Anda di halaman 1dari 28

CHAPTER 6

INCOME CONCEPT

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Anggith Asvantyas K.P 023001908036
2. Odeneska J.A Purba 023001908013
3. Riyan Ramadhan S. 023001908022
4. Roy Jianto 023001908028
5. Yogi Nur Rizki 023151255

UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2019
NATURE OF INCOME

Studi tentang Income Concept dilakukan oleh banyak pihak untuk mendokumentasikan kebutuhan
para investor akan konsep penghasilan. The Study Group in Business Income adalah salah satu pihak yang
berhasil merumuskan adanya kebutuhan penghasilan dalam masyarakat. Dan Sidney S. Alexander
membahas penggunaan penghasilan sebagai berikut :
1. Penghasilan digunakan sebagai dasar utama pengenaan pajak.
2. Penghasilan digunakan sebagai pengukur kesuksesan operasi perusahaan.
3. Penghasilan digunakan sebagai kriteria ada tidaknya dividen.
4. Penghasilan digunakan oleh pemerintah dalam penyelidikan mengenai pengaturan tarif yang
wajar dan layak.
5. Penghasilan digunakan sebagai pedoman bagi trustee yang diberi tanggung jawab
mendistribusikan penghasilan kepada life tenant sementara memelihara jumlah pokoknya
untuk remainderman.
6. Penghasilan digunakan sebagai pedoman bagi managemen suatu perusahaan dalam
melakukan kegiatannya.
Namun bukan hanya membahas kegunaan, penentuan penghasilan pun tak kalah penting untuk
didokumentasikan. Pelaporan penghasilan akan sangat membantu para pemakai laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan karena nilai perusahaan sering dikaitkan dengan kemampuan perusahaan
memperoleh pendapatan di masa kini dan masa datang.

EMH : Positive-Negative Surprise and Whisper Number


Sejak tiga dekade lalu, para peneliti akuntasi tertarik untuk menilai hubungan informasi akuntansi
terhadap nilai suatu perusahaan. The Efficient Markets Hypothesis (EMH) menganggap bahwa harga
saham suatu perusahaan merefleksikan prospek kesepakatan pasar terhadap pendapatan perusahaan
masa depan dan arus kas saat penyatuan informasi secara serentak mengenai ekonomi dan tindakan
pesaing. Harga saham berubah sebagai respon terhadap informasi baru yang diterima secara periodik
seperti informasi pendapatan triwulanan.
Dalam EMH disebutkan bahwa kinerja perusahaan besar diikuti oelh analis keuangan yang menyediakan
perkiraan pendapatan triwulanan. Ketika pendapatan triwulanan aktual melebihi perkiran analis
keuangan maka kejutan positif pendapatan terjadi dan saham perusahaan meningkatkan ceteris
paribus. Sedangkan kejutan negatif akan berlaku sebaliknya.
Masalah ini selanjutnya akan semakin kompleks dengan adanya “whisper number ” yang terjadi
ketika beberapa analis keuangan mengestimasikan pendapatan triwulanan perusahaan berbeda dari
perkiraan asli mereka saat mendekati tanggal pelaporan. Keberadaan whisper number dapat
menyebabkan tambahan berita kejutan pendapatan postif dan negatif serta dapat mempengaruhi harga
saham perusahaan.

FASB : Informasi Pendapatan VS Arus Kas


Seperti diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, FASB menyatakan bahwa tujuan akuntansi
keuangan adalah untuk menyediakan informasi kepada pengguna laporan keuangan, dimana laporan
keuangan ini akan digunakan untuk membantu dalam menilai jumlah, ketepatan waktu, dan
ketidakpastian arus kas masa depan. Walaupun demikian FASB menegaskan bahwa informasi
mengenai pendapatan perusahaan menyediakan indikator kinerja yang lebih baik daripada
informasi arus kas.
Income Approach : Economy VS Accounting
Meskipun income concept telah digunakan secara luas dalam ekonomi kita, namun
ketidaksepakatan terjadi antara disiplin ilmu ekonomi dan akuntansi dalam
mendefinisikan income. Perbedaan diantara keduanya terjadi dalam hal pemilihan waktu dan pengukuran
pendapatan yang tepat.
Disiplin ilmu ekonomi mengadopsi pendekatan neraca dimana pendapatan dipandang sebagai
peningkatan dalam nilai bersih (asset) yang terjadi selama periode tersebut. Sedangkan akuntansi
mengadopsi pendekatan laporan laba rugi yang memandang pendapatan sebagai hasil aktivitas tertentu
yang telah terjadi selama periode tersebut. Pendekatan yang terakhir ini kemudian menganggap neraca
hanya sebagai daftar pokok yang tersisa setelah pendapatan ditentukan serta dikaitkan
dengan expense dan revenue (disebut juga sebagai pendekatan transaksi).
Rekonsisliasi antara dua sudut pandang ini diperlukan mengingat ekonomi dan akuntansi sebagai
ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu yang berkaitan dengan transaksi bisnis membahas variabel yang
sama. Rekonsiliasi keduanya berfungsi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah sifat dari penghasilan?
2. Kapan penghasilan harus dilaporkan?
3. Siapakah penerima dari penghasilan?
.
THE NATURE OF INCOME
a. Menurut Bedford
Penghasilan dapat ditemukan dalam beberapa bentuk (sifat). Norton M. Bedford dalam
bukunya Income Development Theory : An Accounting Frame Work mengemukakan 3 konsep dasar
penghasilan, yakni :
1. Psychic income, mengacu pada kepuasan keinginan manusia.
2. Real income, mengacu pada peningkatan kesejahteraan ekonomi.
3. Money income, mengacu pada peningkatan dalam penilaian moneter sumber daya.
Masing-masing konsep penghasilan ini sangat penting walau tidak berarti lepas dari
kekurangan. Psychic income sulit dihitung karena kebutuhan manusia tidak dapat diukur dan terpuaskan
pada tinkat yang berbeda sebagaimana perolehan penghasilan riil individu. Money income lebih mudah
diukur tetapi tidak mempertimbangkan perubahan dalam nilai unit moneter. Konsep penghasilan dari
Bedford tersebut dianggap belum menggambarkan definisi yang jelas mengenai penghasilan.

b. Menurut J.R. Hicks


Para ekonom pada umumnya setuju bahwa tujuan mengukur penghasilan adalah untuk
menjelaskan seberapa baik suatu entitas selama suatu periode. Sebagai konsekuensinya, para ekonom
memfokuskan diri untuk menjelaskan real income.
Definisi mengenai konsep penghasilan ekonomi biasanya didasarkan pada pandangan J.R. Hicks yang
menyatakan :
Tujuan kalkulasi penghasilan dalam hal-hal praktis ialah memberi seseorang petunjuk mengenai jumlah
yang dapat dikonsumsi tanpa memberatkan dirinya. Kelanjutan dari gagasan ini adalah agaknya kita
perlu merumuskan penghasilan seseorang sebagai nilai maksimum yang dapat dikonsumsikannya selama
satu minggu dan diharapkan pada akhir minggu sama sejahteranya seperti pada awal minggu.
Definisi Hicks menekankan pada pendapatan individu, meskipun dapat juga digunakan sebagai
dasar perumusan pendapatan bisnis dengan mengubah kata “konsumsi” menjadi “distribusi”. Kekayaan
pada awal dan akhir setiap periode adalah jumlah aktiva bersih (asset-liabilities) yang tersedia untuk
menjalankan usaha entitas bisnis.
Pendapatan bisnis kemudian dirumuskan sebagai perubahan aktiva bersih yang dihasilkan dari
kegiatan bisnis selama periode akuntansi, di luar investasi pemilik dan distribusi pendapatan kepada
pemilik. Konsep penentuan pendapatan (yang disebut konsep pemeliharaan modal oleh para akuntan)
ini berpendapat bahwa tidak ada pendapatan yang harus diakui sampai modal (equity atau net asset)
ditahan dan biaya pengukuran yang tepat dari kekayaan (nilai net asset) tertutupi.
Pendekatan alternatif, yang menjembatani sudut pandang ekonom dan akuntan, adalah dengan
menerapkan pendekatan pemeliharaan modal.

Capital Maintenance Concepts


Pendapatan yang terjadi menunjukkan pengembalian atas modal yang
diinvestasikan. Pengembalian modal sendiri terjadi ketika jumlah yang diivestasikan oleh investor mampu
dipertahankan atau tertutupi oleh perusahaan. Sebagai konsekuensi atas dasar definisi inilah, konsep
pemeliharaan modal mendapat kritikan atas perbedaan antara return of (kembalinya modal) dan return
on (pengembalian modal) untuk menentukan penghasilan.

Two primary concepts of capital maintenance , yakni :


1. Financial Capital Maintenance (Net Asset akhir > Net Asset awal)
Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan, laba diperoleh apabila jumlah uang dari aktiva
bersih pada akhir periode melebihi jumlah uang dari aktiva bersih pada awal periode, setalah dikurangi
dengan transaksi pemilik (prive).
2. Physical Capital Maintenance
Menurut konsep pemeliharaan modal fisik, laba diperoleh apabila kapasitas produksi fisik (atau
kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produksi fisik pada awal periode, setelah
dikurangi dengan transaksi pemilik (prive). Konsep ini secara tidak langsung menyatakan bahwa
penghasilan diakui hanya setelah penyediaan untuk penggantian fisik dari aktiva operasi. Kapasitas
produksi fisik pada waktu tertentu sama dengan nilai sekarang (current value) aktiva bersih yang
digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Current value memasukkan kekuatan penghasilan aktiva
bersih masa depan yang diharapkan.
Kapasitas produksi fisik dalam waktu tertentu = CV dari net asset dalam menghasilkan penghasilan

Two primary differences terletak pada perlakuan terhadap holding gains or loss yang terjadi saat item-
item pada neraca berubah selama periode akuntansi. Contoh saat nilai tanah yang dikuasasi perusahaan
meningkat dan menimbulkan holding gains.
Physical capital maintenance memperhitungkan holding gains and losses sebagai kembalinya modal
(return on) dan tidak memasukkannya ke dalam pendapatan. Bahkan holding gains and
losses diperlakukan sebagai penyesuaian langsung terhadap ekuitas.
Sebaliknya, financial capital maintenance memperhitungkan holding gains and losses sebagai
pengembalian modal (return of) dan memasukkannya ke dalam pendapatan.

