INCOME CONCEPT
Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Anggith Asvantyas K.P 023001908036
2. Odeneska J.A Purba 023001908013
3. Riyan Ramadhan S. 023001908022
4. Roy Jianto 023001908028
5. Yogi Nur Rizki 023151255
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2019
NATURE OF INCOME
Studi tentang Income Concept dilakukan oleh banyak pihak untuk mendokumentasikan kebutuhan
para investor akan konsep penghasilan. The Study Group in Business Income adalah salah satu pihak yang
berhasil merumuskan adanya kebutuhan penghasilan dalam masyarakat. Dan Sidney S. Alexander
membahas penggunaan penghasilan sebagai berikut :
1. Penghasilan digunakan sebagai dasar utama pengenaan pajak.
2. Penghasilan digunakan sebagai pengukur kesuksesan operasi perusahaan.
3. Penghasilan digunakan sebagai kriteria ada tidaknya dividen.
4. Penghasilan digunakan oleh pemerintah dalam penyelidikan mengenai pengaturan tarif yang
wajar dan layak.
5. Penghasilan digunakan sebagai pedoman bagi trustee yang diberi tanggung jawab
mendistribusikan penghasilan kepada life tenant sementara memelihara jumlah pokoknya
untuk remainderman.
6. Penghasilan digunakan sebagai pedoman bagi managemen suatu perusahaan dalam
melakukan kegiatannya.
Namun bukan hanya membahas kegunaan, penentuan penghasilan pun tak kalah penting untuk
didokumentasikan. Pelaporan penghasilan akan sangat membantu para pemakai laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan karena nilai perusahaan sering dikaitkan dengan kemampuan perusahaan
memperoleh pendapatan di masa kini dan masa datang.
Two primary differences terletak pada perlakuan terhadap holding gains or loss yang terjadi saat item-
item pada neraca berubah selama periode akuntansi. Contoh saat nilai tanah yang dikuasasi perusahaan
meningkat dan menimbulkan holding gains.
Physical capital maintenance memperhitungkan holding gains and losses sebagai kembalinya modal
(return on) dan tidak memasukkannya ke dalam pendapatan. Bahkan holding gains and
losses diperlakukan sebagai penyesuaian langsung terhadap ekuitas.
Sebaliknya, financial capital maintenance memperhitungkan holding gains and losses sebagai
pengembalian modal (return of) dan memasukkannya ke dalam pendapatan.
Kelemahan replacement cost menimbulkan banyak masalah pengukuran dalam menentukan nilai biaya
pengganti. Perusahaan mungkin dapat menentukan dengan tepat biaya pengganti untuk persediaan dan
aktiba tertentu lainnya, tetapi untuk banyak aktiva lain (terutama aktiva tetap), tidak tersedia pasar untuk
memperoleh aktiva penggantinya. Sehingga dalam beberapa kasus, perusahaan harus mendapatkan nilai
aktiva dalam rangka mencapai nilai penggantian mereka yang diperkirakan saat ini.
Alternative approach untuk memperkirakan replacement cost adalah dengan menggunakan specific
purchasing power index. Indeks harga spesifik didesain untuk mengukur dampak pada harga segmen
ekonomi tertentu. Contoh pada peralatan yang digunakan dalam industri baja atau
pertambangan. Penerapan indeks daya beli spesifik harus memberikan perkiraan yang wajar dari biaya
penggantian sepanjang harga tersebut dapat diukur dengan cara yang sama terhadap aktiva dalam
industri tersebut.
Namun pada akhirnya keterkaitan entry value dipertanyakan. Hingga kemudian Robert Sterling
berpendapat bahwa entry value dari aktiva yang tidak dimiliki hanya relevan ketika pembelian aktiva
memang dimaksudkan. Untuk ativa yang dimiliki, entry value tidak berhubungan dengan apa yang dapat
direalisasikan atas penjualan aktiva dan dengan pembeliannya karena aktiva tersebut telah dimiliki.
