Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6

Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PEMBUATAN RESIN FENOL FORMALDEHID


SEBAGAI PEREKAT KAYU

Rahmat Grafiddin
Program Studi Pendidikan IPA PPs Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Email: rahmat_grafiddin@yahoo.com

Abstrak. Resin phenol formaldehyde merupakan hasil polimerasi antara phenol dan
formaldehyde. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pembuatan resin phenol
formaldehyde dengan modifikasi katalis asam oksalat (H2C2O4). Resin tersebut akan digunakan
untuk perekat atau disebut juga lem. Tahapan penelitiannya yaitu: pertama menentukan jumlah
bahan phenol dan formaldehyde serta asam oksalat (H2C2O4) yang akan digunakan. Kedua
melakukan proses pemanasan sampai larutan membentuk kekentalan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terbentuknya resin ditandai resin yang bewarna merah jambu dan
mengeluarkan bau khas tersendiri. Setelah itu, diangkat dari tempat pemanas dan didiamkan
selama beberapa menit. Resin kemudian membentuk gumpalan putih yang seperti jelly. Dengan
karakteristik kenyal dan memiliki daya rekat ketika disentuh menggunakan tangan. Lapisan
resin tersebut yang sering digunakan untuk merekatkan antara dua lapisan bidang.
Kata kunci: Resin, phenol, formaldehyde, perekat.

Abstract. Phenol formaldehyde resin is the result of polymerization between phenol and
formaldehyde. This study aims to study the production of Phenol formaldehyde resin with oxalic
acid (H2C2O4) catalyst modification. The resin will be used for glue or also called glue. Stages of
research are: first determine the amount of phenol and formaldehyde materials and oxalic acid
(H2C2O4) to be used. Second do the heating process until the solution forms a viscosity. The
results showed that the formation of resin marked pink and issued a distinctive odor. After that,
lifted from the heater and let stand for a few minutes. The resin then forms white clumps that
are like jelly. Its characteristic is chewy and has adhesive power when touched by hand. The
resin layer is often used to adhesive between two plane layers.
Keywords: Resin, phenol, formaldehyde, adhesive.

PENDAHULUAN

Industri sudah menjadi salah satu faktor yang wajib dimiliki oleh setiap negara
supaya dapat menciptakan ekonomi yang maju bagi negara tersebut. Hal ini
menyebabkan banyak industri menciptakan produk-produk berkualitas tinggi dalam
menunjang daya saing pasar. Sehingga menghasilkan produk-produk yang bersifat
efisien, praktis dan tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Penggunanaanya pun
harus sesuai dengan ketentuan yang diatur, apabila digunakan untuk bahan makanan
dapat membahayakan bagi manusia. Salah satunya dapat memnimbulkan modifikasi
suatu struktur makhluk hidup (Daniel, 2009). Umumnya industri properti sudah
menggunakan bahan fenol formaldehida dari sintesis resin yang diperoleh dari reaksi
polimerasi (Rokhati, 2008). Kelebihan resin fenol dipakai sebagai perekat yang baik
disebabkan mempunyai sifat kelenturan, stabil, memiliki ketahanan pada suhu dan
bahan kimia, dan mudah diberi warna (Mamik, 2011).
Penggunaan perekat sintesis dalam skala yang cukup besar secara terus-
menerus mengakibatkan ketersedian minyak bumi semakin berkurang. Karena
minyak bumi tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Perekat sintesis ialah
perekat yang berasal dari pengolahan minyak bumi. Digunakan perekat bertujuan
untuk menyatukan material-material yang padat agar dapat memperkuat bangunan
menjadi lebih kokoh dan kuat. Material perekat tersebut juga dipakai untuk
merekatkan bahan lain baik sejenis maupun tidak sejenis melalui ikatan permukaaan
seperti kayu, kertas dengan plastik. Selain itu pada cat, enamel maupun vernis juga
memanfaatkan resin fenolik untuk melapisi permukaan bahan tersebut (Tatang,
2008), serta dapat dipakai untuk melapisi antar bagian bambu (Gusti, 2005).

