Pembahasan
1
ketidakpastian sebesar 0,005 cm. Nilai ketidakpastian tersebut ditentukan dengan
menggunakan rumus ∆x = ½ x NST.
Pada pengukuran berulang yang dilakukan oleh jangka sorong, 3 tablet yang
berbeda diukur diameter dan tingginya. Tablet pertama memiliki diameter 1,24 cm
dengan tinggi 0,83 cm. Tablet kedua memiliki diameter 1,22 cm dengan tinggi 0,82
cm, dan tablet ketiga memiliki diameter 1,23 cm dengan tinggi 0, 82 cm. Dari ketiga
tablet tersebut didapat rata-rata untuk diameter tablet sebesar 1,25 cm, sedangkan
untuk tingginya didapatkan rata-rata sebesar 0,83 cm. Setelah didapat rata-rata nya,
dihitunglah standar deviasi dari hasil tersebut. Didapatkan standar deviasi dari
diameter tablet adalah 0,0001 cm, sedangkan standar deviasi dari tinggi tablet
adalah 0,000335 cm.
Selanjutnya ketiga tablet tadi diukur ulang menggunakan penggaris. Tablet
pertama memiliki diameter 1,2 cm dengan tinggi 0,8 cm. Tablet kedua memiliki
diameter 1,1 cm dengan tinggi 0,2 cm, dan tablet ketiga memiliki diameter 1,2 cm
dengan tinggi 0, 8 cm. Dari ketiga tablet tersebut didapat rata-rata untuk diameter
tablet sebesar 1,16 cm, sedangkan untuk tingginya didapatkan rata-rata sebesar 0,8
cm, dengan standar deviasi diameter adalah 0,0034 cm, sedangkan standar deviasi
tinggi adalah 0 cm.
Pengukuran standar deviasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi
dan presisi dari pengukuran tablet tersebut. Akurasi merupakan seberapa dekat
suatu angka hasil pengukuran terhadap angka sebenarnya. Sementara presisi
merupakan derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu dengal lainnya.
Standar deviasi merupakan suatu patokan yang menunjukkan tingkat presisinya
sebuah benda. Semakin kecil standar deviasinya, maka semakin tinggi pula tingkat
presisinya.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa pengukuran dengan
penggaris memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi dibuktikan dengan standar
deviasinya yang lebih kecil. Sedangkan pengukuran dengan jangka sorong
memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding pengukuran dengan penggaris.
Hasil ini relevan dengan teori yang menyatakan bahwa Presisi bergantung pada alat
yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Umumnya, semakin kecil
pembagian skala suatu alat ukur, maka semakin presisi hasil pengukuran tersebut.
2
Setiap pengukuran selalu menghasilkan ketidakpastian. Tanpa menyatakan
ketidakpastian suatu hasil pengukuran tidak banyak memberikan informasi
mengenai besaran yang diukur, mutu alat ukur, dan ketelitian pengukuran.
Ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat memberikan informasi mengenai
tingkat kepercayaan akan hasil pengukuran, mutu alat ukur yang digunakan, dan
ketelitian pengukuran tersebut. Misalnya saja seperti praktikum kali ini yang
melakukan percobaan dengan mengukur tablet yang sama denga alat ukur jangka
sorong dan penggaris. Dalam pengukuran tersebut selalu terjadi perbedaan ukuran
meskipun menggunakan objek yang sama dan alat ukur yang sama, terlebih lagi
pada hasil pengukuran yang menggunaka alat ukur yang berbeda. Setiap
pengukuran pun dapat memiliki kesalahan yang berbeda- beda, kesalahan tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti keadaan alat ukur, perbedaan tingkat
ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam mengukur, dan kemampuan
orang yang mengukurnya.
Pada saat melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong, baik
pengukuran diameter luar maupun diameter dalam, terdapat kesalahan- kesalahan
tertentu yang dilakukan oleh praktikan. Misalnya, kesalahan dalam melihat angka
yang berimpit pada skala nonius. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca
skala yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Kesalahan lainnya pun masih bisa
menjadi faktor kesalahan dalam pengukuran, seperti kesalahan praktikan yang tidak
mengkonversikan suatu skala nonius dari milimeter ke centimeter.
Kesalahan dalam menggunakan penggaris adalah keterbatasan keterampilan
pengamatan serta tidak menggunakan titik ukur dari nol. Terdapat beberapa
milimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan penggaris dan jangka sorong,
disebabkan tingkat ketelitian atau ketidak pastiannya berbeda beda. Jangka sorong
memiliki tingkat ketelitian 0,05 cm, sedangkan penggaris memiliki tingkat
ketelitian 0,1 cm. Jadi, jangka sorong memiliki tingkat ketepatan lebh tinggi
dibandingkan penggaris.
3
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa pengukuran
dengan menggunakan penggaris memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengukuran menggunakan jangka sorong, dibuktikan dengan
hasil standar deviasi dari penggaris yang lebih kecil dibanding dengan hasil standar
deviasi dari jangka sorong. Sedangkan untuk tingkat akurasi, jangka sorong
memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding penggaris.
Serway, Raymend A dan John. 2009.Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta :
Salemba Teknik.