Selain itu, replacement cost saat ini dari aktiva perusahaan tidak mengukur kapasitas (sebagai dasar
saham saat ini) guna menentukan keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual di
pasar. Singkatnya, anggapan ini menyatakan bahwa entry value tidak mengungkapkan kemampuan
entitas untuk menyajikan alternatif keputusan.
.
2) Exit Value or Selling Price
Pendekatan lain yang digunakan untuk menentukan current value adalah dengan exit value atau selling
price. Pendekatan ini mensyaratkan penilaian dari masing-masing aktiva dari sudut pandang pelepasan
(disposal), dimana tiap aktiva harus dinilai berdasarkan selling price yang wajar jika perusahaan memilih
untuk melepasnya. Dalam menentukan exit price setara kas, diasumsikan bahwa aktiva tersebut akan
dijual dengan cara biasa bukan karena tekanan likuidasi.
Raymond Chamber dan Robert Sterling berpendapat bahwa exit value memiliki pertalian
keputusan. Karenanya selama periode akuntansi, manajemen memutuskan untuk mempertahankan,
menjual, atau menggantikan aktivanya. Manajemen menyatakan bahwa exit value menyediakan
informasi yang lebih baik bagi pengguna untuk mengevaluasi likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk
membiasakan mengubah rangsangan ekonomi. Karena manajemen memiliki pilihan untuk menjual
aktiva, maka exit price memberikan titk tengah taksiran risiko.
Kelemahan exit value, seperti halnya entry prices, penentuan exit value juga mengakibatkan masalah
pengukuran, yakni :
Masalah dasar penentuan harga jual untuk aktiva, seperti properti, tanah, dan peralatan, dimana
tidak terdapat pasar.
Gagasan bahwa exit price harus didasarkan pada harga yang timbul dari penjualan pada kondisi
bisnis normal, bukan atas paksaan likuidasi, sulit diterapkan pada aktiva tetap.
Exit price atau selling price tidak konsisten dengan physical capital maintenance concepts. Exit
price adalah jenis dari opportunity cost, yang mengukur pengorbanan dari menahan aktiva daripada
biaya yang diperkirakan untuk menggantinya. Sementara itu, pemeliharaan modal fisik didasarkan
pada konsep keberlangsungan, bukan likuidasi.
.
3) Discounted Present Value
Menurut konsep ini, present value dari arus kas mas depan yang diharapkan akan diterima dari aktiva
(atau pelunasan kewajiban) adalah nilai relevan dari aktiva (atau kewajiban) yang seharusnya diungkapkan
dalam neraca. Dalam metode ini, pendapatan sama dengan perbedaan antara present value aktiva bersih
pada akhir periode dengan present value pada awal periode, tidak termasuk pengaruh dari investasi oleh
pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Income = PV net asset akhir – PV net asset akhir
Kelebihan Discounted Present Value dipandang sebagai pengukuran penggantian yang tepat dari
kekayaan. Proses pengukuran ini sama dengan konsep ekonomi dari penghasilan karena DPV mungkin
yang paling mendekati nilai aktual dari aktiva yang digunakan.
Seluruh aktiva diasumsikan diperoleh untuk menyediakan jasa masa depan yang potensial bagi
perusahaan. Lebih lanjut, terdapat asumsi bahwa harga pembelian awal dibayarkan karena percaya
aktiva tersebut akan memberikan penghasilan yang cukup di masa depan sehingga mambuat akuisisi
tersebut bermanfaat. Dengan demikian, secara implisit atau eksplisist, nilai sebenarnya berhubungan
dengan PV dari arus kas yang diharapkan.
SFAC Nomor 7, “Using Cash Flow Measurement and Present Value Measurements in Accounting”
Konsekuensi dari pengukuran penghasilan menurut DPV dianggap konsisten dengan Capital Maintenance
Concepts. Bahkan DPV mendapat dukungan tambahan dari FASB dengan terbitnya SFAC Nomor 7.
Walaupun demikian, masih terdapat tiga masalah utama pengukuran terkait konsep ini yaitu :
Pertama, konsep ini bergantung pada estimasi arus kas masa depan menurut periode waktu sehingga
jumlah arus kas yang akan dihasilkan di masa depan dan waktu arus kas ini harus ditentukan.
