Anda di halaman 1dari 4

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 1 Th.

2018

UJI BERBAGAI KECEPATAN PUTARAN


PADA ALAT PENGGILING TULANG SAPI KERING

(Test of Various Rotation Speed of Dry Cow Bone Miller)

Dara Dhayanara1, Lukman Adlin Harahap1, Saipul Bahri Daulay1


1)Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
email: daradhayanara@gmail.com

Diterima 3 Oktober 2016/Disetujui 3 Oktober 2016

ABSTRACT
One of the biggest livestock waste is bone. The handling of bone waste that have often been done is by hoarding. Another way
that can be done to overcome bone waste problem is by processing them into bone powder. Bone powder is produced through
few steps, one of them is by bone milling using bone miller. The aim of this research are to test the effect of rotation speed of dry
cow bone miller on processing capacity, yield capacity, and material losses. The results showed that the highest processing
capacity was at 5320 RPM that is 12,63 kg/hour, the highest result capacity was at 5320 RPM that is 10,81 kg/hour, and the
highest persentage of material left on the device was at 5320 RPM that is 14,33%.

Key words: Dry Cow Bone Miller, Rotation Speed of Device, Waste

ABSTRAK
Salah satu limbah hewan ternak terbesar yaitu tulang. Penanganan limbah tulang yang sering dilakukan yaitu dengan melakukan
penimbunan. Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan limbah tulang yaitu dengan mengolahnya menjadi
tepung tulang. Tepung tulang dihasilkan melalui beberapa tahapan, salah satunya adalah penggilingan tulang yang dilakukan
menggunakan alat penggiling tulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kecepatan putaran pada alat
penggiling tulang sapi kering terhadap kapasitas olah, kapasitas hasil, dan persentase bahan tertinggal di alat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kapasitas olah tertinggi terdapat pada kecepatan putaran 5320 RPM sebesar 12,63 kg/jam, kapasitas hasil
tertinggi terdapat pada kecepatan putaran 5320 RPM sebesar 10,81 kg/jam, dan persentase bahan tertinggal di alat tertinggi
terdapat pada kecepatan putaran 5320 RPM sebesar 14,33%.

Kata kunci: Alat Penggiling, Kecepatan Putaran Alat, Limbah, Tulang Sapi Kering

PENDAHULUAN Tepung tulang dihasilkan melalui beberapa


tahapan. Pertama, tulang dibersihkan dari daging
Konsumsi daging hewan ternak di Indonesia dan kotoran lain yang melekat. Kemudian tulang
terbilang cukup tinggi. Pemotongan hewan ternak dipotong-potong hingga berukuran 2-5 cm. Tulang
dapat menyebabkan timbulnya limbah. Penanganan kemudian dikeringkan hingga mencapai kadar air
yang tepat untuk limbah tersebut sangat dibutuhkan tertentu. Setelah itu, tulang digiling hingga halus
agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap menjadi tepung. Penggilingan tulang harus dilakukan
lingkungan. Salah satu limbah hewan ternak terbesar dengan alat tertentu agar tulang benar-benar hancur
yaitu tulang. Penanganan limbah tulang yang sering menjadi tepung. Salah satu alat yang dapat
dilakukan yaitu dengan melakukan penimbunan. digunakan adalah hammer mill. Menurut Zulkarnain,
Penanganan dengan cara ini belum dapat mengatasi dkk (2014), alat ini bekerja dengan cara
permasalahan limbah tulang. Hal ini disebabkan menghancurkan bongkahan bahan yang padat,
karena tulang memiliki sifat yang keras sehingga sulit keras, dan kering menjadi tepung menggunakan
membusuk dan terurai. Cara lain yang dapat sistem martil.
dilakukan untuk mengatasi permasalahan limbah Pada saat ini terdapat alat penggiling tulang
tulang yaitu dengan mengolahnya agar memiliki nilai sapi kering yang dibuat oleh Hadi Jaka Suwarno. Alat
ekonomis kembali. Menurut Said (2014), ini dapat digunakan untuk menggiling tulang sapi jika
pemanfaatan limbah tulang saat ini masih diarahkan tulang sapi dalam keadaan kering. Sehingga perlu
sebagai bahan baku tepung tulang untuk pakan dilakukan proses pengeringan terlebih dahulu
ternak. sebelum menggiling tulang. Alat ini bekerja dengan

