Anda di halaman 1dari 13

HAND OUT

A.Kompetensi Dasar
3.5.Menerapkan cara perawatan sistem pengapian konvensional.
B.Indikator Pencapaian Kompetensi

3.5.1 Menjelaskan fungsi pengapian pada mesin bensin


3.5.2 Menjelaskan syarat pengapian yang baik
3.5.3 Menyebutkan 7 komponen utama sistem Pengapian Konvensional
3.5.4 Menjelaskan fungsi baterai
3.5.5 Menjelaskan fungsi kunci kontak
3.5.6 Menjelaskan fungsi koil ignition
3.5.7 Menjelaskan fungsi kontak pemutus (platina )
3.5.8 Menjelaskan fungsi kondensor
3.5.9 Menjelaskan fungsi distributor
3.5.10 Menjelaskan fungsi busi ( spark plug)

C.Pengertian Sistem Pengapian


Motor bakar merupakan motor yang menghasilkan tenaga melalui proses pembakaran
campuran udara dan bahan bakar di dalam cylinder (ruang bakar). Berdasarkan jenis
bahan bakarnya, motor bakar khususnya mobil dibedakan menjadi dua yaitu mesin
bensin dan mesin diesel. Pada mesin bensin, pada akhir langkah kompresi dibutuhkan
percikan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar yang telah
dikompresi tadi. Sehingga akan terjadi langkah usaha yang menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan mobil.
Sebuah sistem yang menyediakan percikan bunga api dalam ruang bakar ini disebut
sebagai sistem pengapian. Percikan atau loncatan bunga api akan terjadi pada ujung
elektroda pada busi, bunga api ini dapat terjadi apabila tegangan yang melawatinya
cukup tinggi. Untuk itu diperlukan ignition coil (koil pengapian) untuk menaikkan
tegangan baterai (12 volt) menjadi 10k volt.
Tegangan yang telah dinaikkan akan disalurkan/dibagi ke masing-masing silinder oleh
distributor melalui kabel busi (kabel tegangan tinggi). Seiring perkembangan
teknologi, sistem pengapian ini terus berkembang dengan kecanggihan dan
kefektifannya. Ada sistem pengapian elektronik yang menggunakan transistor, CDI dan
lain-lain, komponennya pun juga mengalami perkembangan. Misal saja pada sistem
pengapian konvensional menggunakan satu ignition coil untuk 4 silinder, namun pada
mobil-mobil sekarang terdapat satu ignition coil untuk satu silinder, atau satu inginiton
coil untuk 2 silinder.
Sebelum memahami sistem pengapian elektronik, kita akan mempelajari terlebih dahulu
mengenai sistem pengapian konvensional. Kita akan mempelajari mulai dari pengertian
sistem pengapian, fungsi sistem pengapian, komponen-komponennya dan cara kerja
sistem pengapian konvensional.
Pengertian Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk
menyediakan loncatan bunga api pada busi dengan cara menaikkan tegangan baterai
menjadi tegangan tinggi (pada coil) dengan bantuan platina (breaker point) untuk
memutuskan arus primer (arus dari baterai).
D. syarat syarat pengapian yang baik
Syarat – syarat sistem pengapian dalam silinder
1. Tekanan kompresi yang tinggi
2. Saat pengapian yang tepat
3. Bunga api yang kuat
4. Campuran bahan bakar dan udara yang baik

E. Fungsi sistem pengapian konvensional


Sistem pengapian konvensionel memiliki beberapa fungsi utama yaitu :
 Menyediakan loncatan bunga api pada busi dalam waktu yang tepat untuk
membakar campuran udara dan bahan bakar.
 Agar terjadi loncatan bunga api, maka tegangan harus tinggi. Sehingga sistem
pengapian juga berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan
tinggi pada coil melalui hubung singkat arus primer oleh breaker point (platina).

F. Komponen-komponen Sistem Pengapian Konvensional


Sistem pengapian konvensional memiliki beberapa komponen utama, yang
membedakan komponen sistem pangapian konvensional dan elektronik adalah pada
pemutusan arus primernya. Pemutusan arus primer ini bertujuan agar pada ignition coil
terjadi induksi tegangan tinggi.