Kedua, pemilihan tingkat suku bunga yang tepat. Tingkat suku bunga akan menjadi tingkat internal dari
pengembalian aktiva. Dolar pertama yang diterima di masa depan tidak sama dengan satu dolar yang
diterima saat ini sehingga arus kas masa depan yang diharapkan harus didiskontokan ke masa kini.
Ketiga, aktiva perusahaan tidak saling berhubungan sedangkan penghasilan dihasilkan dari kombinasi
penggunaan sumber daya perusahaan. Oleh karena itu walaupun arus kas masa depan perusahaan dan
perkiraan tingkat suku bunga dapat ditentukan dengan tepat, hal ini tidak dapat diterapkan untuk
menentukan secara tepat berapa kontribusi setiap aktiva untuk arus kasnya. Sebagai hasilnya, diskonto
nilai sekarang dari aktiva perusahaan individual tidak dapat ditentukan dan dijumlahkan untuk
menentukan nilai sekarang dari perusahaan.
Kelemahan Discounted Present Value adalah pengukuran ini hanya relevan dalam kegunaan neraca
memberikan informasi mengenai kemampuan aktiva untuk menghasilkan penghasilan di masa depan.
.
4) Current Value and the Historical Accounting Model
Meskipun model akuntansi saat ini menyandarkan diri pada biaya perolehan, pernyataan baru-baru ini
dan memo diskusi yang diterbitkan FASB mengindikasikan langkah menuju penyediaan informasi nilai
sekarang yang lebih banyak.
SFAS Nomor 33, diamandemen guna menentukan acuan untuk pelaporan informasi biaya sekarang
tambahan untuk aktiva moneter tenterntu.
SFAS Nomor 114 & 115, mengharuskan investasi dalam instrumen finansial tertentu dilaporkan pada nilai
wajar dan perusahaan mengungkapkan informasi nilai pasar tambahan.
SFAS Nomor 105 dan 107
SFAS Nomor 157 “Fair Value Measurement“, yang secara spesifik menjelaskan tentang bagaimana
menghitung perubahan dalam nilai wajar.
PENGAKUAN PENDAPATAN
Permasalahan utama dari pendapatan yaitu pada saat menentukan proses pengakuan
pendapatan. Menurut Kieso (2002 : 3) yang dikutip dari SFAC No. 3, “pengakuan adalah proses untuk
secara formal mencatat atau memasukkan suatu pos di dalam akun dan laporan keuangan entitas”.
Pengakuan mencakup uraian pos dalam kata – kata dan angka, dengan jumlah tercakup dalam
laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang – kadang
digunakan bergantian di dalam literatur dan praktek akuntansi. Realisasi adalah proses pengubahan
sumber daya bukan kas dan hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan untuk penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas.
Menurut Smith (2002 : 232) “pengakuan adalah pencatatan suatu item dalam akun – akun dan
laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan, atau kerugian”.
Pengakuan termasuk penggambaran suatu item baik dalam kata – kata maupun jumlah, di mana
jumlah mencakup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Pengakuan pendapatan
harus memenuhi kriteria pengakuan seperti yang dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 20)
adalah :
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi
unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan
menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam
neraca atau laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau
laporan laba rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi.
Kelalalaian dalam mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui kebijakan akuntansi yang
digunakan melalui catatan atau materi penjelasan.
Menurut Dyckman (2002 : 237) terdapat empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum
suatu item dapat diakui, yaitu :
1. Definisi (definition) Suatu item atau informasi tertentu memerlukan definisi operasional yang jelas
untuk bisa dimasukkan ke dalam elemen laporan keuangan (aktiva, kewajiban, ekuitas,
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian).
2. Dapat diukur (measurability) Suatu item tertentu harus dapat diukur dengan atribut yang relevan
untuk menentukan keandalan daya ujinya, yaitu karakteristik, sifat, atau aspek yang dapat
dikuantifikasi dan diukur. Contohnya adalah biaya historis, biaya sekarang, nilai pasar, nilai bersih
yang dapat direalisasi, dan nilai sekarang bersih.