149
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 1 Th. 2018

menggunakan mata pisau berputar yang akan


melontarkan tulang ke dinding tabung penggiling
hingga tulang hancur menjadi tepung. Alat ini bekerja
dengan sumber tenaga dari motor bakar berdaya 5,5
HP dan kecepatan putaran sebesar 3800 RPM.
Kapasitas kerja alat ini sebesar 11,28 kg/jam. Alat ini
dapat bekerja selama 8 jam per hari.
Pengaturan kecepatan putaran alat perlu
dilakukan untuk mendapatkan hasil penggilingan
tulang yang baik. Berdasarkan penelitian
sebelumnya tentang kecepatan putaran pada alat
penyangrai kopi tipe rotari yang dilakukan oleh
Manurung, dkk (2013), perbedaan tingkat kecepatan
putaran alat memiliki pengaruh terhadap kualitas
hasil. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap
kecepatan putaran alat penggiling tulang sapi kering
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja alat.
Penelitian ini menggunakan alat penggiling
tulang sapi kering yang dibuat oleh Hadi Jaka
Suwarno. Penelitian ini menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali
ulangan pada tiap perlakuan dimana faktor
kecepatan putaran pada alat penggiling tulang sapi
kering yaitu 2418 RPM, 3325 RPM, dan 5320 RPM.
Kemudian diamati parameter berupa kapasitas olah,
kapasitas hasil, dan persentase bahan tertinggal di
alat. Gambar 1. Flowchart penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Gambar 1. Diagram alir pelaksanaan penelitian
kecepatan putaran pada alat penggiling tulang sapi
kering terhadap kapasitas olah, kapasitas hasil, dan
persentase bahan tertinggal di alat.. HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum, perbedaan kecepatan putaran
BAHAN DAN METODE alat memberikan pengaruh terhadap kapasitas olah,
kapasitas hasil, dan persentase bahan tertinggal di
Penelitian ini menggunakan metode alat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
perancangan percobaan rancangan acak lengkap
(RAL) non faktorial dengan satu faktor yaitu Tabel 1. Data hasil pengamatan parameter
kecepatan putaran alat penggiling tulang sapi kering Persentase
dengan tiga kali ulangan pada tiap perlakuan. Kapasitas Kapasitas bahan
Faktor kecepatan putaran pada alat penggiling tulang Perlakuan olah hasil tertinggal di
sapi kering: (kg/jam) (kg/jam) alat
R1 = 2418 RPM (diameter 5,5 inci) (%)
R2 = 3325 RPM (diameter 4 inci) R1 4,36 4,07 6,66
R3 = 5320 RPM (diameter 2,5 inci) R2 9,39 8,67 7,66
R3 12,63 10,81 14,33
Prosedur Penelitian
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa kapasitas
olah tertinggi terdapat pada perlakuan R3 yaitu
sebesar 12,63 kg/jam dan kapasitas olah terendah
terdapat pada perlakuan R1 yaitu sebesar 4,63
kg/jam. Sementara itu, kapasitas hasil tertinggi
terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar 10,81
kg/jam dan kapasitas hasil terendah terdapat pada
perlakuan R1 yaitu sebesar 4,07 kg/jam. Untuk
persentase bahan tertinggal di alat terbesar terdapat
pada perlakuan R3 yaitu sebesar 14,33% dan