Current Value Accounting


Physical Capital maintenance concepts mengharuskan seluruh aktiva dan kewajiban dinyatakan
pada current value. Pendekatan yang paling umum digunakan dalam pengukuran current value adalah :
1) Entry Price or Replacement Cost
Saat kapasitas produksi diukur menggunakan replacement cost maka aktiva dinyatakan dengan biaya
untuk mengganti aktiva tersebut dengan aktiva serupa sesuai kondisi serupa. Untuk mempertahankan
kapasitas produksi fisik, entitas harus menghasilkan arus kas yang cukup untuk menyediakan penggantian
fisik atas aktiva yang beroperasi.
Untuk menentukan penghasilan dalam pendekatan ini, pendapatan ditandingkan dengan biaya sekarang
untuk penggantian aktiva (income VS current value of replacement asset). Akibatnya, penghasilan bisa
didistribusikan kepada pemilik tanpa mengganggu kapasitas fisik untuk melanjutkan operasi di masa
depan. Sebagai hasilnya, ketepatan penggunaan metode entry value bersandar pada asumsi akuntansi
kelangsungan usaha (business continuity).
Menurut Edward dan Bell, entry price saat ini memberikan penilaian kepada keputusan manajerial untuk
menguasai aktiva dengan memisahkan current value pendapatan dari pendapatan operasi saat
ini. Dengan asumsi bahwa operasi akan berkelanjutan, dikotomi ini memberikan profitabilitas yang
panjang bagi perusahaan untuk ditaksir. Keuntungan yang berulang dan relatif dapat dikendalikan dapat
diwvaluasi vis-a-vis dari faktor yang mempengaruhi operasi sepanjang waktu tetapi di luar kendali
manajemen.
Replacement cost dapat menyediakan ukuran biaya untuk menggantikan kapasitas operasi saat ini, yang
berarti mengevaluasi seberapa banyak yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham serta tetap
mempertahankan kapasitas produksinya.

Kelemahan replacement cost menimbulkan banyak masalah pengukuran dalam menentukan nilai biaya
pengganti. Perusahaan mungkin dapat menentukan dengan tepat biaya pengganti untuk persediaan dan
aktiba tertentu lainnya, tetapi untuk banyak aktiva lain (terutama aktiva tetap), tidak tersedia pasar untuk
memperoleh aktiva penggantinya. Sehingga dalam beberapa kasus, perusahaan harus mendapatkan nilai
aktiva dalam rangka mencapai nilai penggantian mereka yang diperkirakan saat ini.

Alternative approach untuk memperkirakan replacement cost adalah dengan menggunakan specific
purchasing power index. Indeks harga spesifik didesain untuk mengukur dampak pada harga segmen
ekonomi tertentu. Contoh pada peralatan yang digunakan dalam industri baja atau
pertambangan. Penerapan indeks daya beli spesifik harus memberikan perkiraan yang wajar dari biaya
penggantian sepanjang harga tersebut dapat diukur dengan cara yang sama terhadap aktiva dalam
industri tersebut.
Namun pada akhirnya keterkaitan entry value dipertanyakan. Hingga kemudian Robert Sterling
berpendapat bahwa entry value dari aktiva yang tidak dimiliki hanya relevan ketika pembelian aktiva
memang dimaksudkan. Untuk ativa yang dimiliki, entry value tidak berhubungan dengan apa yang dapat
direalisasikan atas penjualan aktiva dan dengan pembeliannya karena aktiva tersebut telah dimiliki.
Selain itu, replacement cost saat ini dari aktiva perusahaan tidak mengukur kapasitas (sebagai dasar
saham saat ini) guna menentukan keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual di
pasar. Singkatnya, anggapan ini menyatakan bahwa entry value tidak mengungkapkan kemampuan
entitas untuk menyajikan alternatif keputusan.
.
2) Exit Value or Selling Price
Pendekatan lain yang digunakan untuk menentukan current value adalah dengan exit value atau selling
price. Pendekatan ini mensyaratkan penilaian dari masing-masing aktiva dari sudut pandang pelepasan
(disposal), dimana tiap aktiva harus dinilai berdasarkan selling price yang wajar jika perusahaan memilih
untuk melepasnya. Dalam menentukan exit price setara kas, diasumsikan bahwa aktiva tersebut akan
dijual dengan cara biasa bukan karena tekanan likuidasi.
Raymond Chamber dan Robert Sterling berpendapat bahwa exit value memiliki pertalian
keputusan. Karenanya selama periode akuntansi, manajemen memutuskan untuk mempertahankan,
menjual, atau menggantikan aktivanya. Manajemen menyatakan bahwa exit value menyediakan
informasi yang lebih baik bagi pengguna untuk mengevaluasi likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk
membiasakan mengubah rangsangan ekonomi. Karena manajemen memiliki pilihan untuk menjual
aktiva, maka exit price memberikan titk tengah taksiran risiko.
Kelemahan exit value, seperti halnya entry prices, penentuan exit value juga mengakibatkan masalah
pengukuran, yakni :
 Masalah dasar penentuan harga jual untuk aktiva, seperti properti, tanah, dan peralatan, dimana
tidak terdapat pasar.
 Gagasan bahwa exit price harus didasarkan pada harga yang timbul dari penjualan pada kondisi
bisnis normal, bukan atas paksaan likuidasi, sulit diterapkan pada aktiva tetap.
 Exit price atau selling price tidak konsisten dengan physical capital maintenance concepts. Exit
price adalah jenis dari opportunity cost, yang mengukur pengorbanan dari menahan aktiva daripada
biaya yang diperkirakan untuk menggantinya. Sementara itu, pemeliharaan modal fisik didasarkan
pada konsep keberlangsungan, bukan likuidasi.
.
3) Discounted Present Value
Menurut konsep ini, present value dari arus kas mas depan yang diharapkan akan diterima dari aktiva
(atau pelunasan kewajiban) adalah nilai relevan dari aktiva (atau kewajiban) yang seharusnya diungkapkan
dalam neraca. Dalam metode ini, pendapatan sama dengan perbedaan antara present value aktiva bersih
pada akhir periode dengan present value pada awal periode, tidak termasuk pengaruh dari investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Income = PV net asset akhir – PV net asset akhir

Kelebihan Discounted Present Value dipandang sebagai pengukuran penggantian yang tepat dari
kekayaan. Proses pengukuran ini sama dengan konsep ekonomi dari penghasilan karena DPV mungkin
yang paling mendekati nilai aktual dari aktiva yang digunakan.
Seluruh aktiva diasumsikan diperoleh untuk menyediakan jasa masa depan yang potensial bagi
perusahaan. Lebih lanjut, terdapat asumsi bahwa harga pembelian awal dibayarkan karena percaya
aktiva tersebut akan memberikan penghasilan yang cukup di masa depan sehingga mambuat akuisisi
tersebut bermanfaat. Dengan demikian, secara implisit atau eksplisist, nilai sebenarnya berhubungan
dengan PV dari arus kas yang diharapkan.

SFAC Nomor 7, “Using Cash Flow Measurement and Present Value Measurements in Accounting”
Konsekuensi dari pengukuran penghasilan menurut DPV dianggap konsisten dengan Capital Maintenance
Concepts. Bahkan DPV mendapat dukungan tambahan dari FASB dengan terbitnya SFAC Nomor 7.
Walaupun demikian, masih terdapat tiga masalah utama pengukuran terkait konsep ini yaitu :
Pertama, konsep ini bergantung pada estimasi arus kas masa depan menurut periode waktu sehingga
jumlah arus kas yang akan dihasilkan di masa depan dan waktu arus kas ini harus ditentukan.
Kedua, pemilihan tingkat suku bunga yang tepat. Tingkat suku bunga akan menjadi tingkat internal dari
pengembalian aktiva. Dolar pertama yang diterima di masa depan tidak sama dengan satu dolar yang
diterima saat ini sehingga arus kas masa depan yang diharapkan harus didiskontokan ke masa kini.
Ketiga, aktiva perusahaan tidak saling berhubungan sedangkan penghasilan dihasilkan dari kombinasi
penggunaan sumber daya perusahaan. Oleh karena itu walaupun arus kas masa depan perusahaan dan
perkiraan tingkat suku bunga dapat ditentukan dengan tepat, hal ini tidak dapat diterapkan untuk
menentukan secara tepat berapa kontribusi setiap aktiva untuk arus kasnya. Sebagai hasilnya, diskonto
nilai sekarang dari aktiva perusahaan individual tidak dapat ditentukan dan dijumlahkan untuk
menentukan nilai sekarang dari perusahaan.
Kelemahan Discounted Present Value adalah pengukuran ini hanya relevan dalam kegunaan neraca
memberikan informasi mengenai kemampuan aktiva untuk menghasilkan penghasilan di masa depan.
.
4) Current Value and the Historical Accounting Model
Meskipun model akuntansi saat ini menyandarkan diri pada biaya perolehan, pernyataan baru-baru ini
dan memo diskusi yang diterbitkan FASB mengindikasikan langkah menuju penyediaan informasi nilai
sekarang yang lebih banyak.
SFAS Nomor 33, diamandemen guna menentukan acuan untuk pelaporan informasi biaya sekarang
tambahan untuk aktiva moneter tenterntu.
SFAS Nomor 114 & 115, mengharuskan investasi dalam instrumen finansial tertentu dilaporkan pada nilai
wajar dan perusahaan mengungkapkan informasi nilai pasar tambahan.
SFAS Nomor 105 dan 107
SFAS Nomor 157 “Fair Value Measurement“, yang secara spesifik menjelaskan tentang bagaimana
menghitung perubahan dalam nilai wajar.
PENGAKUAN PENDAPATAN