3. Relevan (relevanace) Apabila digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, informasinya
mampu menghasilkan manfaat tertentu.
4. Keandalan (reability) Informasi mengenai tersebut dapat disajikan secara wajar, dapat diuji dan
netral.
Menurut Dyckman (2002 : 238), selain empat kriteria pengakuan umum tersebut, prinsip pendapatan
menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika :
1. Pendapatan dihasilkan
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus
dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum,
pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya tidak
diselesaikan selama biaya – biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan
laba dapat diestimasi secara andal.
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual. Pendapatan itu
dapat direalisasi ketika klaim nonkas im atas kas (misalnya, aktiva nonkas seperti piutang usaha
atau wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam jumlah kas
tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu komoditas, seperti emas atau
gandum, di mana ada pasar publik untuk jumlah tdaidak terhingga dari produk tersebut yang
dapat dibeli atau dijual pada harga pasar yang telah diketahui.
Menurut Smith (2002 : 297) “pengakuan pendapatan adalah tahap di mana akuntan menggunakan
catatan penjualan melalui jurnal entri dalam catatan akuntansi formal”. Pengakuan pendapatan menurut
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23) menyatakan bahwa pendapatan yang diakui berasal
dari :
A. Penjualan Barang: Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
a) Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli;
b) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang
dijual;
c) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir
kepada perusahaan tersebut; dan
e) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat
diukur dengan andal.
B. Penjualan Jasa
Ketentuan mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan jasa adalah bila suatu
transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan
dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan tingkat penyelesaian dari transaksi pada
tanggal neraca. Kemudian yang dimaksud andal adalah apabila seluruh kondisi berikut ini
dipenuhi :
a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan
c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal
d) Biaya yang terjadi unuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
Kualitas laba atau Quality of Earnings adalah suatu ukuran untuk mencocokkan apakah
sama laba yang dihasilkan dengan apa yang sudah direncanakana sebelumnya. Kualitas laba semakin
tinggi kalau mendekatin perencaan awal atau melebihi target dari rencana awal.
Kualitas laba merupakan indikator dari kualitas informasi keuangan. Kualitas informasi keuangan yang
tinggi berasal dari tingginya kualitas pelaporan keuangan.
Informasi laba tersebut biasa digunakan oleh para analisis dengan menggunakan berbagai rasio analisis
untuk menentukan kemampuan perusahaan sebelumnya, saat ini dan masa depan dalam meningkatkan
kekayaan shareholders dan digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan dalam
menginvestasikan dananya. Suatu laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan
dapat digunakan oleh para pengguna untuk membuat keputusan yang terbaik, dan dapat digunakan untuk
menjelaskan atau memprediksi harga dan return saham. Apabila kualitas laba yang disajikan tidak dapat
diandalkan maka para pemangku kepentingan tidak dapat percaya lagi. Oleh karena itu berbagai upaya
dan studi terus dilakukan agar dapat menyusun laporan keuangan dengan kualitas laba yang tinggi. Firm
Value atau nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan yang selalu dikaitkan
dengan harga saham. Harga saham atau harga pasar adalah harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli atas perusahaan tersebut . Harga saham yang tinggi dapat membuat perusahaan menjadi
dihargai dan juga dapat mempengaruhi kepercayaan pasar terhadap kinerja perusahaan saat ini dan
prospek masa depan. Perusahaan dengan nilai harga saham yang tinggi juga akan diminati oleh investor
sehingga dengan meningkatnya permintaan saham akan menyebabkan nilai perusahaan menjadi
meningkat.
Pada dasarnya setiap perusahaan akan bersaing untuk menghasilkan kualitas laba yang tinggi karena
informasi laba dapat digunakan untuk menjelaskan masa depan, dan informasi tersebut akan digunakan
para investor untuk membuat sebuah keputusan. Investor akan melakukan investasi dalam bentuk
pembelian saham dengan harapan memperoleh keuntungan berupa deviden atau capital gain (kelebihan
harga jual di atas harga beli). Dalam memilih saham perusahaan mana yang akan dibeli atau memutuskan
untuk menjual saham yang dimilikinya, investor tentu memerlukan beberapa bahan pertimbangan berupa
informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan yang telah go public. Dalam hal ini akuntansi
menyediakan informasi mengenai kualitas laba suatu perusahaan untuk membantu para investor dalam
pengambilan keputusan. Apabila laba dari perusahaan tersebut menunjukkan angka yang rendah maka
hal tersebut akan mempengaruhi ketertarikan para investor dalam menginvestasikan dananya.
