Anda di halaman 1dari 4

VII.

Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran terhadap beberapa sediaan


tablet serupa dengan menggunakan alat ukur yang berbeda. Pengukuran dilakukan
utuk memperoleh nilai suatu benda secara kuantitas dengan bantuan alat ukur. Pada
percobaan kali ini, terdapat dua alat ukur yang digunakan untuk mengukur sampel
yaitu jangka sorong dan penggaris.
Sampel yang diukur dalam pengujian kali ini adalah beberapa tablet serupa.
Tablet akan dikur menggunakan jangka sorong dan penggaris. Jangka sorong
merupakan suatu alat ukur panjang yang mempunyai tiga fungsi pengukuran.
Pertama panjang bagian luar benda, kedua panjang bagian dalam benda, dan ketiga
pengukuran kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong yang digunakan dalam
praktikum ini memiliki nilai skala terkecil ( NST) sebesar 0,05 cm. Sedangkan
penggaris merupakan suatu alat ukur yang hanya bisa digunakan untuk mengukur
panjang, lebar, dan tinggi suatu benda. Penggaris yang digunakan dalam praktikum
ini memiliki nilai skala terkecil ( NST) sebesar 0,1 cm.
Terdapat dua jenis pengukuran yang dilakukan pada praktikum ini, yakni
pengukuran tunggal dan pengukuran berulang yang dilakukan terhadap diameter
tablet dan tinggi tablet. Pengukuran tunggal merupakan pengukuran yang dilakukan
satu kali saja pada satu objek. Sedangkan pengukuran berulan merupakan
pengukuran yang dilakukan pada objek yang sama dengan alat yang sama dengan
berulang kali.
Pada pengukuran tunggal, sampel yang diukur hanyalah satu tablet. Pertama
tablet diukur dengan jangka sorong. Yang diukur pada tablet tersebut adalah
diameter dan tingginya. Didapatkan diameter dari tablet tersebut sebesar 1,23 cm
dan tingginya 0,83 cm. Kemudian tablet yang sama diukur menggunakan penggaris.
Didapatkan diameter dari tablet tersebut sebesar 1,2 cm dan tingginya 0,6 cm.
Setelah mendapat hasil tersebut, ditentukanlah nilai ketidakpastian dari masing-
masing pengukuran. Untuk diameter dan tinggi tablet yang diukur menggunakan
jangka sorong, diperoleh nilai ketidakpastian sebesar 0,0025 cm. Sedangkan untuk
diameter dan tinggi tablet yang diukur menggunakan penggaris, diperoleh nilai

1
ketidakpastian sebesar 0,005 cm. Nilai ketidakpastian tersebut ditentukan dengan
menggunakan rumus ∆x = ½ x NST.
Pada pengukuran berulang yang dilakukan oleh jangka sorong, 3 tablet yang
berbeda diukur diameter dan tingginya. Tablet pertama memiliki diameter 1,24 cm
dengan tinggi 0,83 cm. Tablet kedua memiliki diameter 1,22 cm dengan tinggi 0,82
cm, dan tablet ketiga memiliki diameter 1,23 cm dengan tinggi 0, 82 cm. Dari ketiga
tablet tersebut didapat rata-rata untuk diameter tablet sebesar 1,25 cm, sedangkan
untuk tingginya didapatkan rata-rata sebesar 0,83 cm. Setelah didapat rata-rata nya,
dihitunglah standar deviasi dari hasil tersebut. Didapatkan standar deviasi dari
diameter tablet adalah 0,0001 cm, sedangkan standar deviasi dari tinggi tablet
adalah 0,000335 cm.
Selanjutnya ketiga tablet tadi diukur ulang menggunakan penggaris. Tablet
pertama memiliki diameter 1,2 cm dengan tinggi 0,8 cm. Tablet kedua memiliki
diameter 1,1 cm dengan tinggi 0,2 cm, dan tablet ketiga memiliki diameter 1,2 cm
dengan tinggi 0, 8 cm. Dari ketiga tablet tersebut didapat rata-rata untuk diameter
tablet sebesar 1,16 cm, sedangkan untuk tingginya didapatkan rata-rata sebesar 0,8
cm, dengan standar deviasi diameter adalah 0,0034 cm, sedangkan standar deviasi
tinggi adalah 0 cm.
Pengukuran standar deviasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi
dan presisi dari pengukuran tablet tersebut. Akurasi merupakan seberapa dekat
suatu angka hasil pengukuran terhadap angka sebenarnya. Sementara presisi
merupakan derajat kedekatan kesamaan pengukuran antara satu dengal lainnya.
Standar deviasi merupakan suatu patokan yang menunjukkan tingkat presisinya
sebuah benda. Semakin kecil standar deviasinya, maka semakin tinggi pula tingkat
presisinya.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa pengukuran dengan
penggaris memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi dibuktikan dengan standar
deviasinya yang lebih kecil. Sedangkan pengukuran dengan jangka sorong
memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding pengukuran dengan penggaris.
Hasil ini relevan dengan teori yang menyatakan bahwa Presisi bergantung pada alat
yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Umumnya, semakin kecil
pembagian skala suatu alat ukur, maka semakin presisi hasil pengukuran tersebut.

