SOSPEN
SOSPEN
ini adalah sebuah blog yang memuat semua hal yang disukai elget, mulai dari
travelling, menulis puisi, menulis cerita dan perjalanan/ kisah yang bermakna dan
diharapkan menjadi inspirasi positif buat semua.
Beranda
profil
puisi
aktifitas
tulisan
Senin, 25 Juli 2016
2. Auguste Comte
Kata atau istilah ”sosiologi” pertama-tama muncul dalam salah satu jilid karya tulis
Auguste Comte (1978 – 1857) yaitu di dalam tulisannya yang berjudul ”Cours de philosophie
Positive.” Oleh Comte, istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin
yang mempelajari ”masyarakat” secara ilmiah. Dalam hubungan ini, ia begitu yakin bahwa dunia
sosial juga ”berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu” sebagaimana halnya dunia fisik atau
dunia alam. Berdasarkan hal diatas, kita tahu bahwa Comte menyakini dunia sosial juga
dipelajari dengan metode yang sama sebagaimana digunakan untuk mempelajari dunia fisik atau
kealaman.
Aguste Comte dikenal sebagai bapak sosiologi, ia lahir di Montpellier tahun 1798. Ia
merupakan seorang penulis kebanyakan, konsep, prinsip dan metode yang sekarang dipakai
dalam sosiologi berasal dari Comte. Comte membagikan sosiologi atas statika social dan
dinamika social dan sosiologi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Bersifat empiris yaitu didsarkan pada observasi dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat
spekulatif.
2. Bersifat teoritis yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dan hasil observasi.
3. Bersifat kumulatif yaitu teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan teori yang ada kemudian
diperbaiki, diperluas dan diperhalus
4. Bersifat nenotis yaitu tidak mempersoalkan baik buruk suatu fakta tertentu tetapi untuk
menjelaskan fakta tersebut.
Comte mengatakan bahwa tiap-tiap cabang ilmu pengetahuan manusia mesti
melalui tiga tahapan perkembangan teori secara berturut-turut yaitu keagamaan atau khayalan,
metafisika atau abstrak dan saintifik atau positif. Pada jenjang pertama, manusia mencoba
menjelaskan gejala di sekitarnya dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat adikodrati; pada
jenjang kedua, manusia mengacu pada kekuatan-kekuatan metafisik dan abstrak; dan pada
jenjang ketiga, penjelasan alam maupun sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah
(didasarkan atas hukum-hukum ilmiah).
Sumbangan pemikiran Comte yang lain dalam bidang sosiologi adalah bahwa ia
menyebut sosiologi sebagai “Ratu ilmu-ilmu sosial”. Ia membagi sosiologi ke dalam dua bagian
besar: statika sosial (social statics) dan dinamika sosial (social dynamic). Statika mewakili
stabilitas, sedangkan dinamika mewakili perubahan.
3. Emile Durkheim
David Émile Durkheim di Épinal, Prancis, yang terletak di Lorraine (15 April
1858 – 15 November 1917) dikenal sebagai salah satu pencetus sosiologi modern. Ia mendirikan
fakultas sosiologi pertama di sebuah universitas Eropa pada 1895, dan menerbitkan salah satu
jurnal pertama yang diabdikan kepada ilmu sosial, L’Année Sociologique pada 1896
Durkheim merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Karya-karya
utamanya antara lain: The Division of Labor in Socity (1968), karya pertamanya yang berbentuk
disertasi doktor; Rules of Sociological Method (1968); Suicide (1968); Moral Education (1973),
dan The elementary Forms of the Religious life (1966).
Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia
membedakan antara dua tipe utama solidaritas, yaitu solidaritas mekanis dan solodaritas organis.
Solodaritas mekanis merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan. Menurut
Durkheim solidaritas mekanis dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana, yang dinamakan
“segmental” pada masyarakat ini tidak ada sistem pembagian kerja. Pada masyarakat ini apa
yang dilakukan seseorang dapat pula dikerjakan oleh orang lain, sehingga tidak ada sikap saling
ketergantungan dengan orang lain. Tipe solidaritas sosial yang didasarkan atas kepercayaan dan
kesetiakawanan ini diikat oleh sesuatu yang oleh Durkheim dinamanakan conscience
collective (hati nurani kolektif), yaitu suatu sistem kepercayaan dan perasaan yang menyebar
merata pada semua anggota masyarakat.
Pada buku The Division of Labor in Socity, Durkheim menekankan pada arti
penting pembagian kerja dalam masyarakat, karena menurutnya pembagian kerja berfungsi
untuk meningkatkan solidaritas. Pembagian kerja yang berkembang pada masyarakat dengan
solidaritas mekanis tidak mengakibatkan disintegrasi masyarakat yang bersangkutan, tetapi justru
meningkatkan solidaritas karena bagian-bagian masyarakat menjadi saling bergantung.
Pada buku Rules of Sociological Method, Durkheim menawarkan definisi
mengenai sosiologi. Menurutnya, bidang yang harus dipelajari sosiologi adalah fakta-fakta
sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan cara bertindak, berfikir, dan merasakan yang
mengendalikan individu tersebut. Di antara contoh-contoh yang dikemukan Durkheim mengenai
fakta sosial adalah hukum, moral, kepercayaan, adat istiadat, tata cara berpakaian, dan kaidah
ekonomi. Fakta-fakta sosial seperti inilah yang menurut Durkheim yang menjadi pokok perhatian
sosiologi.
Kalau Comte membagi sosiologi menjadi statika sosial dan dinamika sosial, maka
Durkheim memperkenalkan pembagian berdasarkan pokok bahasannya, yaitu sosiologi umum,
sosiologi agama, sosiologi hukum, sosiologi kejahatan, sosiologi konflik, sosiologi ekonomi,
morfologi, sosial, dan sejumlah pokok bahasan yang mencakup sosiologi estetika, teknologi,
bahasa, dan perang.
Paradigma Fakta Sosial Dikembangkan oleh Emile Durkheim dlm The Rules of Sociological
Method th.1895 dan Suicide th . 1897. Ia mengkritik sosiologi yang didominasi August Comte
dengang positivismenya bahwa sosiologi dikaji berdasarkan pemikiran, bukan fakta lapangan .
Durkheim menempatkan fakta sosial sebagai sasaran kajian sosiologi yang harus melalui kajian
lapangan (field research ) bukan dengan penalaran murni . Teori teori dalam paradigma ini
adalah : teori Fungsional Struktural , teori Konflik , teori Sosiologi Makro , dan teori Sistem.
Yang menjadi kajian paradigma Fakta Sosial adalah : Struktur Sosial dan Pranata Sosial.
Struktur social: jaringan hubungan sosial dimana interaksi terjadi dan terorganisir serta melalui
mana posisi sosial individu dan sub kelompok dibedakan . Pranata social: norma dan pola nilai.
Translate