Anda di halaman 1dari 12

BIOKIMIA KLINIS

URINE
D
I
S
U
S
U
N

OLEH

KELOMPOK 2

NAMA : NIM :
ADI DARMADI SIAGIAN 142401086
MONIKA SINAGA 142401066
HIJRAH TRIAYANI BERUTU 142401060
YUSNI CHANIA TARIGAN 142401077
INTAN THERESIA SITANGGANG 142401059
RUKIA PARDEDE 142401083
AMALIA HASMIL MULIA 142401052
PUTRI ANNE THALIA 142401055
DENHENLEN PARHUSIP 132401136
SOFI AYU RESTI 132401155

JURUSAN : D3 KIMIA
DOSEN PENGAJAR : Dra. Emma Zaidar, M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A.2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada ibu emma zidar selaku dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, September 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................................................1
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................2
A.Pengertian Urine .................................................................................................................2
B.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses
Urinasi.....................................................................................................................................2
C .Pembentukan Urine ...........................................................................................................4
D.Mikturisi…………………………………………………………………………………5
E.Transport Urine dari Ginjal Melalui Ureter Menuju Kandung Kemih…………………. .6
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................8
A. Kesimpulan ........................................................................................................................8
B. Saran ..................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULAN
1. 1.Latar Belakang
Urine (dari bahasa Latin Urina) adalah cairan biasanya steril oleh-produk dari tubuh
dikeluarkan oleh ginjal melalui proses yang disebut buang air kecil dan dikeluarkan melalui
uretra. Metabolisme sel menghasilkan banyak oleh-produk, yang kaya akan nitrogen, yang
memerlukan penghapusan dari aliran darah. Ini oleh-produk yang akhirnya dikeluarkan dari
tubuh dalam proses yang dikenal sebagai berkemih, metode utama untuk buang air-larut
bahan kimia dari tubuh. Bahan kimia ini dapat dideteksi dan dianalisis dengan urine. Kondisi
penyakit tertentu dapat menyebabkan patogen-terkontaminasi urin.( Baron, D.N, 1990)
Tujuan penyajian makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenaiUrinel.
Pemahaman yang lebih baik akan membantu dalam memahami proses berkemih/mikturisi.

1.2.Rumusan Masalah
1.Apa itu urine atau air seni?
2.Bagaimana proses Pembentukan urine?
3.Apa saja saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh glomeruli dari awal hingga
akhir?
1.3.Tujuan Penelitian
1.Untuk mengetahui Apa itu urine atau air seni
2.Untuk mengetahui Proses Pembentukan urine
3.Untuk mengetahui Apa saja saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh
glomeruli dari awal hingga akhir
1.4. Manfaat Penelitian
1.Dapat mengetahui Apa itu urine atau air seni
2.Dapat mengetahui proses Pembentukan urine
3.Dapat mengetahui Apa saja saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh
glomeruli dari awal hingga akhir