Permasalahan utama dari pendapatan yaitu pada saat menentukan proses pengakuan
pendapatan. Menurut Kieso (2002 : 3) yang dikutip dari SFAC No. 3, “pengakuan adalah proses untuk
secara formal mencatat atau memasukkan suatu pos di dalam akun dan laporan keuangan entitas”.
Pengakuan mencakup uraian pos dalam kata – kata dan angka, dengan jumlah tercakup dalam
laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang – kadang
digunakan bergantian di dalam literatur dan praktek akuntansi. Realisasi adalah proses pengubahan
sumber daya bukan kas dan hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan untuk penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas.
Menurut Smith (2002 : 232) “pengakuan adalah pencatatan suatu item dalam akun – akun dan
laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian”.
Pengakuan termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata – kata maupun jumlah, di mana
jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Pengakuan pendapatan
harus memenuhi kriteria pengakuan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 20)
adalah :
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi
unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan
menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam
neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau
laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi.
Kelalalaian dalam mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui kebijakan akuntansi yang
digunakan melalui catatan atau materi penjelasan.
Menurut Dyckman (2002 : 237) terdapat empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum
suatu item dapat diakui, yaitu :
1. Definisi (definition) Suatu item atau informasi tertentu memerlukan definisi operasional yang jelas
untuk bisa dimasukkan ke dalam elemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian).
2. Dapat diukur (measurability) Suatu item tertentu harus dapat diukur dengan atribut yang relevan
untuk menentukan keandalan daya ujinya, yaitu karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat
dikuantifikasi dan diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih
yang dapat direalisasi, dan nilai sekarang bersih.
3. Relevan (relevanace) Apabila digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, informasinya
mampu menghasilkan manfaat tertentu.
4. Keandalan (reability) Informasi mengenai tersebut dapat disajikan secara wajar, dapat diuji dan
netral.

Menurut Dyckman (2002 : 238), selain empat kriteria pengakuan umum tersebut, prinsip pendapatan
menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika :
1. Pendapatan dihasilkan
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus
dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum,
pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak
diselesaikan selama biaya – biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan
laba dapat diestimasi secara andal.
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu
dapat direalisasi ketika klaim nonkas im atas kas (misalnya, aktiva nonkas seperti piutang usaha
atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas
tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas atau
gandum, di mana ada pasar publik untuk jumlah tdaidak terhingga dari produk tersebut yang
dapat dibeli atau dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
Menurut Smith (2002 : 297) “pengakuan pendapatan adalah tahap di mana akuntan menggunakan
catatan penjualan melalui jurnal entri dalam catatan akuntansi formal”. Pengakuan pendapatan menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23) menyatakan bahwa pendapatan yang diakui berasal
dari :
A. Penjualan Barang: Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
a) Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli;
b) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang
dijual;
c) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir
kepada perusahaan tersebut; dan
e) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal.
B. Penjualan Jasa
Ketentuan mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan jasa adalah bila suatu
transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan
dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan tingkat penyelesaian dari transaksi pada
tanggal neraca. Kemudian yang dimaksud andal adalah apabila seluruh kondisi berikut ini
dipenuhi :
a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan
c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal
d) Biaya yang terjadi unuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.

C. Bunga, royalti, dan dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak– pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen harus diakui atas dasar :
a) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan
b) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
Ada empat metode pengakuan dalam mengakui pendapatan menurut Stice (2004 : 603)
yaitu :
a) Full Accrual
Berdasarkan metode ini, pendapatan dari penjualan diakui penuh tanpa memperhatikan
apakah pembayaran sudah diakui seluruhnya atau masih sebagian, asalkan sudah
memberi uang muka.
b) Installment Method atau metode penjualan cicilan
Menurut metode ini, pendapatan lebih baik diakui ketika kas diterima daripada saat
penjualan. Penerapan yang paling umum untuk metode ini adalah:
(a) Untuk barang dagangan, laba akan diakui sebesar persentase laba (laba dibagi
penjualan) dikalikan penerimaan cicilan
(b) Untuk real estate, dengan rumusan yang sama dengan barang dagangan,maka rumus
untuk mencari laba yang direalisasi juga dapat diterapkan pada perusahaan real estate,
hanya terdapat beberapa perbedaan dalam jurnalnya. Hal ini dikarenakan karakteristik
perusahaan real estate berbeda dengan perusahaan dagang.
c) Cost Recovery Method (Metode Perolehan Kembali Harga Pokok)
Menurut metode ini, tidak ada laba yang diakui untuk suatu penjualan sampai harga
pokok barang yang dijual diperoleh kembali melalui penerimaan kas. Setelah itu, semua
penerimaan berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan. Metode ini hanya digunakan
apabila keadaan- keadaan yang melingkupi suatu penjualan sangat tidak pasti sehingga
pengakuan yang lebih awal tidak mungkin dilakukan.
d) Reduced Profit Method
Kriteria yang harus dipenuhi apabila suatu perusahaan ingin menerapkan metode ini,
yaitu:
a) Apabila pembayaran awal yang disyaratkan telah terpenuhi.
b) Pembayaran tiap tahun harus mencakup amortisasi bunga dan hutang pokok dari
pinjaman maksimal penjual yang dapat diperoleh untuk properti tersebut.
Dilihat dari segi kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan, waktu
pengakuan pendapatan untuk penjualan produk antara lain
a. Pengakuan pendapatan pada saat penjualan
Pengakuan pendapatan pada saat penjualan didasarkan kepada : (1) harga jual telah
dapat ditentukan dengan agak pasti. (2) produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan
diganti dengan suatu asset yang lain. (3) untuk kebanyakan perusahaan, penjualan merupakan
peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonominya. (4) kebanyakan biaya
produksi atau pengadaan produksi tersebut telah dikeluarkan atau dapat ditentukan dengan
mudah. Ada tiga masalah yang ditimbulkan dari pelaksanaan pengakuan pendapatan pada saat
penjualan, yaitu :

1. Penjualan dengan persetujuan pembelian kembali


Bila sebuah perusahaan menjual produknya dan setuju untuk membelinya kembali dalam
periode akuntansi selanjutnya, maka persetujuan pembelian kembali dilakukan pada harga
tertentu dan harga tersebut menutupi semua biaya persediaan ditambah biaya penyimpanan
yang berkaitan dengan persediaan dan kewajiban yang berkaitan tetap ada di pembukuan
penjual. Dengan kata lain tidak terjadi penjualan.
2. Penjualan dimana terdapat retur
Ada tiga metode pengakuan pendapatan alternatif pada penjual menghadapi resiko
kepemilikan dengan adanya retur, yaitu :
a) Tidak mencatat penjualan sampai hak retur habis masa berlakunya
b) Mencatat penjualan, tetapi menguranginya dengan taksiran retur mendatang
c) Mencatat penjualan dan memperhitungkan retur sewaktu terjadinya.
3. Trade Loading dan Channel Stuffing
Merupakan keputusan dan tindakan dari kebijakan manajemen dan pemasaran yang
melambungkan penjualan, mengganggu hasil operasi, dan menghias laporan keuangan. Pada
akhir periode, penyesuaian-penyesuaian akuntansi tidak dibuat untuk mengurangi dampak jenis
penjualan ini terhadap hasil operasi
b. Pengakuan pendapatan selama masa produksi
Ini terlihat pada kontrak-kontrak konstruksi yang bersifat jangka panjang. Pendapatan
dapat diakui selama masa produksi jika (1) harga kontrak adalah tetap dan dapat ditentukan. (2)
total biaya produksi dapat diestimasi secara meyakinkan. (3) biaya yang dikeluarkan selama
periode akuntansi berjalan atau persentase penyelesaian produksi diketahui atau dapat ditaksir
secara meyakinkan. Metode akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan selama masa
produksi pada kontrak konstruksi jangka panjang disebut metode persentase penyelesaian. Jika
ketiga kondisi diakui di atas tidak terpenuhi selama masa produksi, maka pendapatan diakui pada
saat selesainya produksi, yang dikenal metode kontrak selesai.
c. Pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai
Hal ini dijumpai pada produksi mineral yang bernilai tinggi seperti emas dan perak, dan
beberapa komoditas pertanian seperti padi dan jagung. Kriteria utama untuk pengakuan
pendapatan pada saat produksi selesai adalah (1) adanya harga pasar yang relatif stabil dan aktif.
(2) tidak ada biaya pemasaran atau penjualan yang besar. (3) adanya kemungkinan penukaran
unit – unit fisik tanpa pengaruh apa-apa terhadap harga jual, misalnya suatu balok emas dapat
ditukarkan dengan balok emas lainnya untuk berat yang sama.
d. Pengakuan pendapatan pada saat kas tak tertagih
Penerimaan tunai sesudah saat penjualan memberikan pengukuran yang verifiable, tetapi
sebenarnya tidak ada alasan untuk menunda pengakuan penjualan sampai saat diterima. Namun
demikian, apabila salah satu dari dua kriteria yang berikut dipenuhi, penundaan pengakuan
pendapatan sampai saat kas tertagih memang dapat dibenarkan : (1) apabila tidak mungkin
mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat. (2) apabila masih ada biaya-biaya yang
material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan, dan biaya-biaya ini tidak dapat ditaksir
jumlahnya secara tepat.
Jika penjualan dilakukan dengan cara cicilan, pendapatan terkadang diakui sebagaimana
kas tertagih. Dua metode pengakuan pendapatan jika penjualan dengan kredit yaitu metode
cicilan (installment method) dan metode perolehan kembali biaya (cost recovery method). Pada
metode cicilan, sebagian kas tertagih dinyatakan sebagai perolehan kembali biaya dan sebagian
lagi dinyatakan sebagai laba. Pada metode perolehan kembali biaya, tidak ada laba yang diakui
hingga jumlah kas yang diterima sama dengan biaya perolehan harta yang terjual.
Menurut Kieso (2002 : 114) pengakuan pendapatan diklasifikasikan menjadi dua metode
menurut terjadi tidaknya penerimaan atau pembayaran kas. Metode tersebut adalah akuntansi
dasar akrual (acrual basis) dan akuntansi dasar kas (cash basis).
1. Accrual Basis (Dasar Akrual)
Metode dasar akrual adalah dimana pendapatan diakui pada saat periode terjadinya
transaksi pendapatan, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan
pada saat kas diterima. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual basis antara lain :
a. Selama kegiatan produksi. Dalam hal sewa, bunga, dan komisi diakui sebagai
pendapatan berdasarkan perjanjian yang dibuat sebelumnya yang menetapkan kenaikan
bertahap dalam tagihan terhadap pelanggan
b. Untuk kontrak jangka panjang, pendapatan diakui berdasarkan kemajuan pekerjaan
atau persentase penyelesaian.
c. Pendapatan dari Cost Plus Fixed Fee Contract, yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan
kontrak fee yang sudah tetap ditambah biaya – biaya tertentu.
d. Perubahan aset karena pertumbuhan yang mengakibatkan bertambahnya
pendapatan, seperti peternakan dan hutan tanam industri untuk industri perkayuan
2. Cash Basis (Dasar Kas)
Dasar kas adalah jika pendapatan dan beban diakui berdasarkan penerimaan dan
pengeluaran kas. Ini berarti, pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat
diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima.
EARNING QUALITY