447
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Beberapa jenis bahan perekat seperti perekat hidrolis yang diperoleh dari
campuran dengan air, perekat kayu seperti lignin, dan perekat mortar dengan beton.
Perekat dari resin umumnya menggunakan resol (resin fenol formaldehida), urea
formaldehida dan resin epoksi (Ganeshram, 2013). Pembuatan komposisi antara resin
dan serbuk kayu supaya dapat menghasil produk kekerasan dan kekuatan tarik
optimum (Eko 2016). Sedangkan pembuatan perekat yang menggunakan PRF ( fenol
resorsinol formaldehida) dengan nisbah mol Lignin : Resorsinol : Formaldehida =
1:0,5:2 dengan suhu fase transisi 161 oC (Adi, 2004). Dimana resorsinol terikat pada
gugus formaldehida yang tak dapat bereaksi dengan fenol sehingga membentuk sifat
thermoset pada fenol (Mutiara, 2014).
Reaksi adisi dan reaksi kondensasi menyebabkan terbentuknya polimerasi
phenol formaldehida. Reaksi adisi menghasilkan turunan methylolphenol dengan
posisi para atau orto. Kemudian mengalami reaksi kondensasi dengan CH 2OH dan
atom H dari inti benzena dengan hasil sampingan air (Nuryati, 2014). Kegunaan khas
antara fenol formaldehida dan urea formaldehida sebagai alat listrik dan elektronik,
bagian mobil, perekat plywood, untesil handel, dan juga bahan pelapis (Stevens,
2007). Konsentrasi resin fenol formaldehid berdasarkan BAPEDAL harus mencapai
batas standar yang telah diatur KEP No. 51/MENLH/ 10/1995 sekitar 0,5 – 1,0 mg. L-1
dan 0,002 mg. L-1 dalam air baku air minum (Slamet, 2005). Menurut Standar
Nasional Indonesia 06-4567-1998 batas minimal kekuatan perekat fenol formaldehida
dalam kedaan kering 10 kg.cm-1 dan dalam keadaan basah 8 kg.cm-1 (Risfaheri,
2005).
Beberapa penelitian terdahulu tentang pembuatan resin phenol formaldehyde
telah banyak dilakukan seperti pembuatan resin phenol formaldehyde menggunakan
katalis KOH untuk preparasi karbon berpori (Nuryati, 2014). Pembuatan resin phenol
formaldehyde untuk mengaplikasikan sebagai vernis dengan melapiskan novolak dan
resol (Nur dan Aji, 2008). Mamik dan Rochmadi (2011) memodifikasi resin phenol
formaldehyde dengan penambahan reaktan turunan phenol. Penelitian ini bertujuan
untuk memahami dan menjelaskan proses pembuatan resin phenol formaldehyde.
Katalis yang dipakai pada pembuatan resin yaitu katalis asam oksalat (H2C2O4).

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia 100 mL (merk
pyrex), neraca digital, bunsen atau pembakar spritus, spatula, kaca arloji, penjepit,
kawat kasa, kaki tiga, pipet tetes, tabung takar 50 mL (merk pyrex), dan batang
pengaduk. Bahan yang digunakan yaitu fenol(aq), formaldehid(aq), dan H2C2O4 .nH2O().

Prosedur Kerja
Pada awalnya dimasukkan fenol(aq) kedalam tabung takar 50 mL sebanyak 35
mL untuk mendapatkan ukuran larutan yang akurat. Selanjutnya, diukurnya 25 mL
larutan formaldehid 37% didalam labu takar. Kemudian menimbang H2C2O4 .nH2O
sebanyak 20 gram menggunakan neraca digital. Ketika semua larutan sudah diukur,
maka dimasukkan dalam gelas kimia. Mula-mula dimulai dengan menuangkan larutan
fenol secara perlahan-lahan supaya larutannya tidak tumpah. Karena jika larutan
fenol tumpah keluar dari gelas kimia sedikit saja, maka dapat mengurangi kekuatan
perekatan. Dilanjutkan penambahan formaldehid yang sudah diukur secara perlahan-
lahan. Diaduk terlebih dahulu larutan tersebut agar dapat menjadi homogen. Ketika
proses pengadukan berlansung, ditambahkan 20 gram H2C2O4 .nH2O.
Setelah itu, larutan yang terdapat dalam gelas kimia tersebut dipanaskan
diatas bunsen. Pemanasan dilakukan sampai larutan sampel berwarna agak merah
jambu(pink). Pada saat larutan sudah berubah warna, maka diangkat setinggi 5 cm
dari jarak alat pemanas. Gelas kimia dijepit dengan penjepit supaya larutan tetap
stabil dan tidak bergoyang. Saat sampel sudah tidak berwarna merah jambu dan
berubah menjadi warna putih kental. Sampel diangkat dari bunsen dan didiamkn

448
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

beberapa saat sampai membentuk gumpalan-gumpalan putih. hal tersebut


menandakan sampel sudah dapat digunakan sebagai perekat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Larutan phenol dan formaldehyde yang digunakan berupa larutan larutan tidak
berwarna. Ukuran pori pada phenol formaldehyde memiliki nilai dengan rata-rata
sebesar 7-7,5Å, menyebabkan phenol formaldehyde sangat mudah untuk menyerap
dan bersifat adsorbsi (Nuryati, 2014). Sehingga memudahkan dalam melakukan
perekatan pada beberapa benda padat seperti pada perekatan kayu lapis, perekat
sambungan kayu dan glulam (Adi, 2004) serta perekat serat selulosa (Hussein, 2011).
Selain perekat, resin juga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan mikrokapsul dengan
memanfaatkan modifikasi dari resin urea-formaldehida seperti penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya(Widayati, 2010).

Asam oksalat yang dipakai bersifat sebagai katalis dalam pembentukan resin
fenol formaldehid, bertujuan untuk mempercepat pembentukan resin phenol
formaldehyde. Selain katalis asam oksalat, banyak modifikasi yang telah dilakukan
dalam pembuatan resin. Salah satu katalis lain yang dipakai dalam membentuk resin
seperti katalis basa KOH. Lamanya proses pembuatan resin sangat bergantung pada
kenaikkan suhu, ketika suhu dinaikkan maka resin akan semakin cepat terbentuk
(Hidayat, 2008). Konsentrasi pada resin juga mempengaruhi kecepatan laju reaksi
pembentukan resin phenol formaldehyde. Jika konsentrasi phenol dan formaldehyde
besar maka laju reaksi pembentukan resin akan lebih cepat berlansung dengan waktu
yang singkat. Daripada penggunaan larutan phenol dan formaldehyde yang rendah,
waktu pembentukannya juga akan lama(Nur, 2008). Perbandingan kecepatan ini juga
menentukan kualitas daya rekat pada resin tersebut.

Resin sangat mudah terbentuk viskositas tinggi, sehingga resin tersebut mudah
mengeras. Semakin lama resin didiamkan pada suhu kamar, maka resin fenol tersebut
semakin menggeras. Diakibatkan reaksi fenol yang sangat rekatif yang menyebar ke
udara. Perekat Resin memiliki daya rekat pada keadaan kering sebesar 15,36 kg/cm2
dan dalam keadaan basah 13,61 kg/cm2. Sedangkan menurut standar Nasional
Indonesia 06-4567-1998, keteguhan perekatan sebesar 10 kg/cm2 (fase kering) dan 8
kg/cm2 (fase basah) (Risfaheri, 2005) dengan titik leleh resin kisaran 430-450oK
(Deppti, 2016). Kekuatan daya rekat daripada resin dapat ditandai dengan
menggunakan instrumen ditandai dengan IR, SEM, XRD, TGA / DTA (Kaith, 2008).

Resin yang telah dibuat belum memiliki tingkat kemurnian yang tinggi.
Disebabkan resin tersebut harus dilakukan proses penyaringan melalui pencucian
dengan pelarut DMF. Dimana pelarut DMF atau Dimetilformamida akan menghilangkan
monomer-monomer lain yang mengikat dengan resin (Riddhish, 2013). Pada
penelitian ini tidak dilakukan penyaringan lebih lanjut karena larutan DMF tersebut
tidak tersedia di laboratorium ketika itu. Sehingga resin tersebut memiliki daya rekat
masih cukup rendah dalam merekatkan antar lapisan.

