1 PB
1 PB
2018
ABSTRACT
One of the biggest livestock waste is bone. The handling of bone waste that have often been done is by hoarding. Another way
that can be done to overcome bone waste problem is by processing them into bone powder. Bone powder is produced through
few steps, one of them is by bone milling using bone miller. The aim of this research are to test the effect of rotation speed of dry
cow bone miller on processing capacity, yield capacity, and material losses. The results showed that the highest processing
capacity was at 5320 RPM that is 12,63 kg/hour, the highest result capacity was at 5320 RPM that is 10,81 kg/hour, and the
highest persentage of material left on the device was at 5320 RPM that is 14,33%.
Key words: Dry Cow Bone Miller, Rotation Speed of Device, Waste
ABSTRAK
Salah satu limbah hewan ternak terbesar yaitu tulang. Penanganan limbah tulang yang sering dilakukan yaitu dengan melakukan
penimbunan. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan limbah tulang yaitu dengan mengolahnya menjadi
tepung tulang. Tepung tulang dihasilkan melalui beberapa tahapan, salah satunya adalah penggilingan tulang yang dilakukan
menggunakan alat penggiling tulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kecepatan putaran pada alat
penggiling tulang sapi kering terhadap kapasitas olah, kapasitas hasil, dan persentase bahan tertinggal di alat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kapasitas olah tertinggi terdapat pada kecepatan putaran 5320 RPM sebesar 12,63 kg/jam, kapasitas hasil
tertinggi terdapat pada kecepatan putaran 5320 RPM sebesar 10,81 kg/jam, dan persentase bahan tertinggal di alat tertinggi
terdapat pada kecepatan putaran 5320 RPM sebesar 14,33%.
Kata kunci: Alat Penggiling, Kecepatan Putaran Alat, Limbah, Tulang Sapi Kering
149
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 1 Th. 2018
150
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 1 Th. 2018
kerusakan hasil terendah terdapat pada perlakuan R3 saling berbeda nyata. Pada taraf uji 0,01 juga
R1 yaitu sebesar 6,66%. menunjukkan bahwa perlakuan R1, perlakuan R2,
dan perlakuan R3 saling berbeda sangat nyata. Dari
Kapasitas Olah data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
Kapasitas olah dapat diketahui dengan perlakuan memberi pengaruh sangat nyata terhadap
membandingkan berat bahan yang diolah dengan kapasitas olah.
waktu yang dibutuhkan untuk mengolahnya. Waktu Semakin cepat putaran alat, maka kapasitas
pengolahan dihitung mulai dari bahan masuk ke olah semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini
dalam hopper sampai bahan selesai diolah. disebabkan oleh perbedaan diameter puli. Semakin
Kapasitas olah disebut juga dengan kapasitas kerja. besar diameter puli, maka kecepatan putaran alat
Hal ini sesuai dengan literatur Daywin, dkk (2008) akan semakin kecil sehingga membutuhkan waktu
yang menyatakan bahwa kapasitas kerja suatu alat pengolahan yang lebih lama. Sebaliknya, semakin
atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat kecil diameter puli, makakecepatan putaran alat akan
dan mesin dalam menghasilkan suatu produk per semakin besar sehingga membutuhkan waktu
satuan waktu (jam). pengolahan yang lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa literatur Roth, et.al (1982) yang menyatakan bahwa
perbedaan kecepatan putaran alat memberikan kecepatan putaran alat berbanding terbalik dengan
pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas olah. diameter puli.
Hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 menunjukkan
bahwa perlakuan R1, perlakuan R2, dan perlakuan
Tabel 2. Hasil uji DMRT pengujian perbedaan kecepatan putaran alat terhadap kapasitas olah
DMRT Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- R1 4,36 A A
2 1,9795 2,9996 R2 9,39 B B
3 2,0516 3,1118 R3 12,63 C C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
Tabel 3. Hasil uji DMRT pengujian perbedaan kecepatan putaran alat terhadap kapasitas hasil
DMRT Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- R1 4,07 a A
2 1,7091 2,5898 R2 8,67 b B
3 1,7713 2,6866 R3 10,81 c B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
Persentase Bahan Tertinggal di Alat tertinggal di alat dengan berat awal bahan yang
Persentase bahan tertinggal di alat dapat diolah kemudian dikali dengan 100%. Menurut
diketahui dengan membandingkan berat bahan yang Nugraha, dkk (2012), persentase bahan yang
151
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 1 Th. 2018
tertinggal di alat adalah banyaknya bahan yang tidak perlakuan memberi pengaruh sangat nyata terhadap
dapat keluar dari alat secara otomatis setelah persentase bahan tertinggal di alat..
saluran pengeluaran bahan dibuka setelah proses Semakin cepat putaran alat, maka persentase
pengolahan selesai dilakukan. Dari hasil sidik ragam, bahan tertinggal di alat semakin tinggi dan
dapat dilihat bahwa perbedaan kecepatan putaran sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh kecepatan
alat memberikan pengaruh sangat nyata terhadap putaran yang tinggi menyebabkan bahan yang diolah
persentase bahan tertinggal di alat. akan lebih cepat dihancurkan sehingga bahan yang
Hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 berukuran lebih kecil akan tertinggal pada mesh dan
menunjukkan bahwa perlakuan R1 tidak berbeda tidak terlempar lagi ke atas. Penyebab lain yaitu
nyata dengan perlakuan R2, namun berbeda nyata banyaknya hasil olahan yang tercecer karena tidak
dengan perlakuan R3. Perlakuan R2 berbeda nyata masuk pada wadah penampung. Persentase bahan
dengan perlakuan R3. Pada taraf uji 0,01 tertinggal di alat juga ditandai dengan adanya bahan
menunjukkan bahwa perlakuan R1 tidak berbeda yang tertinggal di alat sehingga dibutuhkan tenaga
nyata dengan perlakuan R2, namun berbeda sangat untuk membersihkan alat dari bahan yang tertinggal.
nyata dengan perlakuan R3. Perlakuan R2 berbeda Hal ini sesuai dengan literatur Nugraha, dkk (2012)
sangat nyata dengan perlakuan R3. Dari data yang menyatakan bahwa bahan yang tidak dapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan keluar dari mesin pengolahan membutuhkan tenaga
operator untuk mengeluarkannya secara manual.
Tabel 4. Hasil uji DMRT pengujian perbedaan kecepatan putaran alat terhadap persentase bahan tertinggal di alat
DMRT Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- R1 6,66 a A
2 2,3063 3,4948 R2 7,66 a A
3 2,3903 3,6255 R3 14,33 b B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%
152