Bellovary et al. (2005) mendefinisikan kualitas laba sebagai kemampuan laba dalam merefleksikan
kebenaran laba perusahaan dan mem- bantu memprediksi laba mendatang, dengan mempertimbangkan
stabilitas dan persistensi laba. Laba mendatang merupakan indikator kemampuan membayar deviden
masa mendatang.
Selama ini tidak ada ukuran yang pasti atau tepat untuk mengukur sebera- pa besar kualitas laba dari
suatu laporan keuangan, yang ada hanya merupakan pendekatan yang digunakan untuk mem- proksi
kualitas laba tersebut. Oleh kare- na itu ukuran laba yang digunakan oleh peneliti yang satu bisa berbeda
dengan yang lain. Berikut ini akan diuraikan ten- tang berbagai ukuran kualitas laba yang digunakan oleh
para peneliti.
Menurut White, Sondhi dan Fried (1998, 956), Indikator Kualitas Laba yang baik adalah
1. Pengakuan pendapatan dengan metode yang konservatif
2. Menggunakan metode persediaan LIFO (jika diasumsikan harga-harga mengalami peningkatan)
3. Cadangan Piutang Tak Tertagih (Bad Debts) relatif tinggi terhadap piutang dan kerugian kredit
dimasa lalu.
4. Menggunakan metode penyusutan dipercepat (accelerated methods) dan umur yang singkat.
5. Penghapusan yang cepat terhadap Goodwill dan Aktiva tidak berwujud lainnya
6. Kapitalisasi yang minimal terhadap bunga dan biaya overhead.(Wajib dihapuskan konsep bunga.
7. Kapitalisasi yang minimal terhadap biaya piranti lunak komputer (Computer Shofware
8. Membebankan langsung biaya awal (start-up costs) untuk operasi-operasi baru
9. Menggunakan metode kontrak penuh (completed contract method) dalam akuntansi pekerjaan
dalam jangka panjang
10. Menggunakan asumsi-asumsi yang konservatif dalam rencana manfaat untuk karyawan
(employee benefit plans)
11. Menyediakan provisi yang memadai terhadap tuntutan hukum dan kerugian kontijensi
(Contingency Losses)
12. Meminimalkan penggunaan tehnik-tehnik pembiayaan off-balance sheet
13. Tidak memperhitungkan keuntungan yang tidak berulang (non-recurring gains)
14. Tidak memperhitungkan laba yang bukan kas (non-cash earenings)
15. Pengungkapan (disclosure) yang jelas dan memadai
dimana
- OI adalah pendapatan operasi (Operating Income) setelah dikurangi depresiasi,
- CF adalah arus kas operasi (cash flow) yang dihitung dari OI diku-rangi ACCR.
- ACCR (accrual component of earnings) dihitung dari perubahan NOA (net operating asset) tahun
t-1 terhadap t.
- Nama perusahaan ditunjukkan oleh I dan t menunjukkan tahun.
- Seluruh variabel distandarisasi oleh NOAt-1
- Kkontribusi tambahan akrual ditentukan oleh besarnya signifikansi β2.
dimana
- TCA adalah Total current accruals,
- CFO adalah Cash flows from operations (pendapatan dari operasi utama dikurangi total akrual.
Total akrual sama dengan total current accruals dikurangi biaya depresisasi dan amortisasi).
- ∆Rev adalah perubahan pendapatan dari tahun t-1 terhadap t.
- PPE adalah keseimbangan antara property, plant dan equipment (atas dasar PPE bruto).
- Seluruh variabel diregress dan diskala dengan rata-rata total assets dalam tahun t. Diregres juga
secara cross sectional untuk tiap industry dengan sedikitnya 20 peru- sahaan tiap tahunnya.