Berdasarkan hasil pengamatan, warna resin yang dihasilkan berwarna merah


jambu ketika diangkat dari tempat pemanasan. Dan setelah beberapa saat, warna
resin berubah menjadi warna putih. Hal ini disebabkan daripada monomer-monomer
pada resin tersebut belum sempurna yang mengakibatkan warna resin berwarna
putih. Jika resin tersebut permurniannya baik akan dihasilkan warna yang lebih tua
seperti yang diperoleh pada resin CSNL (Cashew Nut Shell Liquid) atau biji mete
(Hidayat, 2008) dan penggunaan resin vernis kayu (Nur, 2008).Umumnya jenis resin
phenol formaldehyde terbagi menjadi novolak yang bersifat termoplas dan resol yang
bersifat termoset. Polimer termoset merupakan polimer berbahan keras bersifat kaku

449
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

dan dapat dicairkan kembali atau disebut juga irreversibel. Hal ini sesuai seperti yang
dinyatakan oleh Pugazhenthi (2017).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, resin ini dapat dikelompokkan


kedalam jenis novolak. Hal itu disebabkan pembuatan resin menggunakan katalis
asam oksalat, jika menggunakan katalis basa. Maka, resin tersebut dikelompokkan
kedalam jenis resol (Nur,2008). Berikut reaksi proses pembentukan resin (Nur,2008):

a. Reaksi Adisi
OH OH

CH2O CH2OH
+

formaldehyde

phenol Monomethylol phenol

b. Reaksi Kondensasi Polimerisasi

OH OH OH OH

CH2OH CH2 +
+ H2 O
2

Dihidroksi diphenil methane

Resin phenol formaldehyde yang diperoleh dalam penelitian ini belum


sempurna. Hal ini diakibatkan daripada proses pembuatannya yang masih cukup
sederhana. Akan tetapi, resin diperoleh dari penelitian ini sudah dapat menjelaskan
proses pembuatan resin yang digunakan untuk perekat. Warna putih yang dihasilkan
resin tersebut memiliki nilai gloss yang cukup tinggi. Hal tersebut ditandai dengan
warna putih mengkilap ketika diolesi pada lapisan yang akan direkatkan atau dilapisi.
Nilai gloss adalah warna resin yang kita perhatikan dilapisan permukaan luar yang
dilapisi dengan resin (Nur, 2008). Senyawa polimer ini juga tidak ramah terhadap
lingkungan sekitar karena bersifat karsinogenik dan mutagenik (Kmita, 2016).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa terbentuknya resin fenol formaldehid ditandai dengan terbentuknya gumpalan-
gumpalan berwarna putih. Ketika dioleskan pada lapisan atau bagian yang akan
direkatkan maka warna resin tersebut mengkilap. Dapat kita ketahui bahwa
mengkilapnya resin tersebut menandai nilai gloss yang tinggi. Resin fenol tersebut
masih belum sepenuhnya dapat digunakan merekatkan antara dua lapisan tertentu
dengan baik. Disebabkan tidak adanya proses permurnian yang menggunakan larutan
DMF sehingga mengakibatkan daya rekat yang lemah. Pembuatan resin fenol juga
harus memerhatikan keselamatan peneliti ketika proses pembuatan resin fenol
formaldehid berlansung.