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Urine
1.Pengertian Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine
diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring didalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Ciri – Ciri urine normal:
1. Volume
Urine rata – rata : 1L – 1,5L setiap hari; tergantung luas permukaan tubuh dan intake cairan.
2. Warna
Kuning bening oleh adanyaurobilinogen. Secara normal warna dapat berubah, tergantung
jenis bahan/obat yang dimakan.
3. Bau
Urine baru memiliki bau khas sebab adanya asam – asam yang mudah menguap. Urine yang
lama baunya tajam sebab adanya NH3 dari pemecahan ureum dalam urine. Bau yang busuk
karena adanya nanah dan kuman – kuman. Sedangkan bau yang manis karena adanya asetan.
4. Berat jenis urine
Normal : 1,002-1,045
Rata – rata : 1,008
5. pH urine
kurang lebih pH = 6 atau sekitar 4,8 – 7,5 dengan rekasi pada kertas lakmus: urine asam:
merah, urine basa: biru. (Depkes, 1991)
2.Faktor yang Mempengaruhi Proses Urinasi
Proses pembentukan urin dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal
1) Hormon Antideuritik (ADH)
Hormon antideuritik dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofifis (neuroehipofisis).
Pengeluaran hormon ini ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus
menerus mengendalikan tekananan osmotik darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam
darah). Oleh karena itu, hormon ini akan mempengaruhi proses reabsorpsi air pada
tubulus kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat. Oleh
karena cara bekerja dan pengaruhnya inilah, hormon tersebut disebut sebagai hormon
antideuritik.
Jika tekanan osmotik darah naik, yaitu pada saat dalam keadaan dehidrasi atau
kekurangan cairan tubuh (saat kehausan atau banyak mengeluarkan keringat), konsentrasi air
dalam darah akan turun. Akibat dari kondisi tersebut, sekresi ADH meningkat dan dialirkan
oleh darah menuju ke ginjal. ADH selain meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga
mengkatkan permeabilitas saluran pengumpul, sehingga memperbesar sel saluran pengumpul.
Dengan demikian air akan berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, lalu masuk ke dalam darah.
Keadaan tersebut akan berusaha memulihkan konsentrasi air dalam darah.
2
2) Hormon Insulin
Hormon insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pulau langerhans dalam
pankreas. Hormon insulin berfungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis
(diabetes mellitus) memiliki konsentrasi hormon insulin yang rendah, sehingga kadar gula
dalam darah akan tinggi. Akibatnya terjadi gangguan reabsorpsi didalam urine masih
terdapat glukosa.
3) Saraf
Stimulus pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus afferen. Hal ini
menyebabkan aliran darah ke glomerulus menurun dan tekanan darah menurun sehingga
filtrasi kurang efektif. Hasilnya urine yang diproduksi meningkat.
4) Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot
kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi
pengontrolan pengeluaran urine.
5) Usia
Pengeluaran urine usia balita lebih sering karena balita belum bisa mengendalikan
rangsangan untuk miksi dan makanan balita lebih banyak berjenis cairan sehingga urine yang
dihasilkan lebih banyak sedangkan pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit karena setelah
usia 40 tahun, jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap tahun.
b. Faktor Eksternal
1) Zat-zat diuretik
Misalnya teh, kopi, atau alkohol dapat menghambat reabsorpsi ion Na+. Akibatnya ADH
berkurang sehingga reabsorpsi air terhambat dan volume urin meningkat.
2) Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan
mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang
menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya
samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.
3) Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga
banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi,
maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin
buang air kecil.
4) Jumlah air yang diminum
Jumlah air yang diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika
meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah akan tinggi, dan kosentrasi protein dalam
darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti ini
menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi
dan berkurangnya ADH akan menyebabkan menurunnya penyerapan air, sehingga urine yang
dihasilkan akan meningkat dan encer.
5) Kondisi penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
6) Life Style dan aktivitas