- Ukuran kualitas kedua adalah variabilitas (dinilai dengan standar deviasi) residual dari regresi.
Semakin tinggi variabilitas hubungan antara laba dan arus kas, maka semakin rendah kualitas
akrual dan semakin rendah pula kualitas labanya.
- Kualitas akrual didefinisikan juga sebagai rasio standar deviasi residual dari regresi terhadap
standard deviation total current accruals.
dimana
- TACC adalah total akrual yang didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan dari operasi
dan arus kas bersih dari aktivitas operasi, tidak termasuk pos-pos luar biasa dan operasi yang
dihentikan.
- TA adalah total asset awal tahun,
- ∆Rev adalah Perubahan penjualan.
- PPE adalah tingkat property, plant dan equipment kotor.
- ∆TR adalah Perubahan dalam piutang dagang (trade receivable)
4. Konservatisme
Givoly et al. (2010) menggunakan ukuran konservatisme sebagaimana yang digunakan oleh Ball and
shivakumar, yaitu mendeskripsikan perbedaan ketepatan waktu dalam mengakui keuntungan dan
kerugian berdasarkan pada hubungan antara akrual dan arus kas sebagai berikut:
dimana,
- ACC adalah total akrual dalam tahun t,
- CFO adalah arus kas operasi dalam tahun t,
- DCFO adalah dummy variabel, 1 jika CFO negatif dan 0 jika CFO positif.
- Jika α2 < 0 berarti tidak konservatif dan jika α3 > 0 berarti konservatif
Apabila tidak ada investasi baru dari pemilik atau pembagian laba kepada pemilik
selama satu periode, maka laba yang terjadi $90,000. Angka ini merupakan peningkatan
aktiva bersih. Namun jika dalam periode tersebut ada investasi baru dari pemilik $40,000
dan deviden $15,000 maka laba yang terjadi dihitung sebagai berikut:
EXIT PRICE
Exit price kini merepresentasikan jumlah kas bagi asset yang dapat dijual atau
kewwajiban yang dapat dibiayai kembali (refinance). Hal ini merupakan harga bisnis yang
akan direalisasikan jika asset dijual dalam kondisi dipesan daripada paksaan liquiditas dan
harga jual pada waktu pengukuran daripada harga jual masa mendatang yang disesuaikan
(Belkaoi 1992, p286).
Bersamaan dengan valuasi biaya penggantian, valuasi exit price berdasar income
realisasi juga melengkapi prinsip realisasi pengakuan revenue. Keuntungan operasi diakui
pada saat produksi dimana menahan keuntungan diakui pada waktu pembelian dan
sesudahnya, ketika harga berubah daripada pada saat penjualan.
Argumen exit price adalah konsep ini mengukur konsep ekonomi biaya opportunity
i.e niai kas muncul dari penjualan asset sebagai kebalikan penggunaan asset sekarang. Hal
ini adalah ekspresi pengorbanan ekonomi dari sebuah entitas yang diekspresikan dengan
kemampuan entitas tersebut untuk menjalankan alternative barang dan jasa. Nilai -nilai ini
bisa dikatakan relevan bagi pembuatan keputusan menyangkut apakah perusahaan -
perusahaan harus melanjutkan untuk mengguna kan atau menjual asset dan
menginvestasikannya pada hal lain i.e. baik perusaan terus berjalan atau tidak.
