Anda di halaman 1dari 14

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Kata Pengantar
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan mata kuliah bangunan air
ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad
Mabrur, S.T,. M.T selaku dosen bangunan air, yang telah membimbing kami dalam
menyelesaikan laporan ini dan telah memberikan ilmu kepada kami tentang materi–
materi yang sudah diberikan sebelumnya.
Laporan ini kami buat bertujuan untuk mengetahui hal-hal apa yang terdapat
pada bangunan pengelak dan bangunan pengambilan, serta analisanya. Adapun
susunan laporan ini terdiri atas Bab I (Pendahuluan), Bab II (Pembahasan), dan Bab
III (Penutup).
Materi yang terdapat pada hasil makalah ini disusun dengan bahasa yang
sedehana, komunikatif, dan juga sistematis. Meskipun hasil makalah ini belum
dikatakan begitu sempurna, dan masih terdapat kekurangan atau kesalahan. Oleh
karena itu, sebagai tim penyusun, kami juga tahu di dalam makalah ini mungkin
terdapat kesalahan dan kesilapan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
wawasan, ketelitian, serta pemahaman tentang bangunan pengaturan sungai dan
bangunan pelengkap tersebut. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 1 November 2018

Penyusun

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 1
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................... 1
Daftar Isi .................................................................................................................................. 2
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Tujuan Masalah .................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

Bab II Isi
1. Pengertian Bangunan pengelak ................................................................................ 5
2. Defenisi Coferdram .................................................................................................. 6
3. Dewatering System................................................................................................... 7

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
B. Kritik dan Saran ................................................................................................. 11

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 12

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 2
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelaksanaan konstruksi bangunan air misalnya bendung yang perlu selalu


diperhatikan adalah teknik pelaksanaan konstruksi bendung yang didalamnya terkait
teknik pembebasan area konstruksi bendung dari gangguan air (sistem dewatering).
Sering kali gambar desain bangunan air (bendung) tidak disertai teknik
pelaksanaannya sehingga memaksa kontraktor pelaksana harus membuat teknik
pelaksanaan termasuk pelaksanaan sistem dewateringnya yang kadang-kadang
menggunaan perhitungan yang.diragukan ketepatannya. Pada umumnya nilai
dewatering dalam kontrak selalu dihitung Lump Sum, dan tidak jarang ternyata
setelah pelaksanaan dewatering ini membengkak. Hal tersebut dikarenakan
perencanaan dan gambar konstruksi pengelak aliran air tidak jelas bahkan tidak ada.
Cofferdam dan diversion adalah konstruksi yang lazim digunakan dalam
sistem dewatering. Konstruksi ini sering tidak dimasukkan dalam RAB tersendiri.
Pada hal bisa jadi konstruksi ini cukup besar biayanya dan merupakan kunci
keberhasilan pelaksanaan konstruksi bendung. Untuk menghindari membengkaknya
biaya dewatering, maka cofferdam dan diversion perlu direncanakan dengan baik.

1.2. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui defenisi dari Saluran pengelak dan Cofferdam.


2. Mengetahui fungsi dari Saluran pengelak dan Cofferdam itu sendiri.
1.3 Rumusan masalah

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 3
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah sebagai berikut :
 Apa yang dimaksud dengan bangunan pengelak ?
 Bagaimana pengelolaan dan pemeliharaan sungai ?

BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum pembangunan bendungan dilakukan, dibangun terlebih dahulu


bangunan-bangunan pelengkap yang berupa bangunan sementara maupun bangunan
tetap yang akan termasuk dalam komposisi bendungan yang berfungsi untuk
menghindarkan bagian bangunan bendungan yang sedang dikerjakan dari aliran air
sungai (Sosrodarsono, 2002). Bangunan tersebut adalah:
1. Saluran pengelak, baik berupa saluran terbuka maupun saluran tertutup

2. Bendungan pengelak (Cofferdam), yang dibangun di sebelah hulu dan hilir


calon bendungan utama

3. Bangunan pelimpah banjir

4. Bangunan penyadap, dan lain-lain.

Dalam pelaksanaan konstruksi dipersiapkan sedemikian rupa, agar diperoleh


suatu urut-urutan pelaksanaan yang efektif dan efisien dan pelaksanaan konstruksi
masing-masing komponen tidak saling mengganggu. Secara umum pelaksanaan
konstruksi bendungan adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan jaringan jalan-jalan pengangkutan bahan-bahan, dari tempat
penggaliannya ke tempat kedudukan calon bendungan dan jaringan jalan-jalan
masuk lainnya.

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 4
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

b. Pembuatan base-camp, pool-pool kendaraan dan alat-alat besar, jaringan distribusi


tenaga dan fasilitas pelaksanaan konstruksi lainnya.
c. Pembuatan saluran pengelak baik berupa saluran terbuka maupun tertutup.
d. Pembuatan jaringan jalan pengangkutan bahan yang diperoleh setempat, untuk
pembuatan bendungan pengelak.
e. Pembuatan bendungan pengelak dan persiapan tempat-tempat penggalian bahan
tanah, pasir dan kerikil (borrow-pits) dan tempat-tempat penggalian batu
(quarries).
f. Penggalian-penggalian pondasi bendungan dan pekerjaan-pekerjaan perbaikan
pondasi tersebut.
g. Penimbunan tubuh bendungan dan pembuatan bangunan pelengkap permanen,
seperti bangunan pelimpah banjir, bangunan penyadap, dan lain-lain.
h. Pelaksanaan pembuatan jalan-jalan untuk pelaksanaan penutupan alur sungai agar
alirannya pindah ke saluran pengelak.
i. Penutupan saluran pengelak, setelah pelaksanaan konstruksi bendungan selesai

2.1. Bangunan Pengelak

Bangunan pengelak adalah bagian dari bangunan utama yang dibangun di


dalam air. Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai
ke jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan
memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung saringan bawah
(bottom rack weir). Bila bangunan tersebut juga akan dipakai untuk mengatur elevasi
air disungai, maka ada dua tipe yang dapat digunakan, yakni:

 bendung pelimpah dan


 bendung gerak (barrage).

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 5
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Bendung pelimpah adalah bangunan pelimpah melintang sungai yang


memberikan tinggi muka air minimum kepada bangunan pengambilan untuk
keperluan irigasi. Bendung merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat
menyebabkan genangan luas di daerah-daerah hulu bendung tersebut.

Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar;
masalah yang ditimbulkannya selama banjir kecil saja. Bendung gerak dapat
mengatur muka air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai dengan
kebutuhan irigasi. Bendung gerak mempunyai kesulitan-kesulitan eksploitasi karena
pintunya harus tetap dijaga dan dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun

Bendung saringan bawah adalah tipe bangunan yang dapat menyadap air dari
sungai tanpa terpengaruh oleh tinggi muka air. Tipe ini terdiri dari sebuah parit
terbuka yang terletak tegak lurus terhadap aliran sungai. Jeruji baja (saringan)
berfungsi untuk mencegah masuknya batu-batu bongkah ke dalam parit. Sebenarnya
bongkah dan batu-batu dihanyutkan ke bagian hilir sungai. Bangunan ini digunakan
di bagian/ruas atas sungai dimana sungai hanya mengangkut bahan-bahan yang
berukuran sangat besar.

2.2. Definisi Cofferdam

Merupakan bangunan penghalang atau pagar sementara seperti dinding yang


kedap air. Bangunan ini di buat di dalam tanah atau di air sehingga menghasilkan
suatu daerah kering yang aman terhadap keruntuhan tanah atau aliran air. Di
dalamnya dapat dibuat bendungan, dok kering, jembatan, dermaga, dan struktur-
struktur lain yang semacam. Pada jenis tertentu cofferdam bisa dibuat hingga
kedalaman 66 meter.

Cofferdam disebut juga anak bendungan karena konstruksi ini selalu dibuat
menjelang dibangunnya sebuah bendungan. Cofferdam dibangun untuk menjadi

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 6
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

penghalang yang dapat membelokkan aliran sungai asli ke arah yang lain, sehingga
aliran sungai aslinya dapat dikeringkan untuk dibangun bendungan. Setelah
bendungannya jadi, anak bendungan ini dibongkar.