3
Seorang yang suka berolahraga, urine yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih pekat
karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energi sehingga cairan yang
dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat.( Guyton, A.C, 1983)
3.Pembentukan Urine
Terdapat 3 hal penting yang berhubungan dengan proses pembentukan urin, yaitu :
a. Filtrasi (penyaringan)
Filtrasi terjadi di badan Malpighi yang di dalamnya terdapat glomerulus yang dikelilingi
sangat dekat oleh kapsula Bowman.Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan
oncotik (gaya tarik sifat atau sistem koloid agar air tetap berada dalam plasma darah di
intravaskuler. Arti lain dari tekanan onkotik adalah tekanan osmotic yang dihasilkan oleh
protein (albumin)) dari cairan di dalam Bowman space (area antara glomerulus dan kapsula
bowman; merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke
segmen pertama dari tubulus proksimal) merupakan kekuatan untuk proses filtrasi. Proses
filtrasi terjadi ketika darah yang mengandung air, garam, gula, urea dan zat – zat lain serta sel
– sel darah dan molekul protein masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi sehingga
mendorong air dan komponen – komponen yang tidak dapat larut, melewati pori – pori
endothelium kapiler glomerulus, kecuali sel – sel darah dan molekul protein. Kemudian
menuju membran dasar dan melewati lempeng filtrasi, masuk ke dalam ruang kapsula
Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus atau
urine primer. Urine primer ini mengandung: air, protein, glukosa, asam amino, urea, dan ion
anorganik. Glukosa, ion anorganik dan asam amino masih diperlukan tubuh.
b. Reabsorpsi (penyerapan kembali)
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorpsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih
berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan
garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urine. Tiap hari tabung ginjal
mereabsorpsi lebih dari 178 liter air, 1200 gr garam, dan 150 gr glukosa. Sebagian besar dari
zat-zat ini direabsorpsi beberapa kali. Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal dan
lengkung Henle serta menghasilkan urine sekunder (filtrate tubulus). Proses tahap ini
dilakukan oleh sel – sel epithelium di seluruh tubulus ginjal. Banyaknya zat yang direabsorpsi
tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat – zat yang direabsorpsi antara lain: glukosa, asam
amino, ion ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-, dan HbO42-, sedangkan kadar urea menjadi lebih
tinggi.
Proses rebasorpsi : mula – mula urine primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus
proksimal, kemudian mulai direabsoprsi hingga mencapai lengkung Henle. Zat – zat yang
direabsorpsi di sepanjang tubulus ini adalah glukosa ion Na+, air dan ion Cl-. Setiba di
lengkung Henle, volume filtrate telah berkurang. Hasil tahap reabsorpsi ini dinamakan urine
sekunder atau filtrat tubulus.
c. Augmentasi (pengeluaran)
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,
2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna
dan bau pada urine. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh.
4
Karbondioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila
kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat
dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan pH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001)
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi
sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang
beracun, yaitu dalam bentukurea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah
merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan
dioksidasi jadiurobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urine. Asam urat
merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan
mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air
rendah.
Proses augmentasi: urine sekunder masuk ke dalam tubulus kontortus distal, dalam tubulus
kontortus distal, pembuluh darah mengandung zat lain yang tidak digunakan dan terjadi
reabsorpsi aktif ion Na+ dan Cl- dan sekresi H+ dan K+. Di tempat sudah terbentuk urine yang
sesungguhnya yang tidak terdapat glukosa dan protein lagi, selanjutnya akan disalurkan ke
tubulus kolektivus ke pelvis renalis disini terjadi urine sesungguhnya. Kantung kemih
merupakan tempat penyimpanan sementara urine. Jika kantung kemih sudah penuh oleh
urine, maka urine harus dikeluarkan dari tubuh, melalui saluran uretra.
4.Mikturisi
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urine. Mikturisi
melibatkan 2 tahap yaitu:
a. kandung kemih terisi secara progresif (terus menerus) hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas; keadaan ini akan mencetuskan tahap
kedua
b. adanya kemih atau, jika gagal, setidaknya akan menyebabkan keinginan berkemih yang
disadari. Meskipun refleks mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat autonom
(tak sadar), refleks ini dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat – pusat di korteks serebri
atau batang otak.
Refleks mikturisi
Seiring dengan pengisian kandung kemih, mulai tampak peningkatan kontraksi mikturisi.
Kontraksi ini dihasilkan dari refleks regang yang dipicu oleh reseptor regang sensorik di
dalam dinding kandung kemih. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih
dikirimkan ke segmen sakralis dari medulla spinalis melalui saraf pelvis, dan kemudian
dikembalikan secara refleks ke kandung kemih melalui serabut saraf parasimpatis dengan
menggunakan persarafan yang sama.
Bila kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi mikturisi ini biasanya akan berelaksasi
secara spontan dalam waktu kurang dari semenit, otot detrusor (otot yang melapisi dinding
kandung kemih) berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke nilai dasar. Ketika
kandung kemih terus terisi, refleks mikturisi menjadi semakin sering dan menyebabkan
kontraksi otot detrusor yang lebih kuat.
Sekali refleks mikturisi dimulai, refleks ini bersifat “regenerasi sendiri”, yang artinya :
kontraksi awal kandung kemih akan mengaktifkan reseptor regang yang menyebabkan
5
peningkat impuls sensorik yang lebih banyak ke kandung kemih dan uretra posterior,
sehingga menyebabkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih selanjutnya; jadi siklus
ini akan berulang terus – menerus sampai kandung kemih mencapai derajat kontraksi yang
cukup kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang
bergenerasi sendiri ini mulai kelelahan dan siklus regeneratif pada refleks mikturisi menjadi
terhenti, memungkinkan kandung kemih berelaksasi. Jadi, refleks mikturisi merupakan
sebuah siklus yang lengkap yang terdiri dari:
a. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif
b. Periode tekanan menetap
c. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal (tingkat ketegangan kontraktil
yang tersisa di pembuluh darah)
Bila refleks mukturisi yang telah terjadi tidak mampu mengosongkan kandung kemih, elemen
persarafan pada refleks ini biasanya akan tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa
menit hingga 1 jam atau lebih, sebelum terjadi mikturisi berikutnya. Bila kandung kemih
terus – menerus diisi, akan terjadi refleks mikturisi yang semakin sering dan semakin kuat.
Bila refleks mikturisi sudah cukup kuat, akan memicu refleks lain yang berjalan melalui saraf
pudendus ke sfingter eksterna untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat di dalam
otak dari pada sinyal konstruksi volunter ke sfingter eksterna, maka akan terjadi pengeluaran
urine, jika tidak, pengeluaran urine tidak akan terjadi hingga kandung kemih terus terisi dan
refleks mikturisi menjadi lebih kuat lagi
5.Transport Urine dari Ginjal Melalui Ureter Menuju Kandung Kemih
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron). Sebuah nefron merupakan
suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula Bowman),
yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus).Darah yang masuk ke glomerulus
memiliki tekanan yang tinggi. Sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring
melalui lubang – lubang kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada
lapisan dalam kapsula Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel – sel darah dan molekul –
molekul yang besar (misalnya protein). Cairan yang disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga
Bowman (daerah yang terletak diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman) dan
mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang berasal
dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut tersaring diserap
kembali dan dikembalikan ke darah. Ginjal juga menggunakan energi secara selektif
menggerakkan molekul – molekul tersebut dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya
cukup besar untuk dapat melewati lubang – lubang pada penyaring glomerulus.Bagian
berikutnya dari nefron adalah ansa Henle/lengkung Henle. Ketika cairan melewati lengkung
Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya di pompa keluar sehingga cairan yang tersisa
menjadi semakin pekat. Cairan yang pekat ini akan mengalir ke dalam tubulus kontortus
distal di dalam tubulus distal, semakin banyak jumlah natrium yang dipoma keluar.
Cairan dari beberapa nefron mengalir ke dalam suatu saluran pengumpul (duktus
kolektivus). Di dalam duktus kolektivus, cairan terus melewati ginjal sebagai cairan yang
pekat, atau jika masih encer, maka air akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke dalam
darah, sehingga air kemih menjadi lebih pekat. Tubuh mengendalikan konsentrasi air kemih
berdasarkan kebutuhannya terhadap air melalui hormon – hormon yang kerjanya
mempengaruhi fungsi ginjal.Air kemih/urine yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah
melalui ureter menuju ke kandung kemih. (wilmar musram, 2000).
6
Ureter adalah pipa/tabung berotot yang mendorong sejumlah urine dalam gerakan
bergelombang (kontraksi).Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu
sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga
urine bisa lewat) dan menutup. Urine yang secara teratur mengalir dari ureter akan terkumpul
di dalam kandung kemih. Kandung kemih ini bisa mengembang, dimana ukurannya secara
bertahap membesar untuk menampung jumlah urine yang semakin bertambah. Jika kandung
kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang menyampaikan pesan untuk
berkemih.Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra
akan membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan, dinding kandung
kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang mendorong urine menuju uretra. Tekanan
ini dapat diperbesar dengan cara mengencangkan otot – otot perut. Sfingter pada pintu masuk
kandung kemih tetap menutup rapat untuk mencegah aliran balik air kemih ke ureter.
B. Inhibisi Proses Mikturisi oleh Otak
Refleks mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat otonom, tetapi dapat dihambat
atau difasilitasi oleh pusat di otak. Pusat ini meliputi:
1.Pusat fasilitasi dan inhibisi yang kuat di batang otak, terutama terletak di pons
2.Beberapa pusat yang terletak di korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi tetapi dapat
berubah menjadi eksitasi.
Refleks mikturisi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusatnya yang lebih
tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk mikturisi sebagai berikut:
1. Pusat yang lebih tinggi menjada agar refleks mikturisi tetap terhambat
sebagian, kecuali bila mikturisi diinginkan.
2. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi refleks
mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus – menerus melakukan
kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya.
3. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi
sacral (susunan saraf pusat) untuk membantu memulai refleksi mikturisi dan pada saat
yang sama menghambat sfingter eksterna sehingga pengeluaran urine dapat terjadi.