Pada pengapian konvensional pemutusan arus primer dilakukan oleh breaker point
(platina), sementara pada pengapian elektronik dilakukan oleh transistor maupun
CDI (Capasitor Dicharge Igntiton).
komponen-komponen sistem pengapian beserta fungsinya :

Gb.Sistem Pengapian Konvensional

1. Baterai
Menyediakan arus listrik voltase rendah (12 volt) untuk ignition coil.

2. kunci kontak
Kunci Kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan listrik pada rangkaian
atau mematikan dan menghidupkan sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3
atau lebih terminal.
3.Ignition coil
Menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi yang dibutuhkan untuk pengapian
(meloncatkan bunga api pada busi).

4. Distributor
Untuk membagi/mendistribusikan tegangan tinggi yang telah dibangkitkan oleh ignition
coil ke masing-masing silinder. Distributor terdiri dari beberapa komponen yaitu :
a. Cam (nok)
Berfungsi untuk membuka breaker point (platina) pada sudut crankshaft (poros engkol)
yang tepat untuk setiap silinder.
b. Breaker point (platina)
Berfungsi untuk memutuskan arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer pada
ignition coil untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder
dengan cara induksi elektromagnet.
c. Kondensor
Menyerap loncatan bunga api yang terjadi pada platina saat membuka dengan tujuan
untuk menaikkan tegangan coil sekunder.
Tegangan induksi yang dihasilkan kumparan sekunder akan semakin besar, jika
menghilangnya kemagnetan (self induksi) kumparan primer berlangsung singkat.

Condensor akan mempercepat menghilangnya tegangan induksi kumparan primer


dengan cara menyerap arus induksi tersebut. Dengan cara itu maka tegangan tinggi
kumparan sekunder dapat dihasilkan.
Kemampuan dari suatu kondensor dinyatakan dengan besarnya kapasitas.

Untuk besarnya kapasitas kondenser dapat ditentukan melalui warna kabel yang
digunakan.

Warna kabel Kapasitas kondenser


Hijau 0,18 Uf
Kuning 0,22 Uf
Biru 0,25 Uf
Putih 0,27 Uf

d. Centrifugal Governor Advancer


Berfungsi memajukan saat pengapian sesuai dengan putaran mesin.
e. Rotor
Berfungsi membagikan arus listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh ignition coil ke
tiap-tiap busi.
f. Distributor Cap
Berfungsi untuk membagikan arus listrik tegangan tinggi dari rotor ke kabel tegangan
tinggi untuk masing-masing busi.
5.Kabel Tegangan Tinggi (High Tension Cord)
Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik tegangan tinggi dari ignition coil ke busi.
6. Busi
Menghasilkan loncatan bunga api melalui elektrodanya. Atau mengeluarkan arus listrik
tegangan tinggi menjadi loncata bunga api pada elektrodanya.

G. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional


Cara kerja sistem pengapian konvensional di bawah ini di bagi menjadi dua bagian yaitu
pada saat platina membuka dan pada saat platina menutup. Cara kerja ini juga
mengilustrasikan bagaimana arus listrik dari baterai 12 volt yang kemudian dibangkitkan
menjadi 10kvolt yang terjadi pada kumparan sekunder ignition coil dan kemudian
disalurkan ke-busi melalui kabel busi.

1. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional Saat Kontak Platina Menutup

Gb Cara kerja sistem pengapian saat kontak platina menutup


Ilustrasi di atas adalah cara kerja sistem pengapian pada saat kontak platina menutup.
Pada saat ini aliran arus dari baterai akan mengalir ke kunci kontak, kumparan primer
coil, menuju ke platina dan ke massa. Lihat aliran arus pada garis berwarna merah.

Karena kumparan primer pada ignition coil dialiri arus, maka akan terjadi kemagnetan
pada kumparan tersebut.
Cara kerja kondensor dalam menaikkan tegangan yang ada pada
kumparan skunder COIL IGNITION