Anak bendungan bisa dibuat dari beton bertulang, lembaran atau tiang baja,
tanah, dan kayu. Ada bermacam-macam anak bendungan. Pemilihan jenisnya sangat
bergantung pada kondisi tanah, kedalaman, fluktuasi muka air, tersedianya bahan
bangunan, kondisi kerja yang timbul, serta bagaimana letaknya di dalam air atau di
tanah. Yang sangat diperhatikan dalam merencanakan anak bendungan adalah
analisis hidraulik pada rembesan dan pengikisan di dasar sungai. Konstruksi ini dapat
dibuat pada tanah yang kedap air, di situ anak bendungan dapat dilengkapi dengan
penyekat, untuk mencegah merembesnya air. Bila anak bendungan dibangun pada
tanah yang tembus air dan merembesnya aliran air tidak dapat dihentikan secara
menyeluruh, air harus dipompa keluar terus menerus.

2.3. Dewatering System

Merupakan sistem pembebasan area konstruksi bendung dari gangguan air.


Dalam melaksanakan pekerjaan bendungan biasanya membutuhkan waktu pengerjaan
yang cukup panjang (lama), terkadang bisa melalui beberapa musim. Pekerjaan
dewatering pada dasarnya, dilakukan pada musim kemarau, yaitu pada saat debit
sungai terkecil, sehingga aka memperingan proses pekerjaan dewatering
(pengeringan). Tetapi karena tuntutan pekerjaan dan schedule pelaksanaan, sering
pekerjaan dewatering masih perlu dilakukan pada musim hujan, ketika debit sungai
sudah mulai membesar. Dalam hal ini cofferdam dibuat dalam dua tahap yang cukup
untuk menanggulangi musim kemarau dengan debit kecil pada tahap awal, dan pada
tahap berikutnya dibuat cofferdam yang lebih tinggi.
Bila selama tahap pertama pekerjaan dapat diselesaikan di atas muka air, maka
cofferdam tahap kedua tidak perlu dibuat.

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 7
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Cofferdam tahap I dipersiapkan pada debit sungai terkecil :

Cofferdam tahap II dipersiapkan sebelum debit sungai membesar :

Dalam proyek bendungan, cofferdam dibuat pada dua tempat, yaitu pada bagian/
sisi hulu (upstream) dan pada bagian hilir (down stream). Daerah di antara keduanya
itulah yang akan dilakukan pekerjaan dewatering untuk pelaksanaan badan
bendungan. Ini berarti bahwa sungai ditutup sepenuhnya selama proses
pelaksanaan proyek bendungan.
Oleh karena itu sebelum cofferdam-cofferdam ini dibangun, harus dipersiapkan
terlebih dahulu pengalihan sungai atau river diversion. River diversion dapat

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 8
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

berbentuk dua janis, tergantung hal-hal yang mempengaruhinya, yaitu terutama


kondisi lapangan yang ada.Jenis-jenis tersebut adalah :

1. Diversion Channel, berbentuk saluran terbuka (saluran pengelak).

(Sumber : Google http://bremarizky.blogspot.com)

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 9
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

(Sumber : file:///C:/Users/User/Downloads/34091608-KP-02-bangunan utama.pdf )

2. Diversion Tunnel, berbentuk saluran tertutup (terowongan pengelak).

(Sumber : Google http://bremarizky.blogspot.com)

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 10
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Kedua jenis river diversion itu harus direncanakan dapat menampung debit
sungai selama pelaksanaan pekerjaan dewatering. Tunnel diversion banyak
digunakan pada pekerjaan dewatering untuk bendungan, karena kondisi kanan kiri
bendungan berbentuk bukit, sehingga untuk membuat saluran pengelak harus
menggunakan terowongan yang menembus bukit.

Terowongan pengelak sering juga dimanfaatkan sebagai saluran pelimpah


(spill way tunnel) pada akhir pekerjaan bendung. Pada awalnya terowongan
difungsikan sebagai saluran pengelak saat pelaksanaan pembuatan badan bendungan,
dan di akhir pekerjaan difungsikan sebagai bangunan pelimpah (tunnel spill way)
Bila difungsikan sebagai spillway, maka kemampuan debit terowongan harus
disesuaikan dengan debit spillway yang diperlukan.