150
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 1 Th. 2018

kerusakan hasil terendah terdapat pada perlakuan R3 saling berbeda nyata. Pada taraf uji 0,01 juga
R1 yaitu sebesar 6,66%. menunjukkan bahwa perlakuan R1, perlakuan R2,
dan perlakuan R3 saling berbeda sangat nyata. Dari
Kapasitas Olah data tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan
Kapasitas olah dapat diketahui dengan perlakuan memberi pengaruh sangat nyata terhadap
membandingkan berat bahan yang diolah dengan kapasitas olah.
waktu yang dibutuhkan untuk mengolahnya. Waktu Semakin cepat putaran alat, maka kapasitas
pengolahan dihitung mulai dari bahan masuk ke olah semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini
dalam hopper sampai bahan selesai diolah. disebabkan oleh perbedaan diameter puli. Semakin
Kapasitas olah disebut juga dengan kapasitas kerja. besar diameter puli, maka kecepatan putaran alat
Hal ini sesuai dengan literatur Daywin, dkk (2008) akan semakin kecil sehingga membutuhkan waktu
yang menyatakan bahwa kapasitas kerja suatu alat pengolahan yang lebih lama. Sebaliknya, semakin
atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat kecil diameter puli, makakecepatan putaran alat akan
dan mesin dalam menghasilkan suatu produk per semakin besar sehingga membutuhkan waktu
satuan waktu (jam). pengolahan yang lebih sedikit. Hal ini sesuai dengan
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa literatur Roth, et.al (1982) yang menyatakan bahwa
perbedaan kecepatan putaran alat memberikan kecepatan putaran alat berbanding terbalik dengan
pengaruh sangat nyata terhadap kapasitas olah. diameter puli.
Hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 menunjukkan
bahwa perlakuan R1, perlakuan R2, dan perlakuan

Tabel 2. Hasil uji DMRT pengujian perbedaan kecepatan putaran alat terhadap kapasitas olah
DMRT Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- R1 4,36 A A
2 1,9795 2,9996 R2 9,39 B B
3 2,0516 3,1118 R3 12,63 C C
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Kapasitas Hasil bahwa perbedaan perlakuan memberi pengaruh


Kapasitas hasil dapat diketahui dengan sangat nyata terhadap kapasitas hasil.
membandingkan berat bahan yang terolah dengan Semakin cepat putaran alat, maka kapasitas
waktu yang dibutuhkan untuk mengolahnya. Dari hasil semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini
hasil sidik ragam, dapat dilihat bahwa perbedaan disebabkan oleh kecepatan putaran yang tinggi
kecepatan putaran alat memberikan pengaruh menyebabkan bahan yang diolah akan lebih cepat
sangat nyata terhadap kapasitas hasil. Hasil uji terdorong ke saluran pengeluaran dan kecepatan
DMRT dengan taraf uji 0,05 menunjukkan bahwa putaran yang rendah menyebabkan bahan yang
perlakuan R1, perlakuan R2, dan perlakuan R3 diolah akan lebih lama terdorong ke saluran
saling berbeda nyata. Sedangkan pada taraf uji 0,01 pengeluaran. Menurut Wiraatmadja (1995),
menunjukkan bahwa perlakuan R1 berbeda sangat perubahan paling mudah dilakukan untuk
nyata dengan perlakuan R2 dan perlakuan R3, memperbesar atau memperkecil kapasitas adalah
namun perlakuan R2 tidak berbeda nyata dengan dengan merubah RPM yakni dengan menambahkan
perlakuan R3. Dari data tersebut, dapat disimpulkan transmisi, baik dengan pulley atau sproket dan rantai.

Tabel 3. Hasil uji DMRT pengujian perbedaan kecepatan putaran alat terhadap kapasitas hasil
DMRT Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- R1 4,07 a A
2 1,7091 2,5898 R2 8,67 b B
3 1,7713 2,6866 R3 10,81 c B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

Persentase Bahan Tertinggal di Alat tertinggal di alat dengan berat awal bahan yang
Persentase bahan tertinggal di alat dapat diolah kemudian dikali dengan 100%. Menurut
diketahui dengan membandingkan berat bahan yang Nugraha, dkk (2012), persentase bahan yang