Kualitas laba atau Quality of Earnings adalah suatu ukuran untuk mencocokkan apakah
sama laba yang dihasilkan dengan apa yang sudah direncanakana sebelumnya. Kualitas laba semakin
tinggi kalau mendekatin perencaan awal atau melebihi target dari rencana awal.
Kualitas laba merupakan indikator dari kualitas informasi keuangan. Kualitas informasi keuangan yang
tinggi berasal dari tingginya kualitas pelaporan keuangan.
Informasi laba tersebut biasa digunakan oleh para analisis dengan menggunakan berbagai rasio analisis
untuk menentukan kemampuan perusahaan sebelumnya, saat ini dan masa depan dalam meningkatkan
kekayaan shareholders dan digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan dalam
menginvestasikan dananya. Suatu laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan
dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk
menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham. Apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat
diandalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi. Oleh karena itu berbagai upaya
dan studi terus dilakukan agar dapat menyusun laporan keuangan dengan kualitas laba yang tinggi. Firm
Value atau nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang selalu dikaitkan
dengan harga saham. Harga saham atau harga pasar adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli atas perusahaan tersebut . Harga saham yang tinggi dapat membuat perusahaan menjadi
dihargai dan juga dapat mempengaruhi kepercayaan pasar terhadap kinerja perusahaan saat ini dan
prospek masa depan. Perusahaan dengan nilai harga saham yang tinggi juga akan diminati oleh investor
sehingga dengan meningkatnya permintaan saham akan menyebabkan nilai perusahaan menjadi
meningkat.
Pada dasarnya setiap perusahaan akan bersaing untuk menghasilkan kualitas laba yang tinggi karena
informasi laba dapat digunakan untuk menjelaskan masa depan, dan informasi tersebut akan digunakan
para investor untuk membuat sebuah keputusan. Investor akan melakukan investasi dalam bentuk
pembelian saham dengan harapan memperoleh keuntungan berupa deviden atau capital gain (kelebihan
harga jual di atas harga beli). Dalam memilih saham perusahaan mana yang akan dibeli atau memutuskan
untuk menjual saham yang dimilikinya, investor tentu memerlukan beberapa bahan pertimbangan berupa
informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan yang telah go public. Dalam hal ini akuntansi
menyediakan informasi mengenai kualitas laba suatu perusahaan untuk membantu para investor dalam
pengambilan keputusan. Apabila laba dari perusahaan tersebut menunjukkan angka yang rendah maka
hal tersebut akan mempengaruhi ketertarikan para investor dalam menginvestasikan dananya.
Bellovary et al. (2005) mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan
kebenaran laba perusahaan dan mem- bantu memprediksi laba mendatang, dengan mempertimbangkan
stabilitas dan persistensi laba. Laba mendatang merupakan indikator kemampuan membayar deviden
masa mendatang.
Selama ini tidak ada ukuran yang pasti atau tepat untuk mengukur sebera- pa besar kualitas laba dari
suatu laporan keuangan, yang ada hanya merupakan pendekatan yang digunakan untuk mem- proksi
kualitas laba tersebut. Oleh kare- na itu ukuran laba yang digunakan oleh peneliti yang satu bisa berbeda
dengan yang lain. Berikut ini akan diuraikan ten- tang berbagai ukuran kualitas laba yang digunakan oleh
para peneliti.
Menurut White, Sondhi dan Fried (1998, 956), Indikator Kualitas Laba yang baik adalah
1. Pengakuan pendapatan dengan metode yang konservatif
2. Menggunakan metode persediaan LIFO (jika diasumsikan harga-harga mengalami peningkatan)
3. Cadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debts) relatif tinggi terhadap piutang dan kerugian kredit
dimasa lalu.
4. Menggunakan metode penyusutan dipercepat (accelerated methods) dan umur yang singkat.
5. Penghapusan yang cepat terhadap Goodwill dan Aktiva tidak berwujud lainnya
6. Kapitalisasi yang minimal terhadap bunga dan biaya overhead.(Wajib dihapuskan konsep bunga.
7. Kapitalisasi yang minimal terhadap biaya piranti lunak komputer (Computer Shofware
8. Membebankan langsung biaya awal (start-up costs) untuk operasi-operasi baru
9. Menggunakan metode kontrak penuh (completed contract method) dalam akuntansi pekerjaan
dalam jangka panjang
10. Menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif dalam rencana manfaat untuk karyawan
(employee benefit plans)
11. Menyediakan provisi yang memadai terhadap tuntutan hukum dan kerugian kontijensi
(Contingency Losses)
12. Meminimalkan penggunaan tehnik-tehnik pembiayaan off-balance sheet
13. Tidak memperhitungkan keuntungan yang tidak berulang (non-recurring gains)
14. Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas (non-cash earenings)
15. Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai

UKURAN KUALITAS LABA


Givoly et al. (2010) mengukur kualitas laba menggunakan:
1. Persistensi akrual
Kualitas laba didasarkan pada per- bedaan relatif persistensi akrual terha- dap arus kas. Persistensi diukur
dengan menggunakan regresi sebagai berikut:

dimana
- OI adalah pendapatan operasi (Operating Income) setelah dikurangi depresiasi,
- CF adalah arus kas operasi (cash flow) yang dihitung dari OI diku-rangi ACCR.
- ACCR (accrual component of earnings) dihitung dari perubahan NOA (net operating asset) tahun
t-1 terhadap t.
- Nama perusahaan ditunjukkan oleh I dan t menunjukkan tahun.
- Seluruh variabel distandarisasi oleh NOAt-1
- Kkontribusi tambahan akrual ditentukan oleh besarnya signifikansi β2.

2. Estimasi Kesalahan Dalam Proses Akrual


Akrual memberikan informasi tentang arus kas masa yang akan datang. Untuk meningkatkan bahwa
proses akrual bebas dari kesalahan estimasi, akrual dan laba akan di representasi dengan arus kas masa
yang akan datang. Givoly et al. (2010) menggunakan ukuran akrual se- bagaimana yang digunakan oleh
Dechow dan Dichey (2002) dan telah dimodifikasi oleh McNichols (2002) dan Francis et al. (2005) yang
didasarkan pada model va-rian residual berikut ini:

dimana
- TCA adalah Total current accruals,
- CFO adalah Cash flows from operations (pendapatan dari operasi utama dikurangi total akrual.
Total akrual sama dengan total current accruals dikurangi biaya depresisasi dan amortisasi).
- ∆Rev adalah perubahan pendapatan dari tahun t-1 terhadap t.
- PPE adalah keseimbangan antara property, plant dan equipment (atas dasar PPE bruto).
- Seluruh variabel diregress dan diskala dengan rata-rata total assets dalam tahun t. Diregres juga
secara cross sectional untuk tiap industry dengan sedikitnya 20 peru- sahaan tiap tahunnya.
- Ukuran kualitas kedua adalah variabilitas (dinilai dengan standar deviasi) residual dari regresi.
Semakin tinggi variabilitas hubungan antara laba dan arus kas, maka semakin rendah kualitas
akrual dan semakin rendah pula kualitas labanya.
- Kualitas akrual didefinisikan juga sebagai rasio standar deviasi residual dari regresi terhadap
standard deviation total current accruals.