Arus primer akan mengalir menuju ke kumparan primer, yang apabila arus
primer ini diputus oleh platina secara tiba-tiba akan menyebabkan bangkitnya
tegangan tinggi sekitar 500 volt pada kumparan primer dan 20.000 volt atau
lebih pada kumparan sekunder yang ada pada ignition coil.
Induksi diri tersebut dapat menyebabkan arus tetap mengalir dalam bentuk
bunga api pada breaker point. Hal ini disebabkan karena gerakan pemutusan
platina relatif lebih lambat dibandingkan dengan gerakan aliran listrik.
Apabila terjadi loncatan bunga api pada platina, maka pemutusan arus primer
tidak terjadi dengan maksimal. Akibatnya tegangan tinggi yang dihasilkan pada
kumparan sekunder juga kurang maksimal.
Agar tegangan yang dibangkitkan pada kumparan skunder lebih maksimal,
maka pemutusan arus primer harus terjadi lebih cepat.
Pada saat arus primer mengalir maka akan terjadi hambatan pada arus
tersebut, hal ini disebabkan oleh induksi diri yang terjadi pada waktu arus
mengalir pada kumparan primer. Induksi diri tidak hanya terjadi pada waktu
arus primer mengalir, akan tetapi juga pada waktu arus primer diputuskan oleh
platina saat mulai membuka. Pemutusan arus primer yang tiba-tiba pada waktu
platina membuka, menyebabkan bangkitnya tegangan tinggi sekitar 500 V pada
kumparan primer dan 20.000 volt atau lebih pada kumparan sekunder pada
ignition coil.
Induksi diri tersebut, dapat menyebabkan arus primer tetap mengalir melalui
bunga api yang terbentuk pada breaker point. Mengapa bisa terjadi hal
demikian? Hal ini dikarenakan gerakan platina dalam memutuskan arus primer
relatif lebih lambat dibandingkan dengan gerakan aliran listrik yang ingin terus
melanjutkan alirannya ke massa/ground/body. Jika terjadi loncatan bungai api
pada platina saat platina mulai membuka, maka pemutusan arus primer tidak
terjadi dengan cepat dan maximal, padahal tegangan yang dibangkitkan pada
kumparan sekunder akan naik apabila pemutusan arus primer terjadi lebih
cepat.
Untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api pada platina, maka pada
rangkaian sistem pengapian konvensional dipasaanglah kondensor untuk
menyerap loncatan bunga api. Kondensor ini dirangkai secara paralel dengan
platina.

2. Cara Kerja Sistem Pengapian Konvensional Saat Kontak Platina Membuka

Cara kerja sistem pengapian konvensional saat kontak platina membuka


Ketika nok distributor berputar kemudian membuka kontak platina, maka arus primer
(arus yang mengalir pada kumparan primer coil) akan terputus secara tiba-tiba.
Pemutusan arus ini akan mengakibatkan indusi elektromagnetik pada kumparan
sekunder coil. Tegangan akan dibangkitkan menjadi 10k volt atau lebih.
Arus yang telah dibangkitkan di kumparan sekunder coil ini akan dialirkan ke rotor dan di
distribusikan ke masing-masing busi. Busi yang teraliri arus tegangan tinggi akan terjadi
loncatan bunga api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar. (Lihat garis
berwarna merah).

Kontak platina yang membuka dan menutup akan menghasilkan percikan juga pada
kontak platina, percikan ini akan merugikan tegangan dan membuat kontak platina lebih
cepat aus. Merugikan tegangan karena pemutusan arus primer akan terhambat akibat
percikan api. Untuk itulah ada kondensor yang akan menyerap tegangan dan
menyimpannya, sehingga loncatan bunga api pada platina dapat diminimalisisr.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar

1. Terangkan Pengertian Sistem Pengapian Konvensional …


2. Fungsi utama dari system pengapian konventional adalah :
3. Sebutkan 6 komponen pada system pengapian konventional
4. Gambarkan skema aliran listrik ketika kunci kontak on dan platina menutup
5. Gambarkan skema aliran listrik ketika kunci kontak on dan platina membuka

Jawaban
1. Sistem pengapian konvensional adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk
menyediakan loncatan bunga api pada busi dengan cara menaikkan tegangan
baterai menjadi tegangan tinggi (pada coil) dengan bantuan platina (breaker
point) untuk memutuskan arus primer (arus dari baterai).
2. Menyediakan loncatan bunga api pada busi dalam waktu yang tepat untuk
membakar campuran udara dan bahan bakar.
untuk menaikkan tegangan baterai menjadi tegangan tinggi pada coil melalui
hubung singkat arus primer oleh breaker point (platina).
3. Komponen system pengapian konventional
 Baterai
 Kunci kontak
 Coil ignition
 Distributor
 Kabel tegangan tinggi
 Busi

4. Aliran Arus Listrik Saat Konci Kontak ON, Platina Menutup


Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa.
Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.

5. Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor —-
> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa.
Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati
tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi
dan menimbulkan percikan bunga api.
Cara Kerja Kondensor Dalam Menaikkan Tegangan Yang Ada
Pada Kumparan Sekunder COIL IGNITION

Arus primer akan mengalir menuju ke kumparan primer, yang apabila arus
primer ini diputus oleh platina secara tiba-tiba akan menyebabkan bangkitnya
tegangan tinggi sekitar 500 volt pada kumparan primer dan 20.000 volt atau
lebih pada kumparan sekunder yang ada pada ignition coil.
Induksi diri tersebut dapat menyebabkan arus tetap mengalir dalam bentuk
bunga api pada breaker point. Hal ini disebabkan karena gerakan pemutusan
platina relatif lebih lambat dibandingkan dengan gerakan aliran listrik.
Apabila terjadi loncatan bunga api pada platina, maka pemutusan arus primer
tidak terjadi dengan maksimal. Akibatnya tegangan tinggi yang dihasilkan pada
kumparan sekunder juga kurang maksimal.
Agar tegangan yang dibangkitkan pada kumparan skunder lebih maksimal,
maka pemutusan arus primer harus terjadi lebih cepat.
Pada saat arus primer mengalir maka akan terjadi hambatan pada arus
tersebut, hal ini disebabkan oleh induksi diri yang terjadi pada waktu arus
mengalir pada kumparan primer. Induksi diri tidak hanya terjadi pada waktu
arus primer mengalir, akan tetapi juga pada waktu arus primer diputuskan oleh
platina saat mulai membuka. Pemutusan arus primer yang tiba-tiba pada waktu
platina membuka, menyebabkan bangkitnya tegangan tinggi sekitar 500 V pada
kumparan primer dan 20.000 volt atau lebih pada kumparan sekunder pada
ignition coil.
Induksi diri tersebut, dapat menyebabkan arus primer tetap mengalir melalui
bunga api yang terbentuk pada breaker point. Mengapa bisa terjadi hal
demikian? Hal ini dikarenakan gerakan platina dalam memutuskan arus primer
relatif lebih lambat dibandingkan dengan gerakan aliran listrik yang ingin terus
melanjutkan alirannya ke massa/ground/body. Jika terjadi loncatan bungai api
pada platina saat platina mulai membuka, maka pemutusan arus primer tidak
terjadi dengan cepat dan maximal, padahal tegangan yang dibangkitkan pada
kumparan sekunder akan naik apabila pemutusan arus primer terjadi lebih
cepat.
Untuk mencegah terjadinya loncatan bunga api pada platina, maka pada
rangkaian sistem pengapian konvensional dipasaanglah kondensor untuk
menyerap loncatan bunga api. Kondensor ini dirangkai secara paralel dengan
platina.

Soal pilihan ganda kondensor pada system pengapian konventional


1. Apakah fungsi dari kondensor pada system pengapian konventional
a. untuk menyediakan tegangan 12 pada system pengapian konventional
b. untuk menyerap loncatan bunga api yang terjadi antara breaker point
yang ada pada platina
c. untuk menghubungkan atau memutuskan arus listrik dari kumparan
primer ke massa
d. untuk memperbesar loncatan bunga api yang terjadi antara breaker
point yang ada pada platina
2. Kapasitas kondensor yang biasa di gunakan oleh Toyota adalah :
a. Kapasitas 0,15 – 0,25 μF
b. Kapasitas 0,30 – 0,35 μF
c. Kapasitas 0,40 – 0,45 μF
d. Kapasitas 0,50 – 0,65 μF
3. Perbandingan gerakan platina dalam memutus arus primer dengan
gerakan aliran listrik yang ingin terus melanjutkan alirannya ke massa
adalah
a. Gerakan platina lebih cepar dari gerakan aliran listrik
b. Gerakan platina lebih lambat dari gerakan aliran listrik
c. Gerakan platina sama dari gerakan aliran listrik
d. Gerakan platina mendahului gerakan aliran listrik
4. Apakah dampaknya jika arus listrik primer koil yang diputus dan
dihubungkan oleh platina, tidak diserap ketika platina mulai membuka
pemutusan aliran :
a. arus listrik akan meloncat dan akan bisa melewati celah udara
sehingga tidak terjadi induksi magnetic pada kumparan sekunder
b. arus listrik tidak akan meloncat dan terjadi kemagnetan yang tinggi
pada kumparan primer
c. arus listrik akan meloncat dan terjadi kemagnetan yang tinggi pada
kumparan primer
d. arus listrik akan meloncat dan akan bisa melewati celah udara
sehingga tidak terjadi induksi magnetic pada kumparan sekunder