2
Setiap pengukuran selalu menghasilkan ketidakpastian. Tanpa menyatakan
ketidakpastian suatu hasil pengukuran tidak banyak memberikan informasi
mengenai besaran yang diukur, mutu alat ukur, dan ketelitian pengukuran.
Ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat memberikan informasi mengenai
tingkat kepercayaan akan hasil pengukuran, mutu alat ukur yang digunakan, dan
ketelitian pengukuran tersebut. Misalnya saja seperti praktikum kali ini yang
melakukan percobaan dengan mengukur tablet yang sama denga alat ukur jangka
sorong dan penggaris. Dalam pengukuran tersebut selalu terjadi perbedaan ukuran
meskipun menggunakan objek yang sama dan alat ukur yang sama, terlebih lagi
pada hasil pengukuran yang menggunaka alat ukur yang berbeda. Setiap
pengukuran pun dapat memiliki kesalahan yang berbeda- beda, kesalahan tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti keadaan alat ukur, perbedaan tingkat
ketelitian alat ukur, metode yang digunakan dalam mengukur, dan kemampuan
orang yang mengukurnya.
Pada saat melakukan pengukuran menggunakan jangka sorong, baik
pengukuran diameter luar maupun diameter dalam, terdapat kesalahan- kesalahan
tertentu yang dilakukan oleh praktikan. Misalnya, kesalahan dalam melihat angka
yang berimpit pada skala nonius. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca
skala yang dimiliki oleh praktikan masih kurang. Kesalahan lainnya pun masih bisa
menjadi faktor kesalahan dalam pengukuran, seperti kesalahan praktikan yang tidak
mengkonversikan suatu skala nonius dari milimeter ke centimeter.
Kesalahan dalam menggunakan penggaris adalah keterbatasan keterampilan
pengamatan serta tidak menggunakan titik ukur dari nol. Terdapat beberapa
milimeter perbedaan hasil pengukuran menggunakan penggaris dan jangka sorong,
disebabkan tingkat ketelitian atau ketidak pastiannya berbeda beda. Jangka sorong
memiliki tingkat ketelitian 0,05 cm, sedangkan penggaris memiliki tingkat
ketelitian 0,1 cm. Jadi, jangka sorong memiliki tingkat ketepatan lebh tinggi
dibandingkan penggaris.

3
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengamatan dapat disimpulkan bahwa pengukuran
dengan menggunakan penggaris memiliki tingkat presisi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pengukuran menggunakan jangka sorong, dibuktikan dengan
hasil standar deviasi dari penggaris yang lebih kecil dibanding dengan hasil standar
deviasi dari jangka sorong. Sedangkan untuk tingkat akurasi, jangka sorong
memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding penggaris.

IX. Daftar Pustaka

Azwar, S. 1987. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Edisi II.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Serway, Raymend A dan John. 2009.Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta :
Salemba Teknik.

Umar, Efrizan. 2008.Buku Pintar Fisika. Jakarta:D sindo.

Anda mungkin juga menyukai