Exit price kini dikatakan juga menyediakan informasi yang relevan dan berguna bagi
evaluasi adaptasi keuangan dan liquidditas perusahan. Semakin liquid perusahaan semakin
bisa beradaptasi pula perusahaan terhadap perubahan kondisi ekonomi. Chambars (1966)
mengkritik biaya historis sebagai “ Hanya sebuah masalah sederhana sejarah” dan hanya
harga sekarang mempunyai hubungan dengan pilhan sua tu tindakan. Ia berpendapat bahwa
“tidak ada kesimpulan yang berguna yang dapat ditarik dari praktek masalalu yang
mempunyai hubungan terhadap kapasitas sekarang untuk diperasionalkan dalam pasar”
dan meniadakan biaya penggantian karena hal tersebut tidak merepresentasikan kapasitas
untuk bekerja dipasar dengan kas untuk tujuan adaptasi dengan kondisi yang sekarang
terjadi. Ia oleh karena itu mengajukan harga realisasi atau harga pasar sebagai “salah satu
property financial yang secara seragam relevan denga n aksi pasar dimasa mendatang” (ibid
p 91-2). Lebih jauh Stirlling (1968) mengemukakan exit value mengabaikan entitas yang
invalid dan tidak penting sebagai going concern dengan kehidupan tanpa batas yang
merupakan dasar model biaya pengganti. Faktanya mod el income realisasi mengasumsikan
bahwa sebuah entitas akan mempunyai kehidupan tanpa batas dalam bentuk
keberadaannya.
Chamber (1962) juga berpendapat bahwa exit price kini menyediakan panduan yang
lebih baik untuk evaluasi manajer dalam menja lankan fungsinya karena ia membentuk
dasar kepuasan untuk menentukan penggunaan dan disposisi asset, yang dianggap sebagai
dasar, dimana performance perusahaan dinilai.
Cahmbers (1971) juga mengetengahkan bukti bahwa meskipun dalam praktek
akuntansi, penggunaan nilai realisasi itu di praktekkan e.g dalam penilaian persediaan,
prasyaratan pengungkapan hukum UK bagi revaluasi tanah dan harga pasar investasi.
Demikianlah ia berpendapat bahwa model income realisasi adalah ekstensi logis dari
praktek ini.
Terakhir McKeown (1971) telah menunjukkan dalam studi kasusunya ‘perusahaan
elektronik’ bahwa exit price dapat dijalankan untuk implementasi biaya dan tujuan
(manipulasi risiko) serta estimasi akurat exit value. Exit price bisa lebih dime ngerti
dibanding dengan biaya penggantian sebagai nilai realisasi yang mudah untuk
diinterpertasikan sebagai nilai pasar.
Dilain pihak, Ijiri (1971) mengkritik biaya kini karena non -bahan tambahannya.
Harga bisnis sebagai keseluruhan bukanlah p enjumlahan contituen asset. Jika realisasi
diprhitungkan maka nilai realisasi entitas seluruhnya (bersama dengan goodwill dan asset
intangible lain yang tidak memilki nilai pemisah) lebih penting untuk diperhitungkan
dibanding dengan komponen assetnya.
Bell (1971) berpendapat bahwa exit value tidak usah diperhitungkan karena tidak
memberikan informasi relevan untuk mengevaluasi performance melawan ekspektasi i.e
melawan rencana operasional dan keputusan yang dibuat oleh manajemen. Rencana dan
orang yang mengembangkan perencanaan harus di evaluasi pertama sebelum alternative
masa mendatang (i.e opportunity cost) diperhitungkan. Semenjak biaya persediaan
penjualan secara terus menerus disesuaikan dengan nilai realisasi, model gross profit -nya
Profesor Chamber akan menjadi nol, dengan demikian hal tersebut tidak menunjukkan
pekerjaan yang bagus dalam menenjukkan bagaimana perusahan bergerak dari status
ekonominya dari awal sampai akhir tahun.
Profesor Chamber “Current cash equivalent meng asumsikan bahwa sebuah
perancanaan bisnis akan selalu menjadi satu memaksimalkan kas asset yang didapat dalam
periode jangka pendek, seperti kedaaan perusahaan, tujuan dan cara pembelajarannya
nampak tidak dapat dipraktekkan” menurut Bell (1971) bisnis yan g sehat bisanya going
concern dan tetap pada bisnis untuk waktu tertentu dan tidak secara terus menerus
menaksir kembali pilihannya untuk keluar dari bisnsis, kita dapat sebut asumsi professor
Chambe sebagai “the fallacy of timeless business exits” ketika bisnis berkomitmen pada
usaha tertentu, ia akan memakan waktu sebelum rencana dan operasi tersebut
membuahkan hasil. Tidak dapat berfikir terus -menerus untuk keluar padahal baru saja
masuk.