3. Ketiadaan manajemen laba


Sulit untuk menentukan apakah perusahaan melakukan manajemen laba atau tidak, karena sulit untuk
diteliti. Namun begitu pola tertentu terhadap laba dapat mengindikasikan keberadaan atau ketiadaan
manajemen laba. Givoly et al. (2010) mengidentifikasi manajemen laba dengan menggunakan akrual yang
diharapkan atau non discretionary accruals modifikasi model Jones sebagai berikut:

dimana
- TACC adalah total akrual yang didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan dari operasi
dan arus kas bersih dari aktivitas operasi, tidak termasuk pos-pos luar biasa dan operasi yang
dihentikan.
- TA adalah total asset awal tahun,
- ∆Rev adalah Perubahan penjualan.
- PPE adalah tingkat property, plant dan equipment kotor.
- ∆TR adalah Perubahan dalam piutang dagang (trade receivable)

4. Konservatisme
Givoly et al. (2010) menggunakan ukuran konservatisme sebagaimana yang digunakan oleh Ball and
shivakumar, yaitu mendeskripsikan perbedaan ketepatan waktu dalam mengakui keuntungan dan
kerugian berdasarkan pada hubungan antara akrual dan arus kas sebagai berikut:

dimana,
- ACC adalah total akrual dalam tahun t,
- CFO adalah arus kas operasi dalam tahun t,
- DCFO adalah dummy variabel, 1 jika CFO negatif dan 0 jika CFO positif.
- Jika α2 < 0 berarti tidak konservatif dan jika α3 > 0 berarti konservatif

Karakteristik Kualitas Laba


Laba bersih (net earnings) adalah merupakan titik awal dalam melakukan penilaian terhadap kualitas laba.
Tujuan analisis yang berbeda, akan menyebabkan pertimbangan-pertimbangan yang berbeda mengenai
karakteristik dari suatu laba.
Karakteristik yang dapat dipertimbangkan dalam menilai kualitas laba sebuah perusahaan adalah
dijelaskan sebagai berikut, disesuaikan dengan konsep Siegel (1991, 1-15).
Perusahaan dengan atau dalam Industri beresiko tinggi, indikator-indikator yang menunjukkan
perusahaan dengan resiko tinggi adalah:
1. Glamour, dalam pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba meningkat drastis, dan resiko untuk
mengalami penurunan.
2. Menyolok (highly visible) dari mata publik dan pengaturan pemerintah. Misalnya perusahaan
minyak dan gas, rokok.
3. Perusahaan yang mengalami kesulitasn memperoleh kredit.
4. Risk maximizer, perusahaan mempunyai kecenderungan sebagai pemilik resiko maksimum dalam
industrinya.
5. . Perusahaan dalam jenis industri dengan karakteristik resiko tinggi, atau dalam industri yang
sedang berada dalam harapan menurun (declining)
6. . Perusahaan dikenal dengan kebijakan akuntansi yang liberal (bebas).
7. Perusahaan yang sering melakukan perubahan auditor
8. Perusahaan yang sering melakukan insider transactions.
9. . Perusahaan yang mempunyai transaksi-transaksi dalam skala atau proporsi besar dengan
perusahaan (perusahaan dalam satu kelompok usaha (affiliates)
10. Perusahaan-perusahaan yang dikenal sering melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak jujur
(unfair) atau tidak etik (unethical)
11. Perusahan yang dipimpin oleh individu yang sangat berkuasa dan mempunyai peranan yang
sangat dominan, dimana jika individu yang bersangkutan mengalami sesuatu maka perusahaan
akan menjadi lemah.
12. Perusahaan yang memasuki bisnis yang tidak berkaitan dengan bsinisnya, atau tidak mempunyai
kemampuan dalam bisnis tersebut.

Penerapan Kebijakan Akuntansi Yang Realistis


Penerapan kebijakan akuntansi yang realistis adalah melip[uti kebijakan-kebijakan akuntansi seperti:
standar, metode dan estimasi.

Standar, Metode dan Estimasi:


Penyusunan Laporan Keuangan (Financial Statements) perusahaan seharusnya dilakukan sesuai
dengan PABU (GAAP) terutama melalui Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Seperti SFAS yang dikeluarkan
oleh FASB ( di USA), dan PSAK (di Indonesia ) yang dikeluarkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), kini
oleh DSAK (Dewan Standar Akuntansi Indonesia).
Penerapan kebijakan akuntansi yang melenceng jauh dari standar adalah kurang realistis dan
seharusnya menimbulkan tanda tanya bagi analis, kecuali memang tidak terdapat standar yang memadai
atau belum diatur secara khusus. Perusahaan juga hendaknya menggunakan metode dalam akuntansi
yang mendekati substansi ekonomi dari transaksi atau peristiwa yang dialami oleh perusahaan. Pemilihan
metode yang kurang tepat merupakan indikasi kualitas laba yang buruk.
Kewajaran dalam estimasi akuntansi (accounting estimates), sebab estimasi-estimasi merupakan
suatu hal yang tidak bisa dihindarkan sebab pelaporan yang terbagi dalam periode-periode dan adanya
hal-hal yang tidak bisa dipastikan dalam kaitannya dengan masa mendatang. Pada dasarnya setiap
perusahaan akan bersaing untuk menghasilkan kualitas laba yang tinggi karena informasi laba dapat
digunakan untuk menjelaskan masa depan, dan informasi tersebut akan digunakan para investor untuk
membuat sebuah keputusan. Investor akan melakukan investasi dalam bentuk pembelian saham dengan
harapan memperoleh keuntungan berupa deviden atau capital gain (kelebihan harga jual di atas harga
beli). Dalam memilih saham perusahaan mana yang akan dibeli atau memutuskan untuk menjual saham
yang dimilikinya, investor tentu memerlukan beberapa bahan pertimbangan berupa informasi yang
terdapat pada laporan keuangan perusahaan yang telah go public. Dalam hal ini akuntansi menyediakan
informasi mengenai kualitas laba suatu perusahaan untuk membantu para investor dalam pengambilan
keputusan. Apabila laba dari perusahaan tersebut menunjukkan angka yang rendah maka hal tersebut
akan mempengaruhi ketertarikan para investor dalam menginvestasikan dananya.
Current Value Accounting (Akuntansi Arus Nilai Saat Ini)

CURRENT VALUE ACCOUNTING


CVA meliputi semua sistem untuk menghitung nilai sekarang atau perubahan dalam
harga khusus mencakup current cost accounting, replacement accounting dan current exit
price accounting / selling price accounting. CVA berkaitan dengan naik turunnya nilai asset
tertentu bukan menurunnya daya beli sekarang,income tidak dipertimbangkan.
Ada dua pendekatan utama dalam CVA. Pertama, current cost / replacement cost
(Biaya Pengganti) yang banyak digunakan dalam asset nonmoneter yakni asset dinilai pada
apa yang dikorbankan untuk menggantikannya. Kedua,current exit price / selling price /
net realiable value (Bia ya Penjualan) menilai asset pada tingkat harga penjualan dikurangi
biaya pelengkap penjualan. CVA berakibat dalam holding gains dan kerugian saat asset
nonkeuangan dinilai ulang dan lebih kompleks pengelolaannya.
Current Value : GPP Accounting
GPP dan CVA digabungkan dalam real value system.

Current Value Accounting (Akuntansi Nilai Sekarang) di Belanda


Di Belanda, orang-orang telah menyadari adanya akuntansi nilai sekarang (current
value accounting) sejak lama. Pendidikan yang ekstensif bagi p ara akuntan dalam ekonomi
bisnis menghasilkan filosofi akuntansi yang difokuskan dengan nilai dan biaya sekarang dan
dengan prinsip dan praktek ekonomi bisnis. Walaupun disana tidak diperlukan persyaratan
untuk menggunakan akuntansi nilai sekarang (current value accounting), sebagai informasi
utama atau tambahan, namum terdapat beberapa faktor pendukung untuk
menggunakannya.
Ada dua alasan mengapa fokus pada Belanda walaupun tidak ada persyaratan untuk biaya
sekarang atau akuntansi GPP yaitu :
1. Melibatkan teori Professor Theodore Limperg, yang sering disebut sebagai Bapak teori nilai
ganti karena dari hasil kerja rintisannya di Belanda tahun 1920 dan 1930. Beliau
memfokuskan diri pada hubungan yang kuat antara ekonomi dan akuntansi dan percaya
bahwa pendapatan tidak bisa dicari tanpa memelihara sumber pendapatan bisnis dari
kelangsungan bisnis atau sudut berkelanjutan.Oleh karenanya, pendapatan merupakan
fungsi penghasilan dan nilai penggantian daripada biaya historis. Dengan tambahan,
Limperg mempertahankan bahwa informasi nilai sekarang akan digunakan oleh semua
manajemen pembuat keputusan sebagai pemegang saham.
2. Belanda belajar dari pengalaman pada perusahaan multinasional besar yaitu Philips, yang
merupakan pelopor laporan keuangan nilai sekarang. Faktanya, Philips pertama kali
menggunakan pendekatan ini tahun 1936 untuk tujuan akuntansi biaya internal dan
memperkenalkannya tahun 1952 ke dalam laporan utama untuk tujuan pelaporan
keuangan. Namun pada tahun 1992, perusahaan memutuskan untuk kembali pada
akuntansi biaya historis dan akan memperbaiki komunikasi para pemegang saham, dengan
sederhana sistem akuntansi dan prosedur -prosedurnya dipergunakan, dan lebih dekat
dengan praktek akuntansi internasional.
Meskipun begitu, Philips adalah contoh yang menarik dan berharga dari aplikasi
praktek dalam nilai akuntansi sekarang. Dalam laporan keuangan nilai sekarang, Philips
menggunakan nilai penggantian sekarang bersama dengan proses penyesuian untuk
merefleksikan tingkat dimana ada penambahan keuntungan dari aset finansial dari
pinjaman daripada modal ekuitas. Di bawah sistem akuntansi nilai sekarangnya, baik itu
neraca saldo dan laporan laba rugi disesuaikan dalam kondisi tertentu nilai bisnis yang
lebih rendah (atau nilai yang dapat dicapai) diambil sebagai nilai sekarang. Untuk
persediaannya, nilai standar ditentukan pada awal tahun. Untuk perubahan harga,
indeksnya dikembangkan oleh bagian pembelian untuk grup aktiva yang homogen dan
diterapkan pada biaya standar untuk menghasilkan nilai sek arang. Indeks-indeksnya
disiapkan per tiga bulan atau dua bulan dalam situasi dimana inflasinya lebih ekstrim.
Nilai-nilai sekarang ditentukan oleh departemen pembelian untuk aktiva tetap oleh
departemen permesinan untuk spesifikasi desain bagi an peralatan khusus, dan oleh desain
bangunan dan gedung departemen permesinan untuk bangunan.Pada kasus persediaan,
indeks biasanya digunakan untuk memperbaharui nilai sekarang dari kelompok aktiva
sejenis. Penambahan (atau pengurangan) dalam nilai persed iaan dan aktiva tetap untuk
perubahan harga tertentu dikredit (didebit) ke akun surplus revaluasi pada neraca
dibandingkan ke laporan laba rugi. Akibat perubahan nilai sekarang ini ditunjukkan dalam
laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan yang lebi h tinggi atau lebih rendah
(sebagai hasil penambahan atau pengurangan dalam harga persediaan) dan biaya
depresiasi yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Seperti yang ditunjukan Brink (1992), Philips cenderung untuk beberapa tahun
menerapkan nilai penggantian akuntansi dalam sebuah cara yang jauh dari konservatif dan
desain untuk mempertinggi keuntungan. Perlakuan pada pengurangan nilai persediaan dan
proses penyesuian dalam negara yang mengalami hiperinflasi, sebagai contoh secara
khusus kontroversial cukup terpisah dari kebijakan akuntansi yang berhubungan pada mata
uang asing, goodwill, dan aktiva tidak berwujud dalam hal yang umum.