(Sumber : Google http://bremarizky.blogspot.com)

Pekerjaan Sipil yang terletak di atas muka air tanah , terkadang juga
memerlukan pekerjaan dewatering, bila bangunan tersebut terletak di bawah muka air
tanah, seperti muka air sungai, danau atau laut. (Bangunan tersebut dapat berupa

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 11
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

bangunan di sepanjang saluran yang sudah berfungsi, bangunan bawah dari jembatan,
bangunan intake, baik di sungai maupun di laut dll)

Pada umumnya pekerjaan dewatering untuk bangunan di bawah muka air


permukaan menggunakan sistem open pumping, dengan dibantu oleh cofferdam atau
kistdam sebagai penahan air. Tetapi untuk bangunan di sepanjang saluran yang sudah
berfungsi, biasanya dilakukan pada saat masa pengeringan. Yaitu masa tanaman tidak
memerlukan air, sehingga air saluran dapat dikeringkan dengan menutup pintu air
yang ada. Dengan demikian pengerjaan bangunan dapat dilaksanakan seperti pada
bangunan biasa yang tidak terganggu oleh air.

Pada dasarnya pekerjaan dewatering air permukaan dilakukan dengan


mengurung daerah yang akan dibangun dengan cofferdam, supaya terbebas dari air
yang ada, sedangkan air yang ada pada daerah yang dikurung tersebut dikeringkan
dengan menggunakan pompa (open pumping). Struktur yang diperlukan untuk
mengurung daerah yang akan dibangun dapat bermacam-macam jenisnya.

(Sumber : https://www.google.co.id/search?q=contoh+saluran+penge lak:)

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 12
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajad hidup orang
banyak bahkan jika keberadaannya tidak ada atau kurang dari batas normal akan
mengganggu kelangsungan hidup makhluk hdup sehingga keberadaannya perlu
kita lindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta
makhluk hidup lainnya.

Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai.
Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas
Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2 . Selain mempunyai fungsi
hidrologis, sungai juga mempunyai peran dalam menjaga keanekaragaman hayati,
nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan lainnya.

Tetapi dewasa ini, Daerah Aliran Sungai di Indonesia semakin mengalami


kerusakan lingkungan dari tahun ke tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada aspek biofisik ataupun kualitas air.

3.2 Saran

Keberadaan air saat ini sangat jauh dari kata layak dari segi kualitasnya.
Tetapi, dewasa ini kuantitas air juga semakin sedikit karena penggunaan air yang
tidak bijaksana. Oleh karena itu, penulis memberikan beberapa saran untuk
melestarikan air sungai antara lain
1. Dalam perencanaan jalan- jalan lingkungan baik program pemerintah
maupun swadayamasyarakat sebaiknya memilih material bahan yang

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 13
POLITEKNIK NEGERI MEDAN

menyerap air misalnya penggunaan bahan dari pavling blok ( blok- blok
adukan beton yang disusun denagn rongga- rongga resapan air disela-
selanya.
2. Apabila di halaman pekarangan- pekarangan rumah kita masih terdapat
ruang- ruang terbuka, buatlah sumur- sumur resapan air hujan sebanyak-
banyaknya. Fungsi sumur resapan air ini untuk mempercepat air
meresapke dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

https://jeisenpailalah.wordpress.com/2010/09/19/rekayasa-moda-fasilitas-pelabuhan/

http://sipilworld.blogspot.co.id/2013/03/defenisi-pelabuhan-dan-kapal.html

http://febrian-tekniksipil.blogspot.co.id/2012/02/pelabuhan-dermaga-dan-terminal.html

http://rinaldyaulia.blogspot.co.id/2009/03/prasarana-pelabuhan-curah-cair.html

https://bremarizky.blogspot.com/2017/12/teknik-sipil-mix-desain.html#more

KELOMPOK 1 (BANGUNAN AIR)

Page 14

Anda mungkin juga menyukai