5. Apakah akibatnya pada platina jika menggunakan kondensor diatas


kapasitas ( terlalu besar kapasitasnya ) dari spesifikasi pabrik :

a. tidak berakibat apa apa.


b. adanya bisul pada permukaan kontak yang bergerak (-) dan adanya
lubang pada permukaan kontak yang diam ( + ).
c. adanya bisul pada permukaan kontak yang diam ( + ) dan adanya
lubang pada permukaan kontak yang bergerak (-).
d. Permukaan kontak platina tidak lurus
6. Apakah akibatnya pada platina jika menggunakan kondensor dibawah (
terlalu rendah ) kapasitas yang di tentukan :
a. tidak berakibat apa apa.
b. adanya bisul pada permukaan kontak yang bergerak (-) dan adanya
lubang pada permukaan kontak yang diam ( + ).
c. adanya bisul pada permukaan kontak yang diam ( + ) dan adanya
lubang pada permukaan kontak yang bergerak (-).
d. Permukaan kontak platina tidak lurus
7. Terangkan cara memeriksa kondensor dengan baterai:
a. Hubungkan bodi kondensor dengan (+ ) baterai dan kabel kondensor
dengan ( - ) baterai beberapa saat, lalu Hubungkan kabel kondensor
ke bodi kondensor, bila ada percikan berarti kondensor tidak putus
atau bocor
b. Hubungkan bodi kondensor dengan (-) baterai dan kabel kondensor
dengan (+) baterai beberapa saat, lalu Hubungkan kabel kondensor ke
bodi kondensor, bila ada percikan berarti kondensor tidak putus atau
bocor
c. Hubungkan bodi kondensor dengan (-) baterai dan kabel kondensor
dengan (+) baterai sekitar 1 jam
d. Hubungkan bodi kondensor dengan ( +) baterai dan kabel kondensor
dengan ( - ) baterai beberapa saat,
8. Kondensor dengan kabel warna hijau yang menunjukan kapasitas :
a. 0,10 μF
b. 0,15 μF
c. 0,25 μF
d. 0,35 μF
9. Pada saat apa kondensor bekerja :
a. Pada saat kunci kontak on platina menutup
b. Pada saat kunci kontak on ,platina membuka
c. Pada saat kunci kontak off platina menutup
d. Pada saat kunci kontak off platina membuka
10. Terangkan cara memeriksa kondensor dengan ohm meter:
a. Hubungkan colok (-) ohm meter ke bodi kondensor dan colok (+) ohm
meter ke kabel kondensor,Perhatikan penunjukan jarum ohm meter,
jika kondensor tidak bocor maka: jarum penunjuk akan bergerak ke
kanan kemudian kembali
b. Hubungkan colok (-) ohm meter ke bodi kondensor dan colok (+) ohm
meter ke kabel kondensor,Perhatikan penunjukan jarum ohm meter,
jika kondensor tidak bocor maka: jarum penunjuk akan bergerak ke
kiri kemudian ke kanan
c. Hubungkan colok ( + ) ohm meter ke bodi kondensor dan colok ( - )
ohm meter ke kabel kondensor, Perhatikan penunjukan jarum ohm
meter, jika kondensor tidak bocor maka: jarum penunjuk akan
bergerak sedikit kemudian kembali ke tak hingga
d. Hubungkan colok ( + ) ohm meter ke bodi kondensor dan colok ( - )
ohm meter ke kabel kondensor, Perhatikan penunjukan jarum ohm
meter, jika kondensor tidak bocor maka: jarum penunjuk akan
bergerak ke kanan kemudian kembali ke tak hingga
Kunci Jawaban
1. B
2. A
3. B
4. A
5. B
6. C
7. B
8. B
9. B
10. A

Anda mungkin juga menyukai