Pengeluaran urin secara volunter biasanya dimulai dengan cara berikut: Mula-mula, orang
tersebut secara volunter mengkontraksikan otot perutnya, yang akan meningkatkan tekanan di
dalam kandung kemih dan memungkinkan urin tambahan memasuki leher kandung kemih
dan uretra posterior dalam keadaan di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya.
Hal ini memicu reseptor regang, yang mencetuskan refleks mikturisi dan secara bersamaan
menghambat sfingter uretra eksterna. Biasanya seluruh urin akan dikeluarkan, dan
menyisakan tidak lebih dari 5 sampai 10 mL urine didalam kandung kemih.

7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal.
2.Pembentukan urine melalui 3 proses: filtrasi, reabsorpsi dan augmentasi
3.Saluran yang dilewati oleh darah setelah difiltrasi oleh glomeruli dari awal hingga akhir
sebagai berikut: glomerulus → kapsula Bowman → tubulus kontortus proksimal → loop of
Henle → tubulus kontortus distal → tubulus koligen → tubulus collectivus → kaliks minor
→ kaliks mayor → pelvis renalis →ureter → vesica urinaria → urethra.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar penulis serta pembaca dapat memahami dan
mengerti mengenai urine, guna menambah wawasan dalam dunia medis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Baron, D.N, 1990, Patologi Klinik, Ed IV, Terj. Andrianto P dan Gunakan J, Penerbit EGC,
Jakarta.
Depkes, 1991, Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,Jakarta,Depkes
Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji
wilmar musram, 2000, Praktikum Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai