpitkan alasnya, yaitu ….
40

a. belahketupat b. layang-layang c. jajargenjang d. persegi panjang

7. Bangun datar tersebut adalah ….

a. jajargenjang b. belahketupat c. layang-layang d. persegipanjang

8. Gambar bangun datar di samping adalah ….

a. segitiga lancip b. segitiga sembarang c. segitiga siku-siku d. segitiga sama sisi


9. Lingkaran mempunyai titik-titik … sisi.
a. 1 b. 2 c. 3 d. tidak tentu

10. Berikut ini merupakan sifat bangun datar jajargenjang, yaitu ….


a. sisi-sisinya sama panjang
b. memiliki dua sudut siku-siku
c. diagonalnya berpotongan tegak lurus
d. sisi yang berhadapan sama panjang

Observer Peneliti

EVI DEVIANI TANJUNG, S.Pd ARWAN HARAHAP, S.Pd


NIP. 19721008 201406 2 001 NIP. 19680717 199203 1 006
41

Lampiran 3
Rekap Hasil Pengamatan Siklus I

Pengamat
No Aspek Pengamatan Jml
I II III
Kesungguhan selama mengikuti 3 3 3 9
1
pelajaran
Keaktifan mengemukakan pendapat 3 3 3 9
2
dalam mengikuti diskusi kelompok
3 Keceriaan dalam mengikuti pelajaran 3 3 3 9
4 Kerjasama dalam kelompok 3 3 3 9
5 Kompetisi antarkelompok diskusi 3 3 3 9
Jumlah 15 15 15 45

Observer Peneliti

EVI DEVIANI TANJUNG, S.Pd ARWAN HARAHAP, S.Pd


NIP. 19721008 201406 2 001 NIP. 19680717 199203 1 006
42

Lampiran 4
Rekap Hasil Pengamatan Siklus II
Pengamat
No Aspek Pengamatan Jml
I II III
Kesungguhan selama mengikuti 4 3 3 10
1
pelajaran
Keaktifan mengemukakan pendapat 3 3 3 9
2
dalam mengikuti diskusi kelompok
3 Keceriaan dalam mengikuti pelajaran 4 4 4 12
4 Kerjasama dalam kelompok 4 4 3 11
5 Kompetisi antarkelompok diskusi 3 4 4 11
Jumlah 18 17 17 53

Observer Peneliti

EVI DEVIANI TANJUNG, S.Pd ARWAN HARAHAP, S.Pd


NIP. 19721008 201406 2 001 NIP. 19680717 199203 1 006
43

Lampiran 5
Nilai Evaluasi Pembelajaran Siklus I
No Nama Nilai Ket
1 Aswin 65 Tuntas
2 Nurhayati 56 Belum Tuntas
3 Patima 44 Belum Tuntas
4 Odo Dodo Waruwu 70 Tuntas
5 Alexa Eljupatra 65 Tuntas
6 Darna Halena Ningsih 60 Belum Tuntas
7 Donna Asura Sofyani 62 Belum Tuntas
8 Donni Asura Sofyani 62 Belum Tuntas
9 Eni Bania Jai 80 Tuntas
10 Habibi Suriyanto 77 Tuntas
11 Juandi Srg 50 Belum Tuntas
12 Kisin 45 Belum Tuntas
13 Madi Ahmad Hakim 40 Belum Tuntas
14 Mhd. Zihan Saputra 78 Tuntas
15 Muliani 62 Belum Tuntas
16 Nelan Monika Lbs 88 Tuntas
17 Murul Askya Kawatu 60 Belum Tuntas
18 Rafika Duri 65 Tuntas
19 Rahmad Maulana 68 Tuntas
20 Robi Lubis 62 Belum Tuntas
21 Sumira Gulo 60 Belum Tuntas
22 Sabitul Amri 45 Belum Tuntas
23 Theo Patikna 70 Tuntas

Observer Peneliti

EVI DEVIANI TANJUNG, S.Pd ARWAN HARAHAP, S.Pd


NIP. 19721008 201406 2 001 NIP. 19680717 199203 1 006
44

Lampiran 6
Nilai Evaluasi Pembelajaran Siklus 2
No Nama Nilai Ket
1 Aswin 80 Tuntas
2 Nurhayati 70 Tuntas
3 Patima 60 Belum Tuntas
4 Odo Dodo Waruwu 86 Tuntas
5 Alexa Eljupatra 75 Tuntas
6 Darna Halena Ningsih 70 Tuntas
7 Donna Asura Sofyani 72 Tuntas
8 Donni Asura Sofyani 85 Tuntas
9 Eni Bania Jai 90 Tuntas
10 Habibi Suriyanto 87 Tuntas
11 Juandi Srg 70 Tuntas
12 Kisin 65 Tuntas
13 Madi Ahmad Hakim 60 Belum Tuntas
14 Mhd. Zihan Saputra 89 Tuntas
15 Muliani 72 Tuntas
16 Nelan Monika Lbs 95 Tuntas
17 Murul Askya Kawatu 70 Tuntas
18 Rafika Duri 75 Tuntas
19 Rahmad Maulana 85 Tuntas
20 Robi Lubis 75 Tuntas
21 Sumira Gulo 70 Tuntas
22 Sabitul Amri 65 Tuntas
23 Theo Patikna 80 Tuntas

Observer Peneliti

EVI DEVIANI TANJUNG, S.Pd ARWAN HARAHAP, S.Pd


NIP. 19721008 201406 2 001 NIP. 19680717 199203 1 006

Anda mungkin juga menyukai