INCOME STATEMENT
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga
menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih. Laporan laba rugi juga disebut sebagai suatu laporan yang
menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu usaha untuk suatu periode tertentu.
Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita
oleh perusahaan. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan.
Maka arti penting dari laporan laba rugi yaitu sebagai alat untuk mengetahui kemajuan yang dicapai
perusahaan dan juga mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam suatu periode.
1. Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan rugi laba adalah laporan yang disusun secara sistematis tentang penghasilan yang diperoleh,
dan beban –beban yang terjadi dalam kegiatan usaha perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba
rugi dipergunakan untuk melihat kondisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu
2. Pendapatan (Revenue)
Pendapatan (revenue) secara umum didefinisikan sebagai hasil dari suatu perusahaan yang biasa
diukur dengan satuan harga pertukaran yang berlaku dan diakui ketika pendapatan itu telah direalisasikan
atau dihasilkan.
Menurut IAI, pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal
dengan sebutan berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga, dividen, royalti, dan sewa
(IAI,23.1).
Pada definisi yang lain pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (IAI, 23.2)
Revenue sebagai kenaikan gross di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai
berdasarkan prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba (APB Statement).
Pengakuan penghasilan
Suatu penghasilan akan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu
untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa penghasilan diakui:
1. Selama produksi
2. Pada saat proses produksi selesai
3. Pada saat penjualan
4. Pada saat penagihan kas
3. Biaya (Expense)
Pengertian Biaya
a. Menurut FASB Biaya sebagai arus keluar aktiva, penggunaan aktiva atau munculnya kewajiban atau
kombinasi keduanya selama satu periode yang disebabkan oleh pengiriman barang, pembuatan
barang, pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama
perusahaan.
b. Menurut APB Statement Biaya sebagai penurunan gross di dalam asset atau kenaikan gross dalam
kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan
mencari laba yang dilakukan perusahaan.
4. Laba
1. Menurut FASB
Laba akuntansi sebagai perubahan dalam ekuitas (net asset) dari suatu entity selama suatu periode
tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan dari pemilik.
Dalam income termasuk seluruh perubahan dalam ekuitas selain penerimaan dari pemilik dan
pembayaran kepada pemilik.
2. Menurut APB Statement
Laba (rugi) sebagai kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu peride akuntansi.
Jenis – Jenis Laba :
1. Laba kotor
Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok penjualan.
2. Laba Operasional
Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada
perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh
karenanya, angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas
sebagai jasa pada pemilik modal.
3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before Tax)
Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi
pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena jumlah ini
menyatkan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan.
4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi berbagai pajak. Laba
dipindahkan kedalam perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan diambil sejumlah
tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden kepada para pemegang saham.
Pendapatan :
Pendapatan Jasa Xx
Pendapatan Bunga Xx
Total Pendapatan xx
Beban-beban :
Beban Sewa Xx
Beban Gaji Xx
Beban Asuransi Xx
b. Multiple step
Yaitu bentuk laporan yang disusun secara bertahap penghasilan dan beban disajikan sesuai dengan urutan
aktivitas yaitu atas dasar operasional dan non operasional. Cara penyusunannya adalah sebagai berikut :
Bagian pertama adalah perincian pendapatan operasional
Bagian kedua adalah perincian beban operasional
Bagian ketiga adalah perincian pendapatan maupun beban non operasional
Bagian terakhir untuk mencari saldo rugi – laba bersih.
Contoh penyajian laba rugi (multi step)
PT ABC
LAPORAN LABA RUGI
PER 31 DESEMBER 2004
Pendapatan Jasa Xx
Beban-beban :
Beban Gaji Xx
Laba Usaha Xx
Pendapatan Bunga Xx
Laba rugi baru dapat diketahui setelah beberapa kali tahap pengurangan, muali dari penjualan
dikurangi harga pokok penjualan yang menghasilkan laba kotor, dikurangi biaya operasi menghasilkan
laba operasi dan seterusnya sampai menghasilkan laba bersih.