450
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Buan. 2006. Pengaruh Variasi Tekanan Kempa Terhadap Kuat Lentur Kayu
Laminasi Dari Kayu Meranti Dan Keruing. Civil Engineering Dimension, Vol. 8,
No. 1, March, 25–33:1410-9530.
Apituley, Daniel, A.N. 2009. Pengaruh Penggunaan Formalin Terhadap Kerusakan
Protein Daging Ikan Tuna (Thunus sp). Agritech, Vol. 29, No. 1 Februari.
Bhatt, Riddhish. R., dan Bhavna A.Shah. 2015. Sorption studies of heavy metal ions
by salicylic acid–formaldehyde–catechol terpolymeric resin: Isotherm, kinetic
and thermodynamics. Arabian Journal of Chemistry, 8:414–426.
Frisch, K.C.1967. Phenolic Resin and Plastics dalam Kirk Othmer Encyclopedia of
Chemical Technology. Publication Inc, Vol. 15 Edisi 2, Mei.
Hidayat, Tatang., Sailah, Illah., Suryani, Ani., C.Sunarti, Titi., & Risfaheri. 2008.
Pembuatan Resin Fenolik Dari Destilat Cairan Kulit Biji Mete Sebagai Bahan
Baku Vernis. J.Pascapanen, 5(1):21-31.
Hussein, Ass., Ibrahim, K.I., & Abdulla, K.M. 2011. Tannin-phenol Formaldehyde
Resins as Binders for Cellulosic Fibers: Mechanical Properties. Natural
Resources, 2: 98-101, Edition june.
Istiqomah, Mutiara., & Herlina, Netti. 2014. Pengaruh Penambahan Resorsinol Pada
Pembuatan Perekat Likuida Sabut Kelapa. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 3,
No. 4, Desember.Mardyaningsih, Mamik., & Rochmadi. 2011. Pembuatan
Resin Fenol Formaldehid sebagai Prekursor untuk Preparasi Karbon Berpori.
Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 5, No. 2.
Kaith, B.S., dan Aashish Chauhan. 2008. Synthesis, Characterization and Mechanical
Evaluation of the Phenol-Formaldehyde Composites. E-Journal of Chemistry,
5(S1), 1015-1020.
Kmita, A., Fischer, C., Hodor, K., Holzzer, M., & Roczniak, A. 2016. Thermal
decomposition of foundry resins: A determination of organic products by
thermogravimetry–gas chromatography–mass spectrometry (TG–GC–MS).
Arabian Journal of Chemistry, 8 November.
Nugroho, Eko., & Asroni. 2016. Pengaruh Komposisi Resin Terhadap Kekuatan
Mekanik Papan Partikel Yang Diperkuat Serbuk Kayu Akasia. Jurnal Teknik
Mesin Univ. Muhammadiyah Metro, Vol. 5 No. 2: 2301-6663.
Nuryati, Prasetyo, Imam. & Rochmadi. 2014. Pembuatan Resin Phenol Formaldehyde
Sebagai Prekursor Untuk Preparasi Karbon Berpori. Jurnal Teknologi &
Industri. No. 1 (3); Juni 2014:2087-6920.
Patle, Deppti B., dan Wasudeo B. Gurnule. 2016. An Eco-Friendly Synthesis,
Characterization, Morphology And Ion Exchange Properties Of Terpolymer
Resin Derived From p-Hydroxybenzaldehyde. Arabian Journal of Chemistry
(9):S648–S658.
Pugazhenthi, J., Thamilarasan, J., & A. Sathesh Kumar. 2017. Preparation And
Properties Of Phenol-Formaldehyde Resin Reinforced With Recycled Cellulose
Fiber. International Journal of Mechanical Engineering and Technology
(IJMET), Volume 8, (5) May: 59–64.
Purwaningsih, Widayati., Rochmadi., Prasetya, Agus., & Wahyu Hasokowati. 2010.
“Pembuatan Mikrokapsul Dari Urea-Formaldehid : Pengaruh Waktu Dan
Perbandingan Reaktan Pada Pembuatan Resin Terhadap Proses
Mikroenkapsulasi”. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses.
Risfaheri., Irawadi, Tun Tedja., Nur, M.Anwar., Sailah, Illah., Mas’ud, Zainal Alim., &
Meikas S. Rusli. 2005. Optimasi Komposisi Kardanol Dari Minyak Kulit Mete
Sebagai Subtitusi Fenol Dalam Formulasi Perekat Fenol Formaldehida. Jurnal
Pascapanen, 2(1): 24-33.
Rokhati, Nur dan Aji Prasetyaningrum. 2008. Pembuatan Resin Phenol Formaldehid
Terhadap Aplikasinya Sebagai Vernis. Reaktor, 1(12), Edisi 1 Juni, 42-47.

451
PROSIDING SEMINAR NASIONAL MIPA III ISBN 978-602-50939-0-6
Langsa-Aceh, 30 Oktober 2017 www.conference.unsyiah.ac.id/SN-MIPA
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Santoso, Adi., Ruhendi, Hadi, Yusuf Sudo., & Suminar S Achmadi. 2004. Sintesis Dan
Karakterisasi Resin Lignin Resorsinol Formaldehida Sebagai Perekat Kayu
Iamina. Majalah Iptek, Vol. 15, No. 3, Agustus.
Slamet., Arbianti, R., & Daryanto. 2005. Pengolahan Limbah Organik (Fenol) Dan
Logam Berat (Cr6+ atau Pt4+) Secara Simultan Dengan Fotokatalis TiO2 , ZnO-
TiO2, Dan CdS-TiO2. Makara, Teknologi, 9(2): 66-71.
Stevens, M.P. 2007. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh Iis Sopyan. Jakarta: PT
Prdnya Paramita.
V. Ganeshram and M. Achudhan. 2013. Synthesis And Characterization Of Phenol
Formaldehyde Resin As A Binder Used For Coated Abrasive, Indian Journal of
Science and Technology. Vol. 6 (6S) Edisi Juni.

452

Anda mungkin juga menyukai