MASALAH DAN PROSPEK CURRENT VALUE ACCOUNTING


Eksistensi level yang signifikan dari inflasi dan perubahan harga di banyak negara
mempengaruhi kebutuhan dan kegunaan sistem akuntansi inflasi yang mungkin tetap akan
menjadi subjek dari banyak kontroversi di dalam meramalkan masa depan.
Walaupun akuntansi General Purchasing Power(daya beli u mum) telah digunakan di
beberapa negara Amerika Latin yang berinflasi tinggi, tidak ada contoh standar akuntansi
biaya sekarang atau regulasi di Inggris dan Amerika Serikat di tingkat nasional yang selamat
dari akuntansi inflasi pada pertengahan 1989. Mesk ipun begitu, beberapa perusahaan
Eropa membuat pengungkapan nilai sekarang secara sukarela.
Kontroversi, hal ini masih mengelilingi banyak aspek akuntansi biaya sekarang,
khususnya dengan perubahan perlengkapan dan pemeliharaan pemerolehan dan kerugian
pos-pos moneter. Masalah lainnya termasuk penggunaan indeks, khususnya tambahan luar
negeri, dan verifikasi biaya sekarang perusahaan industri yang mengalami perubahan
teknologi dengan cepat.
Memberikan kepentingan baru dalam Current V alue Accounting atau wajar,
diharapkan akan ada beberapa percobaan lebih lanjut pada variasi jenis sistem akuntansi
perubahan harga. Dan juga ada penilaian pertumbuhan dari lingkungan dimana pendekatan
alternatif mungkin atau tidak mungkin dapat dilakukan dalam pengukuran laba dan aktiva.
Kegunaan output atau harga yang menjual dalam konteks perubahan harga, khususnya
dengan nilai atau properti dan investasi, juga bisa dinilai dengan lebih baik. Dan ada juga
kesempatan-kesempatan menggunakan sumber informas i yang relevan seperti pada arus
kas.

Ada dua pendekatan utama dalam akuntansi nilai sekarang, yaitu :


1. Biaya Pengganti (Current Cost / Replacement Cost) yang banyak digunakan dalam aktiva
non moneter yaitu aktiva dinilai pada apa yang telah dikorbank an dengan apa yang akan
menggantikannya.
2. Biaya Penjualan (Current Exit Price/ Selling Price/Net Realizable Value) yaitu menilai aktiva
pada tingkat harga penjualan dikurangi biaya pelengkap penjualan Akuntansi arus nilai
sekarang berakibat pada keuntungan atas kepemilikan dan kerugian saat aktiva non
moneter dinilai kembali.
Akuntansi arus nilai sekarang jelas lebih kompleks karena akuntansi ini
membutuhkan gabungan antara harga sebenarnya, perkiraan, penaksiran nilai dan
kelompok aktiva yang homogen.
Statement of Financial Accounting Concepts No.7:
“Menggunakan Informasi Arus Kas dan Pengukuran Akuntansi dengan Nilai Saat Ini.”
SFAC No.7 menyediakan kerangka untuk menggunakan arus kas di masayang akan datang
sebagai dasar untuk pengukuran akuntansi pada saatpengakuan awal aset atau fresh -start
measurement dan metode bunga untukamortisasi. Sebagai tambahan, SFAC No.7
memberikan prinsip-prinsip umumyang mengatur penggunaan present value, khususnya
ketika jumlah arus kas dimasa mendatang, waktu , atau keduanya tidak pasti dan adanya
pemahamanumum dari tujuan present value dalam pengukuran akuntansi. SFAC No.7 tidak
mengatur permasalahan mengenai pengakuan atau menentukan kapan pengukuran fresh -
start dapat dilakukan. Kejadian dan keadaan yang meny ebabkan fresh-start measurement
dipandang sebagai sesuatu yangberbeda antara satu situasi dengan situasi yang lain. FASB
berharap untukmemutuskan apakah situasi tertentu memerlukan fresh -start measurement
dengan menggunakan dasar dari proyek ke proyek.Peng ukuran akuntansi merupakan topik
yang sangat luas. Akibatnya,FASB memfokuskan pada rangkaian pertanyaan yang relevan
denganpengukuran dan konvensi amortisasi yang menggunakan teknik present value.
FASB mengindikasikan bahwa tujuan dari pengukur an present value adalah untuk
menangkap perbedaan ekonomis diantara berbagai kemungkinan arus kas di masa yang
akan datang. Sebagai contoh, masing -masing aset berikut dengan arus kas mendatang
sebesar $25.000 memiliki sebuah perbedaanekonomis:
A. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempodalam satu hari
sebesar $25.000.
B. Sebuah aset dengan arus kas kontrak dan tertentu jatuh tempo dalamsepuluh tahun sebesar
$25.000.
C. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempodalam satu hari
sebesar $25.000. Jumlah aktual yang diterima mungkinlebih kecil tetapi tidak lebih dari
$25.000.
D. Sebuah aset dengan arus kas kontrak tetap dan tertentu jatuh tempodalam sepuluh tahun
sebesar $25.000. Jumlah aktual yang diterimamun gkin lebih kecil tetapi tidak lebih dari
$25.000.
E. Sebuah aset dengan arus kas yang diharapkan sebesar $25.000 dalamsepuluh tahun dengan
jangkauan antara $20.000 sampai $30.000.
Aset-aset ini dibedakan satu sama lain oleh waktu dan ketidakpastian atasarus kas
di masa yang akan datang. Pengukuran berdasarkan arus kas yangtidak didiskonto akan
menghasilkan pencatatan atas masing-masing asetdengan jumlah yang sama. Karena secara
ekonomis mereka berbeda, presentvalue yang diharapkan akan berbeda. Pengukuran
present value yang secaramenyeluruh menangkap perbedaan ekonomis diantara kelima
aset harus mengandung elemen-elemen berikut:
a. Perkiraan atas arus kas di masa mendatang.
b. Harapan atas variasi waktu untuk arus kas -arus kas tersebut.
c. Nilai waktu uang yang diwakili oleh tingkat bunga bebas risiko.
d. Harga untuk menanggung ketidakpastian.
e. Lainnya, terkadang faktor-faktor termasuk likuiditas danketidaksempurnaan pasar yang
tidak dapat diidentifikasi.

Dua pendekatan atas present value dibahas dalam SFAC No.7


1. Tradisional.
Arus kas single dan tingkat bunga single seperti pada obligasi 12% yang jatuh tempo dalam
sepuluh tahun. Kasus a dan b diatas adalah contoh penggunaan pendekatan tradisional.
2. Arus kas yang diharapkan.
Jangkauan arus kas yang mungkin dengan jangkauan kemungkinan. Kasus c,d, dan e di atas
adalah contoh dari pendekatan arus kas yang diharapkan.

FINANCIAL CAPITAL DAN PHISICAL CAPITAL


Konsep capital maintenance yang selama ini banyak diperdebatkan memiliki
hubungan erat dengan laba. Pengertian laba menurut Suwardjono (2006) adalah tambahan
kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital dalam suatu perioda yang
berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat dikonsu msi atau ditarik oleh
entitas pengusaha/pemilik kapital tanpa mengurangi kemampuan ekonomik kapital mula -
mula (awal perioda). Disini timbul suatu permasalahan karena definisi tersebut menuntut
pengukuran atau penilaian kapital pada awal perioda dan akhir p erioda akan tetapi tidak
ada pembatasan bagaimana cara menilai kapital tersebut. Ada dua jenis pengukuran atau
penilaian kapital yang selama ini diperdebatkan, yaitu financial capital maintenance
(pemertahanan kapital finansial) dan physical capital mainte nance (pemertahanan kapital
fisis).