151
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.6 No. 1 Th. 2018

tertinggal di alat adalah banyaknya bahan yang tidak perlakuan memberi pengaruh sangat nyata terhadap
dapat keluar dari alat secara otomatis setelah persentase bahan tertinggal di alat..
saluran pengeluaran bahan dibuka setelah proses Semakin cepat putaran alat, maka persentase
pengolahan selesai dilakukan. Dari hasil sidik ragam, bahan tertinggal di alat semakin tinggi dan
dapat dilihat bahwa perbedaan kecepatan putaran sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh kecepatan
alat memberikan pengaruh sangat nyata terhadap putaran yang tinggi menyebabkan bahan yang diolah
persentase bahan tertinggal di alat. akan lebih cepat dihancurkan sehingga bahan yang
Hasil uji DMRT dengan taraf uji 0,05 berukuran lebih kecil akan tertinggal pada mesh dan
menunjukkan bahwa perlakuan R1 tidak berbeda tidak terlempar lagi ke atas. Penyebab lain yaitu
nyata dengan perlakuan R2, namun berbeda nyata banyaknya hasil olahan yang tercecer karena tidak
dengan perlakuan R3. Perlakuan R2 berbeda nyata masuk pada wadah penampung. Persentase bahan
dengan perlakuan R3. Pada taraf uji 0,01 tertinggal di alat juga ditandai dengan adanya bahan
menunjukkan bahwa perlakuan R1 tidak berbeda yang tertinggal di alat sehingga dibutuhkan tenaga
nyata dengan perlakuan R2, namun berbeda sangat untuk membersihkan alat dari bahan yang tertinggal.
nyata dengan perlakuan R3. Perlakuan R2 berbeda Hal ini sesuai dengan literatur Nugraha, dkk (2012)
sangat nyata dengan perlakuan R3. Dari data yang menyatakan bahwa bahan yang tidak dapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perbedaan keluar dari mesin pengolahan membutuhkan tenaga
operator untuk mengeluarkannya secara manual.

Tabel 4. Hasil uji DMRT pengujian perbedaan kecepatan putaran alat terhadap persentase bahan tertinggal di alat
DMRT Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- R1 6,66 a A
2 2,3063 3,4948 R2 7,66 a A
3 2,3903 3,6255 R3 14,33 b B
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan perlakuan memberikan pengaruh yang
berbeda nyata pada taraf 5% dan sangat nyata pada taraf 1%

KESIMPULAN Manurung, L., A. P. Munir, dan L. A. Harahap, 2013.


Uji Berbagai Tingkatan Kecepatan Putaran
1. Perbedaan kecepatan putaran alat memberikan pada Alat Penyangrai Kopi Tipe Rotari
pengaruh berbeda sangat nyata terhadap Terhadap Kualitas Hasil.
kapasitas olah, kapasitas hasil, dan persentase http://jurnal.usu.ac.id[13 Maret 2016]
bahan tertinggal di alat.
2. Kapasitas olah tertinggi terdapat pada perlakuan Nugraha, B., J. Nugroho, dan N. Bintoro, 2012.
R3 yaitu sebesar 12,63 kg/jam dan kapasitas Pengaruh Laju Udara dan Suhu Selama
olah terendah terdapat pada perlakuan R1 yaitu Pengeringan Kelapa Parut Kering Secara
sebesar 4,63 kg/jam. Pneumatik. http://repository.ugm.ac.id[19 Mei
3. Kapasitas hasil tertinggi terdapat pada perlakuan 2016]
R3 yaitu sebesar 10,81 kg/jam dan kapasitas Roth, L. O., F. R. Crow, and G. W. A. Mahoney,
hasil terendah terdapat pada perlakuan R1 yaitu 1982. Agriculture Engineering. AVI Publishing,
sebesar 4,07 kg/jam. USA.
4. Persentase bahan tertinggal di alat terbesar
terdapat pada perlakuan R3 yaitu sebesar Said, M. I., 2014. Pemanfaatan Limbah Tulang.
14,33% dan persentase bahan tertinggal di alat http://lms.unhas.ac.id [18 Desember 2015]
terendah terdapat pada perlakuan R1 yaitu
sebesar 6,66%. Wiraatmadja, S., 1995. Alsintan Pengiris dan
5. Semakin tinggi kecepatan putaran alat, maka Pemotong. Penebar Swadaya, Jakarta.
waktu yang dibutuhkan untuk mengolah bahan
semakin sedikit. Zulkarnain, R., S. Slamet, dan T. Hidayat, 2014.
Perancangan Mesin Hammer Mill Penghancur
Bongkol Jagung dengan Kapasitas 100 kg/jam
DAFTAR PUSTAKA Sebagai Pakan Ternak.http://digilib.umk.ac.id
[22 Februari 2016]
Daywin, F. J., R. G. Sitompul, dan I. Hidayat, 2008.
Mesin-mesin Budidaya Pertanian di Lahan
Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.

152

Anda mungkin juga menyukai