Financial capital maintenance


Kapital finansial adalah klaim dipandang dari jumlah atau nilai yang melekat
padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut. Kalau pun berwujud fisis, wujud
kapital tersebut adalah instrumen atau aset finansial.
Pada umumnya kapital finansial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau
pemegang obligasi. Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital finansial akan
timbul bila jumlah klaim finansial pada akhir periode melebihi melebihi jumlah rupiah klaim
finansial pada awal periode (setelah pengaruh transaksi pemilik/penguasa klaim selama
perioda dikeluarkan). Ini tidak terlalu kontroversi karena pengukurannya dalam bentuk
satuan mata uang, satuan mata uang tersebut secara umum dijadikan tolak ukur daya beli.

Physical capital maintenance


Kapital fisis lebih kontroversi dibanding dengan kapital finansial. Kapital fisis
merupakan sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang ata u dimaknai
sebagai kapasitas produksi fisis (physical productive capacity) yaitu kemampuan
menghasilkan barang dan jasa. Dengan konsep ini, kapital dapat dipertahankan kalau aset
nonmoneter diukur atas dasar kos sekarang (current cost) atau kos pengganti ( replacement
cost) pada saat pengukuran. Selisih antara kos sekarang akhir dengan kos sekarang awal
(atau kos historis) merupakan jumlah penyesuaian untuk mempertahankan kapital sehingga
bagian tersebut tidak termasuk bagian dari laba. Disinilah muncul perd ebatan karena
kapital fisis bertujuan untuk mempertahankan produktifitas kapital dalam perusahaan, ini
adalah sesuatu hal yang tidak mudah untuk di terjemahkan kedalam satuan mata uang.
Untuk mempermudah pemahaman kita mengenai perbedaan dari f inancial capital
maintenance dengan physical capital maintenance, berikut contoh perbedaan tersebut
dalam bentuk angka:
Financial capital maintenance (Konsep pemeliharaan modal keuangan)
Dalam penentuan laba berasumsi bahwa perusahaan memiliki laba hanya jika aktiva
bersih perusahaan yang diukur dalam satuan uang (misalnya $, Rp) pada akhir periode
melebihi nilai aktiva bersih awal periode setelah dikurangi transaksi dengan pemilik.

Awal Periode Akhir Periode

Total aktiva $ 510,000 $ 560,000

Total kewajiban $ 430,000 $ 390,000

Aktiva bersih (ekuitas pemilik) $ 80,000 $ 170,000

Apabila tidak ada investasi baru dari pemilik atau pembagian laba kepada pemilik
selama satu periode, maka laba yang terjadi $90,000. Angka ini merupakan peningkatan
aktiva bersih. Namun jika dalam periode tersebut ada investasi baru dari pemilik $40,000
dan deviden $15,000 maka laba yang terjadi dihitung sebagai berikut:

Aktiva bersih, akhir periode $ 170,000

Perubahan (kenaikan) aktiva bersih $ 90,000

Dikurangi investasi oleh pemilik (40,000)

Ditambah dividend kepada pemilik (15,000)

Laba yang terjadi $ 65,000

Physical capital maintenance (Konsep pemeliharaan modal fisik)


Konsep ini menganggap bahwa laba terjadi “hanya jika kapasitas produktif fisik
perusahaan pada akhir periode melebihi awal periode setelah dikurangi transaksi dengan
pemilik”. Dalam contoh diatas, jika nilai aktiva awal $80,000 meningkat di akhir $100,000
karena peningkatan harga maka laba yang tejadi tahun tersebut $45,000bukan $65,000.
Dari contoh tersebut tampak bahwa terjadi perbedaan laba. Pada financial capital
maintenance, laba yang terjadi menjadi lebih besar yaitu 65,000 sedangkan pada physical
capital maintenance hanya sebesar 45,000. Perbedaan sebesar 20,000 terjadi karena pada
physical capital maintenance perusahaan mempertahankan kapasitas produksi fisis mereka
agar tidak turun karena adanya perubahan harga pada nilai aktiva awal mereka yang
berdampak pada turunnya laba perusahaan.
Untuk kapital finansial, untung atau rugi dari capital maintenance akan
diperhitungkan dalam penentuan laba peruode sebagai untung terealisasi. Bila kapital fisis
dianut, untung atau rugi penahanan tidak dimasukan sebagai komponen laba periode tetapi
diberlakukan sebagai penyesuai ekuitas pem egang saham (capital adjustment). Dalam
physical capital maintenance, kapital dapat dikatakan tetap atau dipertahankan jika
perusahaan mampu mengganti seluruh asetnya dengan aset sejenis atau kalau perusahaan
mampu mempertahankan kapasitasnya untu memprodu ksi barang dan jasa secara tetap
atau sama dengan periode sebelumnya. Dari paparan yang telah disajikan diatas, telah
nampak perbedaan dari financial capital maintenance dan physical capital maintenance.
Financial capital maintenance lebih berusaha untuk m empertahankan nilai ekonomik dalam
arti nilai tukar kapital. Di sisi lain, physical capital maintenance lebih berusaha untuk
mempertahankan kapasitas produksi fisis.
Perbedaan utama dari kedua konsep tersebut adalah pada physical capital
maintenance, untung atau rugi penahanan tidak dimasukan sebagai komponen laba periode
tetapi diberlakukan sebagai penyesuai ekuitas pemegang saham (capital adjustment). Ini
berarti bahwa sebagian dari laba dikapitalisasi dan tidak dapat didistribusikan sebagai
dividen karena perusahaan harus melakukan reinventasi untuk mempertahankan kapasitas
produksi seperti sedia kala.
Physical capital maintenance sebenarnya adalah sebuah konsep yang sangat bagus
karena, dengan konsep ini perusahaan dapat terus mem pertahankan kapasitas produksi
seperti sedia kala walaupun terjadi inflasi maupun perubahan harga. Hal ini dapat
menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Akan tetapi masalah yang dihadapi oleh konsep
ini hingga saat ini adalah belum adanya cara yang pas, me tode yang tepat, maupun
standarisasi dalam hal pengukuran atau penilaian kapital pada awal perioda dan akhir
perioda. Jika dimasa yang akan datang hal ini dapat dipecahkan maka konsep ini akan
sangat baik jika diterapkan.
Jadi, selama belum ditemukan metode yang pas untuk mengukur atau menilai
kapital pada awal perioda dan akhir perioda, maka konsep financial capital maintenance
adalah konsep terbaik saat ini. FASB sendiri lebih mempertimbangkan konsep pemeliharaan
modal dalam menilai laba, seba b konsep ini membebaskan akuntan dari tugas sulit dalam
usaha mengukur kapasitas produktif.

EXIT PRICE
Exit price kini merepresentasikan jumlah kas bagi asset yang dapat dijual atau
kewwajiban yang dapat dibiayai kembali (refinance). Hal ini merupakan harga bisnis yang
akan direalisasikan jika asset dijual dalam kondisi dipesan daripada paksaan liquiditas dan
harga jual pada waktu pengukuran daripada harga jual masa mendatang yang disesuaikan
(Belkaoi 1992, p286).
Bersamaan dengan valuasi biaya penggantian, valuasi exit price berdasar income
realisasi juga melengkapi prinsip realisasi pengakuan revenue. Keuntungan operasi diakui
pada saat produksi dimana menahan keuntungan diakui pada waktu pembelian dan
sesudahnya, ketika harga berubah daripada pada saat penjualan.
Argumen exit price adalah konsep ini mengukur konsep ekonomi biaya opportunity
i.e niai kas muncul dari penjualan asset sebagai kebalikan penggunaan asset sekarang. Hal
ini adalah ekspresi pengorbanan ekonomi dari sebuah entitas yang diekspresikan dengan
kemampuan entitas tersebut untuk menjalankan alternative barang dan jasa. Nilai -nilai ini
bisa dikatakan relevan bagi pembuatan keputusan menyangkut apakah perusahaan -
perusahaan harus melanjutkan untuk mengguna kan atau menjual asset dan
menginvestasikannya pada hal lain i.e. baik perusaan terus berjalan atau tidak.
Exit price kini dikatakan juga menyediakan informasi yang relevan dan berguna bagi
evaluasi adaptasi keuangan dan liquidditas perusahan. Semakin liquid perusahaan semakin
bisa beradaptasi pula perusahaan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Chambars (1966)
mengkritik biaya historis sebagai “ Hanya sebuah masalah sederhana sejarah” dan hanya
harga sekarang mempunyai hubungan dengan pilhan sua tu tindakan. Ia berpendapat bahwa
“tidak ada kesimpulan yang berguna yang dapat ditarik dari praktek masalalu yang
mempunyai hubungan terhadap kapasitas sekarang untuk diperasionalkan dalam pasar”
dan meniadakan biaya penggantian karena hal tersebut tidak merepresentasikan kapasitas
untuk bekerja dipasar dengan kas untuk tujuan adaptasi dengan kondisi yang sekarang
terjadi. Ia oleh karena itu mengajukan harga realisasi atau harga pasar sebagai “salah satu
property financial yang secara seragam relevan denga n aksi pasar dimasa mendatang” (ibid
p 91-2). Lebih jauh Stirlling (1968) mengemukakan exit value mengabaikan entitas yang
invalid dan tidak penting sebagai going concern dengan kehidupan tanpa batas yang
merupakan dasar model biaya pengganti. Faktanya mod el income realisasi mengasumsikan
bahwa sebuah entitas akan mempunyai kehidupan tanpa batas dalam bentuk
keberadaannya.
Chamber (1962) juga berpendapat bahwa exit price kini menyediakan panduan yang
lebih baik untuk evaluasi manajer dalam menja lankan fungsinya karena ia membentuk
dasar kepuasan untuk menentukan penggunaan dan disposisi asset, yang dianggap sebagai
dasar, dimana performance perusahaan dinilai.
Cahmbers (1971) juga mengetengahkan bukti bahwa meskipun dalam praktek
akuntansi, penggunaan nilai realisasi itu di praktekkan e.g dalam penilaian persediaan,
prasyaratan pengungkapan hukum UK bagi revaluasi tanah dan harga pasar investasi.
Demikianlah ia berpendapat bahwa model income realisasi adalah ekstensi logis dari
praktek ini.
Terakhir McKeown (1971) telah menunjukkan dalam studi kasusunya ‘perusahaan
elektronik’ bahwa exit price dapat dijalankan untuk implementasi biaya dan tujuan
(manipulasi risiko) serta estimasi akurat exit value. Exit price bisa lebih dime ngerti
dibanding dengan biaya penggantian sebagai nilai realisasi yang mudah untuk
diinterpertasikan sebagai nilai pasar.
Dilain pihak, Ijiri (1971) mengkritik biaya kini karena non -bahan tambahannya.
Harga bisnis sebagai keseluruhan bukanlah p enjumlahan contituen asset. Jika realisasi
diprhitungkan maka nilai realisasi entitas seluruhnya (bersama dengan goodwill dan asset
intangible lain yang tidak memilki nilai pemisah) lebih penting untuk diperhitungkan
dibanding dengan komponen assetnya.
Bell (1971) berpendapat bahwa exit value tidak usah diperhitungkan karena tidak
memberikan informasi relevan untuk mengevaluasi performance melawan ekspektasi i.e
melawan rencana operasional dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Rencana dan
orang yang mengembangkan perencanaan harus di evaluasi pertama sebelum alternative
masa mendatang (i.e opportunity cost) diperhitungkan. Semenjak biaya persediaan
penjualan secara terus menerus disesuaikan dengan nilai realisasi, model gross profit -nya
Profesor Chamber akan menjadi nol, dengan demikian hal tersebut tidak menunjukkan
pekerjaan yang bagus dalam menenjukkan bagaimana perusahan bergerak dari status
ekonominya dari awal sampai akhir tahun.
Profesor Chamber “Current cash equivalent meng asumsikan bahwa sebuah
perancanaan bisnis akan selalu menjadi satu memaksimalkan kas asset yang didapat dalam
periode jangka pendek, seperti kedaaan perusahaan, tujuan dan cara pembelajarannya
nampak tidak dapat dipraktekkan” menurut Bell (1971) bisnis yan g sehat bisanya going
concern dan tetap pada bisnis untuk waktu tertentu dan tidak secara terus menerus
menaksir kembali pilihannya untuk keluar dari bisnsis, kita dapat sebut asumsi professor
Chambe sebagai “the fallacy of timeless business exits” ketika bisnis berkomitmen pada
usaha tertentu, ia akan memakan waktu sebelum rencana dan operasi tersebut
membuahkan hasil. Tidak dapat berfikir terus -menerus untuk keluar padahal baru saja
masuk.
INCOME STATEMENT

Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga
menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. Laporan laba rugi juga disebut sebagai suatu laporan yang
menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu usaha untuk suatu periode tertentu.
Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita
oleh perusahaan. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan.
Maka arti penting dari laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai
perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode.
1. Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan rugi laba adalah laporan yang disusun secara sistematis tentang penghasilan yang diperoleh,
dan beban –beban yang terjadi dalam kegiatan usaha perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba
rugi dipergunakan untuk melihat kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu
2. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan (revenue) secara umum didefinisikan sebagai hasil dari suatu perusahaan yang biasa
diukur dengan satuan harga pertukaran yang berlaku dan diakui ketika pendapatan itu telah direalisasikan
atau dihasilkan.
Menurut IAI, pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal
dengan sebutan berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga, dividen, royalti, dan sewa
(IAI,23.1).
Pada definisi yang lain pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (IAI, 23.2)
Revenue sebagai kenaikan gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai
berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba (APB Statement).

Pengakuan penghasilan
Suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu
untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa penghasilan diakui:
1. Selama produksi
2. Pada saat proses produksi selesai
3. Pada saat penjualan
4. Pada saat penagihan kas

3. Biaya (Expense)
Pengertian Biaya
a. Menurut FASB Biaya sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama satu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan
barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama
perusahaan.
b. Menurut APB Statement Biaya sebagai penurunan gross di dalam asset atau kenaikan gross dalam
kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan
mencari laba yang dilakukan perusahaan.
4. Laba
1. Menurut FASB
Laba akuntansi sebagai perubahan dalam ekuitas (net asset) dari suatu entity selama suatu periode
tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik.
Dalam income termasuk seluruh perubahan dalam ekuitas selain penerimaan dari pemilik dan
pembayaran kepada pemilik.
2. Menurut APB Statement
Laba (rugi) sebagai kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu peride akuntansi.
Jenis – Jenis Laba :
1. Laba kotor
Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan.
2. Laba Operasional
Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada
perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh
karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas
sebagai jasa pada pemilik modal.
3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax)
Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi
pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini
menyatkan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.
4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba
dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan diambil sejumlah
tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden kepada para pemegang saham.

5. Gains and Loss


- Gains (laba/ keuntungan dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil)
Gains adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan utama entitas
dan dari transaksi/ kejadian lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu kecuali
yang berasal dari hasil atau investasi dari pemilik.
“Keuntungan adalah kenaikan dalam ekuitas dari kegiatan periferal atau insidentil. Oleh karena itu,
keuntungan bagi sebagian perusahaan akan mencakup laba dari kegiatan, seperti penjualan tanah, dan
harta lain sewaktu-waktu termasuk kenaikan dalam ekuitas yang dihasilkan dari sumbangan dan
keuntungan lain yang tidak disangka-sangka”. (FASB)
- Loses(rugi dari transaksi tertentu yang sifatnya insidentil)
Loses adalah turunnya nilai equity dari transaksi yang sifatnya insidentil dan bukan kegiatan
utama entity dan dari seluruh transaksi/kejadian lainnya yang mempengaruhi entity selama satu periode
tertentu kecuali yang berasal dari biaya atau pemberian kepada pemilik.
BENTUK PENYAJIAN LABA RUGI

1. All inclusive income dan normal operating


Perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan dalam laporan laba rugi atau dalam
laporan laba ditahan.
a. Menurut Normal operating income
Berpendapat bahwa yang dicantumkan dalam laporan laba rugi hanyalah pendapatan yang berasal
dari kegiatan normal sedangkan pos yang berasal dari kegiatan yang tidak biasa dicantumkan saja
dalam laporan laba ditahan. Sehingga laba di bottom line adalah laba normal.
b. Menurut Allinclusive income
Berpendapat bahwa semua income yang berasal dari kegiatan normal dan kegiatan insidentil
dicantumkan dalam laporan laba rugi dan hasil akhirnya saja yang dilaporkan ke laporan laba ditahan.
2. Singlestep dan multiple step
a. Single step
Yaitu bentuk laporan yang disusun dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi suatu
kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok lainnya yang terjadi dalam suatu periode. Sehingga
untuk menghitung laba rugi bersih hannya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total
penghasilan dengan total biaya. Selisih positif antara kelompok penghasilan dengan biaya disebut dengan
istilah penghasilan bersih atau laba, sedangkan jika selisih tersebut negative disebut dengan rugi.
Tahapan penyusunan laporan ini ada tiga, yaitu :
 Rincian semua pendapatan operasional dan non operasional
 Rincian semua beban operasional dan non operasional
 Selisih semua pendapatan dan beban. Ditemukanlah angka/jumlah yang menunjukkan laba atau rugi

Contoh penyajian laba rugi (Single step)


PT ABC
LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2010

Pendapatan :

Pendapatan Jasa Xx

Pendapatan Bunga Xx

Total Pendapatan xx

Beban-beban :

Beban Sewa Xx

Beban Gaji Xx

Beban Asuransi Xx

Beban Listrik, air, dan Telepon Xx

Total Beban (xx)

Laba Bersih Xxx

b. Multiple step
Yaitu bentuk laporan yang disusun secara bertahap penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan urutan
aktivitas yaitu atas dasar operasional dan non operasional. Cara penyusunannya adalah sebagai berikut :
 Bagian pertama adalah perincian pendapatan operasional
 Bagian kedua adalah perincian beban operasional
 Bagian ketiga adalah perincian pendapatan maupun beban non operasional
 Bagian terakhir untuk mencari saldo rugi – laba bersih.
Contoh penyajian laba rugi (multi step)
PT ABC
LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2004

Pendapatan Jasa Xx

Beban-beban :

Beban Gaji Xx

Beban Listrik, air, dan Telepon Xx

Total Beban (xx)

Laba Usaha Xx

Pendapatan di Luar Usaha :

Pendapatan Bunga Xx

Beban-beban di Luar Usaha :

Beban bunga (xx)

Laba di luar Usaha Xx

Laba Bersih Xxx

Laba rugi baru dapat diketahui setelah beberapa kali tahap pengurangan, muali dari penjualan
dikurangi harga pokok penjualan yang menghasilkan laba kotor, dikurangi biaya operasi menghasilkan
laba operasi dan seterusnya sampai menghasilkan laba bersih.

PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI MENURUT PRINSIP AKUNTANSI INDONESIA


Laporan laba rugi atau istilah PAI (Perhitungan Laba Rugi) harus disusun seperti metode multiple step
dengan pedoman yaitu:
1. Laporan laba rugi harus disusun sedemikian rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai hasil
usaha perusahaan dalam periode tertentu.
2. Cara penyajiannya sebagai berikut:
1. Harus memuat secara terperinci unsur-unsur pendapatan dan beban
2. Seyogyanya disusun dalam bentuk urutan ke bawah (staffel)
3. Harus dipisahkan antara hasil dari bidang usaha lain serta pos luar biasa.

Anda mungkin juga menyukai